Anda di halaman 1dari 18

ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN

Disusun untuk memenuhi tugas Penghantar Ilmu Hukum

Diajukan Kepada Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, SH.,MH dan Indra Rahmatulah,
SH.I,.MH.

Disusun Oleh :

Kelompok 1 : 1. Niko Darmawan (11200480000070)


2. Zaidan Ardian Kusuma (11200480000082)
3. Sifa Alfyyah Asathin (11200480000085)
4. M Irfan Fauzan (11200480000065)
5. Ihsanul Hakim (11200480000050)
6. Prita Sahada Salsabila (11200480000071)
7. Avicenna (11200480000092)

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2020M
KATA PENGANTAR
Addalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dari kelompok 1 dapat merampungkan penyusunan makalah
dengan judul "Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan." tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas dari Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, SH.,MH dan bapak Indra
Rahmatullah, S.H.I,.M.H. pada mata kuliah Penghantar Ilmu Hukum di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarata. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang ilmu hukum. Kami kelompok pertama
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, SH.,MH
dan Pak Indra Rahmatullah, S.H.I,.M.H selaku dosen mata kuliah Penghantar Ilmu Hukum.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
Hukum. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami

Tangerang Selatan, 12 Novmber 2020

Kelompok 1

1|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................. 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
2.1 Sosiologi Hukum............................................................................................................. 4
A. Pengertian Sosiologi Hukum ...................................................................................... 4
B. Obyek/Sasaran Sosiologi Hukum ............................................................................... 5
2.2 Antropologi Hukum ....................................................................................................... 5
2.3 Psikologi Hukum ............................................................................................................ 6
B. Pengertian psikologi hukum menurut para pakar: ................................................ 11
2.4 Perbandingan Hukum................................................................................................. 12
A. PENGERTIAN PERBANDINGAN HUKUM ..................................................... 12
B. SEJARAH PERBANDINGAN HUKUM ................................................................ 12
C. MANFAAT DAN TUJUAN PERBADINGAN HUKUM ...................................... 13
D. TUJUAN PERBANDINGAN HUKUM................................................................... 13
E. SASARAN PERBANDINGAN HUKUM ................................................................ 14
2.5 Sejarah Hukum ............................................................................................................ 14
BAB III .................................................................................................................................... 16
PENUTUP ............................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

2|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di satu sisi pengetahuan tentang hukum itu sendiri mencakup suatu perantaraan yang
luas serta dapat dikatakan tidak memiliki tepi. Kalau dicoba untuk menulis tentang dasar-
dasar ilmu hukum tanpa dibarengi dengan pemahaman terdapatnya aspek yang begitu sangat
luas dari cakupan hukum, hingga dapat dikatakan belum memberikan cerminan yang lengkap
mengenai hukum. Terdapat bagian dari ilmu hukum yang dapat dikatakan bahwa ilmu bantu
hukum sebagai ilmu tentang kenyataan yang mana terdiri dari Sosiologi Hukum, Antropologi
Hukum, Psikologi Hukum, Ilmu Perbandingan Hukum, dan Sejarah Hukum yang dalam
perkembangannya membantu perkembangan ilmu hukum.

Makalah ini ditulis dalam upaya memperkenalkan ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan agar
mahasiswa bisa mengerti dan paham tentang ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud sosiologi hukum?


2. Apa yang dimaksud dengan antropologi hukum?
3. Apa yang dimaksud dengan psikologi hukum?
4. Bagaimana sejarah hukum yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa arti hukum dibidang sosiologi hukum.


2. Memahami apa arti hukum dibidang antropologi hukum.
3. Mengetahui definisi dari hukum dibidang pskologi hukum.
4. Memahami sejarah hukum di Indonesia.

3|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sosiologi Hukum

A. Pengertian Sosiologi Hukum

Sosiologi Hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan


timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala-gejala sosial lainnya.

Menurut Prof. Sajipto Rahardjo, studi hukum secara sosiologis memiliki tiga karakteristik,
yakni:

• Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap praktik-praktik


hukum. Tujuan untuk memberikan penjelasan ini memang agak asing bagi studi
hukum "tradisional", yaitu yang bersifat perskriptif, yang hanya berkisar pada "apa
hukumnya?" Dan "Bagaimana menerapkannya?" Dengan demikian, mempelajari
hukum secara sosiologis berarti menyelidiki tingkah laku orang dalam bidang hukum,
Max Weber membagi tingkah laku ini menjadi dua segi, yaitu "luar" dan "dalam".
Maksudnya adalah, Sosiologi hukum tidak hanya menerima tingkah laku yang berasal
dari luar saja melainkan juga ingin memperoleh penjelasan yang bersifat internal yang
meliputi motif-motif tingkah laku seseorang.
• Sosiologi hukum senantiasa menguji kesahihan empiris dari suatu peraturan atau
pernyataan hukum. Perbedaan yang cukup besar antara pendekatan tradisional yang
normatif dan pendekatan sosiologis adalah, bahwa yang pertama adalah hukum,
sedangkan yang kedua senantiasa mengujinya dengan empiris (data).
• Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. ia tidak menilai yang
satu lebih dari yang lain. Perhatian utamanya hanya memberikan penjelasan terhadap
objek yang dipelajari nya. Sekali lagi diterangkan disini bahwa sosiologi hukum tidak
memberikan penilaian, melainkan mendekati hukum dari segi objektivitas semata dan
bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap fenomena hukum yang nyata.

Menurut Prof, Satjipto Rahardjo ketiga karakteristik/ciri-ciri ini merupakan kunci bagi orang
yang berminat untuk melakukan penyelidikan dalam bidang sosiologi hukum.

4|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


B. Obyek/Sasaran Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum diantaranya mempelajari"pengorganisasian sosiologi dari hukum".


Objek sasarannya adalah badan-badan yang terlibat dalam kegiatan penyelenggaraan hukum,
seperti polisi, jaksa, pembuat undang-undang dan lain-lain.

Untuk memudahkan bagaimana sikap sosiologi hukum terhadap bidang yang


dipelajari, maka menurut prof, Satjipto Rahardjo memberikan pertanyaan adalah hal yang
dapat memudahkan nya. Sosiologi hukum lazimnya memulai dengan sikap kecurigaan
intelektual, yang artinya adalah tidak mau begitu saja mempercayai dan menerima pernyataan
hukum secara langsung. Bidang advokat atau kepengacaraan merupakan bidang yang sangat
menarik bagi sosiologi hukum. Ia mengamati pengorganisasian sosial dari hukum dan apakah
sesungguhnya yang bisa diharapkan dari advokat. Bagaimanapun juga sosiologi hukum
memverifikasikan pola-pola hukum yang sudah dikukuhkan dalam bentuk-bentuk formal
tertentu ke dalam tingkah laku orang-orang yang menjalankannya.

2.2 Antropologi Hukum


Antropologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan, yang mempelajari pola-
pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat-masyarakat sederhana maupun
masyarakat yang sedang mengalami proses perkembangan dan pembangunan. Metode
pendekatan antropologi hukum menurut Euber: “Suatu segi yang menonjol dari ilmu
antropologi adalah pendekatan secara menyeluruh yang dilakukan terhadap manusia.”

Antropologi hukum menggunakan pendekatan secara menyeluruh dalam menyelidiki


manusia dan masyarakatnya, menemukan bahwa melalui manifestasinya sendiri yang khas,
akan melihat bahwa hukum itu selalu hadir dalam masyarakat.

Menurut E.A Hoebel yang di kutip oleh Soerjono Soekanto hukum sebagai aspek kebudayaan
mempunyai beberapa fungsi fundamental untuk memelihara kedudukan masyarakat
diantaranya:

1) Merumuskan pedoman bagaimana warga masyarakat seharusnya berperikelakuan,


sehingga terjadi integrasi minimal dalam masyarakat.

2) Menetralisasikan kekuatan-kekuatan dalam masyarakat, sehingga dapat dimanfaatkan


untuk mengadakan ketertiban.

3) Mengatasi persengketaan agar keadaan semula pulih kembali.

5|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


4) Merumuskan kembali pedoman-pedoman yang mengatur hubungan antara warga-
warga masyarakat dan kelompok, apabila terjadi perubahan.

Antropologi hukum memperhatikan dan menerima hukum sebagai bagian dari proses-proses
yang lebih besar dari masyarakat. Hukum dilihat tidak secara statis, melainkan dinamis, yang
mana ia akan terbentuk dan menghilang secara berkesinambungan.

2.3 Psikologi Hukum


Kajian sosiologi terhadap hukum acara memberikan pengaruh yang cukup besar pada
perkembangan psikologi hukum. Berawal dari pidato Freud pada tahun 1906 untuk para
hakim, ia mengatakan bahwa psikologi ternyata dapat diterapkan dalam bidang hukum.
Kemudian pernyataan tersebut didukung oleh Hugo Munsterberg yang merupakan seorang
ahli eksperimental pada tahun 1908 M. Ia mengatakan bahwa prinsip psikologi sebenarnya
dapat diterapkan di dalam semua bentuk kejadian termasuk dalam ruang pengadilan. Pada
tahun 1927, dekan fakultas Huku Yale memerintah seorang psikolog untuk menjadi dosen
sebagai upaya menciptakan peran hukum dalam mengontrol perilaku. Selain itu, Ahnun 1930,
pada jurnal The American Bar Association juga menyatakan bahwa saat ini adalah waktu
yang tepat dalam mengumpulkan fakta secara psikologi modern yang harusnya diakui oleh
para penegak hukum. Hal demikian yang kemudian semakin mendorong berkembangnya
pernyataan mengenai psikologi dan hukum hingga meluas ke berbagai aspek permasalahan
psikologi yang ada di masyarakat.

Hukum dan psikologi tidak hanya memiliki banyak kesamaan tetapi juga terdapat
perbedaan perbedaan didalamnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui perbedaan nilai,
asumsi dasar, model, pendekatan, kriteria, dan metode. Adapun menurut seorang ahli yakni
Haney melihat beberapa hal yang memungkinkan terjadinya konflik antara hukum dan
psikologi yang diantaranya yaitu:

1. Hukum cenderung konservatif sedangkan psikologi cenderung kreatif.


2. Hukum bersifat otoriter dan normatif, sementara psikologi bersifat empiris
3. Hukum hanya memiliki dua kubu yakni benar dan salah sedangkan psikologi
cenderung penuh eksperimen.
4. Hukum bersifat menentukan sementara psikologi lebih kepada menjelaskan.
5. Hukum bersifat ideografis sementara psikologi bersifat nomotetis.
6. Hukum berfokus dalam menekankan kepastian sementara psikologi cenderung
melihat adanya kemungkinan kemungkinan yang bisa terjadi.
6|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan
7. Hukum bersifat reaktif sedangkan psikologi bersifat proaktif
8. Hukum bersifat operatif sedangkan psikologi bersifat ilmiah

Disamping perbedaan perbedaan yang ada antara psikologi dan hukum, tetap
bahwasannya psikologi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu rang lingkup hukum
itu sendiri. Hal ini juga dijelaskan oleh Soejono Soekanto dalam bukunya “Beberapa catatan
tentang psikologi hukum” yang didalmnya menyebutkan tentang pentingnya psikologi hukum
bagi penegakkan hukum sebagai berikut:
❖ Untuk memberikan penafsiran yang tepat pada kaidah hukum, seperti pengertian
misalnya dalam pengertian etika baik atau buruk dan sebagainya.
❖ Untuk menerapkan hukum dengan cara mempertimbangkan keadaan psikologis
pelaku.
❖ Untuk lebih menyeserakan ketertiban dan ketentraman yang menjadi tujuan utama
hukum.
❖ Untuk menghindari penggunaan kekerasan dalam penegakkan hukum.
❖ Untuk memantapkan pelaksanaan fungsi penegakkan hukum dengan cara mengenal
diri dan atau lingkungannya.
❖ Untuk menentukan batas batas penggunaan hukum sebagai sarana pemeliharaan dan
penciptaan kedamaian.

Selain itu, psikologi juga memiliki peranan yang sangat penting khususnya pada
aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, petugas lapas) dan pihak-pihak yang terlibat
(saksi, pelaku dan korban). Selain itu, psikologi juga berperan pada sistem hukum dan warga
negara yang termasuk pada subjek hukum. Adapun beberapa peran psikologi dalam
penegakan hukum di Indonesia, yaitu: Pertama, berperan dalam memperkuat penegak
hukum, misalnya bagaimana peranan intervensi psikologis dalam meningkatkan perfomance
polisi. Kedua, berperan dalam menjelaskan kondisi psikologis pelaku, korban dan saksi
sehingga penegak hukum dapat menghindari kemungkinan kesalahan yang diambil dalam
proses membuat suatu keputusan. Ketiga, berperan dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk dapat mematuhi hukum yang berlaku dalam suatu wilayah.

Secara umum peran psikologi dibagi dua, yaitu keilmuan dan aplikatif. Pada bagian
keilmuwan, psikologi berperan dalam proses pengembangan hukum berdasarkan suatu riset
psikologi itu sendiri. Sementara di bagian aplikatif, psikologi berperan dalam intervensi
psikologis yang dapat membantu proses hukum. Menurut Farrington dan Hawkins fungsi dan

7|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


peranan ilmu psikologi dalam bidang hukum dapat dibagi menjadi tiga jenis, pertama
digunakan untuk menguji kebenaran anggapan yang digunakan dalam hukum, kedua
digunakan dalam proses hukum dan ketiga digunakan dalam sistem hukum iu sendiri.

Jika dilihat dari proses tahapan penegakan hukum, psikologi berperan dalam empat tahap.

1. Pencegahan (Deterrent)

Psikologi dapat membantu penegak hukum dalam memberikan sosialisasi kepada


masyarakat bagaimana cara mencegah tindakan kriminal. Misalkan, dengan memberikan
informasi mengenali pola perilaku kriminal, sehingga diharapkan dengan ini masyarakat
mampu mencegah dirinya untuk menghindari perilaku yang melanggar hukum.

2. Penanganan (pengungkapan dan penyidikan)

Psikologi dapat membantu aparat penegak hukum khususnya polisi dalam


mengidentifikasi pelaku, sehingga dapat lebih cepat dan tepat dalam mengungkap pelaku
kejahatan tersebut. Misalkan dengan teknik criminal profiling dan geographical profiling.
Criminal profiling merupakan salah teknik investigasi untuk mengambarkan profil pelaku
kriminal, dari segi demografi (umur, tinggi, suku), psikologis (motif, kepribadian), modus
operandi, dan setting tempat kejadian (scene).

3. Pemidanaan

Terdapat beberapa teori terkait dengan tujuan pemindanaan. Pertama, teori retributif
(balas dendam), dalam teori ini dikatakan bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas
perbuatannya, sehingga apapun akibatnya dia harus menerima hukuman yang setimpal atas
perbuatannya tersebut. Kedua teori relatif (tujuan). Toeri ini disebut juga teori deterrence
(pencegahan) karena bertujuan untuk mencegah individu melakukan perbuatan jahat yang
tentunya melanggar hukum. Ada dua jenis teori relatif, yaitu teori pencegahan dan teori
penghambat. Teori pencegahan terbagi menjadi dua, yaitu pencegahan umum, efek
pencegahan sebelum tindak pidana dilakukan. Sedangkan dalam teori penghambatan,
pemidanaan bertujuan untuk mengintimidasi mental pelaku agar di masa yang akan datang
tidak melakukan hal serupa kembali. Ketiga, behavioristik, teori ini berfokus pada perilaku.
Terbagi menjadi dua yang diantaranya yaitu, incapacitation theory merupakan pemindanaan
yang harus dilakukan agar pelaku tidak dapat berbuat pidana kembali dan Rehabilitation
theory, yaitu pemidanaan yang dilakukan untuk memudahkan rehabilitasi.

8|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


4. Pemenjaraan.

Dalam tahap ini pelaku ditempatkan dalam lembaga permasyarakatan (LP) dengan
tujuan agar pelaku tersebut dapat mengalami perubahan perilaku menjadi orang baik. Namun
pada kenyataannya, banyak pelaku kriminal yang masih melakukan tindak kejahatan kembali
setelah ia keluar dari LP. Adapun terdapat beberapa konsep psikoloogi dalam perubahan
perilaku narapidana di lembaga permasyarakatan tersebut. Pertama, berorentasi personal, hal
ini dapat dilakukan dengan cara terapi individual/kelompok, misalkan terapi kogniif. Kedua,
berorentasi lingkungan, maksudnya adalah menciptakan lingkungan fisik LP yang
mendukung perubahan perilaku.

Dalam psikologi dan hukum terdapat beberapa kajian yang diantaranya:

1. Psikologi penegakkan hukum. Memfokuskan pada aktivitas badan penegakkan hukum dan
menyediakan layanan psikologis untuk badan tersebut.

2. Psikologi narapidana. Berfokus pada penanganan narapidan dimana mengajarkan strategi


penanggulangan masalah, manajemen kemarahan, dan lain sebagainya.

3. Psikologi forensik membantu bidang hukum dalam melakukan analisis apakah seseorang
dapat mengikuti persidangan dan bertanggung jawab atas tindakannya, dampak psikologis
yang dialami, kompetensi mental pada situasi nonkriminal, otopsi psikologis, criminal
profiling, dan analisis kelayakan seseorang sebagai orangtua untuk penentuan hak asuh anak.

Adapun ruang lingkup mengenai psikologi hukum menurut Soedjono yaitu,

1. Segi psikologi tentang terbentuknya norma atau kaidah hukum.


2. Kepatuhan atau ketaatan terhadap kaedah hukum.
3. Perilaku menyimpang.
4. Psikologi dalam hukum pidana dan pengawasan perilaku.

Negara dengan sistem common law seperti Amerika juga membagi penerapan
psikologinya yang dapat dibedakan menurut sudut pandang apa yang diistilahkan :

1. Psikologi dalam hukum (psychology in law), mengacu pada penerapan spesifik dari
psikologi hukum itu sendiri.

9|Ilmu Hukum Sebagai Ilmu Kenyataan


2. Psikologi dan hukum (psychology and law), psikologi ini meliputi psyco-legal
research merupakan penelitian individu yang terlibat di dalam hukum, seperti kajian
terhadap perilaku pengacara, yuri, dan hakim.
3. Psikologi hukum (psychology of law), mengacu pada riset psikologi mengapa
seseorang mematuhi/ tidak peraturan tertentu, perkembangan moral, persepsi dan
sikap publik terhadap berbagai sanksi pidana.
4. Psikologi forensik (forensic psychology), suatu cabang psikologi yang digunakan
untuk menyiapkan informasi bagi pengadilan (psikologi di dalam pengadilan).
5. criminal psychology (psikologi hukum pidana), psikologi hukum yang
menggambarkan dinamika interpersonal dan kelompok dari suatu pembuatan putusan
di dalam proses mendakwa mulai dari waktu penetapan hingga pada momen
penjatuhan pidana.
6. Neuroscience and law, mencakup wawasan tentang isu pertanggungjawaban,
meningkatkan kemampuan membaca pikiran, prediksi yang lebih baik terhadap
perilaku di masa mendatang, dan prospek peningkatan kemampuan otak manusia.

Terdapat empat (kemungkinan) bentuk kontribusi psikologi dalam praktek beracara


di persidangan sebagai berikut:
• Saksi ahli, psikolog memberikan keterangan ahli di depan persidangan yang
dimintakan oleh hakim, jaksa atau pengacara.
• Pemberi nasehat ahli diluar persidangan untuk hal-hal yang terkait dengan
persidangan pada umumnya. Nasehat tersebut dapat berupa opini atau hasil penelitian
yang dapat diberikan kepada badan peradilan, tersangka dan korban atau yang
mewakilinya.
• Hakim ad-hoc, para psikolog yang karena keahliannya diminta untuk bertugas sebagai
hakim anggota majelis hakim yang menyidangkan kasus tertentu.
• Pendidik para calon hakim atau pemberi penyegaran pada hakim senior, yang
difokuskan menjadi sebuah awareness course terkait tiga hal yaitu situasi psikologik
hakim sebagai manusia biasa, proses persidangan sebagai suatu teater psikologis dan
saat mengambil keputusan pidana.

Psikologi hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum


sebagai pembentukan hasil jiwa manusia (volkgeist) baik putusan pengadilan maupun

10 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
perundang-undangan. Selain itu, ia juga mempelajari faktor pribadi yang mendorong orang
tersebut untuk mematuhi atau melanggar kaidah hukum. Bersifat logis, empirik, analitik dan
deskriptif dalam menjelaskan pengalaman dan perilaku berdasarakan logika, metode ilmu dan
riset. Karakteristik dari pada psikologi hukum ini adalah pada partisipan penegak hukum
yang dipengaruhi oleh perspektif mereka yakni partisipan hukum, nilai yang dianut (value),
pengalaman (exprience),kemampuan (ability) orang/partisipan hukum tersebut. Secara
umum, objek dari psikologi hukum sendiri adalah manusia dengan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungannya, yaitu perilaku (behaviour) dan fenomena hukum.

B. Pengertian psikologi hukum menurut para pakar:

1. Soerjono Soekanto

Menurut Soerjono Soekanto Psikologi hukum merupakan perjuwudan dari kejiawaan


manusia yang meliputi aspek perilaku atau sikap tindak.

2. Achmad Ali

Menurut Achmad Ali psikologi hukum adalah Objek Fenomena hukum, tetapi menggunakan
penglihatan ilmu sosial dan prinsip-prinsip sosiologi.

3. Edward E. Jones

Menurut Edward E.jones Psikologi hukum adalah suatu kajian yang meliputi tentang sifat,
fungsi, dan perilaku hukum dari suatu pengalaman mental dari individu yang berhubungan
dengan fenomena hukum.

4. Purnadi Purbacaka

Menurut Purnadi Purbacaraka Psikologi hukum suatu cabang ilmu pengetahuan yang
memperdalam hukum sebagai suatu perjuwudan dari perkembangan jiwa manusia.

Dari pandangan beberapa ahli tersebut dapat dirangkum bahwa Psikologi Hukum adalah
suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari jiwa
manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindakan hukum yang
mungkin merupakan perwujudan dari gejala–gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan
kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan tertentu. Sesuai dengan defini diatas sesungguhnya
manusialah yang paling berkepentingan dengan ilmu psikologi. Dengan kata lain ilmu
psikologi sangat erat hubungannya dengan interaksi manusia sehari-hari. Interaksi manusia
yang diatur dalam sistem hukum memerlukan peranan ilmu psikologi untuk memahami

11 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
prilaku manusia dalam interaksinya dengan manusia lain dianaranya dalam perbuatan pidana
atau kejahatan.

2.4 Perbandingan Hukum


A. PENGERTIAN PERBANDINGAN HUKUM

Perbandingan hukum merupakan kegiatan memperbandingkan sistem hukum yang


satu dengan yang lain baik antar bangsa, negara, bahkan agama, dengan maksud mencari dan
mensinyalir perbedaan-perbedaan serta persamaan-persamaan dengan memberi
penjelasannya dan meneliti bagaimana berfungsinya hukum dan bagaimana pemecahan
yuridisnya di dalam praktek serta faktor-faktor non hukum yang mana saja yang
mempengaruhinya.penjelasannya hanya dapat di ketahui dalam sejarah hukumnya,sehingga
perbandingan hukum yang ilmiah memerlukan perbandingan sejarah hukum.

Jadi,memperbandingkan hukum bukanlah sekedar mengumpulkan peraturan


perundang-undangan dan mencari perbedaan serta persamaannya saja. perhatian akan
perbandingkan hukum di tujukan kepada pertanyaan sampai berapa jauh peraturan
perundang-undangan suatu kaedah tidak tertulis itu di laksanakn dalam masyarakat,maka dari
itu di carilah persamaan dan perbedaan. Dari perbandingan hukum ini dapat di ketahui bahwa
di samping banyaknya perbedaan juga ada kesamaanya.

Di samping mencari persamaan dan perbedaan dari berbagai sistem hukum yang ada,
perbandingan hukum juga menyelidiki tentang sebab-sebab serta latar belakang mengapa
perbedaan dan kesamaan itu bisa terjadi,sehingga dapat di temui “dalam sitem hukum yang
sama juga terjadi perbedaan dan belum tentu penyelesaiannya juga sama,kemudian antar
negara mengapa bisa terjadi kesamaan sistem dan apa sebabnya”.

B. SEJARAH PERBANDINGAN HUKUM

(430-470 SM) plato melakukan kegiatan memperbandingkan hukum,dalam karyanya


“politeia (negara) plato membandingkan bentuk-bentuk negara.

· (384-322 SM) aristoteles dalam politiknya membandingkan peraturan-peraturan dari


berbagai negara.

· (372-287 SM) theoprastos memperbandingkan hukum yang berkitan dengan jual beli di
berbagai negara.

12 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
· Dalam collatio (mosaicurium et romanium legum collatio),suatu karya yang penulisnya
tidak di kenal,di perbandingkan antar undang-undang mozes (pelateuch) dengan ketentuan-
ketentuan yang mirip dari hukum romawi.

· (1930) study perbandingan antar organisasi negara dari inggris dengan prancis di lakukan
oleh forteuscue.

· (1687-1755) montequie dalam l’esprit de lois (1748) memperbandingkan organisasi negara


dari inggris dan perancis.

· (1687-1716) leibniz menulis suatu uraian tentang semua sistem hum seluruh dunia,ia yakin
dengan cara itu dapat menemukan semua dasar hukum.

· (1900) di paris di adakan kongres dunia pertama yang memikirkan tentang metode dan
tujuan perbandingan hukum.di putuskan bahwa perbandingan hukum harus di pusatkan pada
hukum yang nyata-nyata berlaku (law in action) dan tidak semata-mata pada bunyi undang-
undang saja.

C. MANFAAT DAN TUJUAN PERBADINGAN HUKUM

Manfaat perbandingan hukum

• Sebagai penunjang dalam usaha pembentukan hukum nasional.


• Sebagai faktor penting bagi usaha unifikasi hukum.
• Perbandingan hukum juga penting dalam rangka usaha menumbuhkan saling
pengertian yang lebih mendalam mengenai hukum kita sendiri.
• Untuk menentukan asas-asas umum dari hukum (terutama bagi hakim pengadilan
internasional). Hal ini penting untuk menentukan the general principles of law
yang merupakan sumber penting dari publik internasional.

D. TUJUAN PERBANDINGAN HUKUM

a. untuk kepentingan pembentukan undang-undang


· membantu dalam membentuk undang-undang baru
· persiapan dalam menyusun undang-undang yang uniform
· penelitian pendahuluan pada receptie perundang-undangan asing
b. untuk kepentingan peradilan; mempunyai pengaruh terhadap peradilan pada
umumnya

13 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
c. penting dalam perjanjian internasional
d. penting untuk terjemahan yuridis

E. SASARAN PERBANDINGAN HUKUM

Rhein stein membedakan antara uraian tentant system hokum asing yang disebutnya
“Auslandsrechtskunde” dengan “Rechtsvergleichung”. Dikatakannya bahwa
Auslandsrechtskunde harus dikuasai kalau kita hendak mengadakan perbandingan hukum,
karena kita baru dapat memperbandingkan hukum asing dengan hukum sendiri kalau
menguasai juga hukum asing itu. Dalam pandangan Rheinstein ini maka
Auslandsrechrtskunde ini harus dikuasai lebih dulu sebelum kita mulai dengan perbandingan
hukum.

Lebih konkritnya dalam memperbandingkan hukum yang diteliti adalah hukum yang hidup
(the law in action), jadi bukan semata-mata hanya hukum yang dimuat dalam peraturan
perundang-undangan atau yang diuraikan dalam buku-buku saja (the law in the books), tetapi
juga penafsiran undang-undang atau penemuan hukum dalam peradilan dan dalam
kepustakaan.

2.5 Sejarah Hukum


Hukum pertama kali muncul dari bangsa Romawi, dimana pada saat itu dipimpin oleh
kekaisaran Yustinianus, yang berkuasa dari tahun 527 hingga 565. Pada masa kekuasaannya
terdapat undang-undang peraturan-peraturan yang berlaku di zaman Romawi yang sudah
dikodifikasikan bernama ‘Corpus Juris Civilis’, dimana pada waktu itu dianggap sebagai
hukum yang paling sempurna. Di dalam Corpus Juris Civilis terbagi menjadi 4 bagian yaitu,
Codex, Digesta, Institutiones, Novellae. Adapula Isi dari masing-masing bagian yaitu Codex
Yustinianus, ialah himpunan peraturan-peraturan yang diundang-undangkan oleh Kaisar
Yustinianus. Digesta yaitu sekumpulan kutipan-kutipan yang diambil dari kitab-kitab
karangan para sarjana. Institutiones, kitab-hukum yang dipakai sebagai kitab pelajaran di
Konstantinopel. Novellae yaitu himpunan undang-undang sebagai tambahan pada ke-3
bagian tersebut.

Di tahun 1804 – 1814 saat Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte, suatu
ketika wilayah negara Prancis terbelah menjadi dua daerah hukum yang berbeda. Bagian
Utara adalah daerah hukum yang tidak tertulis, sedangkan daerah Selatan merupakan daerah

14 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
hukum yang tertulis. Di Utara berlaku hukum kebiasaan Prancis Kuno yang berasal dari
hukum Germania, sedangkan di Daerah Selatan berlaku hukum Romawi yang tertuang
dalam Corpus Juris Civilis pada pertengahan abad ke-6 M. Pada zaman ini terdapat asas
korkondasi dan juga asas unifikasi, yang mana pengertian dari asas korkondasi ialah asas
penurunan hukum Romawi kepada Prancis, dan juga asas unifikasi adalah menyamakan atau
penyesuaian hukum-hukum romawi dengan masyarakat Prancis. Prancis mengodifikasi
hukum yang diturunkan dari Romawi yang diberi nama ‘Code Napoleon’ yang isinya
terdapat code penal (hukum pidana), code civil (hukum privat), code commers (hukum
dagang).

Pada tahun 1806 – 1813 Prancis menjajah dan menguasai negara Belanda dan hukum-
hukum yang digunakan Prancis tersebut turun ke Belanda. Bahkan setelah 24 tahun Belanda
merdeka dari Prancis tahun 1813, hukum prancis tersebut masih berlaku di negeri Belanda.
Ketika pada masa pemerintahan Belanda yang telah merdeka belum mampu dalam waktu
pendek menciptakan hukum yang bersifat rasional. Dan pada akhirnya di tahun 1831 Belanda
mengkodifikasi dari kumpulan hukum yang meliputi hukum Romawi dan juga hukum
Prancis yang diberi nama Wetboek Van Straatrecht, Burgerlijk Wetboek Voor, Wetboek Van
Koophandel yang mana kemudian Belanda melakukan kolonialisme pada beberapa negara
salah satunya adalah Indonesia. Indonesia sendiri masih menggunakan hukum yang diturun
oleh Belanda yaitu KUHP, KUHAP, dan KUHD hingga sekarang.

15 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan berbicara tentang dimana hukum tersebut dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat dan ilmu hukum tersebut
dipergunakan untuk mengatur kehidupan sosial di dalam masyarakat. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan supaya hukum yang sudah dibuat dapat berjalan ditengah-tengah kehidupan
masyarakat adalah dengan memperkenalkan hukum itu sendiri, supaya masyarakat bisa
mengerti tentang sejarah, cakupan, dan peran hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Ilmu
hukum sebagai ilmu kenyataan juga secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk
menilai dan berpikir secara rasional tentang hukum yang ada dan diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat

16 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
DAFTAR PUSTAKA
Purba,Hasim dan M Yunhas Purba. 2019. Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmu Hukum. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.

Soeroso, R. 2018. Penghantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Soekanto, Soerjono. 1989. Perbandingan hukum. Bandung: Penerbit Alumni.

Djamati, R. Abdoel. 2007. Penghantar Hukum Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Subekti, R. 1988. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Averroes, Damang, 2011. Psikologi Hukum. Diakses pada tanggal 15 November 2020, Dari
negarahukum.com.

Tim Penyusun Modul Basan Diklat Kejaksaan R.I. 2019. Pendidikan Dan Pelatihan
Pembentukan Jaksa 2019. Diakses pada tanggal 16 November 2020.

17 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n

Anda mungkin juga menyukai