Pak Fajar memiliki tanah dan bangunan toko di atasnya, seluas 200 meter persegi. Letaknya
di Jl. K. Ali Kota Banda Aceh. Dikarenakan sudah terlalu tua dan tidak bisa mengurusi toko
tersebut, Pak Fajar menghibahkan tanah beserta toko di atasnya tersebut kepada Pak Surya
selaku partner bisnisnya.
Dari kasus tersebut, bagaimana prosedur hibah yang benar serta proses peralihan tanahnya
agar di kemudian hari tidak timbul permasalahan?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas mengenai peralihan tanah melalui proses hibah,
perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang pengertian hibah serta syarat-syarat apa saja yang
ada dalam hibah baik syarat materiil maupun formil.
Menurut pasal Pasal 1666 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, “Hibah adalah
suatu persetujuan dimana si penghibah, pada waktu hidupnya dengan cuma-cuma dan
tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan suatu benda guna keperluan si penerima hibah”.
SYARAT MATERIIL:
1. Semua orang berhak memberi dan menerima hibah, anak dibawah umur tidak boleh
menghibahkan sesuatu kecuali dalam hal yang diterapkan dalam UU Perdata
2. Perjanjian dalam hibah adalah pemberian dengan cuma-cuma, artinya pemberian
itu harus dengan sukarela tanpa pamrih.
3. Hibah tidak dapat ditarik kembali, artinya ketika pemberi hibah ingin menghibahkan
benda yang menjadi hak miliknya, maka harus ada penerimaan secara sukarela dari
penerima hibah. Selain itu, harta hibah ini juga tidak dapat ditarik atau
dikembalikan. Jadi harus ada persetujuan di antara pemberi hibah dan penerima
hibah.
MOHAMMAD FAJARSYAH/1803101010175
4. Pemberian hibah harus dilakukan semasa hidup, jadi proses hibah harus terjadi saat
pemilik harta hibah masih hidup.
SYARAT FORMIL
Dalam proses peralihan atau pemindahan hak atas tanah karena hibah, pihak yang
mengalihkan harus mempunyai hak dan kewenangan untuk memindahkan hak. Di mana
pihak yang menerima hak juga harus memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah
yang baru. Jadi jika dalam contoh kasus Pak Fajar dan Pak Surya memenuhi syarat-materiil
di atas tadi, maka proses hibah atas tanah dan bangunan toko tersebut dapat dilanjutkan.
Sebagaimana peralihan hak atas tanah lainnya, proses hibah juga perlu disaksikan,
didampingi, serta dibuat oleh dan di hadapan PPAT. Harus ada akta PPAT di dalam proses
ini, sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Prosedur penyerahan dokumen yang wajib dilakukan oleh Pak Fajar dan dan Pak Surya
dalam pembuat akta hibah di PPAT antara lain:
1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya,
di atas materai cukup;
2. Fotokopi identitas pemohon/penerima hak (KTP, KK), serta kuasa apabila
dikuasakan;
3. Sertifikat asli dari tanah yang dihibahkan;
4. Akta hibah beserta pengantar dari PPAT;
5. Ijin pemindahan hak, apabila dalam sertifikat/keputusannya dicantumkan tanda
yang menyatakan bahwa hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan jika telah
diperoleh ijin dari instansi yang berwenang;
6. Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan yang telah dicocokan dengan aslinya oleh petugas
loket;
7. Penyerahan bukti SSB (BPHTB) danbukti SSP/PPH untuk perolehan tanah lebih dari
Rp 60 juta;
8. Surat Pernyataan Tidak dalam Sengketa;
9. Surat Penguasaan Fisik yang ditandatangani pemberi hibah dan dilegalisasi Notaris.
Jika semua hal di atas sudah terpenuhi, dan masing-masing pihak sudah memastikan bahwa
tanah serta bangunan tidak dalam sengketa, maka akta hibah akan dibuatkan oleh pihak
PPAT, dengan disaksikan oleh dua orang saksi.
2. Prosedur Peralihan Hak di Kantor Pertanahan
Setelah hibah resmi dilakukan serta telah ada akta hibah dan PPAT, maka Pak Surya sebagai
penerima hibah harus mengurus proses peralihan tanah di Kantor Pertahanan, agar status
MOHAMMAD FAJARSYAH/1803101010175
dari tanah hibah tersebut menjadi hak miliknya. Jika semua syarat dan prosedur di atas
telah selesai dilakukan, maka proses hibah dan peralihan tanah dinyatakan sah secara
hukum.Dengan ini, kemungkinan sengketa yang akan terjadi di kemudian hari dapat
diminimalisir.