Anda di halaman 1dari 22

MODUL 8

PSIKOLOGI PENULIS
Dr. Andi Tenri Famauri Rifai, S.H., M.H

EDITOR

HUKUM Andi Muhammad Aswin Anas, S.H.., M.H

PENGADILAN DARI PERSPEKTIF


PSIKOLOGI HUKUM

DEPARTEMEN HUKUM MASYARAKAT DAN PEMBANGUNAN


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

i
Prakata

Perkenankanlah pada kesempatan ini, kami mengucapkan puji dan syukur yang
sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun sebagai panduan bagi peserta mata kuliah
Psikologi Hukum, untuk memahami tentang Pengadilan Dari Perspektif Psikologi Hukum.
Penulis berharap modul ini dapat memperkaya teori mahasiswa mengenai pendekatan ilmu
hukum yang bersifat empiris, dimana psikologi hukum adalah salah satunya,
Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada Dekan Fakultas Hukum beserta
para Pembantu Dekan, Ketua dan Sekretaris Departemen Hukum Masyarakat dan
Pembangunan, serta para dosen pengampu mata kuliah Psikologi Hukum. Tanpa mereka yang
telah membuat program penulisan modul ini, tentunya modul ini hanya sebatas draft saja.
Ucapan terima kasih juga disampaikan bagi para kolega yang tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu. Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan menambah wawasan mahasiswa
dan para pembaca modul ini.

Makassar, November 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Prakata .................................................................................................................................. ii
Daftar Isi .............................................................................................................................. iii
RPS Mata Kuliah Psikologi Hukum ..................................................................................... iv
MODUL VIII PENGADILAN DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI HUKUM ........................ 1
Kegiatan Belajar 12 ............................................................................................................... 2
Pengadilan Dari Perspektif Psikologi Hukum ........................................................................ 2
A. Deskripsi Singkat ................................................................................................... 2
B. Relevansi ............................................................................................................... 2
C. Capaian Pembelajaran ............................................................................................ 2
1. Uraian .............................................................................................................. 2
A. Meramalkan Putusan Pengadilan .................................................................. 2
B. Hukum Adalah Pengalaman ......................................................................... 3
C. Pengaruh Pandangan Moral dalam Perilaku Hukum ..................................... 4
2. Latihan............................................................................................................. 6
3. Rangkuman ...................................................................................................... 6
4. Pustaka ............................................................................................................ 6
D. Tugas Dan Lembar Kerja ....................................................................................... 7
E. Tes Formatif .......................................................................................................... 7
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ............................................................................ 8

iii
RPS Mata Kuliah Psikologi Hukum

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM Kode Dokumen
PRODI ILMU HUKUM
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan
Psikologi Hukum 440B1182 Hukum Masyarakat dan T=2 P=0 VII 29 Juni 2020
Pembangunan
OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI
Departemen Hukum Masy, dan Pembangunan Dosen Pengampu Mata Kuliah Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H Dr. Maskun, S.H., LL.M

Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK


Pembelajaran (CP) CPL-1 (S.1) Memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
CPL-2 (KU.1) Mampu berpikir secara kritis, logis dan sistematis
CPL-3 (K.K3) Mampu memberikan saran dan penyelesaian masalah hukum
CPL-4 (P.2) Memiliki pemahaman dasar-dasar ilmu hukum
CPL-5 (P.3) Memiliki pemahaman hukum formil (Pengetahuan)
CPL-6 (P.4) Memiliki pemahaman hukum materiil (Pengetahuan)
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK Mampu memahami konsep dasar dan ruang lingkup kajian Psikologi Hukum, hubungan hukum dengan aspek psikologi dalam kajian psycology
in law, pyscology of law, psycologiy and law, dan forensic psychology, riset psikologi hukum tentang kesaksian, psikologi hukum tentang
pengadilan, opini public, dan persoalan hukum dalam hubungannya dengan aspek-aspek psikologis dalam masyarakat, memberikan alternatif
pemecahan masalah penegakan hukum dari pendekatan psikologi hukum dalam masyarakat.
CPL  Sub-CPMK
CPL-1 Menguraikan Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Hukum
CPl-2 Menguraikan Jenis-Jenis Pendekatan Psikologi Hukum
CPL-4 Menguraikan Pertemuan Hukum dan Psikologi
CPL-4 Menguraikan Premis-premis Dasar Psikologi dan Riset Psikologi
CPL-6 Menguraikan Hal-Hal yang tersisa dalam Hubungan Hukum dan Psikologi
CPL-5 Menguraikan Saksi Mata dalam Perspektif Psikologi Hukum

iv
CPL-3 Menguraikan Perilaku Hukum
CPL-3 Menguraikan Pengadilan dari Perspektif Psikologi Hukum
CPL-3 Menguraikan Pengaruh Opini Publik terhadap Putusan Hakim
Deskripsi Singkat Psikologi Hukum merupakan bagian dari kajian hukum empiris yang fokus kajiannya pada keterkaitan atau hubungan antara faktor-faktor kejiwaan
MK (psikologis) dengan hukum (penegakan hukum).
Bahan Kajian / 1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Psikologi Hukum
Materi 2. Jenis-Jenis Pendekatan Psikologi Hukum
Pembelajaran 3. Pertemuan Hukum Dan Psikologi Hukum
4. Premis-Premis Dasar Psikologi Dan Riset Psikologi
5. Hal-hal yang tersisa dalam Hubungan Hukum dan Psikologi
6. Saksi Mata dalam Perspektif Psikologi Hukum
7. Perilaku Hukum
8. Pengadilan dari Perspektif Psikologi Hukum
9. Pengaruh Opini Publik terhadap Putusan Hakim
Pustaka Utama :
1. Buku Ajar Psikologi Hukum: Tim Pengampu Mata Kuliah Psikologi Hukum
2. Achmad Ali, 2009, Meguak Teori Hukum, Legal Theory, dan Teori Peradilan (Judicialprudence), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
3. _________, 2012, Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
4. Andreas Kapardis, 2001, Psychology and Law, Cambridge University Press, United Kingdom
5. Donald Black, 2010, Perilaku Hukum (The Behavior of Law), Emerald Group Publishing Limited, UK
6. Lawrence S. Wrighsman, 1991, Psychology and the Legal Syatem (Second Edition), Brooks/Cole Publishing Company, Pacific Grove,
California.
7. Musakkir, 2014, Putusan Hakim yang Diskriminatif dalam Perkara Pidana (Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum dan Psikologi Hukum), Penerbit
Rangkang, Yogyakarta.
8. Niklas Luhman, 1996, The Reality of The Mass Media, Stanford University Press, California.
Pendukung :
1. Achmad Ali, 2008, Menguak Realitas Hukum (Rampai Kolom & Artikel Pilihan Dalam Bidang Hukum), Kencana Prenada Media Group, Jakarta
2. _________, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
3. _________, 2015, Menguak Tabir Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta
4. Amina Memon, Aldert Vrij and Ray Bull, 2003, Psychology and Law: Truthfulness, Accuracy and Credibility, John Wiley & Sons Ltd, England
5. Barry Friedman, 2009, The Will of The People: How Public Opinion has Influenced the Supreme Court and Shaped the Meaning of the
Constitution, Farrar, Starus and Giroux, New York
6. Brian L. Cutler, 2008, Encyclopedia of Psychology & Law, Volume 1, Sage Publication, Inc., California, USA,
7. Curt R. Bartol, 1983, Psychology and American Law, Wadsworth Publishing Company, Belmont, California

v
8. Helena Olii & Erlita Novi. 2011. Opini Publik. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media.
9. Lawrence S. Wrightman. 1999. Judicial Decision Making: Is Psychology Relevan? Kluwer Academic/Plenum Publishers.
10. M. Khozim, 2009, Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial, (diterjemahkan dari Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science
Perspective, Russel Sage Foundation, New York)
11. Mark Constanzo, 2006, Aplikasi Psikologi dalam Sistem Hukum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
12. Michael Saks and Reid Hastie. 1978. Sosial Psychology in Court, Van Nostrand Reinhold Company, New York
13. Neil Brewer & Kipling D. Williams, 2005, Psychology And Law An Empirical Perspective, The Gulford Press, New York, USA.
14. Soerjono Soekanto, Beberapa Catatan Tentang Psikologi Hukum. Citra Aditya Bhakti, Bandung.
Dosen Pengampu 1. Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H. (PJMK)
2. Prof. Dr. Pangerang Moenta, S.H.,M.H.
3. Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H.,M.H.
4. Dr. Wiwie Heryani, S.H.,M.H.
5. Dr. Hasbir, S.H.,M.H.
6. Dr. Muh. Hasrul, S.H.,M.H.
7. Dr. Ratnawati, S.H.,M.H.
8. Dr. Andi Tenri Famauri, S.H., M.H
9. Dr. Andi Syahwiah A. Sapiddin, S.H., M.H
10. Andi Muhammad Aswin Anas, S.H., M.H
Mata Kuliah Syarat 1. Pengantar Ilmu Hukum
2. Pengantar Hukum Indonesia
Bentuk Pembelajaran,
Sub-CPMK Metode Pembelajaran, Bobot
Pekan Penilaian Materi Pembelajaran
(Kemampuan akhir Penugasan Mahasiswa, Penilaian
Ke- [ Estimasi Waktu] [ Pustaka ]
tiap tahapan belajar) (%)
Indikator Kriteria & Bentuk Luring (offline) Daring (online)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Menguraikan Ketuntasan dan Bentuk: Kuis Bentuk : Kuliah BM (1X2X60”) Pendahuluan: 5%
Pengertian dan Ruang ketepatan SIKOLA → 1. Penjelasan RPS
Lingkup Psikologi menguraikan: Kriteria: TM Mempelajari bahan 2. Pengenalan Buku dan
Hukum 1. Pengertian 5 = Tepat (1x2x50”) ajar pada Menu Alur Referensi
Psikologi Hukum menjelaskan 2 poin Metode : Ceramah Pembelajaran di 3. Kontrak Perkuliahan dan
2. Ruang Lingkup dari tes dan Diskusi Pertemuan Pertama Manajemen Kelas
dan Bahasan Interaktif Pengertian dan Ruang
PT (1X2X60”) Lingkup Psikologi Hukum:

vi
Pembahasan 3 = Tepat Peserta kuliah 1. Pengantar Psikologi
Psikologi Hukum menjelaskan hanya 1 membuat resume Hukum
poin dari tes dengan menulis semua 2. Ruang Lingkup dan
bidang-bidang hukum Bahasan Piskologi Hukum
yang menjadi objek Pustaka:
penelitian psikologi 1. PU-1 (Tim Pengampu):
hukum sebanyak 1000 hlm 1-3
kata 2. PU-3 (Achmad Ali): hlm
4-10
3. PU-4 (Andreas
Kapardis): hlm 1-10, 291-
293.
4. PU-6 (Lawrence S.
Wrighsman): hlm 1-9
5. PP-6 (Brian L. Cutler):
hlm xiii-xx.
6. PP-11 (Mark Constanto):
hlm 4-11
2 Menguraikan tentang Ketuntasan dan Bentuk: Kuis Bentuk : Kuliah BM (1X2X60”) Jenis-Jenis Pendekatan 5%
Jenis-Jenis Pendekatan ketepatan SIKOLA → Psikologi Hukum
Psikologi Hukum menguraikan: Kriteria: TM Mempelajari bahan a. Psycology in law
1. Psycology in law 5 = Tepat (1x2x50”) ajar pada Menu Alur b. Psycology and law
Psycology and menjelaskan 2 poin Metode : Ceramah Pembelajaran di c. Psychology of law
law dari tes dan Diskusi Pertemuan Kedua d. Forensic psychology atau
2. Psychology of 3 = Tepat Interaktif psychology in the courts
law Forensic menjelaskan hanya 1 PT (1X2X60”)
psychology atau poin dari tes Peserta kuliah
psychology in the membuat contoh kasus
courts yang menunjukkan Pustaka:
salah satu dari jenis 1. PU-1 (Tim Pengampu):
pendekatan dalam hlm 1-3
psikologi hukum. 2. PU-2 (Achmad Ali): hlm
Kasusnya dapat 4-10
diilustrasikan, tetapi 3. PU-4 (Andreas Kapardis)
dilengkapin argument : hlm 11-19

vii
yang logis sebanyak 4. PU-7 (Musakkir): hlm 47-
1000 kata. 59
5. PP-7 (Curt L. Bartol) :
hlm 1-23
6. PU-6 (Lawrance S.
Wirghsman) : hlm 27-47
7. PP-11 (Mark Constanto) :
hlm 4-11
8. PP-12 (Michael Sacks) :
hlm 1-10
9. PP-14 (Neil Brewer &
Kipling D. Williams): hlm
1-10
3 Menguraikan tentang Ketuntasan dan Bentuk: Quiz and Bentuk : Kuliah BM (1X2X60”) Pertemuan Hukum dan 10%
Pertemuan Hukum dan ketepatan Review , Small SIKOLA → Psikologi:
Psikologi menguraikan: Group Discussion Mempelajari bahan 1. Awal Munculnya Psikologi
1. Awal Munculnya TM ajar pada Menu Alur Hukum
Psikologi Hukum Kriteria: (1x2x50”) Pembelajaran di 2. Kendala Awal Hubungan
2. Kendala Awal 5 = Tepat Collaborative Pertemuan Ketiga Antara Disiplin Psikologi
Hubungan Antara menjelaskan 4 poin Learning Dengan Disiplin Hukum
Disiplin Psikologi dari tes PT (1X2X60”) 3. Kesenjangan Antara Disiplin
Dengan Disiplin 4 = tepat Peserta kuliah Hukum dan Disiplin
Hukum menguraikan 3 poin membaca minimal 2 Psikologi
3. Kesenjangan dari tes referensi dan mem- 4. Psikologi Abnormal,
Antara Disiplin 3 = Tepat buat rangkuman Pertanggungjawaban dan
Hukum dan menguraikan 2 poin tentang Pertemuan Ketidakwarasan
Disiplin Psikologi dari tes Hukum dan Psikologi
4. Psikologi 1 = Tepat sebanyak 1000-1500 Pustaka:
Abnormal, menguraikan 1 poin kata. 1. PU-1 (Tim Pengampu) :
Pertanggungjawa dari tes hlm 10-11
ban dan 2. PU-4 (Andreas Kapardis)
Ketidakwarasan 3. PU-6 (Lawrence S.
Wirghsman)
4. PP-4 (Amina Memon,
dkk)

viii
5. PP-6 (Brian L. Cutler)
6. PP-7 (Curt L. Bartol)
7. PP-12 (Michael Sacks and
Reid Hastle)
8. PP-14 (Neil Brewer &
Kipling D. Willians)
4-5 Menguraikan Premis- Ketuntasan dan Bentuk: Tes Tulis Bentuk : Kuliah BM (2X2X60”) Premis-premis Dasar Psikologi 10%
premis Dasar Psikologi ketepatan SIKOLA → dan Riset Psikologi:
dan Riset Psikologi menguraikan: Kriteria: TM Mempelajari bahan 1. Empat Metode Charles
1. Empat 5 = Tepat (2x2x50”) ajar pada Menu Alur Pierce:
Metode mennguraikan 3 poin Metode : Diskusi Pembelajaran di a. Method of tenacy
Charles dari tes Interaktif Pertemuan Keempat b. Method of authority
Pierce 3 = Tepat dan Kelima c. A prioro method
2. Karakteristik menguraikan 2 poin d. Method of science
Riset dari tes PT (2X2X60”) 2. Karakteristik Riset Psikologi
Psikologi 1 = Tepat Peserta kuliah 3. Mengenal Riset Psikolegal
3. Mengenal menguraikan 1 poin membaca minimal 2
Riset dari tes referensi dan mem- Pustaka:
Psikolegal buat rangkuman 1. PU-1 (Tim Pengampu) :
tentang Premis-premis BAB 4 hlm 15-20
Dasar Psikologi dan 2. PP-7 (Curt L. Bartol)
Riset Psikologi
sebanyak 1000-1500
kata.

6-7 Menguraikan Hal-Hal Ketuntasan dan Bentuk: Essay Bentuk : Kuliah BM (2X2X60”) Yang tersisa dalam Hubungan 10%
yang tersisa dalam ketepatan SIKOLA → Hukum dan Psikologi:
Hubungan Hukum dan menguraikan: Kriteria: TM Mempelajari bahan 1. Kesulitan-Kesulitan yang
Psikologi 1. Kesulitan- 5 = Tepat (2x2x50”) ajar pada Menu Alur Tersisa dalam Hubungan
Kesulitan yang menjelaskan 4 poin Metode : Pembelajaran di Hukum dan Psikologi
Tersisa dalam dari tes Collaborative Pertemuan Keenam 2. Dasar-dasar Optimisme
Hubungan 4 = tepat Learning sampai Ketujuh Terhadap Perkembangan
Hukum dan menguraikan 3 poin Psikologi Hukum
Psikologi dari tes PT (2X2X60”) 3. Dinamika Psikologi hukum

ix
2. Dasar-dasar 3 = Tepat Peserta kuliah 4. Psikologi Hukum, Sekarang
Optimisme menguraikan 2 poin membaca minimal 2 dan Prospeknya
Terhadap dari tes referensi dan mem-
Perkembangan 1 = Tepat buat rangkuman Pustaka:
Psikologi Hukum menguraikan 1 poin tentang yang tersisa 1. PU-1 (Tim Pengampu):
3. Dinamika dari tes dalam Hubungan hlm 21-27
Psikologi hukum Hukum dan Psikologi 2. PU-4 (Andreas
4. Psikologi sebanyak 1000-1500 Kapardis): BAB-1,
Hukum, Sekarang kata. bagian pertama.
dan Prospeknya 3. PP-11 (Mark Constanto) :
BAB 1, Bagian Pertama
8-10 Menguraikan Saksi Ketuntasan dan Bentuk: Essay Bentuk : Kuliah BM (3X2X60”) Saksi Mata dalam Perspektif 15%
Mata dalam Perspektif ketepatan SIKOLA → Psikologi Hukum:
Psikologi Hukum menguraikan: Kriteria: TM Mempelajari bahan 1. Aspek-aspek kesaksian
1. Aspek-aspek 5 = Tepat (3x2x50”) ajar pada Menu Alur Saksi-Mata
kesaksian Saksi- menguraikan 9 poin Metode : Pembelajaran di 2. Karakteristik, Perhatian,
Mata dari tes Collaborative Pertemuan delapan- Persepsi, dan Memori
2. Karakteristik, 4 = Tepat Learning sembilan Manusia
Perhatian, menguraikan 7-8 3. Riset Kesaksian SaksiMata:
Persepsi, dan poin dari tes PT (3X2X60”) Pertimbangan Metodologis
Memori Manusia 3 = Tepat Peserta kuliah 4. Tipe-tipe Metode Riset yang
3. Riset Kesaksian menjelaskan hanya membaca minimal 2 Digunakan
SaksiMata: 5-6 poin dari tes referensi dan mem- 5. Variabel-variabel tentang
Pertimbangan 2 = Tepat buat rangkuman Kesaksian Saksi-Mata
Metodologis menguraikan 3-4 tentang Saksi Mata 6. Variabel yang Berdampak
4. Tipe-tipe Metode poin dari tes dalam Perspektif terhadap Keakuratan
Riset yang 1 = Tepat Psikologi Hukum Kesaksian Saksi-Mata
Digunakan menjelaskan hanya sebanyak 1000-1500 7. Karakteristik Peristiwa
5. Variabel-variabel 1-2 poin dari tes kata. Frekuensi
tentang 8. Kesimpulan Apek Psikologi
Kesaksian Saksi- Hukum dari Kesaksian
Mata Saksi-Mata
6. Variabel yang 9. Saksi-Mata: Pelanggar dan
Berdampak Wawancara
terhadap

x
Keakuratan Pustaka:
Kesaksian Saksi- PU-1 (Tim Pengampu) :
Mata 1. Bag.1 : hlm 30-33
7. Karakteristik 2. Bag.2 : hlm 33-35
Peristiwa 3. Bag.3: hlm 36-37
Frekuensi 4. Bag.4: hlm 37-40
8. Kesimpulan 5. Bag 5 dan 6 : hlm 40-41
Apek Psikologi 6. Bag 7: hlm 42-44
Hukum dari 7. Bag 8 dan 9: hlm 45-50
Kesaksian Saksi- PU-4 hlm 20-92.
Mata PP-6 hlm 285-302.
9. Saksi-Mata:
Pelanggar dan
Wawancara

11 Menguraikan Perilaku Ketuntasan dan Bentuk: Essay Bentuk : Kuliah BM (1X2X60”) 1. Stratifikasi 10%
Hukum ketepatan SIKOLA → 2. Morfologi
menguraikan: Kriteria: TM Mempelajari bahan 3. Kultur
1. Stratifikasi 5 = Tepat (x2x50”) ajar pada Menu Alur 4. Organisasi
2. Morfologi menguraikan 7 poin Metode : Pembelajaran di 5. Pengendalian Sosial selain
3. Kultur dari tes Collaborative Pertemuan sebelas hukum
4. Organisasi 4 = Tepat Learning 6. Anarki
5. Pengendalian menguraikan 5-6 PT (1X2X60”) 7. Prediksi ilmiah terhadap
Sosial selain poin dari tes Peserta kuliah perilaku hakim dan putusan
hukum 3 = Tepat membaca minimal 2
6. Anarki menguraikan 3-4 referensi dan mem- Pustaka:
7. Prediksi ilmiah Poin dari tes buat rangkuman 1. PU-1 (Tim Pengampu):
terhadap perilaku 2= Tepat tentang Perilaku BAB V hlm 33-65)
hakim dan menguraikan 2 poin Hukum sebanyak 2. PU-2 (Achmad Ali): Bab
putusan dari tes 1000-1500 kata. I hlm 139; Bab III hlm
1 = Tepat 298; Bab V hlm 405
menguraikan 7 poin 3. PU-3 (Achmad Ali): Bab
dari tes VII hlm 208; Bab IX hlm
289

xi
4. PU-7 (Musakkir): Bab III
hlm 163, 199, 200
5. PP-2 (Achmad Ali): Bab
IV hlm 89; Bab VI hlm
186-188
6. PP-3 (Achmad Ali): BAB
XI hlm 130
7. PP-6 (Brian L. Cutler):
BAB II hlm 7, 64.
8. PP-11 (Mark Constanto):
BAB I hlm 40; BAB II
hlm 49; BAB III hlm
105; BAB VII hlm 334;
BAB IX hlm 457.
12-13 Menguraikan Ketuntasan dan Bentuk: Quiz and Bentuk : Kuliah BM (2X2X60”) Pengadilan dari Perspektif 10%
Pengadilan dari ketepatan Review SIKOLA → Psikologi Hukum:
Perspektif Psikologi menguraikan: TM Mempelajari bahan 1. Meramalkan Putusan
Hukum 1. Meramalkan 5 = Tepat (2x2x50”) ajar pada Menu Alur Pengadilan
Putusan menjelaskan 5 poin Metode : Pembelajaran di 2. Hukum Adalah Pengalaman
Pengadilan dari tes Collaborative Pertemuan dua belas - 3. Pengaruh Pandangan Moral
2. Hukum Adalah 4 = tepat Learning tigabelas dalam Perilaku Hukum
Pengalaman menguraikan 4 poin 4. Sudut Pandang “Orang
3. Pengaruh dari tes PT (2X2X60”) Jahat”
Pandangan Moral 3 = Tepat Peserta kuliah 5. Mengapa Orang Berkocek
dalam Perilaku menguraikan 3 poin membaca minimal 2 Tebal, Tampil Lebih ke
Hukum dari tes referensi dan mem- Depan di Pengadilan,
4. Sudut Pandang 2 = Tepat buat rangkuman Spekulasi tentang Batas
“Orang Jahat” menguraikan 2 poin tentang Pengadilan Perubahan hukum (“Why the
5. Mengapa Orang dari tes dari Perspektif “Have” come out ahead:
Berkocek Tebal, 1 = Tepat Psikologi Hukum speculations on the Limits of
Tampil Lebih ke menguraikan 1 poin sebanyak 1000-1500 Legal Change)
Depan di dari tes kata.
Pengadilan, Pustaka:
Spekulasi tentang
Batas Perubahan

xii
hukum (“Why the 1. PU-1 (Tim Pengampu):
“Have” come out BAB VII hlm.73; BAB VIII
ahead: hlm. 82
speculations on 2. PU-2 (Achmad Ali: Bab 6
the Limits of hlm 477; 505.
Legal Change) 3. PU-3 (Achmad Ali): Bab 3
hlm 39; bab 4 hlm 65; Bab
5 hlm 101; Bab 6 hlm 147;
Bab7 hlm 169; Bab 8 hlm
217; Bab 9 hlm 289
4. PU-7 (Musakkir): Bab II
hlm 35); Bab III hlm 147.
5. PP-1 (Achmad Ali): hlm.
285-304
6. PP-2 (Achmad Ali): Bab
5hlm 150 & Bab 8 hlm 243.
7. PP-11 (Mark Constanto):
Bab 1 hlm 28 dan 43; Bab
2 hlm 49; Bab 4 hlm 156,
181; Bab 5 hlm 193; Bab 6
hlm 275; Bab 9 hlm 427.
14-15 Menganalisis Pengaruh Ketuntasan dan Bentuk: Quiz and Bentuk : Kuliah BM (2X2X60”) Pengaruh Opini Publik terhadap 5%
Opini Publik terhadap ketepan Review SIKOLA → Putusan Hakim
Putusan Hakim menganalisis: TM Mempelajari bahan 1. Pengertian opini publik
1. Pengertian opini Kriteria (2x2x50”) ajar pada Menu Alur 2. Jenis-jenis opini public
publik 5 = Tepat Metode : Pembelajaran di 3. Opini publik versus
2. Jenis-jenis opini menjelaskan 6 poin Collaborative Pertemuan empat belas kemandirian hakim
publik dari tes Learning – lima belas 4. Kebebasan hakim dalam
3. Opini publik 4 = tepat perspektif psikologi
versus menguraikan 4-5 PT (2X2X60”) hukum.
kemandirian poin dari tes 1. Peserta kuliah 5. Opini publik dan
hakim 3 = Tepat mencari contoh kesadaran hukum.
4. Kebesan hakim menguraikan 3 poin kasus yang
6. Pers versus penegak
dalam perspektif dari tes pernah terjadi di hukum hitam.
psikologi hukum Indonesia yang Pustaka:

xiii
5. Opini publik dan 2 = Tepat menunjukkan 1. PU-1 (Tim
kesadaran hukum menguraikan 2 poin pengaruh opini Pengampu): hlm 82-96
6. Pers versus dari tes publik terhadap 2. PU-2 (Achmad Ali):
penegak hukum 1 = Tepat putusan hakim hlm 335-342
hitam menguraikan 1 poin dan membuat 3. PU-8 (Niklas
dari tes sebuah resume Luhman): 76-96
sebanyak 1500 4. PP-4 (Amina Memon,
kata. dkk): hlm 152-158
2. Peserta kuliah 5. PP-5 (Barry
mencari contoh Friedman): hlm 353-
kasus yang 365
pernah terjadi di
6. PP-12(Neil Brewer):
Indonesia yang
254-275
menunjukkan
7. PP-8 (Helena Olii &
pengaruh opini
Erlita Novi): hlm. 20-
publik versus
23.
penegak hukum
hitam dan 8. PP-9 (Lawrence S.
membuat sebuah Wrightman): hlm. 57-
resume sebanyak 81.
1500 kata. 9. PP-10 (M.Kozim): hlm
211-214
16 Final Tes Ketuntasan dan Bentuk: Tes Tulis Bentuk : Ujian BM (1X2X60”) Materi perkuliahan minggu 1- 20%
ketepatan menjawab Kriteria: Tertutup SIKOLA → 15.
soal-soal final tes 5 = Tepat menjawab Mempelajari petunjuk
10 soal tes TM pengerjaan soal tes
4 = Tepat menjawab (1x2x50”) pada menu SIKOLA
7-9 soal tes Metode : Ujian
3 = Tepat menjawab Tulis PT (1X2X60”)
4-6 soal tes Peserta kuliah
2 = Tepat menjawab membuat resume
2-3 soal tes maksimal 5 halaman
1 = Tepat menjawab tentang bahan kajian
1 soal tes psikologi hukum

xiv
MODUL VIII PENGADILAN DARI PERSPEKTIF PSIKOLOGI HUKUM

Modul ini akan mengantar peserta kuliah memperoleh pengetahuan tentang: perilaku
hukum sebagai aspek variable dari realitas dalam kesiplin Hukum.
Untuk mendapatkan capaian pembelajaran yang optimal, peserta kuliah diharapkan
mengikuti tahapan berikut dalam mempelajaran modul ini.

1. Bacalah bagian uraian dari setiap Kegiatan Belajar. Tahapan ini diperlukan agar peserta
kuliah mendapat informasi dari setiap tahapan.
2. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian sambil mempraktekkan sendiri
setiap langkah-langkahnya.
3. Kerjakanlah latihan sesuai instruksi yang telah disediakan.
4. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang aspek-aspek
esensial dari setiap Kegiatan Belajar. Namun Anda juga diminta untuk membuat rangkuman
yang menurut Anda merupakan inti dari kegiatan belajar tersebut.
5. Kerjakan Tes Formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa jauh Anda mencapai
tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat rambu-rambu jawaban yang
disediakan.
6. Bila Anda merasa telah menjawab Tes Formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban Anda
tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan.
7. Bila nilai Anda ternyata telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%
setelah dihitung, Anda dipersilakan meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.

1
Kegiatan Belajar 12
Pengadilan Dari Perspektif Psikologi Hukum

A. Deskripsi Singkat
Modul ini akan mengantar peserta kuliah memperoleh pengetahuan tentang:
perilaku hukum sebagai aspek variable dari realitas dalam kesiplin Hukum.
B. Relevansi
Pada modul ini, peserta kuliah diharapkan Kemampuan mahasiswa dalam menguasai
materi mata kuliah ini diukur dari sejauhmana mahasiswa berhasil mencapai sasaran
pembelajaran dengan kriteria penilaian yang telah disepakati pada kontrak perkuliahan
yaitu keaktifan kelas, penguasaan materi, dan penyelesaian tugas, yang berkaitan dengan
pengadilan yang kali ini dilihat dari sudat pandang psikologi hukum.
Pendekatan yang bukan hanya melibatkan penilaian perilaku hukum baik yang terkait
dengan psikis/kejiwaan dan moral namun juga semua unsur dalam sistem peradilan

C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
A. Meramalkan Putusan Pengadilan
Kalangan hukum banyak yang tidak menyadari bahwa perilaku mereka secara
kental menampakkan nuansa psikologis, dan oleh karena ini, dengan menggunakan teori-
teori psikologi, perilaku hukumpun dapat diprediksi, termasuk putusan hakimpun dapat
diprediksi.

Berbagai ketentuan yang berhubungan dengan proses di pengadilan pun dibuat


karena adanya nuansa psikologis, contohnya, mengapa ada larangan untuk menjadi saksi,
bagi pihak ketiga yang mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda hingga
derajat tertentu, karena dikuatirkan memunculkan ‘beban psikologis’ yang cukup berat
bagi mereka. Seorang anak yang harus bersaksi, yang akibat keterangan kesaksiannya
dapat menghancurkan kehidupan ayah kandungnya atau ibu kandungnya, seyogianya
dilarang untuk menjadi saksi.
Bahkan perwujudan gaya dan kepribadian ‘tukang debat’ dan ‘ahli adu
argumentasi’ dan ‘terampil mengintimidasi pihak lain’ dari kaum ‘lawyer’. merupakan
suatu hasil proses pembentukan psikologis sejak mereka duduk di hari pertama di fakultas
hukum.

Menurut Mark H. McCormarck :


‘Law school has taught them to hide uncertainty at any cost. It has also taught them what
a powerful weapon intimidation can be’

2
(Sekolah hukum telah mengajarkan kepada mereka untuk menyembunyikan
ketidakpastian, berapapun harganya. Sekolah hukum juga mengajarkan kepada mereka
tentang suatu senjata yang sangat kuat yang dapat melakukan intimidasi).

Lebih lanjut, Mark H. McCormarck menulis :


‘a case is introduced in class. By their nature, law cases have two sides. It’s always Us
against Them, Me against You. Whatever the other side says, you have to disagree’

(Suatu kasus yang diperkenalkan di ruang kuliah. Dari sifatnya, kasus-kasus hukum
mempunyai dua sisi. Selalu ‘Kita’ melawan ‘Mereka’, selalu ‘Saya’ melawan ‘Anda’.
Apapun yang dikatakan oleh sisi lain itu, ‘Anda’ pasti tidak setuju).
Filosof Yunani terkenal, Socrates, dengan sinis pernah mengemukakan bahwa
teror adalah suatu bagian integral dari pengalaman mengikuti kuliah di sekolah-sekolah
hukum, dan sebagai akibat lamanya masa teror membuat sangat sulit bagi para ‘lawyer’
untuk mengakui bahwa mereka memang telah membuat suatu kesalahan atau bahwa
mereka memang selalu benar-benar tidak mengetahui sesuatu
B. Hukum Adalah Pengalaman

Salah satu ajaran dari mantan Hakim Agung Amerika Serikat yang sangat
terkenal, dan dianggap sebagai ‘the father of American Legal Realism’, yaitu Justice Oliver
Wendell Holmes, adalah bahwa :
“ the life of the law has been , not logic, but experience. The pragmatic and empirical
aspects of law are all-important. The prophecies of what the courts will do in fact, and
nothing more pretentious , are what I mean by the law”
Jadi secara gamblang, Oliver Wendell Holmes menempatkan wujud hukum
sebagai ‘perilaku’ yang muncul dari ‘pengalaman’, sebagai hukum. Atau secara lengkap,
Holmes mengatakan bahwa kehidupan hukum bukan logika, melainkan pengalaman. Dan
semua aspek pragmatis dan empiris hukum adalah teramat penting. Yang dianggap oleh
Holmes sebagai hukum, adalah ramalan tentang apa yang akan diputuskan oleh pengadilan
terhadap suatu kasus ‘in konkreto’, dan tidak ada yang lebih penting ketimbang hal itu.
Faktor-faktor subjektif yang bernuansa psikologis, menurut kaum legal-realis
adalah jauh lebih penting ketimbang sekadar sillogisme di dalam menentukan aturan
hukum, yang dengannya manusia diatur, yaitu kaidah moral dan teori-teori politik, intuisi-
intuisi dari kebijakan publik serta bahkan prasangka-prasangka yang sama-sama dijadikan
dasar oleh hakim dan kalangan penegak hukum lain (lihat Curzon, 1979).
Kaum realis menegaskan pentingnya kajian empiris mencakupi kajian
psikologi, karena bagi kaum realis, seorang hakim maupun penegak hukum lain, dapat
memenuhi fungsi-fungsinya hanya kalau mereka secara memadai mengenal banyak ‘aspek
hukum’ dan ‘aspek non hukum’ yang mengitarinya. Oleh karena itu kaum realis (Curzon,
1979) menegaskan bahwa :

3
“ if your subject is law, the roads are plain to antropology, the science of man (psychology),
to political economy, the theory of legislation, ethics, and thus by several paths to your
final view of life.. To be master of any branch of knowledge you must master those which
lie next to it..And thus to know anything you must know all... Law will not be found by a
mere examination of theoretical rules: concentration on those rules alone harms the legal
profession since it leads to the ignoring of the wider context which gives law its true social
significance”.
Jadi mereka berpendapat bahwa jika subjek Anda adalah hukum, maka jalan-
jalannya mudah dipahami jika melewati antropologi, ilmu tentang manusia (psikologi), ke
ekonomi politik, teori-teori perundang-undangan , etika, dan dengan demikian berarti
melewati semua jalan ke pandangan hidup Anda yang final...untuk menguasai setiap bidang
pengetahuan, maka Anda harus menguasai bidang-bidang lain yang ada di sampingnya.
Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa hukum tidak dapat dipahami jika
hanya dengan melakukan penyelidikan terhadap aturan-aturan hukum; Pemusatan
perhatian hanya pada aturan-aturan tersebut justru akan membahayakan profesi hukum,
karena pemusatan seperti itu akan mengarah pada pengabaian terhadap konteks yang lebih
luas yang telah memberikan makna sosial bagi hukum.
Ada tiga kajian awal kaum realis yang bernuansa kajian psikologi hukum, yaitu :
a. pengaruh pandangan moral seseorang terhadap hukum dan perilaku hukum;

b. ‘the point of view of the bad man’ (sudut pandang orang jahat);
c. teori-teori prediksi terhadap apa yang akan diputuskan oleh pengadilan.

Bagi Holmes, meskipun bahasa yang digunakan oleh putusan pengadilan umumnya
adalah bahasa logika, tetapi di balik bentuk logika itu, sering terdapat ‘an inarticulate and
unconscious judgment’ (suatu putusan yang tidak jelas dan bersifat bawah sadar) yang
sangat berakar dari keseluruhan prosedur itu. Oleh karena itu, bagi Holmes, ‘legal
certainty’ (kepastian hukum) hanya merupakan suatu ilusi.

C. Pengaruh Pandangan Moral dalam Perilaku Hukum


Bagi Holmes (Curzon,1979), standar-standar moral serta prinsip-prinsip moral yang
dianut oleh hakim (dan juga penegak hukum lain) secara psikologis sangat mempengaruhi
keputusan dan kebijakan mereka, dan karena putusan hakim adalah hukum, maka itu
berarti, standar-standar moral dan prinsip-prinsip moral hakim, ikut berpengaruh dalam
pembuatan “judge made law” (hukum buatan hakim, yaitu putusan).
Sudahkah Psikologi Memengaruhi Pengadilan? Hasil-hasil usaha psikologi untuk
mempengaruhi sistem hukum tidak jelas betul. Di beberapa kasus, tampaknya ada dampak
yang cukup substansial. Sebagai contoh, di dalam sebuah kajian terdampak amicus brief
yang diserahkan oleh APA kepada Mahkamah Agung, Charles Tremper (1987)
menemukan bahwa opini Pengadilan seringkali mencerminkan penalaran dan bahasa yang
diguna kan dalam argumentasi tertulis itu. Di saat lain, hakim tampaknya memanfaatkan
bukti-bukti ilmiah sosial hanya jika bukti-bukti itu dianggap mendukung keputusan yang
4
akan diambilnya. Kadang-kadang, pengadilan mengabaikan, menggugurkan, atau salah
menggambarkan hasil-hasil temuan penelitian ilmiah sosial. Dalam sebuah kutipan yang
meresahkan dari kasus Baller r. Georgia (1978), Hakim Agung Lewis Powell merespon
sebuah argumentasi berdasarkan pengetahuan sosial yang dibuat oleh Hakim Agung
Blackmun:

Saya berkeberatan atas kebijaksanan maupun apa yang dianggap perlu oleh Bapak
Hakim Blackmun yang sangat percaya pada numerology berdasarkan kajian-kajian
statistik. Selain itu, baik validitas maupun metodologi yang digunakan oleh penelitian-
penelitian itu tidak menjalan mekanisme-mekanisme pengujian tradisional dari proses
adversarial.

Dapat dikatakan bahwa sebagian besar presentasi bukti-bukti ilmu sosial menggugah
kesadaran para hakim dan memaksa mereka memperhatikan bukti- bukti penelitian dengan
serius. Sebuah persektif menarik yang ditawarkan oleh Thomas Grisso dan Michael Saks
adalah bahwa penyodoran bukti-bukti penelitian ke pengadilan"memaksa para hakim
bersikap jujur" dengan memaksa mereka mengartikulasikan dengan jelas dasar kep utus
annya, meskipun yang diputuskannya bertentangan dengan bukti-bukti yang ada.

Keduanya berpendapat bahwa "Masukan psikologi dapat memaksa hakim untuk


bertindak seperti layaknya hakim, dengan menyatakan dengan jelas nilai-nilai fundamental
dan premis-premis normative yang mendasari keputusannya, dan tidak menyembunyikan
dibalik kesalahan-kesaahan empirik atau ketidakpastian. Dilihat dari sini, kami
menganggap upaya psikologi akhir-akhir ini cukup berhasil".

Alexander Tanford (1990) menyatakan bahwa para hakim seringkali enggan


menggunakan temuan-temuan penelitian ilmiah sosial baik karena alasan-alsasan
intelektual maupun pribadi, Secara intelektual, para hakim memiliki pengetahuan yang
terbatas mengenai penelitian empirik dan tidak mampu (atau mungkin tidak mau)
memahaminya. Bahkan, pandangan hukum dan pandangan ilmiah-sosial mengenai dunia
seringkali saling berbenturan. Tetapi, resistensi itu bukan hanya bersifat intelektual. Ada
juga alasan-alasan pribadi di balik keengganan para hakim. Mereka cenderung sangat
percaya diri, secara politis bersikap konservatif, dan bersikap protektif terhadap prestise
dan kekuasaan mereka. Ketika dihadapkan pada penelitian empirik, mereka cenderung
merasa bahwa mereka sama sekali tidak membutuhkan bantuan ilmuwan sosial. Mereka
cenderung curiga bahwa para il muwan sosial secara politis bersikap liberal, dan mereka
mungkin mengang gap ilmu sosial akan mengurangi kekuasaan mereka. U paya-upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan reseptivitas pengadilan mung kin perlu ditargetkan
pada bentuk-bentuk resistensi intelektual maupun pribadi ini.

Eksistensi moral ini pun sangat menentukan bagi kualitas manusia sebagai agen
perubahan atau pembuat sejarah. Hal ini semakin bermakna jika dihubungkan dengan
sasaran fundamental setiap aspek psiko-religius dan psiko-sosial manusia, yang secara
nyata memang bersentuhan langsung dengan persoalan moral. Bahkan, Islam memberika
keyakinan ontologisnya bahwa tugas pokok kenabian adalah memperbaiki dan
menyempurnakan moral manusia.

5
Kondisi kemanusiaan semacam ini dipertegas dengan derasnya arus informasi dan
komunikasi pada era globa. Saat ini, yang setiap saat orang berhadapan dengan berbagai
pandangan, ideologi, dan gaya hidup yang sedemikian rupa yang dapat saja
menggoncangkan kestabilan moralitas yang telah terbangun rapi selama ini.

2. Latihan
1. Jelaskan bagaimana meramalkan Putusan Pengadilan ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud Hukum adalah pengalaman ?
3. Jelaskan pengaruh pandangan moral dalam perilaku hukum ?

3. Rangkuman
a. Berbagai ketentuan yang berhubungan dengan proses di pengadilan pun dibuat
karena adanya nuansa psikologis, contohnya, mengapa ada larangan untuk menjadi
saksi, bagi pihak ketiga yang mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda
hingga derajat tertentu, karena dikuatirkan memunculkan ‘beban psikologis’ yang
cukup berat.
b. Faktor-faktor subjektif yang bernuansa psikologis, menurut kaum legal-realis
adalah jauh lebih penting ketimbang sekadar sillogisme di dalam menentukan
aturan hukum, yang dengannya manusia diatur, yaitu kaidah moral dan teori-teori
politik, intuisi-intuisi dari kebijakan public.
c. Eksistensi moral ini pun sangat menentukan bagi kualitas manusia sebagai agen
perubahan atau pembuat sejarah. Hal ini semakin bermakna jika dihubungkan
dengan sasaran fundamental setiap aspek psiko-religius dan psiko-sosial manusia,

4. Pustaka
1. Psychology and the Legal System, karya Lawrence S. Wrightsman 1991.
2. Aplikasi Psikologi dalam Sisstem Hukum, karya Mark Constanzo, 2008,
Pustaka Belajar, Yogyakarta.
3. Psikologi Sosial, Karya In Court, Karya W.A. Gerungan.2004, Refika Aditama,
Bandung.
4. Psychology and Law, karya Andreas Kapardis, 1999.
5. Theory of Collective Behavior, karya Neil J. Smelser, 1967.
6. Encyclopedia of Psychology & Law, Volume 1 dan Volume 2., karya Brian L.
Cutler (ed)

6
D. Tugas Dan Lembar Kerja
Pada tugas ini peserta kuliah atau mahasiswa diharapkan dapat mengerjakan tugas,
yaitu peserta kuliah mampu menganalisis peradilan dari perspektif sosiologi hukum.
Tugas ini dapat didiskusikan bersama dengan peserta kuliah yang lain dengan catatan
bahwa peserta kuliah telah menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Tugas ini juga dapat
dibahas pada pertemuan di dalam kelas.

E. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini, dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang
benar.
1. Perilaku kalangan penegak hukum secara kental menampakkan nuansa psikologis,
a. B
b. S
2. Dengan menggunakan teori-teori psikologi, perilaku hukum tidak dapat diprediksi
putusan hakim.
a. B
b. S
3. Wujud hukum sebagai ‘perilaku’ yang muncul dari ‘pengalaman’, sebagai hukum
a. B
b. S
4. Eksistensi moral ini pun sangat menentukan bagi kualitas manusia sebagai agen
perubahan atau pembuat sejarah..
a. B
b. S
5. Para hakim seringkali mau menggunakan temuan-temuan penelitian ilmiah sosial baik
karena alasan-alsasan intelektual maupun pribadi, Secara intelektual, para hakim
memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai penelitian empirik dan tidak mampu
(atau mungkin tidak mau) memahaminya. faktor kemampuan (ability), integritas
(willingnes), dan pengalaman
a. B
b. S

7
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Bila Anda merasa telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban
Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Jika hasil perhitungan
menunjukkan anda telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%,
Anda dipersilakan untuk meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegaitan belajar 1 ini, anda
cukup menghitung menggunakan rumus berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟


x 100 = %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙

Anda mungkin juga menyukai