PENGANTAR
FILSAFAT HUKUM
Kode Mata Kuliah: HKO 1 102
Penyusun:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
1
2
KATA PENGANTAR
Keberadaan suatu buku ajar pada mata kuliah bidang ilmu tertentu adalah san-
gat penting dalam proses belajar mengajar. Bahkan menjadi inti dalam system belajar-
mengajar. Dari situ pula kita bisa melihat sistem belajar dan mengajar yang terukur
dengan baik dalam sebuah manajemen yang bagus.
Buku ajar tak hanya menjadi pedoman bagi mahasiswa, juga para dosen dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Itulah sebabnya, kami juga
sangat bersyukur telah berhasil menyelesaikan Buku Ajar Pengantar Filsafat Hukum
yang sekaligus menjadi bahan bacaan bagi dosen dan mahasiswa.
Substansi Buku Ajar meliputi identitas mata kuliah, tim pengajar, deskripsi
mata kuliah, organisasi materi, metode dan strategi pembelajaran, tugas- tugas, ujian-
ujian, penilaian, dan bahan bacaan. Dalam buku ajar ini juga dilampirkan Kontrak
Perkuliahan dan Satuan Acara Perkuliahan.
DAFTAR ISI
Pengantar
Penjelasan Detail
1. PERKULIAHAN Ke-1: Pengertian dan Perkembangan Filsafat.
Pendahuluan
Pengertian Filsafat
Perkembangan Filsafat
Bidang Telaah Filsafat
Penutup
Pustaka
Hukum Positif
Utilitarian
Mazhab Sejarah
Pustaka
SKS : 2 (Dua)
Semester : II (Dua)
B. SUBSTANSI PERKULIAHAN
mengikuti dan mempelajari serta memahami mata kuliah Pengantar Hukum Filsafat
seluruh Indonesia. Pada mata kuliah wajib nasional yang menjadi kurikulum inti ini,
mahasiswa diarahkan untuk memahami pondasi inti filsafat dan filsafat hukum, se-
hingga memahami kegunaan filsafat hukum dalam membangun pola pikir melalui
berbagai pendekatan.
Sebab itu, pada mata kuliah dasar ini, penguatan materi kuliah lebih fokus pada
hukum, dan berbagai aliran dalam filsafat hukum. Disamping itu, mahasiswa juga mu-
lai dibawa ke aspek inti filsafat hukum yang meliputi ontologi, epistemology, dan aksi-
ologi. Sehingga mahasiswa memahami berbagai dimensi hukum di masa lalu, untuk
7
kemudian melatihnya berfikir untuk pengembangan hukum di masa kini. Serta dapat
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
bagaimana hukum terbentuk, untuk apa hukum itu dibutuhkan dalam pergaulan sosial,
bagaimana hukum bekerja dan darimana hukum itu berasal, serta untuk apa hukum itu
harus ada. Pada tahap ini, mahasiswa juga dapat memilah-milah berbagai dimensi ali-
pikir yang kritis dan radikal dalam menggali berbagai aspek yang memengaruhi perge-
mengembangkan pimikiran tentang hakekat dan tujuan hukum secara rasional, objek-
tif, kritis, dan terbuka. Sehingga memiliki kemampuan untuk memahami dan
menganalisis berbagai dinamika hukum masa kini dari dimensi bergerak dan berkem-
bangnya perilaku hukum dari masa lalu. Pada intinya, mahasiswa memiliki pondasi
kuat untuk membangun pemikiran hukum dan mempraktekannya dengan tata cara
yang benar menurut kaedah-kaedah dan prinsip yang terdapat pada berbagai aspek
ilmu yang mengedepankan konsep dan motode ilmiah dalam pencarian kebenaran dan
keadilan.
D. PENYUSUNAN MATERI
Pada proses belajar mata kuliah Pengantar Filsafat Hukum, disusun materi yang
Sehingga materi yang disajikan terdiri dari sejumlah bahasan inti dan sub inti pemba-
- Pengertian Filsafat
- Hukum Alam
- Hukum Positif
- Utilitarian
- Mazhab Sejarah
- Sociological Jurisprudence
- Legal Realism
- Hukum Responsif
- Hukum Pembangunan
- Hukum Progresif
5. Hakikat Hukum
E. METODE PEMBELAJARAN
proses pembelajaran Pengantar Filsafat Hukum. Mahasiswa tak hanya terpaku pada
membaca buku dan mendengarkan kuliah, namun juga membahasnya dalam proses
semacam focus group discussion, atau juga boleh disebut sebagai toturial. Sehingga
metodenya adalah perpaduan pemberian ulasan materi pokok bahasan yang kemudian
(tujuh) kali dan diskusi kelas akan dilaksanakan sebanyak 7 (tujuh) kali. Selanjutnya
penilaian dilakukan dalam ujian tengah semester dan ujian akhir semester, masing-
masing sebanyak satu kali. Metode seperti ini akan merangsang mahasiswa untuk bela-
jar dan berfikir serta mampu mendiskusikan materi perkuliahan dengan baik. Pada
menggunakan sarana berupa white board, power point slide, serta penyiapan bahan
bacaan yang dapat diakses mahasiswa seperti buku-buku, jurnal, maupun melalui
pokok bahasan yang akan dibahas dalam kelas kuliah sesuai dengan panduan.
10
Sehingga proses perkuliahan berlangsung secara dinamis dan dua arah, yaitu pemapa-
serta yang sudah ditentukan sesuai dengan mata kuliah Pengantar Filsafat Hukum. Di
antaranya adalah tugas yang dikerjakan secara mandiri oleh masing-masing maha-
diskusi dalam kelas mata kuliah Pengantar Filsafat Hukum. Adapun tugas-tugas dik-
Kompetensi mahasiswa akan tercermin dari hasil ujian dan penilaian setelah
proses pembelajaran mata kuliah Pengantar Filsafat Hukum berakhir. Terdapat dua
aspek penilaian yang dilakukan, yaitu hard skill dan soft skill. Penilaian hard skill
adalah melalui ujian dan penilaian tugas-tugas, ujian tengah semester, dan ujian akhir
meliputi: 1) evaluasi proses (65%) yang terdiri dari: kehadiran, penulisan paper (tu-
gas) dan presentasi serta diskusi; dan 2) evaluasi hasil (35%), yaitu UAS dan UTS.
11
H. PUSTAKA
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judi-
cialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Kencana, Jakarta, 2009.
Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar,
PT Refika Aditama, Bandung, 2007.
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, PT Alumni, Bandung, Cetakan
ke-3, 2019.
H.L.A. Hart, Konsep Hukum (The Concept of Law), Nusa Media, Bandung, 2010.
I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
-------------, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2007.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Hara-
pan, Jakarta, 2007.
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1982.
12
W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema Keadi-
lan), Susunan I, CV Rajawali, Jakarta, 1990.
-------------, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan),
Susunan II, CV Rajawali, Jakarta, 1990.
I. JADWAL KULIAH
PERKULIAHAN Ke-1
1. Pendahuluan
Pertemuan pertama pada mata kuliah Pengantar Fislafat Hukum menjadi awal
mula pada mahasiswa masuk ke alam pemikiran mendasar tentang ilmu hukum. Sebab
menjelaskan pengertian filsafat, bagaimana proses lahir dan bekerjanya filsafat, dan
Pada tahap ini, mahasiswa diarahkan agar mampu memahami makna ilmu fil-
safat secara umum, seperti pengertian filsafat, dan karakter filsfat, serta kegunaan fil-
safat pada ilmu pengetahuan. Mahasiswa harus mampu menguraikan narasi dalam tu-
2. Pengertian Filsafat
Kata filsafat sudah digunakan dalam karya Plato1 yang berjudul Phaidros. Plato
adalah filsuf dan matematikawan Yunani (427-347 SM) 2. Dalam karya filsuf Yunani
1
Plato (lahir sekitar 427 SM - 347 SM) adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani,
penulis Philosophical Dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi
pertama di dunia barat. Pemikiran Plato banyak dipengaruhi gurunya yaitu Socrates. Plato adalah guru
dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani yaitu Politeia).
Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.
2
Yunani Kuno adalah peradaban dalam sejarah Yunani yang dimulai dari periode Yunani
Arkais pada abad ke-8 sampai ke-6 SM, hingga berahirnya Zaman Kuno dan dimulainya Abad Perten-
gahan Awal. Peradaban ini mencapai puncaknya pada periode Yunani Klasik , yang mulai berkembang
pada abad ke-5 sampai ke-4 SM. Sebagian besar sejarawan menganggap peradaban ini sebagai peletak
dasar Peradaban Barat. Budaya Yunani memberi pengaruh kuat bagi Kekaisaran Romawi, yang selan-
jutnya meneruskan versinya ke bagian lain Eropa. Peradaban Yunani Kuno juga sangat berpengaruh
pada bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni, mendorong Renaissance di Eropa Barat,
dan bangkit kembali pada masa kebangkitan Neo Klasik padaabad ke-18-19 di Eropa dan Amerika.
14
itu disebutkan bahwa “makhluk bijak” (sophos) terlalu luhur untuk seorang manusia.
Ia mengatakan, kata itu hanya pantas untuk dewa sedangkan manusia dijuluki pencinta
kebijakan atau philosophos. Sedangkan kata Filsafat dalam Bahasa Yunani disebut
philosophia. Philosophia berasal dari kata majemuk philos atau philia dan sophos
atau sophia. Philos mempunyai arti cinta, persahabatan, sedang sophos berarti hikmah,
Jadi menurut Solly Lubis, Philosophia berarti cinta akan pengetahuan yang
benar atau kegandrungan akan pengetahuan yang benar. Sedangkan Jujun Suriasu-
mantri menyebut filsafat sebagai suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh,
dari kegiatan berpikir kita dari awal sampai akhir. Seperti kata filsuf Yunani yang juga
adalah guru Plato, yaitu Socrates3, bahwa tugas filsafat yang sebenarnya bukanlah
hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau orang yang berdiri di puncak tinggi
3
Socrates (469 SM - 399 SM) adalah filsuf dari Yunani yang merupakan salah satu figur
paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama
dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani selain Plato dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato,
kemudian Plato pada gilirannya mengajar Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah mening-
galkan karya tulisan, sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan murid-
nya, Plato. Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari
batu bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah
Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Sesuatu yang dikenal
sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato. Dalam karya-karyanya,
Plato selalu menggunakan nama gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan gaga-
san Socrates yang sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Lihat
Wikipedia.org.
4
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 1994, Halaman 1.
15
kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Artinya berfikir filsafat itu mem-
3. Perkembangan Filsafat
Pada semua literatur yang membahas filsafat disebutkan kelahiran filsafat itu
pada abad ke-6 (enam) Sebelum Masehi (SM) di Yunani. Ini disebabkan keberadaan
filsuf-filsuf yang di zaman purbakala semuanya dari Yunani. Diawali dengan perhatian
mereka yang terfokus pada alam dengan kejadian-kejadian alamiahnya dan apa yang
menjadi inti alam semesta itu. Pada titik inilah awal terjadinya perubahan pola pikir
manusia dan menjadi tonggak penting peradaban manusia. Dari semula menangkap
fenomena alam melalui mite-mite (mitos dan tahyul) bergerak menjadi rasional. Ken-
dati demikian, mite-mite itu tetaplah menjadi jejak yang penting sebagai perintis yang
mendahului filsafat. Melalui mite--mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul
Dalam mencari jawaban pada inti alam semesta ini, bangsa Yunani bergerak ke
arah yang rasional maka logos (akal budi, rasio) pun mengganti mythos. Lahirlah fil-
safat. Dimulai dari Thales6, sebagai orang pertama yang digelar filsuf, yang menjawab
5
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Ja-
karta, 2007, Halaman 23-24.
6
Thales dari Miletos adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6
Sebelum Masehi. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelas-
kan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama dan di sebut sebagai
bapak filsafat. Karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada
mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari Tujuh Orang Bijaksana
(dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), yang oleh Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama. Selain
sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anax-
imandros dan Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos. Thales tidak meninggalkan
bukti-bukti tertulis mengenai pemikiran filsafatnya. Pemikiran Thales terutama didapatkan melalui tu-
lisan Aristoteles. Aristoteles mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan
tentang asal mula terjadinya alam semesta.Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat
alam (natural philosophy).
16
inti alam itu adalah air. Lalu Anaximandros 7 mengatakan to apeiron 8 (yang tak
terbatas), yaitu suatu yang tak tentu sifat-sifatnya, sedangkan Anaximenes9 menga-
takan udara. Sementera Heraklitos10 menyebutnya Panta Rhei yang diartikan semua
mengalir, sebagaimana air sungai senantiasa mengalir terus, demikian pula dalam
dunia jasmani tidak ada sesuatupun yang tetap. Selanjutnya, Pythagoras11 yang men-
jawabnya dengan bilangan yang dikenal dengan dalil Pythagoras. Pythagoras mulai
7
Anaximandros (610-546 SM) adalah seorang filsuf dari Mazhab Miletos dan merupakan murid
dari Thales yang adalah perintifilsafat barat. Anaximandros adalah filsuf pertama yang meninggalkan
bukti tulisan berbentuk prosa. Akan tetapi, dari tulisan Anaximandros hanya satu fragmen yang masih
tersimpan hingga kini. Menurut tradisi Yunani kuno, Anaximandros memiliki jasa-jasa di dalam bidang
astronomi dan geografi. Selain itu, Anaximandros telah menemukan, atau mengadaptasi, suatu jam ma-
tahari sederhana yang dinamakan gnomon.
8
Anaximandros mengkritik pandangan gurunya, Thales, mengenai air sebagai prinsip dasar
(arche) segala sesuatu. Jika air prinsip dasar segala sesuatu, seharusnya tidak ada lagi zat yang berla-
wanan dengannya. Kenyataannya, air dan api saling berlawanan. Karena itu, Anaximandros menga-
takan bahwa prinsip dasar segala sesuatu adalah to apeiron. To apeiron berasal dari Bahasa Yunani,
yang merupakan gabungan “a” dan “peras” yang berartit tanpa batas, prinsip abstrak yang menjadi
prinsip dasar segala sesuatu. Bersifat ilahi, abadi, tak terubahkan, dan meliputi segala sesuatu.
9
Anaximenes, adalah filsuf sezaman dengan Thales dan Anaximandros, serta juga disebut filsuf
mazhab Miletos. Anaximenes adalah teman, murid, dan pengganti dari Anaximandros. Sebagaimana
kedua filsuf Miletos yang lain, ia berbicara tentang filsafat alam, yakni apa yang menjadi prinsip dasar
(arche) segala sesuatu. Anaximenes berpendapat bahwa udara adalah prinsip dasar segala sesuatu.
Udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai
bentuk lain.
10
Herakleitos adalah seorang filsuf Yunani Kuno yang tidak tergolong mazhab apapun. Hera-
kleitos diketahui menulis satu buku, tetapi telah hilang.[ Yang tersimpan hingga kini hanya 130 fragmen
yang terdiri dari pepatah-pepatah pendek yang seringkali tidak jelas artinya. Herakleitos diketahui be-
rasal dari Efesus. Hidup di sekitar abad ke-5 SM, ia berasal dari keluarga aristokrat di Efesus. Hera-
kleitos hidup sezaman dengan Pythagoras dan Xenophanes.
11
Pythagoras (570-495 SM) adalah seorang filsuf Yunani Kuno. Ajaran yang paling jelas
dikemukakan oleh Pythagoras adalah metempsikosis, yaitu keyakinan bahwa setiap jiwa itu abadi, dan
setelah kematian, jiwa tersebut akan masuk ke tubuh yang baru. Pada zaman kuno, nama Pythagoras
dikaitkan dengan berbagai penemuan matematika dan ilmiah, seperti teorema Pythagoras, lima Bangui
ruang, teori kesebandingan, teori bumi bulat, dan gagasan bahwa bintag timur dan barat adalah planet
yang sama, yaitu venus. Pemikiran Pythagoras memengaruhi Plato, dan dialog-dialog karya Plato
menunjukkan pengaruh dari ajaran pythagoreanisme. Gagasan pythagoreanisme mengenai kesem-
purnaan matematis juga berdampak terhadap seni Yunani Kuno. Menurut Aristoteles, kaum pythagore-
anis menggunakan matematika untuk tujuan mistis dan bukan untuk keperluan sehari-hari. Mereka
meyakini bahwa segala sesuatu terdiri dari angka.
12
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2002, Halaman 21-22.
17
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi dalam bukunya Pengantar Filsafat Hukum
mengelompokkan pemikiran di era Thales hingga Pythagoras itu sebaga masa pra-
Socrates. Alasannya, di masa era Socrates menjadi tonggak awal pemikiran tentang
manusia dan membicarakannya. Socrates menyebutkan adalah yang benar dan yang
baik yang harus diterima dan dijunjung tinggi oleh semua orang. Sedangkan muridnya,
Plato, mengatakan realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi
pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah
Kemudian muridnya Plato, Aristoteles13, mengatakan bahwa yang ada itu ada-
lah manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan.
Aristoteles adalah filsuf realis dengan teori yang terkenal dengan sebutan
memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni ab-
Lalu masuk ke era Stoa yang ditandai dengan lahirnya mazhab Stoa, yaitu suatu
13
Aristoteles (384 SM - 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid Plato dan guru dari Alex-
ander Agung. Aristoteles lahir di Stogira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya ter-
masuk wilayah Makedonia tengah). Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika,
metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnisk, biologi, dan zoologi. Bersama Socrates
dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran
Barat.
.
18
yang menyebutkan bahwa akal manusia itu merupakan rasio alam, dikembangkan
suatu pemikiran hukum alam yang bersumber dari akal ketuhanan. Pandangan mazhab
Stoa itu sangat berpengaruh pada perkembangan filsafat di era Romawi. Di masa
kekaisaran Roma era Alexander Agung (359-323 SM), filsafat tak begitu berkembang,
Selebihnya, menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum, para ahli
ban di seluruh kekaisaran Romawi. Mereka dituntut untuk lebih banyak mengem-
bangkan konsep-konsep dan teknik-teknik yang berkaitan dengan hukum positif sep-
Selanjutnya masa ke zaman abad pertengahan16 (abad ke-5 sampai abad ke-
15) dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada
masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan
aktivitas keagamaan. Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh. Peradaban
yang didasarkan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika
14
Zeno (334 SM - 262 SM) adalah filsuf Yunani dari Citium, Siprus. Zeno lahir pada tahun 334
SM. Zeno adalah pendiri sekolah filsafat Stoa. Zeno datang dari Citium ke Athena pada tahun 312/311
SM untuk mempelajari filsafat di bawah Xenocrates, murid dan keponakan Plato. Para pengikut ajaran
Zeno disebut Zenonians. Selain itu, Zeno sangat dipengaruhi oleh filsafat Sinisme atau Cynic yang
dikembangkan Crates dalam hal kemerdekaan manusia memilih cara hidup, bukan patuh pada aturan
hukum, melainkan taat pada keteraturan alam, sebab hukum yang tertinggi adalah hukum alam yang
diatur oleh sang ilahi. Dalam pengaruh Crates, Zeno menuliskan gagasan bagaimana hidup dalam dunia
politik saat itu, bukunya berjudul Republik.
15
Lili Rasjidi dan Ira Tania Rasjidi, Op. Cit., Halaman 24.
16
Abad Pertengahan dalam sejarah Eropa berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-15 Masehi.
Abad Pertengahan bermula sejak Kekaisaran Romawi Barat dan masih berlanjut manakala Eropa mulai
memasuki Abad Pembaruan. Sejarah Dunia Barat secara tradisional dibagi tiga kurun waktu, yakniAbad
Kuno, Abad Pertengahan, dan Zaman Modern. Dengan kata lain, Abad Pertengahan adalah kurun waktu
peralihan dari Abad Kuno ke Zaman Modern.
19
keagamaan. Filsafat zaman abad pertengahan mengalami dua periode, yaitu periode
Patriastik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-
ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Era ini juga disebut zaman
kegelapan karena sedikitnya karya sastra dan budaya yang dihasilkan di Eropa Barat.
yang menghidupkan lagi filsafat Plato. Tokoh mazhab Neo Platonisme adalah Ploti-
nos17 yang membangun tata filsafat yang bersifat ketuhanan. Menurut pendapatnya,
Tuhan itu merupakan hakekat satu-satunya yang paling utama dan paling luhur, yang
merupakan sumber dari segala-galanya. Bertolak dari pendapat Plato bahwa orang ha-
rus berusaha mencapai pengetahuan yang sejati, Platinus mengatakan bahwa kita harus
Lalu masuk era Renaissance. Istilah Renaissance (bahasa Prancis) berasal dari
kata rinascita (bahasa Italia) yang artinya kelahiran kembali. Sebetulnya zaman ini
adalah titik awal peralihan menuju zaman modern. Artinya, selain hidup lagi ke-
budayaan Romawi dan Yunani kuno juga sekaligus kebangkitan kesadaran manusia
sebagai individu yang rasional, sebagai pribadi yang otonom, yang mempunyai ke-
17
Plotinos (204 M - 270) Madalah filsuf pendiri Mazhab Neo-Platonisme yang menjadikan
pemikiran Plato sebagai inspirasi utamanya. Akan tetapi, pemikiran Plato tersebut digabungkan dengan
berbagai aliran filsafat lain pada masanya, termasuk filsafat Timur. Inti ajaran Neo-Platoisme dapat
ditemukan dalam Enneadeis, yang merupakan buku berisi kumpulan karangan Plotinos. Di dalam buku
tersebut, pemikiran Plotinos berpusat pada konsep "Yang Esa". Terkadang "Yang Esa" disebut juga
sebagai "Yang Baik". "Yang Esa" tersebut tidak dapat dibicarakan, tidak dapat dipikirkan, dan tidak
dapat diidentifikasikan. Ia bukan sesuatu dan juga bukan roh. Tidak ada atribut yang melekat kepadanya.
Kemudian "Yang Esa" itu merupakan asal dan tujuan segala sesuatu.
18
Lili Rasjidi dan Ira Tania Rasjidi, Op. Cit, Halaman 21-22.
.
20
dan bertumbuhnya berbagai displin ilmu, dan lain-lain. Di masa inilah muncul filsuf-
penemuan dalam bidang ilmiah. Rene Descartes20 (1596-1650) salah seorang ahli ilmu
pasti yang menjadi tokoh terkenal sebagai bapak filsafat moden. Penemuannya dalam
ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis turus X dan Y dalarn
bidang datar. Kemudian Isaac Newton21 dengan temuannya teori gravitasi dan Charles
Darwin dengan teorinya struggle for life (perjuangan untuk hidup), serta JJ. Thompson
19
Galileo Galilei lahir di Pisa, Toscana, 15 Februari 1564 – meninggal di Arcetri, Toscana, 8
Januari 1642 pada umur 77 tahun) adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki
peran besar dalam revolusi ilmiah. Ia disebut sebagai bapak astronomi observasional, bapak ilmu fisika
modern, bapak metode ilmiah, dan bapak ilmu pengetahuan. Sumbangannya dalam keilmuan antara
lain adalah penyempurnaan teleskop, berbagai pengamatan astronomi, dan hukum gerak pertama dan
kedua (dinamika). Pemikirannya tentang matahari sebagai pusat tata surya bertentangan dengan ajaran
Aristoteles maupun keyakinan gereja bahwa bumi adalah pusat alam semesta.
20
René Descartes lahir di La Haye, Prancis, 31 Maret 1596 – meninggal di Stockholm, Swedia,
11 Februari 1650 pada umur 53 tahun), seorang filsuf dan matematikawan Prancis. Karyanya yang ter-
penting ialah Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641). Descartes,
adalah salah satu pemikir paling penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia
menginspirasi generasi filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa
yang sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada Eropa abad
ke-17 dan 18. Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendakatan pemikirannya
bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa seseorang bisa berfikir. Karena itu, ia
membedakan "fikiran" dan "fisik". Pada akhirnya, kita mengakui keberadaan kita karena adanya alam
fikir. Semboyan Descrates "Aku berpikir maka aku ada".
21
Isaac Newton (25 Desember 1642–20 Maret 1726/27) adalah seorang fisikawan, matematika-
wan, ahli astronomi, filsuf alam, alkimiawan, dan teolog yang berasal dari Inggris. Dia merupakan
ilmuwan yang sangat berpengaruh sepanjang sejarah, bahkan dikatakan sebagai bapak ilmu fisika
klasik. Karya bukunya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica yang diterbitkan pada tahun 1687
dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah sains. Buku ini meletakkan dasar-dasar
mekanika klasik. Dalam karyanya ini, Newton menjabarkan hukum gravitasi dan tiga hukum gerak
yang mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta selama tiga abad. Newton berhasil menun-
jukkan bahwa gerak benda di Bumi dan benda-benda luar angkasa lainnya diatur oleh sekumpulan
hukum-hukum alam yang sama. Dia membuktikannya dengan menunjukkan konsistensi antara hukum
gerak planet Kepler dengan teori gravitasinya.
21
Rene Descartes menyatakan bahwa ia tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu
pengetahuan yang menjadi bahan pendidikannya, di bidang ilmiah tidak ada satupun
yang dianggap pasti, semuanya dapat dipersoalkan dan pada kenyataannya memang
dipersoalkan juga satu-satu pengecualianya adalah matematika dan ilmu pasti. Aliran
filsafat yang berasal dari Descrates disebut rasionalisme karena aliran ini sangat me-
mentingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat mem-
bangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan suatu realitas diluar rasio.
cul aliran empirisme yang timbul di Inggris, empirisme memilih pengalaman sebagai
dunia termasuk juga manusia merupakan suatu proses yang berlangsung tiada henti-
hentinya atas dasar hukum-hukum mekanisme saja. Kemudian muncul John Locke23
paper dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Lalu George Berkeley24 (1685-
22
Thomas Hobbes dari Malmesbury (lahir di Malmesbury, Wiltshire, Inggris, 5 April
1588 – meninggal di Derbyshire, Inggris, 4 Desember 1679 pada umur 91 tahun) adalah seorang filsuf
Inggris yang beraliran empirisme. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut pan-
dang empirisme-materialisme, serta pandangan tentang hubungan manusia dengan sistem negara.
Hobbes memiliki pengaruh terhadap seluruh bidang kajian moral di Inggris serta filsafat politik, khu-
susnya melalui bukunya yang amat terkenal "Leviathan". Hobbes tidak hanya terkenal di Inggris tetapi
juga di Eropa Daratan. Selain dikenal sebagai filsuf, Hobbes juga terkenal sebagai ahli matematika dan
sarjana klasik. Ia pernah menjadi guru matematika Charles II serta menerbitkan terjemahan Illiad dan
Odyssey karya Homeros.
23
John Locke (1632-1704) adalah seorang filsuf Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama
dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sebagai filsuf
negara liberal. Bersama Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur terpenting di era pen-
cerahan. Locke menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperi-
men di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Filsafat Locke dapat dikatakan antimetafisika. Ia
menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh Descartes, tetapi ia menolak intuisi yang digunakan
oleh Descartes. Ia juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi ber-
dasarkan pengalaman; jadi, induksi. Bahkan Locke menolak juga akal (reason). Ia hanya menerima
pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi.
24
George Berkeley (1685-1753) adalah filsuf Irlandia. Bersama John Locke dan David Home, ,
ia tergolong sebagai filsuf empiris Inggris yang terkenal. Berkeley mengembangkan suatu pandangan
22
1753) berpendapat bahwa sama sekali tidak ada substansi yang materiil yang ada han-
Kant sebagai filsuf dapat dibagi atas dua periode zaman praktis dan zaman kritis. Da-
lam zaman praktis dia menganut pendirian rasionalitas. Masuk ke zaman kritis, Kant
mengubah wajah filsafat secara radikal. Kant menanamkan filsafatnya sebagai krit-
kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu me-
nyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Kant adalah filsuf pertama yang mengu-
sahakan penyelidikan ini, sedangkan para filsuf yang mendahuluinya tergolong dalam
Prancis ini dikenal karena memperkenalkan bidang ilmu sosiologi serta aliran
tentang pengenalan visual tentang jarak dan ruang. Selain itu, ia juga mengembangkan sistem metafisik
yang serupa dengan idealisme untuk melawan pandangan skeptisisme. Inti pandangan filsafat Berkeley
adalah tentang "pengenalan". Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara
subjek yang mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengama-
tan antara pengamatan indra yang satu dengan pengamatan indra yang lain. Berkeley mengatakan bahwa
pengenalan hanya mungkin terhadap sesuatu yang kongkret.
25
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 2011, Halaman 55.
26
Immanuel Kant (lahir di Königsberg, Kerajaan Prusia, 22 April 1724 – meninggal di Königs-
berg, Kerajaan Prusia, 12 Februari 1804 pada umur 79 tahun). Kota itu sekarang bernama Kaliningrad
di Rusia. Kant penuh dengan kerendahan hati dan sangat disiplin. Setiap hari ia jalani dengan jadwal
yang sudah sangat tersistematisasi. Orang konon bisa menebak dengan mudah pada jam/waktu ini ia
berada di mana dan sedang melakukan kegiatan apa. Kedisiplinan hidup inilah yang memungkinkan
Kant menulis begitu banyak karya yang fenomenal. Kant adalah guru besar untuk logika dan metafisika
di Universitas Königsberg.
27
Auguste Comte lahir di Montpellier, Prancis, 19 Januari 1798 – meninggal di Paris, Prancis, 5
September 1857 pada umur 59 tahun, adalah seorang filsuf Prancis yang dikenal karena memperkenal-
kan bidang ilmu sosiologi serta aliran positivisme. Melalui prinsip positivisme, Comte membangun
dasar yang digunakan oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu sosial
sebagai sarana dalam memperoleh kebenaran. Comte juga merupakan Tokoh yang pertama memcip-
takan istilah sosiologi, sehingga ia mendapat julukan sebagai Bapak Sosiologi Dunia.
23
oleh akademisi saat ini yaitu pengaplikasian metode ilmiah dalam ilmu social sebagai
sarana dalam memperoleh kebenaran. Comte juga merupakan tokoh pertama mencip-
takan istilah sosiologi, sehingga ia mendapat julukan sebagai Bapak Sosiologi Dunia.
setelah mendapatkan legitimasi ilmiah dan proses metodologi tertentu; metode selalu
diarahkan pada fakta, perbaikan terus menerus, berbasis kepada kepastian, dan ber-
standarkan kecermatan.
satu filsuf terkenal di sini adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak
terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau
bersifat statis dari waktu ke waktu. Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan
berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu
yang mengalami kemajuan yang sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer,
berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga men-
galami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmu-
4. Kajian Filsafat
perkembangannya dapat ditarik benang merah yang menjelaskan apa sebetulnya men-
jadi fokus perhatian filsafat ini, dalam arti apa yang menjadi titik telaahan filsafat.
Pergerakan dari perhatian filsafat pun bergerak makin tajam sebagaimana perkem-
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka filsafat menelaah segala masalah
yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir,
maka filsafat mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu,
diapun merambah ke pertanyaan yang lain. Tentu saja tiap kurun zaman mempunyai
siapakah manusia itu. Bahkan sejak zaman filsuf Yunani kuno sampai sekarang ini,
filsafat belum selesai dalam membahas tentang manusia. Pada tahap kedua, pertanyaan
yang berkisar tentang ada: tentang hidup dan eksistensi manusia. Kemudian pada tahap
ketiga adalah penalaran secara ilmiah. Jadi, epistemologi dan bahasa (dan matematika
yang menurut filsafat bukan ilmu melainkan bahasa nonverbal) merupakan gumulan
Adapun yang dikaji filsafat itu juga berkembang. Dari terbagi dalam tiga segi,
yaitu logika (apa yang sebut benar dan apa yang disebut salah), etika (mana yang di-
anggap baik dan mana yang dianggap buruk), dan estetika (apa yang termasuk indah
dan apa yang termasuk jelek). Kemudian bertambah dua lagi yaitu metafisika (teori
tentang ada: tentang hakekat keberadaan zat dan pikiran) dan politik (kajian mengenai
cabang-cabang filsafat yang mempunyai kajian yang lebih spesifik di antaranya fil-
safat ilmu. Adapun cabang-cabang filsafat itu antara lain mencakup: epistemology (fil-
safat pengetahuan), etika (filsafat moral), estetika (filsafat seni), metafisika, politik,
28
Suriasumantri, Op. Cit, Halaman 25.
29
Ibid, Halaman 32-33.
25
dari epistemologis yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan
ilmiah. Meskipun secara metodelogis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam
khas, maka filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat
ilmu-ilmu sosial.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakekat ilmu, seperti: pertama landasan ontologis (objek apa
yang hendak ditelaah ilmu, bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut,
bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia –seperti berpikir,
berupa ilmu, bagaimana prosedurnya, hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita
mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran itu sendiri, apakah
tahuan yang berupa ilmu), dan ketiga adalah landasan aksiologis (untuk apa penge-
tahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan, bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral, bagaimana penentuan objek yang ditelaah ber-
30
Ibid, Halaman 34-35.
.
26
5. Penutup
Pemaparan materi pada tahap awal perkuliahan dibatasi hanya pengenalan ilmu
filsafat, artinya tidak ada pendalaman secara utuh. Kendati demikian, mahasiswa akan
dapat pemahaman bagaimana pengertian, ciri khas, dan alur filsafat yang bergerak dari
masa ke masa, mulai dari zaman Yunani kuno hingga menangkap berbagai dimensi
perubahan dan berbagai kondisi yang menjadi penyebab perubahan itu sendiri. Misal-
nya di zaman Yunani kuno, filsafat hanya bergerak dalam keberadaan alam dan peru-
arah yang rasional maka logos (akal budi, rasio) pun mengganti mythos.
Lalu masuk ke era Stoa yang mengembangkan pemikiran Aristoteles yang me-
nyebutkan bahwa akal manusia itu merupakan rasio alam, dikembangkan suatu
pemikiran hukum alam yang bersumber dari akal ketuhanan. Pandangan mazhab Stoa
itu sangat berpengaruh pada perkembangan filsafat di era Romawi. Di masa kekaisa-
ran Roma pada zaman kaisar Alexander Agung (359-323 SM), filsafat tak begitu
Selanjutnya masa ke zaman abad pertengahan (abad ke-5 sampai abad ke-15)
dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Lalu masuk era Renais-
sance yang menjadi titik awal peralihan menuju zaman modern. Beralih ke zaman
modern, suatu masa yang ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Kemudian pada ke zaman kontemporer (abad ke-20 hingga sekarang) yang ditandai
Dari uraian tersebut terbentang pula wilayah kajian filsafat, yaitu terterbagi da-
lam tiga segi, yaitu logika, etika, dan estetika. Kemudian berkembang menjadi cabang-
27
cabang filsafat yang mempunyai kajian yang lebih spesifik di antaranya filsafat ilmu.
pengetahuan), etika (filsafat moral), estetika (filsafat seni), metafisika, politik, agama,
ilmu, pendidikan, hukum, sejarah, dan matematika. Lebih lanjut dijelaskan soal filsafat
ilmu yang merupakan bagian dari epistemologis yang secara spesifik mengkaji hakikat
ilmu atau pengetahuan ilmiah yang sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan
filsafat ilmu-ilmu sosial. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu, yaitu landasan ontologis lan-
6. Latihan
Setelah mendapatkan pemahaman materi awal dari mata kuliah Pengantar Fil-
materi yang telah diterima di atas. Masing-masing kelompok memilih salah satu
thema di bawah ini, atau dapat mengajukan thema tersendiri yang masih memiliki
7. Pustaka
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
28
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994.
29
PERKULIAHAN ke-2
1. Diskusi
Fokus group discussion (FGD) menjadi salah satu parameter keseriusan maha-
siswa dalam mendalami materi, yaitu mengenai pengertian dan perkembangan filsafat
serta bidang yang menjadi kajian filsafat. Diskusi ini menjadi ajang latihan yang san-
gat bagus untuk mengasah kemampuan dalam memahami materi. Dari kegiatan ini
mahasiwa dapat mendalami materi dan mampu menjelaskan materi perkuliahan yang
sudah diperolehnya.
2. Tugas
3. Bahan Pustaka
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Hara-
pan, Jakarta, 2007.
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994.
30
PERKULIAHAN Ke-3
1. Pendahuluan
secara umum, pada perkuliahan ketiga ini mahasiswa mulai memasuki wilayah pem-
bahasan Filsafat Hukum. Namun materi yang diberikan adalah tahap pengenalan fil-
safat hukum. Karena itu, materia yang diberikan dimulai dengan membahas mengenai
Pengertian Filsafat Hukum, kedudukan filsafat hukum dalam ilmu filsafat dan se-
Materi kuliah pemula ini menjadi daya dorong bagi mahasiswa dalam menapaki
materi pendalaman lebih lanjut. Sebab dengan pemahamanan dasar inilah maka ma-
hasiswa dapat berjalan ke ruang lingkup yang lebih dalam lagi mengenai filsafat
hukum. Pemahaman dasar sangat penting agar mahasiswa tidak tersesat atau ke-
bingungan ketika fikirannya masuk dan berkelana dalam ranah filsafat hukum yang
lebih tajam lagi. Misalnya, mahasiswa haruslah memahami makna dan koridor yang
menjadi wilayah pembahasan filsafat hukum yang berkaitan dengan ruang dan waktu,
sehingga tak keluar pagar pembahasannya kendati memiliki dimensi dan persentuhan
Setidaknya, pada tahap awal ini, mahasiswa mampu menguraikan mengenai per-
kannya secara mantap dalam forum group discussion mengenai pengertian filsafat
hukum, kedudukan filsafat hukum dalam ilmu filsafat dan sebaliknya, dan perkem-
bangan filsafat hukum. Materi dasar ini akan membuat kokoh pola pikir mahasiswa
31
mengenai filsafat hukum, dan juga memahami makna-makna yang terkandung dalam
Apa itu filsafat hukum? Ini adalah pertanyaan pertama yang harus dipahami
sebelum melangkah lebih jauh memasuki arena materi filsafat hukum. Bahkan tahap
awal masih perlu penjelasan mengenai kata filsafat hukum dalam bahasa asing yang
beragam. Misalnya Inggris menggunakan 2 (dua) istilah yaitu Legal Philosophy atau
Philosophy of Law, Belanda juga menggunakan 2 (dua) istilah yaitu Wijsbegeerte van
het Recht dan Rechts Filosofie, sedangkan Jerman menggunakan istilah Filosofie des
Rechts. Adapun istilah Filsafat Hukum dalam Bahasa Indonesia adalah terjemahan
Sedangkan untuk memahami makna filsafat hukum itu bisa dengan memadukan
antara makna filsafat dan makna hukum. Jadi di sini, bisa diartikan bahwa filsafat
hukum adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh mengenai hukum.
Lebih jelas, Satjipto Rahardjo31 merumuskan bahwa filsafat hukum itu mempersoal-
kan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan tentang hakikat
hukum, tentang dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum, merupakan contoh-
Dari pengertian filsafat hukum di atas dapat ditarik lebih detail mengenai apa
saja yang menjadi kosentrasi pembahasan filsafat hukum. Lili Rasjidi mengemukakan
uraian yang lengkap dari L. Bender O.P (dari buku berjudul Het Recht
31
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, Halaman 404.
.
32
yaitu: filsafat hukum adalah satu ilmu yang merupakan bagian dari filsafat. Filsafat itu
terdiri dari beberapa bagian. Salah satu bagian utamanya adalah filsafat moral, yang
disebut juga etika. Objek dari bagian utama ini ialah tingkah laku manusia dari segi
baik dan buruk yang khas, yang ditemukan dalam tingkah laku manusia, yaitu baik
atau buruk menurut kesusilaan. Filsafat hukum adalah bagian dari filsafat moral atau
etika.32
hakikat hukum, alasan terdalam dari eksistensi hukum (tujuan, subjek, pembuatan),
sifat-sifatnya. Jadi filsafat hukum itu bukanlah tentang hukum ini atau hukum itu,
misalnya hukum Belanda atau hukum Romawi, bukan mengenai hukum pidana, tetapi
Dari berbagai defenisi yang disampaikan para penulis filsafat hukum, dapat
disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah: 1) sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat
etika atau moral; 2) bahwa yanhg menjadi objek pembahasannya adalah hakikat
hukum, yaitu inti atau dasar yang sedalam-dalamnya dari hukum; dan 3) mempelajari
lebih lanjut hal-hal yang tidak dapat dijawab oleh ilmu-ilmu hukum.33
Sebelumnya sudah disinggung bahwa kajian filsafat semula berada dalam tiga
segi, yaitu: logika, etika, dan estetika. Kemudian berkembang bertambah dua lagi
32
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2002, halaman 4.
33
Ibid.
33
filsafat yang mempunyai kajian yang lebih spesifik di antaranya filsafat ilmu. Adapun
etika (filsafat moral), estetika (filsafat seni), metafisika, politik, agama, ilmu, pendidi-
mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah. Meskipun secara metodelogis ilmu
tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social, namun karena perma-
salahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu sering dibagi men-
jadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. 35 Pendapat lainnya, se-
bagaimana disebutkan Lili Rasjidi, dari berbagai defenisi yang disampaikan para penu-
lis filsafat hukum, dapat disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat,
perilaku manusia agar tidak terjadi kekacauan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa filsafat hukum adalah sub dari cabang filsafat manusia yang disebut dengan
etika atau filsafat tingkah laku. Jadi, tepat dikatakan bahwa filsafat manusia
berkedudukan sebagai genus, etika sebagai species dan filsafat hukum sebagai subspe-
cies.36
Sebab menyatu dengan manusia, maka hukum sangat bergantung pada manusia.
Jika tidak ada manusia maka dengan sendirinya hukum pun tiada. Begitu juga dengan
filsafat hukum, semua orang berfilsafat tentang hukum setelah terlebih dahulu
34
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Ja-
karta, 2007, Halaman 32-33..
35
Ibid.
36
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Ja-
karta, 1999, Halaman 10.
34
berfilsafat tentang manusia. Dalam kaitan ini yang menjadi objek filsafat tentang
manusia ini berkaitan dengan tingkah lakunya. Jika filsafat dianalogikan dalam seba-
tang pohon, maka pohon filsafat manusia memiliki cabang yang namanya filsafat
etika, sedangkan filsafat hukum adalah anak cabang dari filsafat etika.
Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan Filsafat Hukum menyatakan bahwa filsafat hukum
adalah tataran abstraksi teoritikal yang peringkat keabstrakannya berada pada tataran
tertinggi. Karena itu, filsafat hukum meresapi semua bentuk pengusahaan hukum te-
Kendati disebut zaman Yunani kuno, yang dikelompokkan pada zaman pra-
Socrates dan era Socrates, semua filsuf di masa itu adalah pembuka pintu gerbang
perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian pesat saat ini. Dari pundak pemikiran
a. Yunani Kuno
Para filsuf pada abad ke-6 SM, yaitu Thales, Anaximandros, Anaximenes,
37
Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan
Filsafat Hukum, PT. Refika Aditama, Bandung, 2007.
35
logos (budi, rasio, ruh) pada manusia-manusia yang berbudaya. Berkat logos,
Namun persoalan hukum di masa itu masih dianggap sebagai bagian dari
gejala alamiah, disebabkan pemikiran tentang manusia di masa itu masih disa-
tukan dengan alam semesta. Artinya, apa yang menjadi hukum bagi manusia
sakral, dan hidup manusia tetap dianggap harus tunduk pada nasib alam yang tak
terelakkan.
Kemudian masuk era Socrates pada abad ke-4 SM, para filsuf besar mulai
manakah aturan yang adil yang harus disetujui oleh hukum, walaupun mereka
tetap juga mau taat pada tuntutan-tuntutan alam. Plato, menulis dua buku
mengenai hidup bernegara yaitu Politeia dan Nomoi. Di dalam dua bukunya itu,
Plato memaparkan tentang kehidupan bernegara dan hukum serta keadilan. Ar-
istoteles menulis tentang negara dan hukum dalam buku berjudul Politika.
38
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Penerbit PT. Kanisius, Yogyakarta, 1995, Halaman 22.
36
ajaran Aristotels, yaitu akal manusia itu merupakan bagian dari rasio alam,
danya. Di sinilah dikenal sebagai hukum alam yang kelak menjadi dasar segala
hukum positif.
b. Kekaisaran Romawi
yang didirikan pada 753 SM yang berkembang terus hingga akhirnya merajai
dunia. Sejak abad ke-3 (tiga) SM, aliran Stoa memengaruhi kebudayaan
Romawi. Lalu menyusul ajaran agama Kristiani yang mulai dikembangkan sejak
abad-abad pertama Masehi. Semula, yaitu pada abad ke-8 SM, peraturan-pera-
negara itu berangsur-angsur menjadi lebih universal (ius gentium), sebab dis-
otomatis kepada semua perkara, tetapi berfungsi pedoman atau contoh bagi para
juga satu ilmu hukum oleh para sarjana di bidang hukum seperti Cicero39.
39
Bernama lengkap Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) adalah filsuf, orator yang memiliki ket-
erampilan handal dalam retorik, pengacara, penulis, dan negarawan Romawi kuno yang umumnya di-
anggap sebagai ahli pidato Latin dan ahli gaya prosa. Cicero merupakan tokoh besar mazhab filsafat
Stoa yang populer pada abad 4 SM sampai abad 2 M, dan ia merupakan salah satu tokoh pada periode
akhir yang lebih terkenal dengan sebutan Stoa Romawi. Selain itu, ia dan pemikirannya juga dianggap
dekat dengan aliran Platonisme dan Epikureanisme. Pemikirannya banyak dirujuk dalam pemikiran
hukum dan tata negara, serta pemikiran filsafat lainnya. Cicero dikenal sebagai negarawan yang be-
rusaha menegakkan prinsip-prinsip republik dalam perang sipil, kegagalannya menyebabkan perang
sipil yang menghancurkan Republik Romawi.
37
lebih bersifat idiil, yakni apa yang dianggap terpenting oleh para tokoh politik
dan yuridis di zaman itu bukanlah hukum yang telah ditentukan (hukum positif,
leges), melainkan hukum yang dicita-citakan yang dicerminkan dalam leges ter-
sebut (hukum sebagai ius). Ius itu belum tentu ditemukan dalam segala pera-
turan, akan tetapi terwujud dalam suatu hukum alamiah yang mengatur baik
alam maupun hidup manusia. Oleh para ahli yang menganut aliran Stoa (hukum
alam) itu, yang melebihi hukum positif dipandang sebagai pernyataan kehendak
ilahi. 40
c. Abad Pertengahan
oleh bangsa-bangsa baru, menjadi awal masuknya abad pertengahan (abad ke-5
sampai abad ke-15) yang ditandai dengan penyebaran agama-agama besar Islam
dan Kristen. Sedangkan agama-agama India, seperti Hindu dan Budha, sudah
bang di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Eropa Selatan sejak abad ke-7 (tujuh)
masehi.
bahwa alam semesta telah ditetapkan oleh Allah. Begitu juga dengan hukum
yang dipandang sebagai aturan yang berasal dari Allah. Karena itu, hukum yang
40
Huijbers, Op.Cit, Halaman 25.
38
dengan wahyu, yakni hukum yang dibuat manusia disusun di bawah inspirasi
Sejak abad pertengahan ini, dalam filsafat hukum disebut lima jenis
hukum, yaitu;
1) hukum abadi (lex aeterna): rencana Allah tentang aturan semesta alam.
2) hukum ilahi positif (lex devina positive): hukum Allah yang terkandung
atau kebanyakan bangsa. Hukum itu hukum yang berasal dari Romawi,
oleh yang berkuasa. Hukum ini pada zaman modern ditanggapi sebagai
Semua istilah ini ditemukan antara lain pada buku Thomas Aquinas yang
d. Zaman Modern
dah muncul pada abad ke-15, yaitu dengan munculnya aliran filsafat masa
41
Ibid, Halaman 27.
42
Ibid, Halaman 27.
39
yang bertolak dari pemikiran Plato yaitu usaha mencapai pengetahuan sejati.
Dari sini muncullah aliran via antiqua yang berpihak pada gereja, dan aliran via
moderna yang berpihak pada kaisar. Mulai dibahas hubungan antara negara,
dengan memisahkan secara tegas urusan duniawi (negara) dan keagamaan (ger-
eja).
Di awal zaman baru ini, mulai muncul gerakan humanisme, yaitu manusia
pengetahuan empiris, pertama-tama ilmu fisika, salah satu tokohnya yang sangat
terkenal adalah Galileo Galilei (1564-1642, yang kemudian disusul oleh Isaac
untuk makin mencari kebenaran dalam fakta-fakta yang nyata dalam pengala-
man.
Selain itu, mulai munculnya gerakan politik baru dengan lahirnya negara-
negara nasional dibawah pimpinan raja-raja. Politik juga sangat dinamis dengan
pelaut yang mencari wilayah baru hingga ditemukannya benua Amerika pada
zaman terang budi) pada abad ke 17-18 yang menekankan pada kekuatan akal
Descrates, terdapat ide-ide terang pada manusia yang mutlak dapat dipercaya.
Ide-ide itu berakar dalam kesadaran tiap-tiap manusia tentang dirinya pribadi
yang berakal budi dan bebas. Dengan demikian manusia sebagai subjek dijadi-
Selain itu, muncul juga aliran empirisme yang dipelopori John Locke
isme juga namun lebih menekankan motode empiris, yaitu apa yang tidak dapat
Ide-ide baru tentang hukum yang muncul pada zaman itu sangat berkaitan
adalah negara hukum. John Locke, misalnya, membela hak-hak warga negara
nuhnya;
43
Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar, PT Refika
Aditama, Bandung, 2007, Halaman 118-119.
41
kekuasaan dan kebebasan politik yang berlaku di Inggris sejak revolusi tahun
44
Ibid, Halaman 120.
45
Bernama lengkap Baron de La Brède et de Montesquieu (1689 – 1755), Montesquieu adalah
pemikir politik Prancis yang hidup pada era Pencerahan. Ia terkenal dengan teorinya mengenai pemisa-
han kekuasaan, yaitu Trias Politika (pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga): eksekutif, legislative,
dan yudikatif. Pengacara dan penasehat hukum di Parlemen, yakni Pengadilan Tinggi di Bordeaux, ini
adalah pengikut John Locke. Di dalam bukunya D I’Esprit des Lois, ia seringkali menunjukkan dirinya
sebagai seorang pembela hukum alam. Lihat Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, Sejarah
Hukum Suatu Pengantar, PT Refika Aditama, Bandung, 2007, Halaman 119.
42
4. Aturan-aturan ini harus sederhana, sesuai dengan rasio dan rasa kead-
bagai subjek hukum, yaitu bila hukum menjadi bagian suatu kehidupan bersama
yang demokratis, maka raja sebagai pencipta hukum perlu diganti dengan rakyat
tukan tata hukum merupakan inisiatif manusia guna mengembangkan suatu ke-
suk pula hubungan negara dengan warganya. Ideologi absolutisme dan feodel-
isme menjadi tidak populer lagi yang ditandai dengan terjadinya Revolusi Pran-
cis pada tahun 1789. Itulah sebabnya, pada akhir abad ke-18 muncul suatu era
(1789). Revolusi Perancis (yang didasarkan pada liberte, egalite, dan fraternite)
telah mendesak hadirnya suatu tata hukum baru atas dasar kedaulatan rakyat.
46
Jean-Jacques Rousseau (1712 - 1778) adalah seorang filsuf dan komposer PrancisEra Pen-
cerahan di mana ide-ide politiknya dipengaruhi oleh Revolusi Prancis, perkembangan teori-teori liberal
dan sosialis, dan tumbuh berkembangnya nasionalisme.
43
Pada arus pikiran pandangan ilmiah atas hukum, muncul aliran empirisme
dalam bentuk baru, yaitu positivisme. Berbeda dengan empirisme pada abad
piris dalam renungan filsafat (sekarang ini disamakan dengan suatu pengolahan
ilmiah). Dasar bagi filsafat baru ini diletakkan di Prancis oleh Auguste Comte
(1789-1857).
hidupan masayarakat.
dang-undang, tidak terdapat suatu hubungan mutlak antara hukum dan moral,
dari undang-undang yang berlaku tanpa perlu meminta bimbingan dari norma-
masyarakat yang demikian ketat itu membuat perhatian pemikir tak hanya ter-
arah pada penyelidikan empiris dan ilmiah, melainkan juga pada gejala-gejala
perkembangan itu sendiri. Jadi di sini pengertian tentang hukum merupakan ba-
gian suatu pandangan baru atas hidup, yakni hidup sebagai perkembangan
47
Ibid, Halaman 33.
44
kebudayaan suatu bangsa yang berubah dalam lintasan sejarah, serta Karl Max
48
Nama lengkapnya Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831). Ia seorang filsuf idealis Jer-
man. Filosofi dari Hegel adalah: 1) Kebebasan (Civil Society) yang merupakan masyarakat dimana
orang-orang didalamnya memiliki hak untuk memilih hidup apa yang mereka suka dan memenuhi
keinginan mereka sesuai kemampuan mereka. Negara tidak memiliki hak memaksakan jenis kehidupan
tertentu kepada anggota masyarakat sipil seperti yang terjadi dalam masyrakat feodal; 2)Negara dan
Hak Individu, negara merupakan roh absolut yang kekuasaannya melampaui hak-hak individu itu
sendiri. Negara termasuk suatu proses dalam perkembangan ide mutlak yang ditandai adanya perkem-
bangan dialektis tesis-antitesisnya, antitesis kemudaian melahirkan sintesis; 3) Negara Integralistik, da-
lam konsep negara integralistik, negara adalah kesatuan masyarakat yang tersusun secara integral.
Masyarakat merupakan kesatuan organis yang tidak terpisah dan bergerak bersama kedalam satu tujuan
tunggal yang hakiki.
49
Friedrich Karl von Savigny (1779-1861), ahli hukum Jerman yang dianggap sebagai salah satu
Bapak hukum Jerman. Savigny adalah tokoh mazhab sejarah (historical school jurisprudence) yang
dikembangkannya pada paruh pertama abad ke 19. Dia juga dianggap sebagai pelopor kajian mengenai
relasi antara perkembangan hukum dan sosial. Savigny memberikan kontribusi penting dalam perkem-
bangan ilmu hukum dan bahkan terhadap ilmu sosial.
50
Op. Cit, Halaman 34.
51
Neo Kantianisme adalah aliran filsafat idealisme yang muncul di Jerman pada abad 19. Nama
aliran ini berasal dari dua kata yaitu, neo yang berarti baru dan Kant yang berarti nama filsuf, Immanuel
Kant. Dari penggabungan dua kata tersebut, Neo Kantianisme berarti kembali kepada Kant, yaitu
mengembangkan kembali unsur-unsur idealis, metafisis dan dialektis. Slogan "kembali kepada Kant"
ini dicetuskan oleh Otto Liebmann pada pada tahun 1965.
52
Neo-hegeliasme juga disebut filsafat idealisme berlangsung pada pertengahan abad ke-19 di
Inggris. Munculnya neo-idealisme atau neo-hegelianisme di Inggris adalah sebagai reaksi atas materi-
alisme dan positivisme yang merajalela di Eropa pada waktu itu dan khususnya atas filsafat John Stuart
Mill yang menguasai generasi para filosof Inggris sebelum menculnya Idealisme. Filsafat neohegelian-
isme di Inggris semula diharapkan dapat memberikan dasar pijakan filosofis bagi teologi Kristen. Hal
ini mengingat selama berabad-abad tradisi empirisme dan bahkan materialisme mendominasi tataran
pemikiran kefilsafatan di Inggris. Kedua aliran ini (empirisme dan materialisme) sama sekali tidak
memberikan ruang metafisis bagi suatu doktrin agama.
53
Neo-Marxisme adalah istilah yang diterapkan pada teori sosial atau analisis sosiologi yang
mengacu pada ide-ide Karl Marx, Friedrich Engels dan unsur-unsur dari tradisi intelektual lain, seperti
psikoanalisis (teori kritis), sosiologi Weberian (teori Erik Olin Wright tentang kelas yang bertentangan)
dan anarkisme (kriminologi kritis). Neo-Marxisme juga meliputi analisis Marxisme, Marxisme Hege-
lian, teori Antonio Gramsci tentang hegemoni, feminisme Marxis, Marxisme ekologis, post-Marxisme
dan berbagai teori sosial kritis yang berasal dari Frankfurt School. Penganut Neo-Marxisme (Neo-
45
aliran ini timbul sebagai reaksi atas positivisme yang memang menjadi aliran
filsafat paling umum sampai saat ini. Kendati banyak terdapat persamaan antara
hukum yang hakiki tetap terdapat selisih pendapat. Misalnya sejumlah pemikir
dari aliran sosiologi hukum dan realisme hukum berpendapat sebaiknya hukum
yang de facto berlaku. Tolok ukuranya adalah kepentingan umum yang dilihat
isme, dan filsafat eksistensi), hukum seharusnya dipandang sebagai bagian ke-
hidupan etis manusia di dunia ini. Karena itu diakui suatu hubungan antara
keadilan.
tahuan melalui rasio semata. Kebenaran itu wajib diuji dengan dunia realistis.
yang kemudian diambil alih oleh hakim ke dalam putusannya. Jadi dalam Real-
ini sejalan dengan kaum realis di Amerika. Hanya saja, aliran realisme meni-
secara bebas ini tak berarti tak terikat dengan undang-undang. Di sini, undang-
undang bukan dijadikan peran utama, melainkan sebagai alat bantu untuk mem-
peroleh pemecahan yang tepat menurut hukum, dan yang tak perlu harus sama
5. Penutup
Pada perkuliahan ketiga ini, mahasiswa mulai fokus memasuki alam pemikiran
pandangan ke filsafat secara umum maka pada pertemuan ini juga lebih menekankan
pada pondasi dasar filsafat hukum. Di sini lebih pada pengenalan, sehingga pembaha-
sannya pun lebih pada pengertian filsafat hukum, dan pembahasan mengenai perkem-
lingkup filsafat hukum sangat penting bagi mahasiswa yang masih tingkat dasar dalam
mempelajari filsafat hukum. Sebab, mempelajari dua hal itu akan mengantar maha-
siswa pada runut logika berfikir dan memahami alur bekerja dan berkembangnya fil-
safat hukum sesuai ruang dan waktunya yang terus berkembang seiring dengan se-
Rangkuman
Filsafat hukum adalah suatu cara berfikir yang radikal dan menyeluruh
Dari berbagai defenisi yang disampaikan para penulis filsafat hukum, dapat
disimpulkan bahwa filsafat hukum adalah sebagai cabang filsafat, yaitu filsafat etika
atau moral. Adapun yang menjadi objek pembahasannya adalah hakikat hukum, yaitu
inti atau dasar yang sedalam-dalamnya dari hukum, dan mempelajari lebih lanjut hal-
hal yang tidak dapat dijawab oleh ilmu-ilmu hukum. Jadi, tepat dikatakan bahwa fil-
safat manusia berkedudukan sebagai genus, etika sebagai species dan filsafat hukum
sebagai subspecies.
sejak zaman Yunani kuno. Persoalan hukum di masa itu masih dianggap sebagai ba-
gian dari gejala alamiah, disebabkan pemikiran tentang manusia di masa itu masih
disatukan dengan alam semesta. Kemudian makin mengerujut di era Socrates yang
era Kekaisaran Romawi, filsafat hukum lebih berkembang lagi. Di masa ini sudah mu-
lai menerapkan hukum yang bersifat kasuistis. Namun sebagai catatan, di masa ini
penyebaran agama-agama besar Islam dan Kristen. Tolok ukur pikiran orang pada
abad pertengahan adalah kepercayaan bahwa alam semesta telah ditetapkan oleh
48
Allah. Begitu juga dengan hukum yang dipandang sebagai aturan yang berasal dari
Allah. Karena itu, hukum yang dibentuk mendapat akarnya dalam agama.
muncul pada abad ke-15, yaitu dengan munculnya aliran filsafat masa Skolastik. Ali-
ran ini membuka pemikiran mengembangkan agama Kristen dalam dunia filsafat. Era
ini sudah mulai berkembang ilmu-ilmu pengetahuan empiris seperti ilmu fisika yang
pada gilirannya mendorong manusia untuk makin mencari kebenaran dalam fakta-
fakta yang nyata dalam pengalaman. Selain itu, terjadi gerakan politik baru dengan
lahirnya negara-negara nasional dibawah pimpinan raja-raja yang diwarnai era koloni-
alisme.
terang budi) pada abad ke 17-18 yang menekankan pada kekuatan akal budi. Selain
itu, muncul juga aliran empirisme. Ide-ide baru tentang hukum yang muncul pada za-
man itu sangat berkaitan dengan pandangan atas pemerintahan masyarakat dalam
Terakhir sejak abad ke-20 sampai sekarang, kendati banyak terdapat persamaan
antara system-sistem hukum dan pemikiran tentang hukum, namun tentang pengertian
hukum yang hakiki tetap terdapat selisih pendapat. Misalnya sejumlah pemikir dari
aliran sosiologi hukum dan realisme hukum berpendapat sebaiknya hukum dipandang
dalam hubungan pemerintah negara, yaitu sebagai norma hukum yang de facto ber-
laku. Tolok ukuranya adalah kepentingan umum yang dilihat sebagai bagian ke-
budayaan dan sejarah suatu bangsa. Sedangkan pendapat, hukum seharusnya dipan-
dang sebagai bagian kehidupan etis manusia di dunia ini. Karena itu diakui suatu
49
hubungan antara hukum positif dengan pribadi manusia, yang berpegang pada norma-
norma keadilan.
6. Latihan
bawah ini:
a. Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum, apa bedanya dengan filsafat pada
umumnya, serta dimana letak filsafat hukum dalam ranah ilmu hukum?
7. Pustaka
Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar,
PT Refika Aditama, Bandung, 2007.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
PERKULIAHAN ke-4
1. Pendahuluan
Kegiatan focus group discussion ini menjadi ajang diskusi untuk pendalaman
filsafat hukum, kerangka filsafat hukum, perkembangan dan ruang lingkup filsafat
hukum.
Selain itu mahasiswa dapat membandingkannya dengan filsafat umum, dan me-
mahami kedudukan filsafat hukum dalam filsafat umum. Dari diskusi ini, diharapkan
mahasiswa makin kuat pemahamannya tentang filsafat hukum dan dapat mem-
2. Tugas
filsafat umum, serta dimana titik temu antara filsafat dan filsafat hukum, serta
3. Penutup
4. Pustaka
Emeritus John Gilissen dan Emeritus Frits Gorle, Sejarah Hukum Suatu Pengantar,
PT Refika Aditama, Bandung, 2007.
51
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Hara-
pan, Jakarta, 2007.
PERKULIAHAN Ke-5
1. Pendahuluan
hidupan manusia. Berbagai dimensi yang terjadi itu dalam hukum dari sepanjang masa
tersebut akan mampu membawa kematangan berfikir dan mampu memahami hakikat
hukum dalam kehidupan manusia. Hukum selalu bergerak mengikuti arah cita-cita
manusia. Hukum juga tak terlepas dari pengaruh karya manusia seperti perkembangan
menguraikan mengenai jenis-jenis aliran-aliran dalam filsafat hukum dan siapa pence-
dalam filsafat hukum beserta pembagian atau klasifikasinya yang lebih dalam.
2. Mazhab-mazhab Hukum
Hukum hidup dan bergerak mengikuti irama manusia, sebab memang hukum itu
sendiri tak dapat dipisahkan dari manusia. Singkat kata hukum ada karena ada manu-
sia. Hukum mulai ada sejak manusia memikirkannya, yaitu bersamaan dengan la-
hirnya filsafat di zaman Yunani kuno. Tepatnya sejak para filsuf menggerakkan
bangsa Yunani ke arah yang rasional maka logos (akal budi, rasio) pun mengganti
filsafat manusia yang berbicara mengenai etika (filsafat etika). Maka ketika kehidupan
manusia terus berkembang dengan berbagai dimensi ruang dan waktunya, maka
Bahkan, hukum juga memperlihatkan banyak wajah yang sesuai dengan karakter
dan tempat serta waktu keberadaannya. Sehingga, selain mengikuti perubahan waktu
diri dengan perilaku manusia yang sesuai dengan tempat komunitas manusia itu be-
rada. Sebab itulah aliran hukum itu tidak tunggal, sebagaimana tercatat dalam
Hukum alam adalah hukum yang berlaku universal dan abadi, yaitu suatu
upaya dari manusia dalam mencari keadilan yang mutlak dan membedah kega-
ribuan tahun lamanya, juga sampai sekarang, ide untuk hukum alam ini selalu
saja muncul sebagai suatu manifestasi dari usaha manusia yang demikian, yaitu
yang merindukan suatu hukum yang lebih tinggi dari hukum positif. Suatu ketika
ide tentang hukum alam begitu kuatnya, pada saat yang lain ia terabaikan, tetapi
Lalu, bagaimana hukum alam ini bekerja? Ini bisa dilihat dalam dua pan-
dangan yang berbeda dari dua raksasa filsuf, yaitu kalangan teologis yang
54
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, Halaman 276.
54
metafisis dipelopori oleh Immanuel Kant, filsuf besar dari zaman renaissance
atau aufklarung. Sebetulnya sebelum dua filsuf di dua masa berbeda itu, filsuf
pada zaman Yunani kuno juga sudah meletakkan asas-asas hukum alam. Misal-
nya, Aristoteles menerima suatu hukum yang selalu berlaku dan tidak pernah
dari akal untuk kebaikan umum yang dibuat oleh seseorang yang mempunyai
manusia ini diatur oleh tatanan ketuhanan, maka seluruh masyarakat dunia ini
diatur oleh akal ketuhanan. Hukum ketuhanan adalah yang tertinggi. Jadi hukum
Pendapat lain tentang hukum alam ini adalah mengandalkan rasio yang
digunakan kalangan metafisika hukum kodrat (sebutan lain untuk hukum alam)
dengan tokoh raksasa filsuf Immanuel Kant. “Supere aude” begitu sem-
55
Thomas Aquinas seorang tokoh sentral dalam filsafat Abad Pertengahan sehingga pada tahun
1323 Paus Yohanes XXII mengangkatnya sebagai kudus. Berasal dari bangsawan, ayahnya Pangeran
Landulf seorang Katolik yang saleh. Sejak usia lima tahun, Thomas sudah dikirim ke Biara Benedictus
di Monte Cassino, Roma, Italia. Ilmu agama yang diperolehnya kemudian diimbangin dengan di Uni-
versitas Paris, yang membuatnya ahli di bidang teologi dan filsafat. Ia menggambungkan antara iman
dan akal budi. Lihat Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, Halaman
284.
56
Kritik der reinen Vernunft (Kritik atas Nalar Murni) adalah salah satu karya Immanuel Kant
yang menandai titik awal kelahiran filsafat modern. Buku ini ditulis sebagai akumulasi catatan-catatan
singkat yang dikumpulkan dan dicetak pada 1781. Dalam buku ini, Kant menguraikan konsepsi baru
tentang hakikat ruang dan maktu. Kant menyatakan klaim bahwa ia memulai sebuah “revolusi koper-
nikan" (pergeseran paradigma) dengan membalikkan visi epistemologis populer dengan visi
55
Rasio menjadi tolok ukur ketentuan moral, bahkan rasio yang terpisah atau
basis dari hukum-hukum manusia. Moral selalu rasional. Tanpa seleksi nalar
rasional, moral tidak bisa dikatakan moral. Ketentuan moral yang tanpa melalui
proses rasionalisasi sama seperti ketentuan hewan yang irasional (arbitrium bru-
tum). Dengan demikian, Kant menjawab, relasi antara pikiran manusia dan
Dua kutub pemikiran filsuf ini sudah sangat mewakili bagaimana perjal-
anan hukum alam itu berjalan sepanjang rentangan sejarah filsafat hukum. Se-
bagaimana dikatakan Satjipto Rahardjo, hukum alam tak pernah mati. Mempela-
jari hukum kodrat, kita akan dihadapkan dengan pandangan univikasi antara
hukum dan moral. Bagi penganut hukum kodrat, meyakini bahwa hukum adalah
Hukum alam (natural law) atau hukum kodrat telah memainkan peranan
penting dalam sejarah pemikiran manusia. Ia berdiri sama kuatnya dengan rev-
olusi ide yang terjadi. Hingga kini, hukum alam tetap berpengaruh dan mem-
epistemologis baru. Dalam pandangan pra-Kant, pembenaran atas pikiran hanya dapat dicapai dengan
menyelaraskan subjek pada keberadaan objek. Kant menawarkan perspektif baru dengan menyelidiki
apakah objek yang dirujuk mesti menyelaraskan dirinya pada bagaimana subjek memahami objek.
Maka dari itu, berdasarkan pandangan ini, budimanusia membentuk dan menyusun dunia pengalaman
dan bukan sebaliknya, membuat pengetahuan dimungkinkan hadir. Budi tidak dianggap seperti wadah
yang pasif yang menunggu untuk diisi, melainkan hal yang berdaya aktif mencerap realitas.
57
Ibid, Halaman 293.
56
memberikan dasar etika bagi berlakunya hukum positif, memberikan dasar pem-
bernegara, memberikan ide dasar tentang hakikat hukum dan keadilan sebagai
Romawi menjadi prinsip-prinsip hukum umum dan berbagai manfaat praktis dan
teoretis lainnya. Menurut aliran ini, isi hukum adalah keadilan dan moral.58
isme yang dipeloporo filsuf Auguste Comte. Dimulai sejak abad ke-19, aliran
hukum positif maka menampilkan dua filsuf raksasa yang menjadi pelopornya,
yaitu Jhon Austin (1790-1859) dengan aliran hukum positif analitis (analytical
jurisprudence) yang disebut juga positivism sosiologis, dan Hasn Kelsen (1881-
1973) dengan aliran hukum murni (reine rechtslehre) atau postivisme yuridis.
Pada prinsipnya, kedua aliran hukum positif ini memiliki satu sudut pandang
bahwa hukum itu adalah perintah penguasa (law is a command of the lewgivers).
Bahkan bagi aliran hukum positif yang dikenal dengan nama legisme ber-
pendapat lebih tegas, bahwa hukum itu adalah identik dengan undang-undang.
yang tertinggi dari suatu negara. Sumber-sumber yang lain disebutnya sumber
58
Otje Salman, Filsafat Hukum (Perkemangan dan Dinamika Masalah), PT Refika Aditama,
Bandung, Halaman 43.
57
sistem yang tetap, logis, dan tertutup. Hukum juga dipisahkan dari moral, jadi
dari hal yang berkaitan dengan keadilan, dan tidak dipertimbangkan atas pertim-
Selanjutnya adalah Teori Hukum Murni dari Hans Kelsen60 yang juga
dikelompokkan dalam aliran hukum positif. Hukum Murni juga lazim disebut
Mazhab Wina yang dipimpin Kelsen. Lahirnya teori Hukum Murni ini sebagai
59
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2002, Halaman 58.
60
Hans Kelsen (11 Oktober 1881 – 19 April 1973) adalah seorang ahli hukum dan filsuf Austria.
Akibat kebangkitan Nazisme di Jerman dan Austria, Kelsen terpaksa mundur dari jabatannya di univer-
sitas karena ia memiliki darah Yahudi. Ia kemudian melarikan diri ke Jenewa pada tahun 1933 dan
Amerika Serikat pada tahun 1940. Pada tahun 1934, Roscoe Pound menyanjung Kelsen sebagai "ahli
hukum paling terkemuka pada masanya". Saat masih di kota Wina, Kelsen adalah kolega muda Sig-
mund Freud dan telah menulis beberapa karya mengenai psikologi sosial dan sosiologi.
58
taliter61. Teori ini suatu pengembangan dari Aliran Positivisme yang menolak
ajaran yang bersifat ideologis, dan hanya menerima hukum sebagaimana adanya,
yaitu dalam bentuk perundang-undangan yang ada. Hukum itu harus bersih dari
anasir-anasir yang tidak yuridis, yaitu anasir etis, sosiologis, politis, dan sejarah.
a. Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk
seharusnya ada.
e. Sebagai suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang
cara pengaturan dari isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola
yang spesifik.
f. Hubungan antara teori hukum dengan suatu system hukum positif ter-
tentu adalah seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.
61
Satjipto Rahardjo, Op. Cit, Halaman 309.
62
Wolfgang Gaston Friedmann (1907-1972) adalah seorang sarjana hukum Jerman-Amerika.
Mengkhususkan diri dalam hukum internasional, ia adalah anggota fakultas di Columbia Law School.
Lahir di Berlin, Friedmann menyelesaikan studinya tentang hukum di Universitas Humboldt Berlin
pada tahun 1930. Ia keturunan Yahudi, sehingga ketika zaman Nazi Jerman, hards mengungsi ke
Amerika. Pada 1955, ia menjadi profesor hukum international di Universitas Columbia.
59
hukum haruslah bersandarkan pada ketentuan hukum yang lebih tinggi yang
disebutnya grundnorm atau norma dasar yang menjadi tujuan dari semua jalan
hukum. Dapat dikatakan grundnorm ini sebagai induk yang melahirkan pera-
yang menjadi dasar mengapa hukum harus dipatuhi dan memberikan per-
Teori Kelsen tentang Hukum Murni ini menjadi konsep fundamental da-
praktisi hukum di Indonesia banyak terpengaruh dengan teori hukum murni dari
Kelsen ini.
c. Mazhab Utilitarian
tidak? Jawaban dari pertanyaan itulah yang menjadi tujuan utama dari Aliran
Utilitarian. Jadi baik buruk ataupun adil tidaknya suatu hukum, bergantung
tidak. Filsuf terkemuka dalam aliran ini adalah Jeremy Betham63 (1748-1832).
63
Jeremy Bentham adalah filsuf pendiri utilitarianisme dari Inggris. Bentham merupakan salah
seorang filsuf empirisme dalam bidang moral dan politik. Sebagai prinsip pedoman bagi kebijakan pub-
lik, Bentham mengambil sebuah pepatah yang telah dikemukakan sejak awal abad 18 oleh seorang filsuf
Skotlandia-Irlandia bernama Francis Hutcheson, yaitu "Tindakan yang terbaik adalah yang memberikan
sebanyak mungkin kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang". Bentham mengembangkan pepatah ini
menjadi sebuah filsafat moral, yang menyatakan bahwa benar salahnya suatu tindakan harus dinilai
berdasarkan konsekuensi-konsekuensi yang diakibatkannya. Konsekuensi yang baik adalah konsek-
uensi yang memberikan kenikmatan kepada seseorang, konsekuensi yang buruk adalah konsekuensi
yang memberikan penderitaan kepada seseorang. Filsafat ini kemudian dikenal sebagai utilitarianisme.
Filsafat ini sangat terlihat dalam memengaruhi pemerintahan Inggris. The greatest good of the greatest
number yang artinya, kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar.
60
Selain itu ada John Stuart Mill 64 (1806-1873), dan Rudolf von Jhering 65
(1818-1892).
matan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan. Tujuan akhir dari perun-
sejumlah terbesar rakyat. Prinsip kebahagiaan yang terbesar ini berakar sangat
kuat pada keyakinan Betham. Ia sangat menentang setiap teori yang mengajar-
persekutuan politik adalah pemeliharaan hak-hak manusia yang alami dan tidak
yang alami dan tidak dapat dialihkan”. Peralihan dari naskah semula yang
64
John Stuart Mill (1806-1873), adalah seorang filsuf, ekonom politik Inggris. Salah satu
pemikir paling berpengaruh dalam sejarah liberalisme klasik, ia banyak berkontribusi pada teori sosial,
teori politik, dan ekonomi politik. Dijuluki "filsuf berbahasa Inggris paling berpengaruh pada abad ke-
19", konsepsi Mill tentang kebebasan membenarkan kebebasan individu dalam oposisi terhadap negara
tanpa batas dan kontrol sosial. Mill adalah pendukung utilitarianisme, sebuah teori etika yang dikem-
bangkan oleh pendahulunya Jeremy Bentham. Dia berkontribusi pada penyelidikan metodologi ilmiah,
meskipun pengetahuannya tentang topik tersebut didasarkan pada tulisan orang lain, terutama William
Whewell, John Herschel, dan Auguste Comte.
65
Caspar Rudolph Ritter von Jhering (1818-1892) adalah seorang ahli hukum Jerman. Ia terkenal
karena bukunya tahun 1872, Der Kampf ums Recht (Perjuangan untuk Hukum), sebagai sarjana hukum,
dan sebagai pendiri sekolah hukum sosiologis dan sejarah modern.
61
menekankan pada hak-hak alami kepada keagungan social untuk bagian terbesar
Sejalan dengan Betham, John Stuart Mill menyebutkan bahwa suatu tin-
kegunaannya. Menurut Mill, keadilan bersumber pada naluri manusia untuk me-
nolak dan membalas kerusakan yang diderita, baik oleh diri sendiri maupun oleh
siapa saja yang mendapat simpati dari kita. Perasaan keadilan akan memberon-
melainkan lebih luas dari itu, sampai kepada orang-orang lain yang kita samakan
dengan diri kita sendiri. Hakikat keadilan, dengan demikian, mencakup semua
Sedangkan Rudolf von Jhering yang dikenal sebagai penggagas teori So-
hatian filsafat hukum Jhering adalah konsep tentang tujuan. Tujuan adalah pen-
cipta dari seluruh hukum, tidak ada satu peraturan hukum yang tidak memiliki
asal-usulnya pada tujuan ini, yaitu pada motif yang praktis. Hukum dibuat
dengan sengaja oleh manusia untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang di-
inginkannya.
66
Satjipto Rahardjo, Ibid, Halaman 307.
62
d. Mazhab Sejarah
Tokoh utama dalam Mazhab Sejarah adalah Friedrich Karl von Savi-
zhab hukum alam yang melihat hukum itu bersifat universal. Savigny menga-
nalogikan timbulnya hukum itu dengan timbulnya bahasa pada suatu bangsa.
pula dengan hukum. Oleh karenanya tidak ada bahasa yang universal dan tiada
atau bukan karena kebiasaan, tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di
dalam jiwa bangsa (volksgeist). Jiwa ini berbeda, baik menurut waktu dan tem-
beda-beda. Jiwa itulah yang menjadi sumber hukum, karena itu hukum berbeda
67
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Ja-
karta, 1999, Halaman 121
68
Friedrich Karl von Savigny (1779-1861) adalah ahli hukum Jerman yang juga dianggap sebagai
salah satu Bapak hukum Jerman. Savigny adalah tokoh mazhab sejarah (historical school jurisprudence)
yang dikembangkannya pada paruh pertama abad ke 19. Dia juga dianggap sebagai pelopor kajian
mengenai relasi antara perkembangan hukum dan sosial. Sebagai seorang pemikir hukum yang senan-
tiasa kreatif dalam membuat terobosan-terobosan (trail-blazing legal scientist), Savigny memberikan
kontribusi penting dalam perkembangan ilmu hukum dan bahkan terhadap ilmu sosial. Dari sekian ban-
yak kontribusinya antara lain teorinya mengenai kontinuitas antara institusi hukum saat ini dengan in-
stitusi hukum masa lalu, meletakkan fondasi bagi kajian sosiologi hukum, dan menegaskan mengenai
urgensi metode historis dalam kajian hukum. Lihat Khazanah: Fredrich Karl von Savigny,
http://jurnal.unpad.ac.id/pjih/article/view/7283
63
menurut waktu dan tempatnya. Hukum itu tidak dibuat, tetapi tumbuh dan
perlukan studi terhadap sejarah dari bangsa di mana hukum itu dibangun.
Savigny juga mengatakan bahwa apa yang menjadi isi dan hukum itu
ditentukan oleh pergaulan hidup manusia dari masa ke masa. Hukum berkem-
bang dari suatu masyarakat sederhana yang tercermin pada setiap tingkah laku
hukum suatu bangsa adalah terkait pada jiwa bangsa (volksgeist) bangsa yang
2) melalui undang-undang,
69
Georg Friedrich Puchta (1798-1846) adalah seorang ahli hukum Jerman. Ayahnya, Wolfgang
Heinrich Puchta (1769–1845), seorang penulis hukum dan hakim distrik, menanamkan putranya dengan
konsepsi dan prinsip hukum. Dari tahun 1811 hingga 1816 Puchta muda menghadiri gimnasium di Nu-
remberg, di mana ia menyukai Hegelianisme. Pada tahun 1816 ia pergi ke universitas Erlangen, di mana,
selain diprakarsai oleh ayahnya dalam praktik hukum, ia jatuh di bawah pengaruh tulisan Savigny dan
Niebuhr. Pada 1828 ia dilantik sebagai profesor hukum Romawi di Munich. Pada 1835 ia diangkat ke
kursi Romawi dan hukum gerejawi di Marburg, tetapi ia meninggalkan ini untuk Leipzig pada 1837,
dan pada 1842 ia menggantikan Savigny di Berlin. Pada 1845 Puchta diangkat menjadi anggota dewan
negara (Staatsrat) dan komisi legislatif (Gesetzgebungskommission).
64
suatu negara.
Adapun yang memiliki hukum yang sah adalah bangsa dalam arti nasional
belaka.
man, bahkan sampai ke Indonesia melalui ahli hukum Belanda. Sehingga me-
lahirkan suatu cabang ilmu hukum baru yaitu hukum adat yang dipelopori oleh
van Vollenhoven, Ter Haar, serta tokoh-tokoh hukum adat lainnya. Bagi para
sosiolog pun tak dapat mengenyampingkan pemikiran von Savigny, betapa pent-
beserta sistem nilainya. Pendapat ini hampir selalu pegangan banyak ahli so-
siologi yang melihat bahwa system hukum sesungguhnya tidak terlepas dari sys-
tem social yang lebih luas, dan antara sistem hukum dengan aspek-aspek system
Tokoh lain dari mazhab sejarah adalah Henry Sunmer Maine71 (1822-
1888) yang terkenal sebagai penulis buku Ancient Law. Teorinya yang terkenal
adalah perihal perkembangan hukum dari status ke kontrak yang sejalan dengan
70
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Cetekan ke-21, 2012, Halaman 39.
71
Sir Henry Sumner Maine memiliki prasasti marmer hitam dan putih di dinding lorong barat
transept utara Biara Westminster. Tulisan di sekitar relief berbunyi; Sir Henry Sumner Maine K.C.S.I.
1822-1888, dan di pangkalan: Member of the Council of India, Master of Trinity Hall, Cambridge, dan
di bawah, diterjemahkan dari bahasa Latin: He searched out the jurisprudence of the ancients, estab-
lished new laws for India, and revealed to his followers the fountain-heads of the justice of olden times.
Ia dilahirkan pada 15 Agustus 1822. Dia dididik di Christ's Hospital School dan universitas Cambridge.
Dia menjadi profesor hukum perdata dan bekerja sebagai pengacara dan dosen. Pada tahun 1871 ia
dianugerahi gelar kebangsawanan dan merupakan anggota resmi Dewan India dan profesor hukum in-
ternasional.
65
bang menjadi masyarakat modern dan kompleks. Pada masyarakat modern yang
kompleks, hubungan hukum didasari pada system hak dan kewajiban berdasar-
kan kontrak yang sukarela dibuat dan dilakukan oleh para pihak. Masyarakat
sederhana secara relatif bersifat statis dan homogen, sedangkan masyarakat yang
3. Penutup
Materi perkuliahan pada pertemuan ke-5 (lima) baru sebagian dari keseluruhan
pembahasan perihal aliran-aliran atau mazhab hukum. Sisa materinya akan disam-
paikan pada perkuliahan berikutnya, yaitu pada pertemuan perkuliahan ke-7, artinya
setelah pemantapan materi perkuliahan ke-5 dilaksanakan pada forum group discus-
dipaksakan dengan jejalan seluruh materi yang bisa membingungkan dan memberat-
kan. Dengan pola bertahap ini, mahasiswa bisa menerima pembelajaran secara nyaman
dan mampu menyerap pelajaran dengan baik. Sehingga mahasiswa mampu mem-
diskusi.
72
Ibid, Halaman 40.
66
Rangkuman
Pergerakan hukum dari masa ke masa sangat terlihat dari corak mazhab hukum
yang timbul di pergantian masa. Namun, antara satu mazhab dengan mazhab yang lain
menjadi sebuah satu kesatuan yang saling melengkapi hingga menjadi sebuah konsepsi
hukum yang semakin luas. Semakin rasional cara berfikir manusia, maka semakin ra-
sional pula hukum itu. Prosesnya dimulai semenjak manusia berfikir rasional di era
Yunani kuno, yaitu sejak para filsuf menggerakkan bangsa Yunani ke arah yang ra-
sional maka logos (akal budi, rasio) pun mengganti mythos. Maka sejak itulah embrio
yang berlaku universal dan abadi, suatu upaya dari manusia dalam mencari keadilan
yang mutlak dan membedah kegagalan-kegagalannya. Pada Mazhab Hukum Alam ada
dua pandangan yang berbeda, yaitu Thomas Aquinas yang memelopori kalangan teol-
ogis, dan kalangan metafisis dipelopori oleh Immanuel Kant. Thomas Aquinas meru-
muskan merumuskan hukum sebagai peraturan yang berasal dari akal ketuhanan. Se-
dangkan Immanuel Kant mengatakan rasio menjadi tolok ukur ketentuan moral,
bahkan rasio yang terpisah atau termurnikan dari objeknya membuat ketentuan moral
universal yang menjadi basis dari hukum-hukum manusia. Kant sangat mengkultus-
Sedangkan aliran hukum positif yang diperlopori dua filsuf raksasa, yaitu Jhon
Austin dan Hasn Kelsen, memiliki satu sudut pandang bahwa hukum itu adalah
perintah penguasa (law is a command of the lewgivers). Bahkan bagi aliran hukum
positif yang dikenal dengan nama legisme berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu
adalah identik dengan undang-undang. Bahkan Teori Hukum Murni Hans Kelsen
67
Menurut Jeremy Betham, tujuan hukum itu terletak pada kemampuannya dalam
memberi kebahagiaan kepada manusia. Inilah yang disebut dengan Aliran Utilitarian.
Jadi baik buruk ataupun adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada kemampuan
hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Betham didukung dua
filsuf lainnya yaitu John Stuart Mill dan dan Rudolf von Jhering. Menurut Betham,
hakikat kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan.
Tujuan akhir dari perundang-undangan adalah untuk melayani kebahagian yang paling
hukum itu dengan timbulnya bahasa pada suatu bangsa. Masing-masing bangsa mem-
iliki ciri-ciri khusus dalam berbahasa, demikian pula dengan hukum. Oleh karenanya
tidak ada bahasa yang universal dan tiada pula hukum yang universal. Savigny menga-
takan bahwa hukum itu bukan karena perintah penguasa atau bukan karena kebiasaan,
tetapi karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa (volksgeist). Jiwa
ini berbeda, baik menurut waktu dan tempatnya. Pengaruh pemikiran von Savigny
inilah melahirkan suatu cabang ilmu hukum baru yaitu hukum adat yang dipelopori
Latihan
yang tergabung dalam beberapa kelompok diskusi. Pilih salah satu dari tema yang ter-
sia?
4. Perpustakaan
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
PERKULIAHAN ke-6
1. Pendahuluan
yang sudah disampaikan pada pertemuan perkuliahan ke-5 (lima). Masing-masing ke-
lompok mempresentasikan materinya sesuai tema yang sudah diberikan. Diskusi ini
menjadi bagian dari pendalaman materi mengenai aliran-aliran dalam filsafat hukum
atau mazhab-mazhab hukum. Dari diskusi ini, mahasiwa dapat memahami matarantai
mazhab-mazhab hukum yang berkembang dari masa ke masa. Bahkan, mazhab sejarah
memiliki pengaruhnya pada hukum nasional Indonesia, yaitu lahirnya hukum adat.
2. Tugas
pandangannya masing-masing.
3. Penutup
4. Pustaka
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
PERKULIAHAN ke-7
1. Pendahuluan
Materi pada pertemuan perkuliahan yang ke-7 (tujuh) ini merupakan lanjutan
dari materi yang diberikan pada perkuliahan yang ke-5 (lima) yang diikuti dengan
diskusi kelompok pada perkuliahan yang ke-6. Memasuki materi mazhab sosiologi
lumnya yang satu mata rantai dengan materi yang diberikan ini.
memiliki pola pikir yang lebih mantap dan berkembang dalam memahami ilmu hukum
itu, juga akan memahami bagaimana melihat pergerakan hukum dengan berbagai di-
terjadi pada awal abad ke-19 (sembilan belas) mendorong berbagai perubahan
di berbagai sektor kehidupan. Salah satu faktor pendorong perubahan adalah rev-
dustri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, dan memen-
garuhi hampir seluruh setiap aspek kehidan sehari-hari, khususnya dalam pen-
dan memunculkan suatu bahan baru untuk digarap para teoretis hukum. Di an-
pikirnya sangat terikat dengan metode empiris. Menurut Durkheim, dasar dari
jenis hukum ini adalah solidaritas sosial yang disebutnya solidaritas mekanik.
katnya.74
73
David Émile Durkheim (1858-1917) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia
mendirikan fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah
satu jurnal pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L’Anne Sociologique pada 1896. Durkheim
menghubungkan jenis solidaritas pada suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu sistem
hukum. Ia menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum seringkali bersifat
represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, dan hal itu akan
membalas kesadaran kolektif yang dilanggar oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk
mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya, dalam masyarakat yang memiliki solidaritas or-
ganik, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan
aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks. Jadi, perubahan masyarakat yang cepat karena
semakin meningkatnya pembagian kerja menghasilkan suatu kebingungan tentang norma dan semakin
meningkatnya sifat yang tidak pribadi dalam kehidupan sosial, yang akhirnya mengakibatkan runtuhnya
norma-norma sosial yang mengatur perilaku. Durkheim menamai keadaan ini anomie. Dari keadaan
anomie muncullah segala bentuk perilaku menyimpang, dan yang paling menonjol adalah bunch diri.
74
Email Durkhaim mengatakan, dalam hal-hal yang terjadi, kekuasaan yang diserang oleh kaja-
hatan dan yang menindaknya adalah kekuasaan yang sama juga. Ia merupakan hasil dari kesamaan
social dan kesamaan ini menimbulkan efek dipertahankannya kohesi sosial yang lahir dari kesamaan
ini. Kekuasaan inilah yang dilindungi oleh hukum pidana terhadap segala hal yang melemahkannya,
baik dengan cara menuntut dari kita masing-masing dengan minimum kesamaan, yang tanpa itu
seseorang akan merupakan bahaya bagi kesatuan dari kehidupan social, maupun dengan cara memaksa
kita untuk menghormati lambing yang mengekspresikan dan menyarikan kesamaan ini. Lebih lanjut
lihat Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, Halaman 327.
75
Maximilian Weber (1864 - 1920) adalahah peletak dasar Sosiologi asal Jerman yang besar di
Amerika. Dilahirkan di Jerman, Weber banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan teori so-
siologi modern yang sumbangsih pemikirannya masih dipakai hingga hari ini. Selain sosiologi, Weber
juga ahli ekonomi dan juga pendiri administrasi negara modern. Karya utamanya berhubungan dengan
rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidang ekonomi.
Karyanya yang paling populer adalah esai yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme,
yang mengawali penelitiannya tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah
satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur..
72
suatu tatanan baru dikatakan hukum, apabila secara eksternal ia dijamin oleh
kemungkinan, bahwa paksaan (fisik atau psikologis), yang ditujukan untuk me-
living law) yang masih digunakan orang hingga sekarang. Ehrlich menyatakan
bahwa hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat, atau dengan apa yang disebut oleh antrapolog sebagai
76
Ibid, halaman 331.
77
Eugen Ehrlich (1862-1922) adalah seorang ahli hukum Austria dan pencetus ilmu sosiologi
hukum. Sosiologi hukum Ehrlich didasarkan pada sebagian hukum-hukum bebas atau rasa keadilan.
Ehrlich mengakui adanya dua sumber pelengkap hukum, yaitu: Pertama adalah sejarah hukum dan
yusrisprudensi. Dan yang kedua adalah "hukum yang hidup", sebagaimana yang diwujudkan dalam
kebiasaan sosial saat ini. Pada tahun 1913, ia menulis dan menerbitkan karya utamanya yang berjudul
"Fundamental Principles of the Sociology of Law". Di dalamnya, di antaranya membahas tentang perbe-
daan hukum pada setiap negara.
73
terletak di dalam masyarakat itu sendiri. Tata tertib dalam masyarakat didasar-
kat atas jasa Roscoe Pound79 (1870-1964). Roscoe Pound berpendapat, bahwa
hukum dilihat atau dipandang sebagai suatu lembaga kemasyarakatan yang ber-
fungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan tugas dari ilmu hukum
bagai suatu proses (law in action) yang dibedakan dengan hukum tertulis (law
in the books). Pembeda ini dapat diterapkan pada seluruh bidang hukum. Ajaran
78
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Ce-
takan ke-21, 2012, Halaman 42. Bandingkan dengan Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014, halaman 334.
79
Roscoe Pound (1870-1964) adalah salah satu pemikir hukum. Dia adalah salah seorang pem-
uka aliran sociological jurisprudence dan pragmatic legal realism. Roscoe Pound juga dikenal sebagai
figur yang memiliki kecenderungan kuat untuk membuat klasifikasi mengenai bahan-bahan hukum (le-
gal material). Hal ini dapat dipahami karena latar belakangnya sebagai sarjana biologi, sehingga seba-
gian pakar menjuluki Pound sebagai figur yang telah melakukan botanisasi hukum (botanized
law). Meskipun demikian, Pound juga banyak menggunakan teori-teori pemikir hukum lainnya dian-
taranya dari Rudolf Von Jhering (1818 – 1892) khususnya yang terkait dengan fungsi hukum sebagai
sarana untuk melindungi kepentingan. Sehubungan dengan hal ini Lyoid mengatakan sebagai berikut:
“According to Pound, law should realize and protect six social interests: common security, social insti-
tutions (like family, religion and political rights), sense of morality, social goods, economic, cultural
and political progress and protection of an individual’s life. The last of these ‘social interests’ Pound
deems to be the most important. In order to realize those goals a new sociological jurisprudence, Pound
argues, must be developed”. Lihat Khazanah: Roscoe Pound http://jurnal.unpad.ac.id/pjih/arti-
cle/view/7083.
80
Soekanto, Op. Cit, Halaman 43.
74
teori lainnya yang terkenal, bahwa hukum itu merupakan alat untuk membangun
zhab positivisme hukum dan mazhab sejarah hukum, ada kebenarannya. Hanya
hukum yang sanggup menghadapi ujian akal dapat hidup terus. Yang menjadi
bangkan oleh akal, dan akal diuji oleh pengalaman. Hukum adalah pengalaman
yang diatur oleh dan dikembangkan oleh akal, yang diumumkan dengan wibawa
dang dalam masyarakat yang berorganisasi politik dan dibantuk oleh kekuasaan
masyarakat.81
proses peradilan. Mazhab ini menyatakan para hakim tak hanya menemukan
81
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2002, Halaman 67.
82
Karl Nickerson Llewellyn (1893-1962) seorang sarjana hukum Amerika terkemuka yang
terkait dengan sekolah realisme hukum. Llewellyn bergabung dengan Columbia Law School pada tahun
1925, di mana ia tinggal sampai tahun 1951, ketika ia diangkat menjadi profesor di Fakultas Hukum
Universitas Chicago. Sebagai salah satu pendiri gerakan realisme hukum A.S., ia percaya bahwa hukum
itu lebih dari sekadar dempul di tangan seorang hakim yang mampu membentuk hasil kasus berdasarkan
bias pribadi.
83
Jerome New Frank (1889-1957) adalah seorang filsuf dan penulis hukum Amerika yang me-
mainkan peran utama dalam gerakan realisme hukum. Dia adalah Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa,
dan Hakim di Amerika Serikat.
84
Oliver Wendell Holmes Jr. (1841-1935) adalah seorang hakim Amerika yang menjabat sebagai
Hakim Asosiasi Pengadilan Tinggi Amerika Serikat pada tahun 1902-1932, dan sebagai Pelaksana Jab-
atan Ketua Hakim Amerika Serikat dari Januari-Februari 1930. Ia adalah salah satu hakim Pengadilan
Tinggi Amerika Serikat yang paling banyak dikenal dalam sejarah. Ia juga menjabat sebagai Hakim
Asosiasi dan Ketua Hakim pada Pengadilan Yudisial Tinggi Massachusettes, dan merupakan Weld Pro-
fessor of Law di Harvard Law School, dimana ia menjadi seorang alumnus.
75
coe Pound juga dimasukkan dalam aliran ini oleh beberapa penulis selain se-
proses peradilan. Menurut mereka, hakim itu lebih layak untuk disebut sebagai
han, asas mana yang akan diutamakan dan pihak mana yang akan dimenangkan.
dasan. Aliran realis ini selalu menekankan hakikat manusiawi dalam tindakan
tersebut.
kan sintesis dari proses dialektika antara ilmu hukum analitis dan ilmu hukum
sosiologis. Dimaksud dengan ilmu hukum analitis adalah aliran yang dibawa an-
tara lain oleh Austin; sedang ilmu hukum sosiologis adalah aliran sebagaimana
sesuatu. Mereka hanya menganggap hukum itu sebagai pedoman yang bahkan
terkadang bisa ditepiskan. Aliran tersebut melihat hukum itu sebagai institusi
yang ada dalam dan untuk masyarakat. Ini sangat berbeda dengan mazhab yang
85
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Ja-
karta, 1999, Halaman 147.
76
melihat hukum semata-mata ada dalam dunia peraturan. Perbedaan tersebut me-
menggunakan logika peraturan, sedang yang lain memakai logika sosial (the so-
g. Mazhab Responsif
Hukum responsif adalah model atau teori yang digagas Philippe Nonet-
Hukum represif merupakan perintah dari yang berdaulat, yang pada prin-
sipnya hukum dan negara merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pem-
berlakuan hukum represif tidak terlepas dari integrasi yang dekat antara hukum
dan politik. Hukum adalah alat yang mudah diutak-atik, siap dipakai un-
(rule of law). Hukum otonom memfokuskan diri pada peraturan dan hal ini
86
Philip Selznick (1919-2010) adalah profesor sosiologi dan hukum di University of California,
Berkeley. Seorang penulis terkemuka dalam teori organisasi, sosiologi hukum dan administrasi publik,
karya Selznick adalah terobosan dalam beberapa bidang dalam buku-buku seperti The Moral Common-
wealth, TVA dan Grass Roots, dan Kepemimpinan dalam Administrasi. Selznick adalah pendukung
utama gerakan teori organisasi neo-klasik mulai tahun 1930-an. Salah satu makalahnya yang paling
berpengaruh, berjudul "Foundations of the Theory of Organization" (1948), menguraikan kontribusi
utamanya pada teori organisasi.
Philippe Nonet memiliki keahlian dibidangh yurisprudensi. Nonet adalah Charge de Cours di
Universite Catholique de Louvain dari tahun 1966 hingga 1970 dan seorang profesor tamu di Universi-
tas Bremen pada tahun 1981. Ia adalah penulis Keadilan Administratif dan Hukum dan Masyarakat
dalam Transisi (dengan profesor Boalt Phillip Selznick). Pemikiran dari Nonet adalah teori hukum
represif yang juga dipelopori oleh Selznick. Nonet dan Selznick memasukan unsur-unsur dan pengaruh
ilmu sosial kedalam ilmu hukum dengan menggunakan strategi ilmu sosial. Ada perspektif ilmu sosial
yang harus diperhatikan untuk bekerjanya hukum secara keseluruhan, sehingga hukum tidak hanya
mengandung unsur pemaksaan dan penindasan semata.
77
yang relevan secara hukum, sehingga memisahkan pemikiran hukum dari reali-
Hukum responsif berorientasi pada hasil, pada tujuan-tujuan yang akan di-
mencari nilai-nilai tersirat yang terdapat dalam peraturan dan kebijakan. Dalam
trin yang dianggap mereka sebagai interpretasi yang baku dan tidak fleksibel.
h. Hukum Pembangunan
salah satunya dikenal sebah mazhab hukum pembangunan, atau teori hukum
adalah pada pandangan hidup masyarakat serta bangsa Indonesia yang meliputi
87
Mochtar Kusumaatmadja lahir di Batavia, 17 Februari 1929, adalah seorang akademisi dan
diplomat Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman dari tahun 1974 sampai 1978 dan
Menteri Luar Negeri dari tahun 1978 sampai 1988. Selain itu ia adalah guru besar di Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat. Definisinya tentang hukum yang berbunyi "Hukum ada-
lah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat, termasuk dida-
lamnya lembaga dan proses untuk mewujudkan hukum itu ke dalam kenyataan", dianggap paling rele-
van dalam menginterpretasikan hukum pada saat ini. Doktrin ini menjadi Mahzab yang dianut di
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran hingga saat ini.
78
ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan. Akan tetapi,
masyarakat yang sedang membangun, yang dalam difinisi kita berarti masyara-
kat yang sedang berubah cepat, hukum tidak cukup memiliki memiliki fungsi
demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu.
i. Hukum Progresif
pegang pada prinsip “Manusia untuk Hukum”. Manusia di sini merupakan sim-
bol bagi kenyataan dan dinamika kehidupan. Hukum itu memandu dan melayani
mika, antara peraturan dan jalan yang terbuka. Hukum, pengadilan, tidak diper-
sepsikan sebagai mesin dan robot, tetapi sebagai lembaga yang secara kreatif
88
Satjipto Rahardjo, lahir di Banyumas, 15 Februari 1930 – meninggal di Semarang, 9 Januari
2010, adalah seorang guru besar emeritus dalam bidang hukum, dosen, penulis dan aktivis penegakan
hukum Indonesia. Satjipto dikenal sebagai penulis buku-buku penegakan hukum. Penegakan Hukum
Progresif (2010) dan Membedah Hukum Progresif (2006). Pada tahun 2008, sekelompok anak muda
mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Dipenogoro membentuk kelompok studi pemikiran
hukum yang diberi nama "Kaum Tjipian". Kaum Tjipian menerbitkan satu buku hasil serangkaian
kajian yang diberi nama "Evolusi Pemikiran Hukum Baru; Dari Kera ke Manusia, Dari Positivistik ke
Progresif". Setelah meninggalnya Satjipto pada tahun 2010, maka digagaslah lembaga NGO (Non
Goverment Organization) yang concern pada studi hukum progresif. Lembaga ini berdiri pada tahun
2011 dengan nama "Satjipto Rahardjo Institute".
89
Satjipto Rahardjo, Penafsiran Hukum yang Progresif, Bahan Bacaan untuk Mahasiswa Pro-
gram Doktor Universitas Diponegoro, Semarang, Pleburan, 2005, Halaman 12.
79
pernah ada dalam sejarah hukum, yaitu mazhab sejarah (Savigny), realisme
dengan masa kini dan masa depan. Hukum akan dicari dan dipercaya masyara-
Untuk itu ia tidak dapat bergelayut ke belakang melainkan ke masa kini dan
masa depan. Itulah hakekat hukum progresif dan penafsiran hukum yang pro-
gresif.90
3. Penutup
Setelah memapar mazhab hukum yang ada di Indonesia, yaitu hukum pem-
bangunan dari Mochtar Kusumaatmadja dan Satjipto Rahardjo dengan teori hukum
demikian, tidak menutup kemungkinan masih ada mazhab-mazhab lain yang belum
terangkum di sini.
Rangkuman
hukum, maka pada pertemuan ke-7 (tujuh) ini dipaparkan sejumlah mazhab lagi. Di
antaranya adalah Mazhab Sociological Jurisprudence. Dasar dari jenis hukum ini ada-
lah solidaritas sosial yang disebut solidaritas mekanik. Suatu tatanan baru dikatakan
hukum, apabila secara eksternal ia dijamin oleh kemungkinan, bahwa paksaan (fisik
atau psikologis), yang ditujukan untuk mematuhi tatanan atau menindak pelanggaran,
90
Ibid, Halaman 13.
80
akan diterapkan oleh suatu perangkat terdiri dari orang-orang yang khusus menyiap-
kan diri untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Hukum adalah pengalaman yang diatur
oleh dan dikembangkan oleh akal, yang diumumkan dengan wibawa oleh badan-badan
tang proses peraadilan. Mazhab ini menyatakan para hakim tak hanya menemukan
hukum, tetapi juga membantuk hukum. Menurut mereka, hakim itu lebih layak untuk
melakukan pilihan, asas mana yang akan diutamakan dan pihak mana yang akan di-
man berkembang Mazhab Freirechtslere yang merupakan sintesis dari proses dialek-
tika antara ilmu hukum analitis dan ilmu hukum sosiologis. Pada prinsipnya, mazhab-
nick. Hukum responsif berorientasi pada hasil, pada tujuan-tujuan yang akan dicapai
di luar hukum. Dalam hukum responsif, tatanan hukum dinegosiasikan, bukan di-
menangkan melalui subordinasi. Ciri khas hukum responsif adalah mencari nilai-nilai
kat serta bangsa Indonesia yang meliputi struktur, kultur, dan substansi. Selain itu ada
mazhab hukum progresif yang dipelopori Satjipto Rahardjo, yang berpegangan pada
81
berpegang pada prinsip “Manusia untuk Hukum”. Hukum, pengadilan, tidak dipersep-
sikan sebagai mesin dan robot, tetapi sebagai lembaga yang secara kreatif memandu
Latihan
Pilih salah satu tema di bawah ini untuk kemudian dipaparkan pada pertemuan
berikutnya, saat berlansung kegiatan diskusi setelah ujian tengah semester, sebagai
berikut:
4. Perpustakaan
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
PERKULIAHAN ke-8
Pada ujuan tengah semester ini, mahasiswa harus mampu memeparkan sejumlah
persoalan yang berkaitan dengan materi-meteri yang telah diberikan. Soal pada Ujian
Tengah Semester ini berkaitan dengan materi selama setengah semester, yaitu:
perkembangannya?
3. Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum, apa bedanya dengan filsafat
pada umumnya, serta dimana letak filsafat hukum dalam ranah ilmu
hukum?
nesia?
Pilih 5 (lima) soal yang mudah Anda pahami. Pertanyaan dijawab dalam bentuk
narasi tulisan tangan. Tulisan harus bisa dibaca. Jawaban sifatnya personal, jadi jangan
PERKULIAHAN ke-9
1. Pendahuluan
yang sudah disampaikan pada pertemuan perkuliahan ke-7 (tujuh). Masing-masing ke-
lompok mempresentasikan materinya sesuai tema yang sudah diberikan. Diskusi ini
menjadi bagian dari pendalaman materi mengenai aliran-aliran dalam filsafat hukum
2. Tugas
pandangannya masing-masing.
3. Penutup
4. Pustaka
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
PERKULIAHAN ke-10
1. Pendahuluan
Kata aspek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pemunculan
bangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu. Sedangkan “kata aspek” dalam kate-
gori gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis perbuatan. Maka dalam
han yang dikaji filsafat hukum” yang kemudian disajikan dalam materi komprehensif
Materi perkuliahan ini akan membawa mahasiswa untuk memahami inti perso-
alan yang menjadi bahan kajian filsafat hukum. Sehingga mahasiswa dapat membedah
berbagai persoalan hukum dengan lebih fokus dan masuk ke inti tujuan hukum itu
sendiri. Mahasiswa Fakultas Hukum sangat penting memahami materi ini untuk me-
hukum, agar mampu memetakan masalah dan mencari solusi dari suatu permasalahan
Sangat erat kaitannya antara hukum dan keadilan. Bahkan persoalan ini
sudah dibahas sejak abad ke-4 Sebelum Masehi. Misalnya, Socrates menuntut
manusia. Dimasa Skolastik memiliki semboyan bahwa ius quia iustum (hukum
karena adil) Mazhab hukum alam yang dipelopori Thomas Aquinas menyatakan
85
bahwa setiap orang secara moral hanya terikat untuk mentaati hukum yang adil,
dan bukan kepada hukum yang tidak adil. Hukum yang tidak adil harus dipatuhi
kekacauan.91
yaitu:
secara umum;
Bahkan, mazhab hukum positif yang paling kaku pun menuntut agar
hukum yang dibentuk memiliki sifat adil. Keadilan menjadi inti dari tujuan
91
I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press, Malang,
2013, Halaman 70
92
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Ja-
karta, 1999, Halaman 154-155.
86
hukum dari berbagai mazhab hukum. Theo Huijbers mengatakan hukum itu me-
wajibkan. Kewajiban pada hukum bersifat ekstern, bila hukum dipandang secara
formal belaka, yaitu tanpa diberikan perhatian pada isinya. Tetapi bila hukum
hanya mewajibkan secara ekstern, yakni berupa sanksi, apakah kata “me-
termasuk pengertian hukum atau tidak? Apakah hukum harus dipandang sebagai
Bila adil merupakan unsur konstitutif hukum, maka suatu peraturan yang
tidak adil bukan hanya menjadi hukum yang buruk, akan tetapi itu bukanlah
hukum: non-hukum. Maka kalau non-hukum, orang tidak terikat akan peraturan
yang bersangkutan, dan tindakan balasan tidak sah. Sebaliknya bila adil meru-
pakan unsur regulative bagi hukum, suatu peraturan yang tidak adil tetap hukum
Keadilan itu sendiri terkait dengan pendistribusian yang merata antara hak dan
kewajiban manusia. Konsep dasar hukum itu sesungguhnya berbicara pada dua
konteks persoalan:
masyarakat;
2) Konteks yang kedua adalah aspek legalitas menyangkut apa yang dise-
but dengan hukum positif, yaitu aturan yang ditetapkan oleh sebuah
93
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Penerbit PT. Kanisius, Yogyakarta, 1995, Halaman 48-49.
94
Ibid.
87
Dua konteks ini sering berbenturan, terkadang hukum positif tidak menja-
min sepenuhnya rasa keadilan, dan sebaliknya rasa keadilan seringkali tidak
adalah bagaimana agar semua hukum positf yang ada selalu merupakan cermi-
Sebelum filsafat muncul pada era Yunani kuno dan jauh sebelumnya,
maka hukum itu diyakini bersumber dari Tuhan. Masyarakat di masa itu meya-
kini, setiap keputusan rajanya adalah bagian dari kehendak Tuhan. Setelah
bangsa Yunani bergerak ke arah yang rasional maka logos (akal budi, rasio) pun
memisahkan antara hukum buatan manusia dan hukum Tuhan. Namun, pendapat
umum juga meyakini bahwa ada hukum Tuhan yang bekerja mengatur ke-
hidupan alam semesta maka dengan sendirinya menjadi prinsip segala aturan
juga.
Ketika hukum dipandang sebagai unsur negara maka lain sifatnya daripada
hukum yang mengatur hidup manusia secara alamiah. Hukum negara berlaku
secara yuridis, sedangkan hukum alamiah tidak. Perbedaan ini dapat dimengerti
bila dipertimbangkan bahwa pada zaman modern ini salah satu unsur yang diuta-
makan dalam hukum adalah efektivitasnya. Hukum suatu aturan alamiah meru-
pakan suatu ideal hidup, akan tetapi kurang efektif. Alasannya, hukum alam ini
95
Muchsin dan Fadilah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang, 2002, Hal-
aman 34-35.
88
seringkali sangat abstrak isinya, lagipula hukum itu dapat diterima, dan dapat
tidak diterima tanpa sanksi yang nyata. Hukum yang nyata itu hanya ada dalam
Namun tidak berarti bahwa hukum yang tidak berasal dari negara tidak
diakui sebagai hukum, misalnya hukum adat dan hukum kontrak dan lain-lain.
Tetapi kepada hukum adat dan kontrak itu diberikan suatu arti lain daripada
Untuk mendapat kekuatan yuridis itu, maka hukum adat dan kontrak dan lain-
lain itu memerlukan pengesahan dari negara. Untuk mengungkapkan arti hukum
ini, John Austin telah menyusun suatu defenisi hukum yang bersifat empiris:
yang unggul telah diakui sejak zaman modern. Artinya bahwa sejak zaman itu,
baik negara maupun hukum dipandang sebagai ciptaan manusia. Tentu saja
pemikir-pemikir zaman itu tetap menerima suatu hukum alam atau hukum ko-
drat, sebagai norma segala hukum. Namun perhatian telah dikerahkan secara
96
Theo Huijbers, Op. Cit, Halaman 112-113.
97
Ibid.
89
tanpa hukum adalah kelaliman”. Jadi sudah pasti hukum itu baru berjalan jika
diukur dengan kegunaannya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan
atau disadari oleh masyarakat terlebih dahulu. Kekuasaan selalu ada di dalam
setiap masyarakat, baik yang masih sederhana maupun yang sudah kompleks
susunannya. Namun kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada semua warga
masyarakat. Justru karena tidak merata itulah timbul makna yang pokok dari
alasannya adalah:
98
Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Ce-
takan ke-21, 2012, Halaman 91.
90
Selain itu, hukum juga tidak melawan pemerintah negara, bahkan se-
pemerintah negara, sebab kehidupan pada zaman modern ini sangat kompleks.
Penjalasannya adalah:
tetapi pengaturan itu kurang berarti bila tidak ada tata tertib dalam
orang yang tidak mau taat pada peraturan yang berlaku. Bila tidak ada
Antara hukum dan kekuasaan terdapat hubungan yang erat adanya hub-
99
Theo Huijbers, Op. Cit, Halaman 115.
91
diatur oleh hukum itu sendiri. Perihal ini biasanya tercantum dalam
dalam Undang-undang Dasar 1945 yang menjadi jiwa rakyat Indonesia. Ideologi
rakyat Indonesia dalam bernegara (dan berarti menjadi sumber hukum di Indo-
1945. Bahkan secara normartif, UUD 1945 juga mengakui keberadaan ke-
(UUD 1945), sebagai hasil amandemen pertama UUD 1945, menyatakan bahwa
Adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
sia, yang diatur dalam Undang-Undang.’’ Ketentuan Pasal 18B UUD 1945
100
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2002, Halaman 71-72.
92
diperkuat dengan ketentuan Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 bahwa “Identitas bu-
yaitu UUD 1945 yang di dalamnya mengakui keberadaan masyarakat adat. Hub-
ungan hukum dan sosial budaya ini dapat dilihat juga dalam mazhab sejarah
itu dengan timbulnya bahasa pada suatu bangsa. Savigny mengatakan bahwa
hukum itu bukan karena perintah penguasa atau bukan karena kebiasaan, tetapi
karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa (volksgeist). Jiwa
ini berbeda, baik menurut waktu dan tempatnya. Pengaruh pemikiran von Savi-
gny inilah melahirkan suatu cabang ilmu hukum baru yaitu hukum adat yang
hukum, pemerintah negara tidak bertolak dari norma-norma keadilan yang ab-
secara ekonomi. Oleh sebab itu tiap-tiap negara harus menentukan tujuannya
sendiri, sesuai dengan situasi budaya dan ekonomi bangsa. Bila hukum diserasi-
kan dengan budaya suatu bangsa, hukum itu menjadi bagian integral bangsa ter-
sebut, menjadi budaya juga, seperti adat istiadat, bahasa, kesenian, moral, dan
93
agama. Dalam membentuk hukum nasional, nilai-nilai dan cita-cita bangsa itu
harus diindahkan.101
Hukum sebagai kaedah dan norma sosial, tidak terlepas dari nilai-nilai
yang berlaku dalam suatu masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa hukum
berlaku pada masyarakat. Salah satu contoh yang sangat dekat adalah peraturan
yang melarang seorang laki-laki untuk mengawini perempuan dalam clan yang
sama, begitu juga pada suku Batak di Sumatera Utara yang melarang perkawinan
satu marga. Jadi tetap saja hukum yang terbaik itu adalah hukum yang hidup
dalam masyarakat.102
Selain itu, hubungan antara hukum dengan nilai-nilai sosial budaya juga
ilmu dibuktikan dengan keberadaan ilmu antropologi hukum, yaitu ilmu penge-
101
Theo Huijbers, Op. Cit, Halaman 116.
102
Soekanto, Op. Cit, Halaman 19.
103
Hilman Hadikusuma, Antropologi Hukum Indonesia, PT Alumni, Bandung, Cetakan ke-3,
2019, Halaman 10.
94
3. Penutup
perkuliahan yang sudah disajikan ini hanya cukup untuk sekali pertemuan, dan materi
ini sudah perlu dilakukan pendalam lagi dalam satu kali diskusi dalam bentuk focus
Pada tahap perkuliahan ke-10 ini, mahasiswa sudah dapat memahami kajian fil-
safat hukum yang berkaitan dengan hukum dan negara, hukum dan kekuasaan, dan
hukum dan nilai-nilai sosial budaya. Aspek ini merupakan satu mata rantai yang dim-
ulai dengan hakekat dibentuknya hukum, sumber hukum, lalu kekuasaan yang dibu-
tuhkan untuk mendukung penerapan hukum, serta hukum yang memiliki jiwa
masyarakat.
Rangkuman
Tujuan hukum, pada hakekatnya adalah mencapai keadilan. Setiap orang secara
moral hanya terikat untuk mentaati hukum yang adil, dan bukan kepada hukum yang
tidak adil. Bila adil merupakan unsur konstituf hukum, maka suatu peraturan yang
tidak adil bukan hanya menjadi hukum yang buruk, akan tetapi itu bukanlah hukum:
non-hukum. Maka kalau non-hukum, orang tidak terikat akan peraturan yang ber-
sangkutan, dan tindakan balasan tidak sah. Sebaliknya bila adil merupakan unsur reg-
ulative bagi hukum, suatu peraturan yang tidak adil tetap hukum walaupun buruk, dan
Sedangkan kaitan hukum dan negara disebabkan posisi negara yang menjadi
sumber hukum yang unggul telah diakui sejak zaman modern. Artinya bahwa sejak
zaman itu, baik negara maupun hukum dipandang sebagai ciptaan manusia. Tentu saja
95
pemikir-pemikir zaman itu tetap menerima suatu hukum alam atau hukum kodrat, se-
bagai norma segala hukum. Namun perhatian telah dikerahkan secara khusus kepada
hukum yang ditentukan oleh negara. Hukum yang nyata itu hanya ada dalam negara
apakah hukum bisa berjalan tanpa kekuasaan? Mocthar Kusumaatmadja memberi ja-
adalah kelaliman”. Jadi sudah pasti hukum itu baru berjalan jika ada kekuasaan untuk
maksa. Kekuasaan memiliki peranan yang sangat penting karena dapat menentukan
nasib berjuta-juta manusia. Baik buruknya kekuasaan tadi senantiasa diukur dengan
kegunaannya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan atau disadari oleh
masyarakat terlebih dahulu. Kekuasaan selalu ada di dalam setiap masyarakat, baik
Adapun hukum sangat terkait dengan nilai-nilai sosial budaya yang hidup dalam
beda, baik secara budaya maupun secara ekonomi. Oleh sebab itu tiap-tiap negara ha-
rus menentukan tujuannya sendiri, sesuai dengan situasi budaya dan ekonomi bangsa.
Bila hukum diserasikan dengan budaya suatu bangsa, hukum itu menjadi bagian inte-
gral bangsa tersebut, menjadi budaya juga, seperti adat istiadat, bahasa, kesenian,
moral, dan agama. Jadi tetap saja hukum yang terbaik itu adalah hukum yang hidup
dalam masyarakat. Selain itu, hubungan antara hukum dengan nilai-nilai sosial budaya
juga dibuktikan dengan keberadaan ilmu antropologi hukum, yaitu ilmu pengetahuan
Latihan
Pilih salah satu tema di bawah ini untuk kemudian dipaparkan pada pertemuan
1. Uraikan makna dari sebuah kalimat yang menyebutkan hukum yang terbaik
prehensif?
4. Perpustakaan
I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Muchsin dan Fadilah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang,
2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
PERKULIAHAN ke-11
1. Pendahuluan
kelompok mempresentasikan materinya sesuai tema yang sudah diberikan. Diskusi ini
menjadi bagian dari pendalaman materi mengenai aspek-aspek kajian filsafat hukum.
2. Tugas
pandangannya masing-masing.
3. Penutup
4. Pustaka
Darji Darmodiharjo, Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999.
I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Muchsin dan Fadilah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang,
2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
98
PERKULIAHAN ke-12
1. Pendahuluan
menjadi bagian untuk melengkapi perkuliahan ke-9 yang dilanjukan dengan diskusi
pada perkuliahan ke-10. Materi yang disajikan kali ini berupa pendalaman dari yang
terdahulu. Jika sebelumnya sudah memasuki materi aspek kajian filsafat hukum
mengenai hukum dan keadilan, hukum dan negara, hukum dan kekuasaan, serta
hukum dan sosial budaya, maka kelanjutannya adalah pada dasar mengikatnya hukum
Diharapkan dari perkuliahan ini dapat menambah dan melengkapi wawasan ma-
hasiswa berkaitan dengan aspek-aspek kajian filsafat hukum, sehingga dapat memper-
luas pemahaman mahasiswa mengenai hukum secara menyeluruh dan juga berbagai
mentaati hukum bisa tercermin dari aspek-aspek yang sudah diuraikan sebe-
lumnya, yaitu berkaitan dengan keadilan, kekuasaan, dan sosial budaya. Kendati
demikian, perlu lebih kuat lagi pembahasannya dengan menggali lebih dalam
hukum,104 yaitu:
maka semua hukum hukum dibuatnya wajib pula ditaati oleh sege-
nap warganya.
uel Kant. Pada pokoknya teori ini berpendapat bahwa orang taat dan
104
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2002, Halaman 76-79.
101
Sebelumnya pada materi kuliah mengenai hukum dan sosial budaya sudah di-
paparkan bagaimana hukum perlu diserasikan dengan budaya suatu bangsa, agar
hukum itu menjadi bagian integral bangsa tersebut, menjadi budaya seperti adat
istiadat, bahasa, kesenian, moral, dan agama. Dalam membentuk hukum na-
dari mazhab sosiolical jurisprudence, yaitu dari filsuf Roscoe Pound (1870-
katnya berubah.
102
Konsep von Savigny ini memang didukung oleh kenyataan dalam sejarah,
masyarakat seperti itu memang tidak dijumpai peranan dari pembuat undang-
undang seperti pada masyarakat modern sekarang ini. Pernanan dari hukum ke-
hukum tidak untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang
dipandangnya sudah tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakuan dan se-
bagainya. Inilah yang disebut sebagai pandangan modern tentang hukum itu
untuk membangun masyarakat. Oleh karena itu, pernanan hukum yang demikian
pada perencanaan.106
105
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014, Hala-
man 216.
106
Ibid, Halaman 220-221.
103
3. Penutup
Apa yang dapat dipetik dari materi yang menguraikan tentang dasar
mengikatnya hukum, dan hukum sebagai alat pembaruan masyarakat? Secara jelas
mahasiswa dapat memahami bagaimana hukum itu tidak hanya persoalan mengapa
hukum itu memaksa dan mengikat masyarakat, namun juga hukum juga menjadi pen-
Pemaparan materi perkuliahan pada pertemuan ke-11 ini akan mendorong ma-
hasiswa sudah dapat memahami kajian filsafat hukum yang berkaitan dengan dasar
Rangkuman
Menggali alasan penyebab yang menjadi dasar bagi masyarakat untuk mentaati
hukum bisa tdilihat dari sejumlah teori hukum, di antaranya adalah teori teokrasi yang
menganggap hukum sebagai kehendak atau kemauan Tuhan. Manusia sebagai salah
satu ciptaannya wajib taat pada hukum Ketuhanan ini. Kemudian dari teori perjanjian
masyarakat, berpendapat bahwa orang taat dan tunduk pada hukum oleh karena ber-
janji untuk menaatinya. Hukum dianggap sebagai kehendak bersama, yaitu hasil con-
Selanjutnya pada teori kedaulatan negara yang menyebutkan hukum ditaati ka-
rena negara menghendakinya, orang tunduk pada hukum karena merasa wajib menaat-
inya karena hukum itu adalah kehendak negara. Sedangkan pada teori kedaulatan
menjelaskan hubungan hukum dan masyarakat. Di satu sisi ada pendapat yang
104
menyebutkan hukum perlu diserasikan dengan budaya suatu bangsa, agar hukum itu
menjadi bagian integral bangsa tersebut, menjadi budaya seperti adat istiadat, bahasa,
kesenian, moral, dan agama. Di sisi lain, penggunaan hukum pada masyarakat modern
dipandangnya sudah tidak sesuai lagi, menciptakan pola-pola kelakuan dan se-
bagainya. Karena itu, pernanan hukum yang demikian itu berkaitan erat dengan kon-
Latihan
Pilih salah satu tema di bawah ini untuk kemudian dipaparkan pada pertemuan
4. Perpustakaan
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
105
PERKULIAHAN ke-13
1. Pendahuluan
kelompok mempresentasikan materinya sesuai tema yang sudah diberikan. Diskusi ini
menjadi bagian dari pendalaman materi mengenai aspek kajian filsafat hukum.
2. Tugas
pandangannya masing-masing.
5. Penutup
6. Pustaka
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
106
PERKULIAHAN ke-14
HAKIKAT HUKUM
1. Pendahuluan
Materi kuliah pada pertemuan ke-14 (empat belas) ini menyajikan hakekat dan
tujuan hukum. Setelah melalui 13 kali pertemuan yang terbagi dalam pemberian materi
dan diskusi, maka kali ini akan menjawab apa sebenarnya yang menjadi tujuan hukum
itu. Jawabannya akan dibentangkan dalam kajian mengenai hakikat hukum. Dari
perolehan materi ini, mahasiswa mampu menguraikan mengenai tujuan akhir dari
hukum. Selain itu, mahasiswa juga mampu memaparkan dalam diskusi dalam kelas,
baik itu dalam bentuk penyajian narasi dalam tulisan maupun pemaparan secara lisan
saat presentasi.
2. Hakikat Hukum
Apa itu hakikat hukum? Pertanyaan ini sangat jamak dalam mempelajari hukum.
Bahkan H.L.A. Hart sampai menguraikan tiga penyebab utama yang akhirnya men-
a. Ciri umum dari hukum yang paling menonjol adalah bahwa eksistensinya
bersifat wajib. Karakteristik hukum yang nampak sederhana ini dalam fak-
pilihan bebas individu untuk melakukan hal yang ia sukai dalam wilayah
107
H.L.A. Hart, Konsep Hukum (The Concept of Law), Nusa Media, Bandung, 2010, Hlm 9.
107
c. Bahwa yang terus menerus memicu persoalan apa hakikat hukum itu ter-
golong persoalan yang lebih umum, yaitu apa itu peraturan dan sampai
Sebetulnya, menurut J.J.H. Bruggink, hakikat hukum itu sendiri dapat dijelaskan
dengan cara memberikan suatu definisi tentang hukum. Definisi menarik garis batas
atau membedakan antara jenis sesuatu dan yang lainnya, yang oleh bahasa ditandai
dengan sebutan sendiri. Maksud dari definisi adalah untuk menetukan batas-batas se-
buah pengertian secermat mungkin, sehingga jelas bagi tiap orang dalam setiap
keadaan, apa yang diartikan oleh pembicara atau penulis dengan sebuah perkataan atau
istilah tertentu.108
Masalahnya, definisi hukum ini pun masih menjadi pertanyaan. Para ahli hukum
sendiri pun masih mencari tentang apa definisi dari hukum. Membuat definisi hukum
tidaklah mudah sehingga tidak mungkin orang dapat membuat definisi secara
memuaskan. Immanuel Kant mengatakan noch suchen die juristen eine definition zu
begriffe vom recht, artinya para yuris masih mencari suatu defenisi bagi pengertian
yataan.
Sukarnya membuat definisi ini terbukti dari sejak jaman Romawi hingga
sekarang tidak ada keseragaman di antara para sarjana atau ahli hukum mengenai
108
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, Halaman 71.
108
definisi hukum. Metode pendefinisian hukum itu sendiri menurut G.W. Paton dapat
Kendati sulit dalam menemukan suatu defenisi tentang hukum yang disetujui
semua ahli hukum (ini memang mustahil), namun itu bukan berarti bahwa kita tidak
mengetahui tentang arti hukum. Hukum itu bukan lagi sesuatu yang mistik seperti za-
man purbakala, melainkan sesuatu yang rasional yang dijangkau oleh tiap-tiap orang
yang hidup dalam masyarakat secara sadar. Karenanya semua orang yang berbicara
tentang hukum, dan mengerti tentang apa yang dibicarakannya. Kesulitan timbul bila
Sedangkan, hakikat hukum itu juga bisa dijumpai dalam berbagai mazhab-ma-
zhab hukum yang telah diuraikan pada materi kuliah terdahulu. Seperti pada mazhab
hukum alam yang menuntut keadilan dalam hukum, ternyata memang semua orang
ingin mewujudkan suatu aturan masyarakat yang adil. Karena itu, prinsip-prinsip
109
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta, 2009, Halaman 42-43
109
hukum tersebut. Berdasarkan prinsip keadilan itulah menunjukkan bahwa hukum itu
tidak terletak dalam kekuasaan pemerintah yang menciptakannya, namun berada pada
suatu upaya membangun masyarakat. Terhadap tendens ini dapat dikatakan, bahwa
memang benar hukum memiliki peranan dalam “social engeneering”. Namun dengan
ini hukum tidak menjadi bagian sosiologi atau politik hukum. Hukum menunjuk suatu
aspek hidup yang istimewa yang tidak terjangkau oleh ilmu-ilmu sosial dan ekonomis.
Yakni intisari hukum adalah “membawa aturan yang adil dalam masyarakat” kare-
nanya pengertian tradisional, yang menggabungkan hukum dengan etika (yakni kead-
ilan), tetap dapat dipertahankan. Bisa ditarik kesimpulan bahwa hakikat hukum adalah
membawa aturan yang adil dalam masyarakat (rapport du droit, inbreng van recht).
Semua arti lain menunjuk kearah ini sebagai arti dasar segala hukum.110
Dalam sistem hukum yang disebut kontinental, hukum ditanggapi sebagai ter-
Pengertian hukum ini serasi dengan ajaran filsafat tradisional, dimana pengertian
hukum yang hakiki berkaitan dengan dengan arti hukum sebagai keadilan. Hukum
ialah Ius atau Recht. Bila suatu hukum yang konkret, yakni undang-undang berten-
tangan dengan prinsip-prinsip keadilan, maka hukum itu tidak bersifat normative lagi,
dan sebenarnya tidak bisa disebut hukum lagi. Undang-undang hanya hukum, bila adil.
110
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Penerbit PT. Kanisius, Yogyakarta, 1995, Halaman 75-77.
110
Dengan kata teknis: adil merupakan unsur konstitutif segala pengertian tentang
hukum.111
diajukan kepada Aristoteles maka jawabanya adalah untuk mencapai keadilan, yang
berarti memberikan sesuatu kepada setiap orang yang sudah menjadi haknya.
Dikatakan teori etis karena hukumnya berisi mengenai adanya kesadaran etis
Sedangkan Jeremy Bentham (teori utilitis ) mengatakan tujuan hukum itu harus
dapat mencapai sebuah kemanfaatan. Pada hakekatnya, tujuan hukum adalah manfaat
dalam menyalurkan kebahagiaan atau kenikmatan yang besar bagi jumlah yang
terbesar rakyat. Berarti hukum mesti menjamin kebagiaan bagi banyak orang atau
masyarakat.
pergaulan hidup yang ada di masyarakat secara damai dengan cara melindungi segala
kepentingan hukum manusia, semisal kemerdekaan jiwa, harta benda, dan kehorma-
tan. Soerjono Soekanto mengatakan untuk dapat suatu mencapai kedamaian hidup
pribadi.
Ahmad Ali dalam bukunya, Menguak teori hukum (legal Theory) dan Teori
Peradilan (Judicialprudence), merinci tujuan hukum dengan lebih detail lagi. 112 Ia
membaginya dalam tiga ketagori teori, yaitu: teori barat, teori timur, dan teori hukum
111
Theo Huijbers, Ibid, Halaman 71.
112
Achmad Ali, Op. Cit, Halaman 212-223.
111
Islam. Dalam teori barat, terbagi dua kategori, yaitu teori klasik dan teori modern. Pada
teori klasik dibagi lagi dalam tiga jenis, yaitu: teori etis yang tujuan hukumnya semata-
mata untuk mewujudkan keadilan; teori utilities yang tujuan hukumnya semata-mata
untuk kemanfaatan (utility); dan teori legalistic yang tujuan hukumnya semata-mata
untuk mewujudkan kepastian hukum. Sedangkan teori modern dibagi dua, yaitu: teori
prioritas baku yang tujuan hukumnya mencakup keadilan, kemanfaatan, dan kepastian
hukum; dan teori kasuistik yang tujuan hukumnya adalah mencakupi keadilan adalah
kemanfaatan dan kepastian hukum dengan urutas prioritas, secara proposional, sesuai
Berbeda dengan tujuan hukum dalam teori barat, maka tujuan hukum dalam teori
timur pada umumnya tidak menempatkan kepastian, tetapi hanya menekankan pada
Jadi tujuan hukum bangsa-bangsa Timur masih menggunakan kultur hukum asli
mereka. Salah satu contohnya adalah Jepang yang sama sekali tidak menggunakan
konsep tujuan hukum Barat, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Para
penegak hukum di Jepang lebih berorientasi pada kedamaian, peace, atau dalam istilah
Jepangnya: heiwa atau heion. Tetapi sebenarnya dalam paradigma hukum di Jepang,
tujuan hukumnya hanyalah “chian hanji (justice for the peace)” atau Keadilan dari
Itulah sebabnya, bukan fenomena yang aneh jika pengadilan di Jepang dalam
dalam masyarakat mereka. Bahkan perkara-perkara yang tidak berat, seperti pencu-
rian, dapat dilakukan perdamaian antara pelaku pencurian dan korbannya (Bahasa
112
meminta maaf kepada korbannya, mengembalikan barang curiannya, dan yang ter-
penting adalah korbannya memaafkannya. Perkara ditutup dan tidak lagi dilanjutkan.
Meskipun ketentuan formal hukum acara pidana di Jepang menganut asas “tidak ada
perdamaian dalam perkara pidana”, tetapi sendi dalam realitas praktik hukum, undang-
undang diabaikan demi tujuan hukum kedamaian. Bahkan suatu kontrak pun dapat
Lalu bagaimana dengan Indonesia yang juga adalah bagian dari bangsa Timur?
Itulah yang dinamakan dua macam kesialan atau kecelakaan sejarah. Pertama, sial
atau celaka sebab pernah mengalami penjajahan dari bangsa Barat selama ratusan ta-
hun. Kedua, bangsa Barat yang menjajah Indonesia justru bangsa Belanda yang men-
ganut system hukum Eropa Kontinental atau Civil Law, dengan pemikiran yang sangat
legalistic, ditambah lagi adanya pemaksaan politik hukum colonial Belanda kepada
menggunakan paradigma hukum dan hukum formal Barat. Namun demikian, walau-
pun harus mengikuti perspektif tujuan hukum Barat ini, maka seyogianyalah jika kead-
ilan bersama-sama dengan kemanfaatan dan kepastian hukum dijadikan tujuan hukum
secara perioritas.
tan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Tujuan kemanfaatan ini sesuai
113
dengan prinsip umum Al-Quran, yaitu: segala yang bermanfaat dibolehkan, dan segala
3. Penutup
Materi perkuliahan yang ke-14 (empat belas) ini adalah bahan kuliah terakhir
yang dipaparkan di dalam kelas. Pelajaran yang bisa dipetik dari sini, mahasiswa me-
mahami hakikat hukum, artinya mahasiswa memahami mulai dari awal terbentuknya
hukum hingga sampai pada inti dan tujuan akhir dari keberadaan hukum itu sendiri.
Diharapkan dari materi kuliah ini, mahasiswa selain memahami materi dengan
baik akan mampu memaparkannya dengan jelas, baik itu dalam bentuk narasi dalam
makalah atau tugas tertulis, maupun dalam pemaparan dalam bentuk diskusi dalam
kelas.
Rangkuman
Apa itu hakikat hukum? Ada yang berpendapat bahwa hakikat hukum itu dapat
dijelaskan dengan cara memberi suatu defenisi tentang hukum. Hanya saja masa-
lahnya, para ahli hukum sendiri pun masih mencari tentang apa definisi dari hukum.
Membuat definisi hukum tidaklah mudah sehingga tidak mungkin orang dapat mem-
buat definisi secara memuaskan. Namun walau sulit didefenisikan, bukan berarti
bahwa kita tidak mengetahui tentang arti hukum. Semua orang yang berbicara tentang
hukum, dan mengerti tentang apa yang dibicarakannya. Kesulitan timbul bila orang
113
Achmad Ali, Ibid.
114
Sedangkan, hakikat hukum itu juga bisa dijumpai dalam berbagai mazhab-ma-
zhab hukum yang telah diuraikan pada materi kuliah terdahulu. Seperti pada mazhab
hukum alam yang menuntut keadilan dalam hukum, ternyata memang semua orang
ingin mewujudkan suatu aturan masyarakat yang adil. Karena itu, prinsip-prinsip
diajukan kepada Aristoteles maka jawabanya adalah untuk mencapai keadilan, yang
berarti memberikan sesuatu kepada setiap orang yang sudah menjadi haknya.
Dikatakan teori etis karena hukumnya berisi mengenai adanya kesadaran etis
mengenai apa yang tidak adil dan apa yang adil. Sedangkan Jeremy Bentham (teori
utilitis) mengatakan tujuan hukum itu harus dapat mencapai sebuah kemanfaatan. Pada
Ahmad Ali dalam bukunya, Menguak teori hukum (legal Theory) dan Teori
Peradilan (Judicialprudence), merinci tujuan hukum dalam tiga ketagori teori, yaitu:
teori barat, teori timur, dan teori hukum Islam. Dalam teori barat, tujuan hukumnya
hukum dalam teori timur pada umumnya tidak menempatkan kepastian, tetapi hanya
adalah kedamaian. Sedangkan dalam teori hukum Islam, pada prinsipnya adalah
(bangsa Barat) yang menganut system hukum Eropa Kontinental atau Civil Law, maka
terjadilah perpadua dua hal yaitu bangsa Indonesia memiliki kultur hukum Timur, se-
Latihan
Pilih salah satu tema di bawah ini untuk kemudian dipaparkan pada pertemuan
4. Perpustakaan
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judi-
cialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Kencana, Jakarta, 2009.
H.L.A. Hart, Konsep Hukum (The Concept of Law), Nusa Media, Bandung, 2010.
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
PERKULIAHAN ke-15
1. Pendahuluan
yang sudah disampaikan pada pertemuan perkuliahan ke-14 (empat belas). Masing-
Diskusi ini menjadi bagian dari pendalaman materi mengenai aspek kajian filsafat
hukum.
2. Tugas
pandangannya masing-masing.
3. Penutup
4. Pustaka
H.L.A. Hart, Konsep Hukum (The Concept of Law), Nusa Media, Bandung, 2010.
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judi-
cialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Kencana, Jakarta, 2009.
PERKULIAHAN Ke-16
Pada ujian akhir semester ini, mahasiswa harus mampu memaparkan sejumlah
persoalan yang berkaitan dengan materi-meteri yang telah diberikan. Adapun pertan-
yaan-pertanyaan yang akan disampaikan pada Ujian Akhir Semester ini tetap berkaitan
erat dengan materi dan diskusi yang sudah berlangsung selama satu semester. Di an-
taranya adalah:
3. Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum, apa bedanya dengan filsafat pada
umumnya, serta dimana letak filsafat hukum dalam ranah ilmu hukum?
Yunani kuno hingga sekarang ini? Uraikan logika yang menjadi mata rantai
limat yang menyebutkan hukum yang terbaik itu adalah hukum yang hidup da-
lam masyarakat?
10. Jelaskan idiom yang menyebutkan: Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-an-
11. Apa hubungannya hukum dengan keadilan, berikan penjelasan yang kompre-
hensif?
Jawab 5 (lima) soal saja yang anda pahami dengan baik. Pertanyaan dijawab
dalam bentuk narasi tulisan tangan. Tulisan harus bisa dibaca. Jawaban sifatnya per-
LAMPIRAN I: SILABUS
SILABUS
4. Semester : II
5. SKS : 2
tinggi yang berada di seluruh Indonesia. Pada mata kuliah wajib nasional yang
menjadi kurikulum inti ini, mahasiswa diarahkan untuk memahami pondasi inti
filsafat dan filsafat hukum, sehingga memahami kegunaan filsafat hukum dalam
Sebab itu, pada mata kuliah dasar ini, penguatan materi kuliah lebih fokus
pemikiran hukum, dan berbagai aliran dalam filsafat hukum. Sehingga maha-
siswa memahami berbagai dimensi hukum di masa lalu, untuk kemudian mela-
tihnya berfikir untuk pengembangan hukum di masa kini. Serta dapat mengiden-
8. Capaian Pembelajaran :
bagaimana hukum terbentuk, untuk apa hukum itu dibutuhkan dalam pergaulan
sosial, bagaimana hukum bekerja dan darimana hukum itu berasal, serta untuk
apa hukum itu harus ada. Pada tahap ini, mahasiswa juga dapat memilah-milah
Sehingga terbangun pola pikir yang kritis dan radikal dalam menggali berbagai
dan menganalisis berbagai dinamika hukum masa kini dari dimensi bergerak dan
berkembangnya perilaku hukum dari masa lalu. Pada intinya, mahasiswa mem-
dengan tata cara yang benar menurut kaedah-kaedah dan prinsip yang terdapat
pada berbagai aspek ilmu yang mengedepankan konsep dan motode ilmiah da-
9. Bahan Kajian :
terdiri dari: Pengertian Filsafat dan Perkembangan Filsafat dari Masa ke Masa;
Hukum dalam Ilmu Hukum, dan Perkembangan dan Ruang Lingkup Filsafat
Filsafat, yang terdiri dari: Hukum dan Keadilan, Hukum dan Negara, Hukum
dan Kekuasaan, Hukum dan Sosial Budaya, Dasar Mengikatnya Hukum, dan
10. Referensi:
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judi-
cialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Kencana, Jakarta, 2009.
I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
-------------, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2007.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Hara-
pan, Jakarta, 2007.
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994.
Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, 1982.
W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema Keadi-
lan), Susunan I, CV Rajawali, Jakarta, 1990.
-------------, Teori dan Filsafat Hukum (Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan),
Susunan II, CV Rajawali, Jakarta, 1990.
123
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
dangan mengenai istilah dan pengertian filsafat, serta sejarah perkembangan fil-
safat timur dan filsafat barat. Kamampuan itu, baik dalam bentuk narasi tertulis,
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994.
126
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
ran dalam berbagai ilmu hukum lainnya yang tak lepas dari filsafat.
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994.
129
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
pertemuan ini juga lebih menekankan pada pondasi dasar filsafat hukum. Maha-
hukum, pengertian filsafat hukum, ruang lingkup filsafat hukum serta perkem-
perkembangan dan ruang lingkup filsafat hukum sangat penting bagi mahasiswa
yang masih tingkat dasar dalam mempelajari filsafat hukum. Selain itu, maha-
safat hukum, kerangka filsafat hukum, dan perkembangannya serta ruang ling-
kup filsafat hukum. Kamampuan itu, baik dalam bentuk narasi tertulis, maupun
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum, apa bedanya dengan filsafat
pada umumnya, serta dimana letak filsafat hukum dalam ranah ilmu
hukum?
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
Melalui focus group discussion ini mahasiswa mampu menguasai ilmu penge-
hukum.
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum, apa bedanya dengan filsafat
pada umumnya, serta dimana letak filsafat hukum dalam ranah ilmu
hukum?
135
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
kehidupan manusia. Berbagai dimensi yang terjadi itu dalam hukum dari sepan-
jang masa tersebut akan mampu membawa kematangan berfikir dan mampu
mengenai jenis-jenis aliran-aliran dalam filsafat hukum dan siapa pencetus per-
lam filsafat hukum beserta pembagian atau klasifikasinya yang lebih dalam.
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Mazhab Utilitarian
- Mazhab Sejarah
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
nesia?
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
ran-aliran dalam filsafat hukum dan siapa pencetus pertamanya. Selain itu, ma-
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Mazhab Utilitarian
- Mazhab Sejarah
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
nesia?
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
zhab sosiologi hukum, legal realism, freirechtslehre, serta mazhab yang berkem-
berbagai mazhab sebelumnya yang satu mata rantai dengan materi yang diberi-
kan ini. Setelah mengikuti materi berupa seluruh rangkaian mazhab hukum, ma-
hasiswa memiliki pola pikir yang lebih mantap dan berkembang dalam me-
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Sociological Jurisprudence
- Legal Realism
- Hukum Responsif
- Hukum Pembangunan
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
Pada ujuan tengah semester ini, mahasiswa harus mampu memeparkan sejumlah
persoalan yang berkaitan dengan materi-meteri yang telah diberikan. Soal pada Ujian
Tengah Semester ini berkaitan dengan materi selama setengah semester, yaitu:
perkembangannya?
3. Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum, apa bedanya dengan filsafat
pada umumnya, serta dimana letak filsafat hukum dalam ranah ilmu
hukum?
nesia?
Pilih 5 (lima) soal yang mudah Anda pahami. Pertanyaan dijawab dalam bentuk
narasi tulisan tangan. Tulisan harus bisa dibaca. Jawaban sifatnya personal, jadi jangan
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
ran-aliran dalam filsafat hukum dan siapa pencetus pertamanya. Selain itu, ma-
8. Indikator Pencapaian:
hukum progresif.
9. Materi Pokok:
- Sociological Jurisprudence
- Legal Realism
- Hukum Responsif
- Hukum Pembangunan
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
151
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa untuk memahami inti persoalan yang menjadi bahan kajian filsafat
dengan lebih fokus dan masuk ke inti tujuan hukum itu sendiri. Mahasiswa
Fakultas Hukum sangat penting memahami materi ini untuk mematangkan dan
mampu memetakan masalah dan mencari solusi dari suatu permasalahan sesuai
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Uraikan makna dari sebuah kalimat yang menyebutkan hukum yang ter-
prehensif?
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
155
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Muchsin dan Fadilah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang,
2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
yang menjadi kajian filsafat hukum, mahasiswa mampu memahami inti persoa-
lan yang menjadi bahan kajian filsafat hukum. Sehingga mahasiswa dapat mem-
bedah berbagai persoalan hukum dengan lebih fokus dan masuk ke inti tujuan
hukum itu sendiri. Mahasiswa Fakultas Hukum sangat penting memahami ma-
yang berkaitan dengan hukum, agar mampu memetakan masalah dan mencari
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Uraikan makna dari sebuah kalimat yang menyebutkan hukum yang ter-
prehensif?
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
I Dewa Gede Atmadja, Filsafat Hukum Dimensi Tematis dan Historis, Setara Press,
Malang, 2013.
159
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Muchsin dan Fadilah Putra, Hukum dan Kebijakan Publik, Averroes Press, Malang,
2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
inti persoalan yang menjadi bahan kajian filsafat hukum. Sehingga mahasiswa
dapat membedah berbagai persoalan hukum dengan lebih fokus dan masuk ke
inti tujuan hukum itu sendiri. Mahasiswa Fakultas Hukum sangat penting me-
kegiatan yang berkaitan dengan hukum, agar mampu memetakan masalah dan
mencari solusi dari suatu permasalahan sesuai dengan tujuan hukum itu.
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
163
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
yang menjadi kajian filsafat hukum, mahasiswa mampu memahami inti persoa-
lan yang menjadi bahan kajian filsafat hukum secara lebih lengkap. Sehingga
mahasiswa dapat membedah berbagai persoalan hukum dengan lebih fokus dan
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2002.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke-8, 2014.
166
HAKIKAT HUKUM
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa memahami apa yang menjadi hakikat hukum sebenarnya. Jadi setiap
mahami duduk soal apa yang menjadi hakikat hukum yang sebenarnya. Selain
itu, mahasiswa juga mampu menguraikan apa yang menjadi tujuan hukum. Ma-
hasiswa bisa menggali unsur terdalam dari pelajaran ilmu hukum itu sendiri.
8. Indikator Pencapaian:
dengan baik, dan memahami bahwa hukum itu memiliki arah yang jelas.
9. Materi Pokok:
- Hakikat Hukum.
167
- Tujuan Hukum.
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judi-
cialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Kencana, Jakarta, 2009.
H.L.A. Hart, Konsep Hukum (The Concept of Law), Nusa Media, Bandung, 2010.
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
7. Capaian Pembelajaran :
yang menjadi kajian filsafat hukum, mahasiswa mampu memahami apa yang
8. Indikator Pencapaian:
9. Materi Pokok:
- Hakikat Hukum.
- Tujuan Hukum.
- Powerpoint presentation
- Bahan bacaan/pustaka
13. Tugas
- Skor 0,5: Jika tugas dilaksanakan sebagian sesuai indikator dari dosen.
1 Kejujuran
2 Tanggungjawab
3 Disiplin
4 Kreatifitas
5 Komunikasi
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judi-
cialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),
Kencana, Jakarta, 2009.
H.L.A. Hart, Konsep Hukum (The Concept of Law), Nusa Media, Bandung, 2010.
J.J.H. Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Pada ujian akhir semester ini, mahasiswa harus mampu memaparkan sejumlah
persoalan yang berkaitan dengan materi-meteri yang telah diberikan. Adapun pertan-
yaan-pertanyaan yang akan disampaikan pada Ujian Akhir Semester ini tetap berkaitan
erat dengan materi dan diskusi yang sudah berlangsung selama satu semester. Di an-
taranya adalah:
3. Apa yang dimaksud dengan filsafat hukum, apa bedanya dengan filsafat pada
umumnya, serta dimana letak filsafat hukum dalam ranah ilmu hukum?
Yunani kuno hingga sekarang ini? Uraikan logika yang menjadi mata rantai
limat yang menyebutkan hukum yang terbaik itu adalah hukum yang hidup da-
lam masyarakat?
10. Jelaskan idiom yang menyebutkan: Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-an-
11. Apa hubungannya hukum dengan keadilan, berikan penjelasan yang kompre-
hensif?
Jawab 5 (lima) soal saja yang anda pahami dengan baik. Pertanyaan dijawab
dalam bentuk narasi tulisan tangan. Tulisan harus bisa dibaca. Jawaban sifatnya per-
KONTRAK KULIAH
4. Semester : II (Dua)
5. SKS : 2 (Dua)
dan tujuan hukum. Dari hasil pengkajian ini tentunya dapat memberikan manfaat
tinggi yang berada di seluruh Indonesia. Pada mata kuliah wajib nasional yang
menjadi kurikulum inti ini, mahasiswa diarahkan untuk memahami pondasi inti
filsafat dan filsafat hukum, sehingga memahami kegunaan filsafat hukum dalam
Sebab itu, pada mata kuliah dasar ini, penguatan materi kuliah lebih fokus
pemikiran hukum, dan berbagai aliran dalam filsafat hukum. Disamping itu, ma-
hasiswa juga mulai dibawa ke aspek inti filsafat hukum yang meliputi ontologi,
hukum di masa kini. Serta dapat mengidentifikasikan antara hukum yang dicita-
9. Capaian Pembelajaran
hukum, dan hakikat hukum. Materi mata kuliah ini akan menjadi pondasi
- Pengertian Filsafat
- Hukum Alam
- Hukum Positif
- Utilitarian
- Mazhab Sejarah
- Sociological Jurisprudence
- Legal Realism
- Hukum Responsif
- Hukum Pembangunan
- Hukum Progresif
5. Hakikat Hukum
terpaku pada membaca buku dan mendengarkan kuliah, namun juga memba-
hasnya dalam proses semacam focus group discussion, atau juga boleh disebut
pokok bahasan yang kemudian dibahas dan didiskusikan dalam sebuah diskusi
atau tutorial.
7 (tujuh) kali dan diskusi kelas akan dilaksanakan sebanyak 7 (tujuh) kali. Se-
lanjutnya penilaian dilakukan dalam ujian tengah semester dan ujian akhir se-
mester, masing-masing sebanyak satu kali. Metode seperti ini akan merangsang
menggunakan sarana berupa white board, power point slide, serta penyiapan ba-
han bacaan yang dapat diakses mahasiswa seperti buku-buku, jurnal, maupun
mempelajari pokok bahasan yang akan dibahas dalam kelas kuliah sesuai dengan
panduan. Sehingga proses perkuliahan berlangsung secara dinamis dan dua arah,
12. Tugas-Tugas
bentuk tugas-tugas, yaitu: a) tugas-tugas latihan yang terdapat pada setiap sesi
atas satu bahan kajian; dan b) tugas-tugas yang terdapat pada setiap kegiatan
.............................................. .......................................
Mengetahui Dekan,
...............................................