BLOCK BOOK
PENALARAN DAN ARGUMENTASI HUKUM
Oleh:
I NYOMAN BAGIASTRA., SH.,MH
Dr. NOVY PURWANTO., SH., MK.n
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
1
1. Identifikasi Mata Kuliah
SKS 2
Adapun tujuan dari mata kuliah ini yaitu mahasiswa diharapkan memahami
karakter ilmu hukum, logika hukum, bahasa hukum, penafsiran hukum (interpretasi),
konstruksi hukum dan kesesatan dalam hukum. Kemudian setelah memahami hal
tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengkajian terhadap hukum
yang berlaku melalui kasus-kasus dan fenomena hukum dalam masyarakat dengan
menggunakan metode-metode tersebut.
- Tutorial enam kali pertemuan yaitu pertemuan ke-2, ke-4, ke-6, ke-8, ke-10, dan
ke-12.
Strategi Perkuliahan,
- Pemaparan materi, tanya jawab dan diskusi (proses pembelajaran dua arah).
Strategi Tutorial.
a. Ujian.
Ujian dilaksanakan 2 (dua) kali dalam bentuk tertulis yaitu Ujian Tengah
Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).
b. Penilaian.
Penilaian akhir dari proses pembelajaran ini berdasarkan rumus nilai akhir sesuai
dengan buku pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2009 yaitu :
E 0 0,0 – 3,9 0 – 39
6. Materi Perkuliahan
1. Pendahuluan.
4. Logika.
a. Peristilahan logika.
5. Penalaran.
a. Pengertian konsep.
b. Pengertian proposisi.
c. Hubungan antara konsep, proposisi dan penalaran.
b. Menemukan keadilan.
a. Asas preferensi.
7. Bacaan.
- Atmadja,I Dewa Gede, 1992, “Perdebatan Akan Derajat Keilmuan Dari Ilmu
Hukum : Suatu Renungan Filsafat Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor :
58 Tahun XVIII, Maret.
- -------, 1993, “Manfaat Filsafat Hukum Dalam Studi Ilmu Hukum”, dalam Kertha
Patrika, Nomor : 62-63 Tahun XIX Maret – Juni.
- -------, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2005.
- -------, 2009, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum , Bali Age,
Denpasar, h. 62-65.
- Loudoe, John Z., 1985, Menemukan Hukum melalui Tafsir dan Fakta, Bina
Aksara, Jakarta.
- Marzuki, Peter Mahmud, 2001, “Penelitian Hukum”, dalam Yuridika, Vol. 16, No.
1, Maret-April.
Bakti.
Mahasiswa diwajibkan untuk memiliki block book mata kuliah Penalaran dan
sehingga proses perkuliahan dan tutorial dapat terlaksana sesuai dengan tujuannya.
Pertemuan I : Pendahuluan.
Terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli dalam memasukkan ilmu hukum
ke dalam suatu kelompok bidang ilmu. Demikian pula adanya keragu-raguan yang
disebabkan oleh sifat normatif dari ilmu hukum tersebut bukanlah ilmu empiris.
Disamping hukum mempunyai sifat yang normatif hukum juga memiliki fungsi yang
normatif pula.
Task 1 : Ilmu hukum dikatakan bersifat preskriptif dengan karakter sui generis, apakah
anda setuju atau tidak ?
Bacaan :
- Atmadja,I Dewa Gede, 1992, “Perdebatan Akan Derajat Keilmuan Dari Ilmu
Hukum : Suatu Renungan Filsafat Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor :
58 Tahun XVIII, Maret, h. 64-71.
- -------, 1993, “Manfaat Filsafat Hukum Dalam Studi Ilmu Hukum”, dalam Kertha
Patrika, Nomor : 62-63 Tahun XIX Maret – Juni, h. 64-71.
- Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005, h. 1 – 9.
Dengan memperhatikan konsep hukum yang khas dengan sendirinya juga bahasa
dalam hukum mempunyai kekhasan. Kekhasan bahasa dalam hukum terletak dalam
fungsinya yang normatif. Dalam bahasan normatif dirumuskan norma-norma yang berisi
: perintah, larangan, izin, dan dispensasi.
Antara keempat perintah perilaku ini terdapat berbagai hubungan yang juga dapat
memperlihatkan hubungan logikal tertentu.
Bacaan :
- Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005, h. 1 – 9.
Instruksi Tutor :
Jika ditinjau dari sudut isinya, maka dapatlah dikenal adanya tiga macam kaidah
hukum yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan kaidah hukum yang berisikan suruhan, larangan,
dan kebolehan?
Bacaan :
- -------, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2005, h. 1 – 9.
- Peter Mahmud Marzuki, 2001, “Penelitian Hukum”, dalam Yuridika, Vol. 16, No.
1, Maret-April.
Pertemuan IV : Logika.
Logika adalah bahasa Latin berasal dari kata “logos” yang berarti perkataan atau
sabda”. Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa “alasannya
tidak logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis”. Yang dimaksud dengan “logis”
adalah masuk akal dan tidak logis adalah tidak masuk akal. Prof Thaib Thair A.Mu’in
membatasi logika sebagai “Ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus
dalam memperoleh suatu kebenaran”. Sedangkan Irving M.Copi menyatakan bahwa
“Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan
untuk membedakan penalaran yang betul dengan penalaran yang salah”. Demikian
juga dalam buku “Logic and Language of Education” dari George F.Kneller (New York,
1966). Logika disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode
berpikir benar sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “hukum yang
memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berfikir”. Dengan demikian, dapatlah
dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Logika berkaitan dengan aktivitas berpikir dan Psikologi juga berkaitan dengan
aktivitas berpikir. Oleh karena itu, kita hendaknya berhati-hati melihat persimpangannya
dari kedua konsep ini. Psikologi mempelajari pikiran dan kerjanya tanpa menyinggung
sama sekali urusan benar-salah. Sebaliknya urusan benar-salah menjadi masalah
pokok dalam logika. Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya tetapi
pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis.
Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok,
kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pikiran yang diungkapkan
sebagai harapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan kekaguman. Ada
juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen yang secara selintas kelihatan
benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan
pribadi maupun golongan. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan
cara serius dan terpelajar dan bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala
kepentingan dan keinginan perorangan.
Bacaan :
- Peter Mahmud Marzuki, 2001, “Penelitian Hukum”, dalam Yuridika, Vol. 16, No. 1,
Maret-April.
- Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, cet. pertama, Mandar
Maju, Bandung, 1999.
Pertemuan V : Penalaran.
Dalam hidup ini diliputi oleh berbagai masalah yang merupakan hambatan atau
bentuk pemikiran. Selain penalaran, bentuk pemikiran yang lebih sederhana adalah
pengertian atau konsep dan proposisi atau pernyataan. “Tidak ada proposisi tanpa
Instruksi Tutor :
3. Selama proses diskusi tutor harus dapat meredam emosi mahasiswa dan
mengangkat mahasiswa yang pasif.
b. Memahami proposisi.
6. Terakhir sisakan 20 menit untuk presentasi dari salah satu kelompok melalui ketua
kelompok.
Demikian pula dengan hukum, tujuan diadakannya penalaran hukum yakni disesuaikan
dengan tujuan hukum itu sendiri. Tujuan hukum mengacu pada ”sasaran yang ingin
dicapai oleh fungsi hukum. Tujuan hukum tidak bisa dilepaskan dari tujuan akhir dari
hidup bermasyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan falsafah hidup
yang menjadi dasar hidup masyarakat itu yang akhirnya bermuara pada keadilan.
karena tanpa adanya pengertian tidak mungkin disusun proposisi dan tanpa adanya
penalaran. Pengertian sebagai langkah awal dari penalaran harus dilakukan secara
benar karena jika pengertian salah maka hasil dari penalaran juga menjadi salah.
Kasus :
wenang.
- Pengertian atau konsep juga sifatnya dinamis. Misalnya dalam perkara Josopandojo,
- Putusan Mahkamah Agung Nomor 1816 K/Pdt/1989 tentang itikad baik yang dilakukan
dengan ceroboh.
Bacaan :
Penalaran adalah sebuah proses mental di mana kita (melalui akal budi)
bergerak dari apa yang telah kita ketahui menuju ke pengetahuan yang baru (hal yang
belum kita ketahui). Atau kita bergerak dari pengetahuan yang kita miliki menuju ke
pengetahuan yang baru yang berhubungan dengan pengetahuan yang telah kita miliki
tersebut. Semua bentuk penalaran selalu bertolak dari sesuatu yang sudah ada atau
sudah kita ketahui. Kita tidak mungkin menalar bertolak dari ketidaktahuan. Selalu ada
sesuatu yang tersedia yang kita pergunakan sebagai titik tolak untuk menalar. Titik tolak
tersebut kita namakan “yang telah diketahui” yaitu sesuatu yang dapat dijadikan
sebagai premis, evidensi, bukti, dasar bahkan alasan-alasan dari mana hal-hal yang
belum diketahui “dapat disimpulkan”. Kesimpulan itu disebut konklusi. Inilah kiranya
yang merupakan alasan mengapa penalaran dapat juga didefinisikan sebagai “berpikir
konklusif” atau “berpikir untuk menarik kesimpulan”. Penyimpulan ini dilakukan dengan
cara “induksi dan deduksi”. Induksi dalam hukum dimulai dengan mengumpulkan
fakta-fakta empiris.
Kasus : pada setiap putusan pengadilan negeri (maksudnya putusan mana saja dapat
Bacaan :
- Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005, h. 20 – 37.
- Atmadja, I Dewa Gede, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum (Legal
Reasoning And Legal Argumentation An Introduction), Bali Aga, Agustus 2009,
h. 25 – 33.
Dalam penanganan perkara atau sengketa hukum langkah awal adalah langkah
induksi untuk mengumpulkan fakta. setelah fakta dirumuskan diikuti dengan penerapan
hukum diawali dengan identifikasi aturan hukum dan seringkali dijumpai keadaan aturan
hukum seperti : antinomi (konflik norma hukum), kekosongan hukum (leemten in het
Instruksi Tutor :
3. Selama proses diskusi tutor harus dapat meredam emosi mahasiswa dan
mengangkat mahasiswa yang pasif.
6. Terakhir sisakan 20 menit untuk presentasi dari salah satu kelompok melalui ketua
kelompok.
Bacaan :
Menurut Paul Scholten, penemuan hukum oleh hakim merupakan sesuatu yang
dan bahkan sangat sering terjadi bahwa peraturannya harus ditemukan, baik dengan
adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya
konkret. Dengan kata lain, merupakan proses konkretisasi atau individualisasi peraturan
hukum (das sollen) yang bersifat umum dengan mengingat akan peristiwa konkret (das
sein) tertentu. Yang penting dalam penemuan hukum adalah bagaimana mencarikan
Kasus :
- Putusan Mahkamah Agung Nomor : 3045 K/Pdt/1991 tanggal 30 Mei 1996 tentang
- Mertokusumo, Sudikno, 1993, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti,
h. 4-12.
- Sutiyoso, Bambang, 2006, Metode Penemuan Hukum, UII Press, Yogyakarta, h. 28-
35.
Kasus :
- Putusan Mahkamah Agung No. 395 K/Pid/1995 tanggal 29 September 1995 tentang
Bacaan :
- Loudoe, John Z., 1985, Menemukan Hukum melalui Tafsir dan Fakta, Bina Aksara,
Jakarta, h. 112-124.
Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Hukum Tata Negara
Kesesatan dalam penalaran bisa terjadi karena yang sesat itu karena sesuatu
hal, kelihatan tidak masuk akal. Dalam penalaran dapat terjadi kesesatan karena tidak
terdapat hubungan logis antara premis dengan kesimpulan. Ada lima model kesesatan
1. Argumentum ad ignorantium.
2. Argumentum ad verecundiam.
3. Argumentum ad hominem.
4. Argumentum ad misericordiam.
5. Argumentum ad baculum.
Task 9 : Discussion Task.
Instruksi Tutor :
3. Selama proses diskusi tutor harus dapat meredam emosi mahasiswa dan
mengangkat mahasiswa yang pasif.
6. Terakhir sisakan 40 menit untuk presentasi dari dua kelompok melalui masing-
masing ketua kelompoknya.
Bacaan :
- Atmadja, I Dewa Gede, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum (Legal
Reasoning And Legal Argumentation An Introduction), Bali Aga, Agustus 2009,
h. 75-77.
- Hadjon, Philipus M, dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2005, h. 15-17.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja,I Dewa Gede, “Perdebatan Akan Derajat Keilmuan Dari Ilmu Hukum :
Suatu Renungan Filsafat Hukum, dalam Kertha Patrika, Nomor : 58 Tahun
XVIII, Maret, 1992.
-------, “Manfaat Filsafat Hukum Dalam Studi Ilmu Hukum”, dalam Kertha Patrika,
Nomor : 62-63 Tahun XIX Maret – Juni, 1993.
-------, Pengantar Penalaran Hukum dan Argumentasi Hukum , Bali Age, Denpasar,
2009.
Loudoe, John Z., Menemukan Hukum melalui Tafsir dan Fakta, Bina Aksara, Jakarta
1985.
Marzuki, Peter Mahmud, “Penelitian Hukum”, dalam Yuridika, Vol. 16, No. 1, Maret-
April 2001.
Mertokusumo, Sudikno, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti
1993.
Sidharta, Bernard Arief, Refleksi Tentang Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2008.
-------, Pengantar Logika, Refika Aditama, Bandung, 2008.