Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Sosiologi Hukum

Tentang

Metode-Metode Dalam Kajian Sosiologi Hukum

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Abdul Ghani Ar-rasyid 2113010025

Aldina Zahrani 2113010044

Rezky Hidayat 2113010111

Dosen Pengampu:

Dr. Yusnita Eva, S.Ag. M.Hum

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL
PADANG
2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan,atas karunia
nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah Sosiologi Hukum tentang Metode-Metode Dalam Kajian Sosiologi
Hukum. Shalawat serta salam tercurahkan keharibaan nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa perubahan dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan seperti saat ini.
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi
Hukum. Selain itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan dan memperluas pemahaman mahasiswa/i mengenai materi tentang
Metode-Metode Dalam Kajian Sosiologi Hukum.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, oleh karena itu penulis sangat menghargai akan saran dan kritik
untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami
sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Padang, 29 Februari 2024

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................2


DAFTAR ISI .................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
A. Latar Belakang ................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
A. Metode Pendekatan Sosiologi Hukum .............................................................5
B. Perbandingan Yuridis Empiris Dengan Yuridis Normatif ....................................6
C. Hukum Sebagai Sosial Kontrol .........................................................................9
D. Hukum Sebagai Alat Untuk Mengubah Masyarakat ........................................ 10
BAB III...................................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................................. 13
H. Kesimpulan ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisa Sosiologi yang berdasarkan Metode Pendekatan dan Fungsi


Hukum, yang pada pokoknya adalah terdapatnya unsur-unsur seperti Sosiologi
Hukum Pendekatan Intrumental, Pendekatan Hukum Alam dan Karakteristik
Kajian Sosiologi Hukum. Dengan memerlukan Metode Pendekatan Sosiologi
Hukum, Perbandingan Yuridis Empris dengan Yuridis Normatif, Hukum
Sebagai Sosial Kontrol dan Hukum Sebagai Alat Untuk Mengubah
Masyarakat, yang merupakan sebagai tolak ukur terhadap norma-norma atau
kaidah-kaidah yang hidup didalam masyarakat, apakah norma atau kaidah
tersebut dipatuhi atau untuk dilanggar, apabila dilanggar bagaimana
pernerapan sangsi, sebagai yang melakukan pelanggaran tersebut. Norma atau
kaidah yang hidup didalam masyarakat tersebut dipengaruhi oleh kondisi
internal maupun eksternal dari masyarakat itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode-metode dalam kajian sosiologi hukum?


2. Bagaimanakah perbandingan yuridis empiris dengan yuridis normatif
apabila dilihat dari sudut pandang internal maupun eksternal?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui metode-metode dalam kajian sosiologi hukum


2. Untuk mengetahui perbandingan yuridis empiris dengan yuridis normatif
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Pendekatan Sosiologi Hukum

Pengkajian hukum positif masih mendominasi pengajaran studi hukum pada


fakultas hukum di Indonesia saat ini. Hal itu tidak mengherankan bila
dipahami bahwa masyarakat yang mendiami negara republik Indonesia masih
mengharapkan fakultas dimaksud menghasilkan sarjana-sarjana yang
mempunyai keterampilan untuk mengkaji problema-problema hukum. Untuk
memenuhi harapan masyarakat yang demikian itu, fakultas hukum cenderung
untuk menjadi suatu lembaga yang mendidik mahasiswa untuk menguasai
teknologi hukum Teknologi hukum dimaksud adalah menguasai hukumnya
bagi sesuatu persoalan tertentu yang terjadi serta bagaimana melaksanakan
atau menerapkan peraturan- peraturan hukum. Hal itu dapat disebut
pengkajian hukum melalui pendekatan yuridis normatif

Selain pendekatan yuridis normatif dalam pengkajian hukum tersebut. hukum


juga masih mempunyai sisinya yang lain, yaitu hukum dalam kenyataannya di
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan Hukum dalam kenyataan dimaksud.
bukan kenyataan dari bentuk pasal-pasal dalam perundang-undangan,
melainkan sebagaimana hukum itu dioperasikan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari- harinya. Kalau mempelajari hukum dalam kenyataannya
yang demikian itu, maka harus keluar dari batas batas peraturan hukum dan
mengamati praktik-praktik dan/atau hukum sebagaimana yang dilakukan oleh
orang-orang di dalam masyarakat. Pengkajian hukum yang seperti inilah
disebut pendekatan yuridis empiris.

Yuridis empiris atau yang biasa disebut sosiologi hukum merupakan suatu
ilmu yang muncul dari perkembangan ilmu pengetahuan hukum dan dapat
diketahui dengan mempelajari fenomena sosial dalam masyarakat yang
tampak aspek hukumnya. Oleh karena itu, adanya pengetahuan tersebut
diharapkan turut mengangkat derajat ilmiah dari pendidikan hukum.
Pernyataan ini dikemukakan atas asumsi bahwa sosiologi hukum dapat
memenuhi tuntutan ilmu pengetahuan modern untuk melakukan atau membuat
(1) deskripsi. (2) penjelasan. (3) pengungkapan (revealing), dan (4) prediksi

Kalau keempat hal di atas merupakan tuntutan ilmu pengetahuan hukum saat
ini sebagai dampak "modernisasi", maka harus diakui dengan jujur bahwa
pendidikan hukum dalam kajian jurisprudance model rules (normative), logic,
practical, dan decision yang bersifat terapan, tidak mampu memberikan
pemahaman hukum yang utuh.

Sosiologi hukum bersama ilmu empiris lainnya akan menempatkan kembali


konstruksi hukum yang abstrak ke dalam struktur sosial yang ada, sehingga
hukum menjadi lembaga yang utuh dan realistis. Selain itu, sosiologi hukum
bersama ilmu empiris lainnya niscaya dapat memberikan sahamnya untuk
memahami dan menjelaskan proses-proses hukum di Indonesia bila hukum itu
dilihat dari struktur sosial masyarakatnya. Karena itu, pemahaman secara
legistis-positivistis dapat mengakibatkan kekakuan pema- haman terhadap
hukum.
Untuk menggambarkan objek kajian sosiologi hukum secara rinci, perlu
dikemukakan perbandingan objek kajian yuridis empiris dengan objek kajian
yuridis normatif di bawah ini.

B. Perbandingan Yuridis Empiris Dengan Yuridis Normatif

Untuk membedakan pendekatan sosiologi hukum atau pendekatan yuridis


empiris (pendekatan kenyataan hukum dalam Masyarakat)1 dengan
pendekatan yuridis normatif, perlu diuraikan lebih dahulu yang dimaksud

1
Ilmu kenyataan hukum dalam Masyarakat, yaitu sosiologi hukum , antropologi hukum, psikologi
hukum, Sejarah hukum, dan perbandingan hukum.
pendekatan yuridis empiris atau ilmu kenyataan hukum dalam masyarakat.
Hal itu akan diuraikan sebagai berikut.

1) Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik


antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya secara empiris analitis.
2) Antropologi hukum adalah ilmu yang mempelajari pola-pola sengketa dan
bagaimana penyelesaiannya pada masyarakat sederhana dan pada
Masyarakat modern.
3) Psikologi hukum adalah ilmu yang mempelajari perwujudan dari jiwa
manusia.
4) Sejarah hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum positif pada masa
lampau/Hindia Belanda sampai dengan sekarang.
5) Perbandingan hukum adalah ilmu yang membandingkan sistem-sistem
hukum yang ada di dalam suatu negara atau antarnegara.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, yuridis empiris atau pendekatan kenyataan
hukum dalam masyrakat dapat dipahami berbeda dengan pendekatan yuridis
normatif/pendekatan doktrin hukum. Adapun perbedaannya antara lain, sebagai
berikut :

Perbandingan Yuridis Empiris Yuridis Normatif


Objek Sociological model Jurisprudence model
Fokus Social structure Analisis aturan (rules)
Proses Perilaku (behavior) Logika (logic)
Pilihan (purpose) Ilmu Pengetahuan (scientific) Praktis (practical)
Pengambilan keputusan
Tujuan (goal) Penjelasan (explanation)
(decision)

Tabel di atas menunjukkan objek kajian sosiologi hukum. Dalam hal itu akan
diuraikan 3 (tiga) buah konsep sebagai berikut:
1. Model kemasyarakatan
Model kemasyarakatan adalah bentuk-bentuk interaksi sosial yang terjadi
di dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dimaksud mempunyai
beberapa istilah yang sering di gunakan dalam kajian sosiologi, yaitu (1)
interaksi sosial, (2) sistem sosial, (3) perubahan sosial. Hal itu akan
dijelaskan sebagai berikut.
a. Interaksi sosial
Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara
orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia maupun
antara orang perorangan dengan kelompok manusia.2
b. Sistem Sosial
Sistem sosial dapat diartikan secara umum sebagai keseluruhan
elemen atau bagian-bagian yang saling tergantung satu sama lain,
sehingga terbentuk satu kesatuan atau kesinambungan.
Kesinambungan ini senantiasa harus dijaga dan dipelihara demi
menjaga keutuhan sistem. Apabila satu bagian sistem tidak
fungsional terhadap lainnya, system tersebut akan rusak dengan
sendirinya.
c. Perubahan Sosial
Selo Soemarjan mengemukakan seperti yang dikutip oleh Soerjono
Soekanto : bahwa perubahan-perubahan sosial adalah segala
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perikelakuan di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.3
2. Struktur Sosial
Struktur sosial adalah suatu jalinan yang secara relatif tetap antara unsur-
unsur sosial. Unsur-unsur sosial yang pokok adalah kaidah-kaidah sosial,
lembaga-lembaga kemasyarakatan, kelompol-kelompok sosial dan lapisan-
lapisan sosial. 4
3. Perilaku (Behavior)
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1987), hlm. 51.
3
Ibid.
4
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2017), hlm.18.
Perilaku, perangai, tabiat, adat istiadat atau yang disebut behavior pada
objek kajian sosiologi hukum di atas, merupakan kenyataan hukum dalam
masyarakat, sehingga terkadang apa yang dicita-citakan oleh masyarakat
dalam mewujudkan kepastian hukum justru tidak sesuai dari apa yang
diharapkan. Perangai dimaksud juga biasa disebut tabiat atau akhlak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Akhlak adalah hal ihwal yang melekat dalam jiwa,
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan dan
diteliti oleh manusia. Bila hal ihwal atau tingkah laku itu menimbulkan
perbuatan-perbuatan yang baik lagi terpuji oleh bakal dan syara’, tingkah
laku itu dinamakan akhlak yang baik. Sebaliknya, bila menimbulkan
perbuatan-perbuatan yang buruk, tingkah laku itu dinamakan akhlak yang
buruk.
Akhlak atau sistem perilaku dapat diwujudkan melalui sekurang-
kurangnya dua pendekatan , yang antara lain sebagai berikut.
a. Rangsangan
Rangsangan adalah perilaku manusia yang terwujud karena adanya
dorongan dari suatu keadaan.
b. Kognitif adalah penyampaian informasi yang didasari oleh dalil-dalil
Alquran dan Alhadist, teori-teori, dan konsep-konsep.

C. Hukum Sebagai Sosial Kontrol

Sosial kontrol (social control) biasanya diartikan sebagai suatu proses, baik
yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau
bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi sistem kaidah dan nilai-
nilai yang berlaku. Perwujudan social control tersebut mungkin berupa
pemidanaan, kompensasi, terapi, maupun konsiliasi.
Standar atau patokan dari pemidanaan adalah suatu larangan, yang apabila
dilanggar akan mengakibatkan penderitaan (sanksi negatif) bagi pelanggarnya.
Dalam hal ini bila kepentingan-kepentingan dari suatu kelompok dilanggar,
inisiatif datang dari seluruh warga kelompok (yang mungkin dikuasakan
kepadab pihak tertentu).
Pada kompensasi, standar atau patokannya adalah kewajiban, di mana misiatif
untuk memprosesnya ada pada pihak yang dirugikan Pihak yang dirugikan
akan meminta ganti rugi, oleh karena pihak lawan melakukan wanprestasi. Di
sans ada pihak yang kalah dan ada pihak yang menang, seperti halnya dengan
pemidanaan yang sifatnya akusator.

Berbeda dengan kedua hal di atas, terapi maupun konsiliasi sifatnya


"remedial", artinya mengembalikan situasi (interaksi sosial) pada keadaan
yang semula. Oleh karena itu, yang pokok bukanlah siapa yang kalah dan
siapa yang menang, melainkan yang penting adalah menghilangkan keadaan
yang tidak menyenangkan bagi para pihak. Hal itu tampak bahwa konsiliasi,
standarnya adalah normalitas, keserasian, dan kesepadanan yang biasa disebut
keharmonisan.
Setiap kelompok masyarakat selalu memiliki problem sebagai akibat adanya
perbedaan antara yang ideal dan yang aktual, antara yang standar dan yang
praktis, antara yang seharusnya atau yang diharapkan untuk dilakukan dan apa
yang dalam kenyataan dilakukan. Oleh karena itu fungsi hukum dalam
kelompok yang dimaksud diatas adalah menerapkan mekanisme kontrol sosial
yang akan membersihkan masyarakat dari sampah-sampah yang tidak
dikehendaki sehingga hukum mempunyai suatu fungsi untuk mempertahankan
eksistensi kelompok itu.
Suatu kelompok masyarakat pada suatu tempat tertentu hancur, bercerai berai
atau punah bukanlah disebabkan hukum gagal difungsikan untuk
melaksanakan tugasnya, melainkan tugas hukum harus dijalankan untuk
menjadi sosial kontrol dan social engineering di dalam kehidupan masyarakat.

D. Hukum Sebagai Alat Untuk Mengubah Masyarakat


Selain sebagai kontrol sosial, hukum juga berfungsi sebagai alat untuk
mengubah masyarakat atau biasa disebut social engineering.5 Alat pengubah
masyarakat yang dimaksudkan oleh Roscoe Pound, dianalogikan sebagai
suatu proses mekanik. Hal itu terlihat dengan adanya perkembangan industri
dan transaksi-transaksi bisnis yang memperkenalkan nilai dan norma baru.
Peran "pengubah" tersebut dipegang oleh hakim melalui "interpretasi" dalam
mengadili kasus yang dihadapinya secara "seimbang" (balance).
Interpretasi-interpretasi tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal berikut :
1. Studi tentang aspek sosial yang aktual dari lembaga hukum.
2. Tujuan dari pembuat peraturan hukum yang efektif
3. Studi tentang sosiologi dalam mempersiapkan hukum.
4. Studi tentang metodologi hukum.
5. Sejarah hukum.
6. Arti penting tentang alasan-alasan dan solusi dari kasus kasus individual
yang pada angkatan terdahulu berisi tentang keadilan yang abstrak dari
suatu hukum yang abstrak.
Keenam langkah tersebut perlu diperhatikan oleh hakim atau praktisi hukum
dalam melakukan "interpretasi" sehingga perlu ditegaskan, bahwa dengan
memperhatikan temuan-temuan tentang keadaan sosial masyarakat melalui
bantuan-bantuan ilmu sosiologi, akan terlihat adanya nilai-nilai atau norma-
norma tentang “hak” individu yang harus dilindungi, unsur-unsur tersebut
kemudian dipegang oleh masyarakat dalam mempertahankan apa yang disebut
dengan hukum alam (natural law).

Roscoe Pound mengemukakan bahwa agar hukum dapat dijadikan sebagai agen
dalam perubahan sosial atau yang disebutnya dengan agent of social change yang
mana hukum memuat prinsip, konsep atau aturan, standar tingkah laku, doktrin-
doktrin, dan etika profesi, serta semua yang dilakoni oleh “individu” dalam usaha
memuaskan kebutuhan dan “kepentingannya”. Maka pendapatnya dikuatkan oleh

5
Ali, Op.Cit., 24.
Williams James yang menyatatakan bahwa “di tengah-tengah dunia yang sangat
terbatas dengan kebutuhan (kepentingan) manusia yang selalu berkembang, maka
dunia tidak akan dapat memuaskan kebutuhan (kepentingan) manusia tersbut. “ Di
sini terlihat bahwa James mengisyaratkan “hak” individu yang selalu dituntut
untuk dipenuhi demi terwujudnya suatu kepuasan, tidak akan pernah terwujud
sepenuhnya, dan akan selalu ada pergeseran-pergeseran antara “hak” individu
yang satu dengan “hak” individu yang lainnya.

Untuk itulah dituntut peran peraturan hukum (legal order) untuk


“mengarahkan” manusia menyadari “keterbatasan dunia” tersebut, sehingga
mereka berusaha untuk membatasi diri dengan mempertimbangkan sendiri
tuntutan terhadap pemuasan dan keamanan kepentingannya. Tuntutan yang sama
juga akan diajukan oleh individu lain sehingga mereka dapat hidup berdampingan
secara damai atau berada dalam keadaan keseimbangan (balance).

Hukum sebagai social engineering itu sendiri berkaitan dengan fungsi dan
keberadaan hukum sebagai pengatur dan penggerak perubahan masyarakat, maka
interpretasi analogi Pound mengemukakan “hak” yang bagaimanakah yang
seharusnya diatur oleh hukum, dan “hak-hak” yang bagaimanakah yang dapat
dituntut oleh individu dalam hidup bermasyarakat. Pound mengemukakan bahwa
yang merupakan “hak” itu adalah kepentingan atau tuntutan-tuntutan yang diakui,
diharuskan, dan dibolehkan secara hukum, sehingga tercapai suatu keseimbangan
dan terwujudnya apa yang dimaksud dengan ketertiban umum.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Latar belakang, Sosiologi hukum senantiasa menguji kesahihan empiris dari


suatu peraturan atau pernyataan hukum, sehingga mampu memprediksi suatu
hukum yang sesuai dan/atau tidak sesuai dengan masyarakat tertentu, Sosiologi
hukum bersifat khas ini adalah apakah kenyataan seperti yang tertera pada
peraturan dan harus menguji dengan data empiris.

Dengan dilakukan metode Pendekatan Sosiologi Hukum, adalah pengkajian


hukum positif, yang cenderung untuk menjadi suatu lembaga yang mendidik
mahasiswa untuk menguasai teknologi hukum, yaitu menguasai hukumnya bagi
sesuatu persoalan tertentu yang terjadi serta bagaimana melaksanakan atau
menerapakan peraturan-peraturan hukum (pendekatan yuridis normative dan
pendekatan pengkajian hukum pada kenyataan didalam kehidupan social
kemasyarakatan).

Sedangkan Perbandingan Yuridis Empiris dengan Yuridis Normatif, adalah


pendekatan kenyataan hukum dalam masyarakat dengan pendekatan yuridis
normative, dengan menguraikan lebih dahulu pendekatan yuridis empiris atau
ilmu kenyataan hukum.

Hukum Sebagai Sosial Kontrol, adalah setiap kelompok masyarakat selalu ada
problem sebagai akibat adanya perbedaan antara yang ideal dan yang aktual,
antara yang standar dan yang parktis yaitu penyimpangan nilai-nilai yang ideal
dalam masyarakat.adalah untuk menjamin ketertiban bila kelompok itu
menginginkan, mempertahankan eksistensinya.

Hukum Sebagai Alat Untuk Mengubah Masyarakat, adalah hukum sebagai sosial
control, dan sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau biasa disebut social
enginnering, sebagai alat pengubah masyarakat adalah dianalogikan sebagai suatu
proses mekanik.
DAFTAR PUSTAKA

Serlika Aprita, S. H. (2021). Sosiologi Hukum. Prenada Media.

Umanailo, M. C. B., & Basrun, C. (2016). Sosiologi Hukum. Jakarta: Fam


Publishing.

Shalihah, F. (2017). Sosiologi Hukum.

Soekanto, S. (1986). Sosiologi: suatu pengantar. Raja Grafindo Persada.

Mohd, Y. D. (2013) Sosiologi Hukum. Pustaka Setia

Mulyani, Lilis. 2010. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Penelitian Hukum, Jurnal
Masyarakat dan Budaya, Edisi Khusus, LIPI, Jakarta. Mulyani, Lilis.
2010.

Salman, Otje dan F. Susanto, Anthon. 2004. Beberapa Aspek Sosiologi Hukum.
Bandung: Alumni Bandung

Agus Riwanto, “Mewujukan Hukum Berkeadilan Secara Progresif Perspektif


Pancasila”, Jurnal Al-Ahkam, Volume 2. Nomor 2, 2017.

Hendrikus Otniel Nasozaro, “Peranan Hukum dalam Kehidupan Berdemokrasi di


Indonesia”. Jurnal Warta, Edisi 58, 2018.

Marilang, “Menimbang paradigma Keadilan Hukum Progresif”, Jurnal Konstitusi,


Vol. 14 No. 2, 2017.

Anda mungkin juga menyukai