Diajukan Kepada Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, SH.,MH dan Indra Rahmatulah,
SH.I,.MH.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
PENDAHULUAN
Di satu sisi pengetahuan tentang hukum itu sendiri mencakup suatu perantaraan yang
luas serta dapat dikatakan tidak memiliki tepi. Kalau dicoba untuk menulis tentang dasar-
dasar ilmu hukum tanpa dibarengi dengan pemahaman terdapatnya aspek yang begitu sangat
luas dari cakupan hukum, hingga dapat dikatakan belum memberikan cerminan yang lengkap
mengenai hukum. Terdapat bagian dari ilmu hukum yang dapat dikatakan bahwa ilmu bantu
hukum sebagai ilmu tentang kenyataan yang mana terdiri dari Sosiologi Hukum, Antropologi
Hukum, Psikologi Hukum, Ilmu Perbandingan Hukum, dan Sejarah Hukum yang dalam
perkembangannya membantu perkembangan ilmu hukum.
Makalah ini ditulis dalam upaya memperkenalkan ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan agar
mahasiswa bisa mengerti dan paham tentang ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan.
PEMBAHASAN
2.1 Sosiologi Hukum
Menurut Prof. Sajipto Rahardjo, studi hukum secara sosiologis memiliki tiga karakteristik,
yakni:
Menurut Prof, Satjipto Rahardjo ketiga karakteristik/ciri-ciri ini merupakan kunci bagi orang
yang berminat untuk melakukan penyelidikan dalam bidang sosiologi hukum.
Menurut E.A Hoebel yang di kutip oleh Soerjono Soekanto hukum sebagai aspek kebudayaan
mempunyai beberapa fungsi fundamental untuk memelihara kedudukan masyarakat
diantaranya:
Antropologi hukum memperhatikan dan menerima hukum sebagai bagian dari proses-proses
yang lebih besar dari masyarakat. Hukum dilihat tidak secara statis, melainkan dinamis, yang
mana ia akan terbentuk dan menghilang secara berkesinambungan.
Hukum dan psikologi tidak hanya memiliki banyak kesamaan tetapi juga terdapat
perbedaan perbedaan didalamnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui perbedaan nilai,
asumsi dasar, model, pendekatan, kriteria, dan metode. Adapun menurut seorang ahli yakni
Haney melihat beberapa hal yang memungkinkan terjadinya konflik antara hukum dan
psikologi yang diantaranya yaitu:
Disamping perbedaan perbedaan yang ada antara psikologi dan hukum, tetap
bahwasannya psikologi memiliki peran yang sangat penting dalam suatu rang lingkup hukum
itu sendiri. Hal ini juga dijelaskan oleh Soejono Soekanto dalam bukunya “Beberapa catatan
tentang psikologi hukum” yang didalmnya menyebutkan tentang pentingnya psikologi hukum
bagi penegakkan hukum sebagai berikut:
❖ Untuk memberikan penafsiran yang tepat pada kaidah hukum, seperti pengertian
misalnya dalam pengertian etika baik atau buruk dan sebagainya.
❖ Untuk menerapkan hukum dengan cara mempertimbangkan keadaan psikologis
pelaku.
❖ Untuk lebih menyeserakan ketertiban dan ketentraman yang menjadi tujuan utama
hukum.
❖ Untuk menghindari penggunaan kekerasan dalam penegakkan hukum.
❖ Untuk memantapkan pelaksanaan fungsi penegakkan hukum dengan cara mengenal
diri dan atau lingkungannya.
❖ Untuk menentukan batas batas penggunaan hukum sebagai sarana pemeliharaan dan
penciptaan kedamaian.
Selain itu, psikologi juga memiliki peranan yang sangat penting khususnya pada
aparat penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, petugas lapas) dan pihak-pihak yang terlibat
(saksi, pelaku dan korban). Selain itu, psikologi juga berperan pada sistem hukum dan warga
negara yang termasuk pada subjek hukum. Adapun beberapa peran psikologi dalam
penegakan hukum di Indonesia, yaitu: Pertama, berperan dalam memperkuat penegak
hukum, misalnya bagaimana peranan intervensi psikologis dalam meningkatkan perfomance
polisi. Kedua, berperan dalam menjelaskan kondisi psikologis pelaku, korban dan saksi
sehingga penegak hukum dapat menghindari kemungkinan kesalahan yang diambil dalam
proses membuat suatu keputusan. Ketiga, berperan dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk dapat mematuhi hukum yang berlaku dalam suatu wilayah.
Secara umum peran psikologi dibagi dua, yaitu keilmuan dan aplikatif. Pada bagian
keilmuwan, psikologi berperan dalam proses pengembangan hukum berdasarkan suatu riset
psikologi itu sendiri. Sementara di bagian aplikatif, psikologi berperan dalam intervensi
psikologis yang dapat membantu proses hukum. Menurut Farrington dan Hawkins fungsi dan
Jika dilihat dari proses tahapan penegakan hukum, psikologi berperan dalam empat tahap.
1. Pencegahan (Deterrent)
3. Pemidanaan
Terdapat beberapa teori terkait dengan tujuan pemindanaan. Pertama, teori retributif
(balas dendam), dalam teori ini dikatakan bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas
perbuatannya, sehingga apapun akibatnya dia harus menerima hukuman yang setimpal atas
perbuatannya tersebut. Kedua teori relatif (tujuan). Toeri ini disebut juga teori deterrence
(pencegahan) karena bertujuan untuk mencegah individu melakukan perbuatan jahat yang
tentunya melanggar hukum. Ada dua jenis teori relatif, yaitu teori pencegahan dan teori
penghambat. Teori pencegahan terbagi menjadi dua, yaitu pencegahan umum, efek
pencegahan sebelum tindak pidana dilakukan. Sedangkan dalam teori penghambatan,
pemidanaan bertujuan untuk mengintimidasi mental pelaku agar di masa yang akan datang
tidak melakukan hal serupa kembali. Ketiga, behavioristik, teori ini berfokus pada perilaku.
Terbagi menjadi dua yang diantaranya yaitu, incapacitation theory merupakan pemindanaan
yang harus dilakukan agar pelaku tidak dapat berbuat pidana kembali dan Rehabilitation
theory, yaitu pemidanaan yang dilakukan untuk memudahkan rehabilitasi.
Dalam tahap ini pelaku ditempatkan dalam lembaga permasyarakatan (LP) dengan
tujuan agar pelaku tersebut dapat mengalami perubahan perilaku menjadi orang baik. Namun
pada kenyataannya, banyak pelaku kriminal yang masih melakukan tindak kejahatan kembali
setelah ia keluar dari LP. Adapun terdapat beberapa konsep psikoloogi dalam perubahan
perilaku narapidana di lembaga permasyarakatan tersebut. Pertama, berorentasi personal, hal
ini dapat dilakukan dengan cara terapi individual/kelompok, misalkan terapi kogniif. Kedua,
berorentasi lingkungan, maksudnya adalah menciptakan lingkungan fisik LP yang
mendukung perubahan perilaku.
1. Psikologi penegakkan hukum. Memfokuskan pada aktivitas badan penegakkan hukum dan
menyediakan layanan psikologis untuk badan tersebut.
3. Psikologi forensik membantu bidang hukum dalam melakukan analisis apakah seseorang
dapat mengikuti persidangan dan bertanggung jawab atas tindakannya, dampak psikologis
yang dialami, kompetensi mental pada situasi nonkriminal, otopsi psikologis, criminal
profiling, dan analisis kelayakan seseorang sebagai orangtua untuk penentuan hak asuh anak.
Negara dengan sistem common law seperti Amerika juga membagi penerapan
psikologinya yang dapat dibedakan menurut sudut pandang apa yang diistilahkan :
1. Psikologi dalam hukum (psychology in law), mengacu pada penerapan spesifik dari
psikologi hukum itu sendiri.
10 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
perundang-undangan. Selain itu, ia juga mempelajari faktor pribadi yang mendorong orang
tersebut untuk mematuhi atau melanggar kaidah hukum. Bersifat logis, empirik, analitik dan
deskriptif dalam menjelaskan pengalaman dan perilaku berdasarakan logika, metode ilmu dan
riset. Karakteristik dari pada psikologi hukum ini adalah pada partisipan penegak hukum
yang dipengaruhi oleh perspektif mereka yakni partisipan hukum, nilai yang dianut (value),
pengalaman (exprience),kemampuan (ability) orang/partisipan hukum tersebut. Secara
umum, objek dari psikologi hukum sendiri adalah manusia dengan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan lingkungannya, yaitu perilaku (behaviour) dan fenomena hukum.
1. Soerjono Soekanto
2. Achmad Ali
Menurut Achmad Ali psikologi hukum adalah Objek Fenomena hukum, tetapi menggunakan
penglihatan ilmu sosial dan prinsip-prinsip sosiologi.
3. Edward E. Jones
Menurut Edward E.jones Psikologi hukum adalah suatu kajian yang meliputi tentang sifat,
fungsi, dan perilaku hukum dari suatu pengalaman mental dari individu yang berhubungan
dengan fenomena hukum.
4. Purnadi Purbacaka
Menurut Purnadi Purbacaraka Psikologi hukum suatu cabang ilmu pengetahuan yang
memperdalam hukum sebagai suatu perjuwudan dari perkembangan jiwa manusia.
Dari pandangan beberapa ahli tersebut dapat dirangkum bahwa Psikologi Hukum adalah
suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan dari jiwa
manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindakan hukum yang
mungkin merupakan perwujudan dari gejala–gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan
kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan tertentu. Sesuai dengan defini diatas sesungguhnya
manusialah yang paling berkepentingan dengan ilmu psikologi. Dengan kata lain ilmu
psikologi sangat erat hubungannya dengan interaksi manusia sehari-hari. Interaksi manusia
yang diatur dalam sistem hukum memerlukan peranan ilmu psikologi untuk memahami
11 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
prilaku manusia dalam interaksinya dengan manusia lain dianaranya dalam perbuatan pidana
atau kejahatan.
Di samping mencari persamaan dan perbedaan dari berbagai sistem hukum yang ada,
perbandingan hukum juga menyelidiki tentang sebab-sebab serta latar belakang mengapa
perbedaan dan kesamaan itu bisa terjadi,sehingga dapat di temui “dalam sitem hukum yang
sama juga terjadi perbedaan dan belum tentu penyelesaiannya juga sama,kemudian antar
negara mengapa bisa terjadi kesamaan sistem dan apa sebabnya”.
· (372-287 SM) theoprastos memperbandingkan hukum yang berkitan dengan jual beli di
berbagai negara.
12 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
· Dalam collatio (mosaicurium et romanium legum collatio),suatu karya yang penulisnya
tidak di kenal,di perbandingkan antar undang-undang mozes (pelateuch) dengan ketentuan-
ketentuan yang mirip dari hukum romawi.
· (1930) study perbandingan antar organisasi negara dari inggris dengan prancis di lakukan
oleh forteuscue.
· (1687-1716) leibniz menulis suatu uraian tentang semua sistem hum seluruh dunia,ia yakin
dengan cara itu dapat menemukan semua dasar hukum.
· (1900) di paris di adakan kongres dunia pertama yang memikirkan tentang metode dan
tujuan perbandingan hukum.di putuskan bahwa perbandingan hukum harus di pusatkan pada
hukum yang nyata-nyata berlaku (law in action) dan tidak semata-mata pada bunyi undang-
undang saja.
13 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
c. penting dalam perjanjian internasional
d. penting untuk terjemahan yuridis
Rhein stein membedakan antara uraian tentant system hokum asing yang disebutnya
“Auslandsrechtskunde” dengan “Rechtsvergleichung”. Dikatakannya bahwa
Auslandsrechtskunde harus dikuasai kalau kita hendak mengadakan perbandingan hukum,
karena kita baru dapat memperbandingkan hukum asing dengan hukum sendiri kalau
menguasai juga hukum asing itu. Dalam pandangan Rheinstein ini maka
Auslandsrechrtskunde ini harus dikuasai lebih dulu sebelum kita mulai dengan perbandingan
hukum.
Lebih konkritnya dalam memperbandingkan hukum yang diteliti adalah hukum yang hidup
(the law in action), jadi bukan semata-mata hanya hukum yang dimuat dalam peraturan
perundang-undangan atau yang diuraikan dalam buku-buku saja (the law in the books), tetapi
juga penafsiran undang-undang atau penemuan hukum dalam peradilan dan dalam
kepustakaan.
Di tahun 1804 – 1814 saat Prancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte, suatu
ketika wilayah negara Prancis terbelah menjadi dua daerah hukum yang berbeda. Bagian
Utara adalah daerah hukum yang tidak tertulis, sedangkan daerah Selatan merupakan daerah
14 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
hukum yang tertulis. Di Utara berlaku hukum kebiasaan Prancis Kuno yang berasal dari
hukum Germania, sedangkan di Daerah Selatan berlaku hukum Romawi yang tertuang
dalam Corpus Juris Civilis pada pertengahan abad ke-6 M. Pada zaman ini terdapat asas
korkondasi dan juga asas unifikasi, yang mana pengertian dari asas korkondasi ialah asas
penurunan hukum Romawi kepada Prancis, dan juga asas unifikasi adalah menyamakan atau
penyesuaian hukum-hukum romawi dengan masyarakat Prancis. Prancis mengodifikasi
hukum yang diturunkan dari Romawi yang diberi nama ‘Code Napoleon’ yang isinya
terdapat code penal (hukum pidana), code civil (hukum privat), code commers (hukum
dagang).
Pada tahun 1806 – 1813 Prancis menjajah dan menguasai negara Belanda dan hukum-
hukum yang digunakan Prancis tersebut turun ke Belanda. Bahkan setelah 24 tahun Belanda
merdeka dari Prancis tahun 1813, hukum prancis tersebut masih berlaku di negeri Belanda.
Ketika pada masa pemerintahan Belanda yang telah merdeka belum mampu dalam waktu
pendek menciptakan hukum yang bersifat rasional. Dan pada akhirnya di tahun 1831 Belanda
mengkodifikasi dari kumpulan hukum yang meliputi hukum Romawi dan juga hukum
Prancis yang diberi nama Wetboek Van Straatrecht, Burgerlijk Wetboek Voor, Wetboek Van
Koophandel yang mana kemudian Belanda melakukan kolonialisme pada beberapa negara
salah satunya adalah Indonesia. Indonesia sendiri masih menggunakan hukum yang diturun
oleh Belanda yaitu KUHP, KUHAP, dan KUHD hingga sekarang.
15 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu hukum sebagai ilmu kenyataan berbicara tentang dimana hukum tersebut dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat dan ilmu hukum tersebut
dipergunakan untuk mengatur kehidupan sosial di dalam masyarakat. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan supaya hukum yang sudah dibuat dapat berjalan ditengah-tengah kehidupan
masyarakat adalah dengan memperkenalkan hukum itu sendiri, supaya masyarakat bisa
mengerti tentang sejarah, cakupan, dan peran hukum dalam kehidupan bermasyarakat. Ilmu
hukum sebagai ilmu kenyataan juga secara tidak langsung mengajak masyarakat untuk
menilai dan berpikir secara rasional tentang hukum yang ada dan diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat
16 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n
DAFTAR PUSTAKA
Purba,Hasim dan M Yunhas Purba. 2019. Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmu Hukum. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
Djamati, R. Abdoel. 2007. Penghantar Hukum Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Averroes, Damang, 2011. Psikologi Hukum. Diakses pada tanggal 15 November 2020, Dari
negarahukum.com.
Tim Penyusun Modul Basan Diklat Kejaksaan R.I. 2019. Pendidikan Dan Pelatihan
Pembentukan Jaksa 2019. Diakses pada tanggal 16 November 2020.
17 | I l m u H u k u m S e b a g a i I l m u K e n y a t a a n