Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KASUS

Apa : Kasus Pembunuhan Pasangan Lesbi

Dimana : Di Jalan Klampis Harapan, Surabaya.

Mengapa : Karena Pelaku Ingin menguasai Harta Korban

Siapa : 1. Korban : Berinisial JE

2. Pelaku :

a) Otak Pembunuhan : Pelaku Berinisial SU


b) Suruhan Pelaku : Pembantu korban berinisial MH dan MN.
c) Pembunuh Bayaran : Berinisial RH

Kapan : 9 November 2007, pukul 9.00 WIB Ada pelaporan tentang penemuan mayat

Bagaimana :

Kronologi : Pada tanggal 9 November 2007 pukul 9.00 WIB telah


dilaporkan penemuan mayat supplier mesin diesel di dalam rumah Jalan
Klampis Harapan, Surabaya. Setelah ditelusuri oleh pihak kepolisian maka
berhasil ditangkap beberapa pelaku. Berdasarkan keterangan pelaku, saat itu
pelaku yang berinisial MH dan MN serta bersama seorang pembunuh bayaran
sebagai eksekutor yang di sewa berinisial RH, sedang menunggu korban
pulang kerumah. Para pelaku menunggu korban dikamar. Saat korban lengah
saat itu juga MH, MN, dan RH langsung menyergap korban. Korban sempat
berontak dan menarik rambut MH dan MN, akan tetapi cengkraman RH lebih
kuat. Hanya sekali sergap dan pelintir, RH berhasil mematahkan tulang leher
korban.

Dengan apa : Pelaku menghabisi korban dengan menyewa pembunuh bayaran dan
menyuruh pembantu korban.
URAIAN KASUS

Pada tanggal 9 November 2007 ada laporan penemuan mayat seorang supplier mesin
Diesel di dalam sebuah rumah yang beralamat di Jalan Klampis Harapan, Surabaya. Anggota
reskrim langsung mendatangi TKP, sesampainya di TKP Para anggota langsung melakukan
olah TKP. Fakta-fakta yang di dapati dari korban tidak ada kerusakan di TKP dan tidak ada
upaya paksa unduk masuk ke TKP. Korban berinisial JE. Saat ditemukan korban dalam
keadaan telungkup dan dengan wajah mulai membiru. Menurut keterangan keluarga, korban
memiliki riwayat penyakit jantung. Awalnya tim olah TKP sempat menyatakan korban
meninggal karena sakit. Akan tetapi seperti ada kejanggalan, bahwa korban meninggal bukan
dikarenakan kematian biasa. Apalagi keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsi.

Saat dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ditemukan beberapa helai rambut yang jatuh
di tanah. Setelah di teliti tenyata rambut yang ditemukan berbeda dengan rambut korban.
Setelah diamati lagi, ada satu lantai yang menunjukkan kejernihan pada permukaannya,
dengan kondisi seperti ini, di lantau tersebut sepertiya telah terjadi upaya kekerasan. Saat itu
juga autopsi tetap dilakukan walaupun pihak keluarga tetap bersikukuh untuk meolaknya.
Setelah dilakukan autopsi diketahui bahwa korban meninggal karena afeksia yakni meninggal
karena kekurangan oksigen, lazimnya ditemukan pada kasus-kasus tercekik ataupun gantung
diri. Dari saat itu olah TKP dilanjutkan kembali dan anggota tim olah TKP kembali
menemukan rambut dan bekas pecahan beberapa benda yang ada serta sidik jari di lantai.
Dari olah TKP dan pemeriksaan jenazah maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
pembunuhan yang dilakukan oleh sesorang atau lebih dengan cara yang profesional.

Dari bukti bukti yang ditemukan anggota kepolisian langsung melakukan interogasi
pada penghuni rumah, yang salah satunya merupakan suami isteri yang juga adalah seorang
pembantu di rumah tersebut. Mereka adalah MH dan MN. Berdasarkan hasil pendalaman
yang dilakukan oleh pihak kepolisian, polisi berhasil mecocokan rambut yang ditemukan di
TKP dengan rambut pembantu tersebut. Setelah interogasi panjang akhirnya dua pembantu
MH dan MN mengakui semua perbuatannya. Usut punya usut, pelaku sengaja menyewa jasa
pembunuh. Tidak tanggung tanggung, pebunuh yang disewa adalah seorang professional
berinisial RH, Usia 36 tahun, warga Teteona Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe,
Sulawesi Tenggara. Pelaku menceritakan, saat itu eksekutor sedang menunggu korban pulng
kerumah. Pelaku menunggu korban dikamar. Saat korban lengah, saat itu juga pembantu dan
eksekutor langsung menyergap korban. Korban sempat meronta dan menarik rambut
pembantu, akan tetapi pembunuh lebih kuat, hanya sekali sergap dan pelintir tulang leher
korban langsung patah.

Setelah diusut, otak dari pembunuhan ini adalah warga Puri Indah Sidoarjo, yang tak
lain adalah teman lesbi dari istri JE yakni seorang wanita benrinisial SU. Dalam
pengembangan investigasi diketahui SU ingin menguasai harta korban dengan menyuruh
pembantu rumah. Ini dikuatkan dengan pengakuan pembantunya. Sebenarnya rencna
pembunuhan tersebut sudah lama dilakukan terhadap korban. Bahkan korban sudah pernah di
racun tapi tidak berhasil. Tak berhenti disitu korban juga pernah di santet akn tetapi hasilnya
tetap nihil. Frustasi, akhirnya korban menyewa seorang eksekutor.

Sayangnya eksekutor sempat menjadi buron selama 3 tahun. Dia kemudian di ringkus
di hutan kawasan tempat tinggalnya. RH mengaku selama 3 tahun itu tinggal di hutan.
Mantan sopir mobil boks di surabaya itu mendapat upah 8 juta dari pembantu, upah tersebut
diambil dari uang yang diberikan SU sebanyak 40 Juta.

Berdasarkan hasil dari olah TKP ini, akhirnya otak pembunuhan divonis oleh majelis
hakim pengadilan Negeri Surabaya dengan hukuman penjara 17 Tahun pada 4 Agustus 2008
lalu. Sedangkan tiga teman SU divonis masing masing 12 tahun penjara. Dan orang yang
turut membantu pembunuhan itu di dihukum 10 tahun penjara.
Dalam Kajian Ilmu Hukum Pidana Terdapat Beberapa Asas dan Teori Antaralain
Sebagai Berikut :

Asas-Asas Dalam Ilmu Hukum Pidana :

a). Asas legalitas, Asas legalitas, dalam hukum pidana merupakan asas yang fundamental.
Menurut Machteld Boot, asas legalitas mengandung beberapa syarat: pertama, nullum
crimen, noela poena sine lege praevia, yang berarti, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada
pidana tanpa undang-undang sebelumnya. Kedua, nullum crimen, noela poena sine lege
scripta, artinya, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada perbuatan pidana tanpa undang-undang
tertulis. Konsekuensi dari makna ini, adalah bahwa semua perbuatan pidana harus tertulis.
Ketiga, nullum crimen, noela poena sine lege certa, artinya tidak ada perbuatan pidana, tidak
ada pidana tanpa aturan undang-undang yang jelas.

b). Asas tiada pidana tanpa kesalahan, Berdasarkan asas ini, meskipun seseorang telah
melakukan perbuatan pidana dan telah memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam delik,
perlu dibuktikan pula apakah dia dapat dipertanggungjawabkan atau tidak atas perbuatannya
tersebut, artinya apakah dia mempunyai kesalahan atau tidak.

c). Asas tidak berlaku surut, Larangan keberlakuan surut ini untuk menegakkan kepastian
hukum bagi penduduk, yang selayaknya ia harus tahu perbuatan apa yang merupakan tindak
pidana atau tidak.

d). Asas penggunaan larangan analogi, Mengenai asas "Dilarang menggunakan analogi"
dalam penerapan hukum pidana. Menggunakan analogi dalam hukum pidana berarti:
menganggap “sesuatu” sebagai termasuk dalam pengertian dari suatu istilah/ketentuan
Undang-undang hukum pidana, karena "sesuatu" itu banyak sekali kemiripannya atau
kesamaannya dengan istilah/ketentuan tersebut.

Teori Dalam Hukum Pidana :

a). Teori absolut, Teori absolut sendiri lebih bertujuan untuk membalas perbuatan pelaku
pidana, sehingga saat itu, hukum yang diterapkan tidaklah bertujuan untuk memperbaiki
pelaku, tetapi semata-mata membalas perbuatan pelaku.

b). Teori relatif, teori relatif tidak lagi bertujuan untuk membalas pelaku tindak pidana, tetapi
bertujuan untuk memperbaiki pelaku, serta mencegah terjadinya tindak pidana dengan
peraturan-peraturan yang dibuat untuk mencegah kejahatan

c). Teori gabungan, yakni teori yang menggabungkan teori absolut dan teori relatif. Teori
gabungan ini berangkat dari pemikiran bahwa, baik teori absolut maupun teori relatif sama-
sama memiliki kelemahan, sehingga kedua teori ini digabungkan untuk menutupi kekurangan
dari masing-masing teori tersebut. Dalam teori gabungan, pidana digunakan selain untuk
membalas perbuatan pelaku, juga untuk memperbaiki pelaku agar pelaku tidak mengulangi
tindak pidana lagi di masa mendatang.
Berdasarkan kronologi kasus yang telah dijelaskan sebelumya, jika dihubungkan
dengan asas-asas dan teori-teori yang terdapat dalam hukum pidana, maka penulis tertarik
menggunakan asas leglitas dan teori relatif.

Asas legalitas menyebutkan bahwa terdapat tiga syarat : pertama, nullum crimen,
noela poena sine lege praevia, yang berarti, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada pidana
tanpa undang-undang sebelumnya. Kedua, nullum crimen, noela poena sine lege scripta,
artinya, tidak ada perbuatan pidana, tidak ada perbuatan pidana tanpa undang-undang tertulis.
Konsekuensi dari makna ini, adalah bahwa semua perbuatan pidana harus tertulis. Ketiga,
nullum crimen, noela poena sine lege certa, artinya tidak ada perbuatan pidana, tidak ada
pidana tanpa aturan undang-undang yang jelas. Dalam kasus tersebut sudah jelas bahwasanya
para pelaku telah melanggar Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Jadi, sudah
jelas bahwa perbuatan yang dilakukan tersangka sudah ada undang undang yang
mengaturnya maka bisa diolongkan kedalam perbuatan Pidana.

Teori relatif mengatakan bahwa tujuan teori ini bukanlah untuk membalas pelaku
tindak pidana melainkan untuk memperbaiki pelaku, serta mencegah terjadinya tindak pidana
dengan peratran-peraturan yang dibuat untuk mencegah kejahatan. Dalam uraian kronologi
kasus diatas disebutkan bahwa pelaku divonis oleh majelis hakim pengadilan Negeri
Surabaya dengan hukuman penjara 17 Tahun. Sedangkan tiga teman Pelaku divonis masing
masing 12 tahun penjara. Dan orang yang turut membantu pembunuhan itu di dihukum 10
tahun penjara. Menurut penulis dengan dituhkan nya hukuman tersebut maka itu sudah
menjadi salah satu bentuk tindakan untuk memperbaiki pelaku supaya menimbulkan efek
jera.
Kesimpulan :

Hasil Analisis & Kesimpulan :

Berdasarkan asas legalitas sudah dijelaskan mengapa seseorang pelaku bisa dikatakan
melakukan tindak pidana karena sudah ada aturan aturan hukum yan mengatur tentang
perbuatan tersebut. Seperti halnya dalam kasus diatas para pelaku bisa divonis hukuman
kurungan penjara karena memang sebelumnya sudah ada aturan aturan yang mengatur
tentang perbuatan pidana yang mereka lakukan itu.

Hukuman yang dijatuhkan kepada mereka itulah yang menurut penulis bisa dijadikan
sebagai alat untuk memperbaiki tingkah laku pelaku supaya tidak terjadi lagi hal hal seperti
itu di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai