Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FILM 12 ANGRY MEN DIKAITKAN DENGAN MATERI

PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA

A. Penjelasan kasus secara singkat

Film berjudul “12 Angry Men” ini menceritakan salah satu Pengadilan sedang
dalam proses persidangan menjatuhkan hukuman terhadap seorang terdakwa atas
tindak pidana pembunuhan berencana tingkat pertama. Bertempat di New York
City, Amerika Serikat dimana sistem pengadilannya menggunakan sistem juri.
Pada persidangan tersebut, seluruh alat bukti dihadirkan untuk memperkuat
bahwa terdakwa adalah pelaku pembunuhan tersebut. Alat – alat bukti
diantaranya yaitu keterangan saksi, keterangan terdakwa, petunjuk, dan barang
bukti.
Berdasarkan alat – alat bukti tersebut terutama keterangan saksi dan terdakwa,
disimpulkanlah proses pembunuhan tersebut yang bermula dari pertengkaran
antara terdakwa (anak) dengan ayahnya. Dalam pertengkaran terdapat beberapa
kali pukulan yang diberikan dari ayah terhadap si anak. Setelah pertengkaran,
anak tersebut keluar dari rumah tepat pukul 20:00 dan beranjak ke toko bekas
tempat ia membeli sebuah pisau lipat dengan ukiran pada gagang pisaunya.
Kemudian ia bertemu beberapa temannya di sebuah kedai sekitar pukul 20:45 dan
dilanjutkan dengan berbincang – bincang. Ketika berada di kedai, teman – teman
terdakwa melihat pisau yang baru saja dibelinya dan pisau tersebut diduga
merupakan alat yang digunakan untuk membunuh korban. Terdakwa lalu
meninggalkan kedai pada pukul 21:45 dan tiba di rumah pada pukul 22:00 namun
ia melanjutkan untuk keluar dari rumahnya dan pergi ke salah satu bioskop pada
pukul 23:30. Pada pukul 03:10 anak tersebut sampai di rumah dan menemukan
ayahnya telah tewas dengan terdapat tusukan pada bagian dada akibat ditusuk
oleh pisau lipat.
Setelah semua tahap proses persidangan dijalankan, maka sesuai dengan sistem
juri di Amerika Serikat ditentukan juri berjumlah 12 orang yang akan
memutuskan apakah Terdakwa bersalah atau tidak. Namun untuk mencapai suatu
keputusan maka jumlah suara harus mencapai satu kesepakatan yang bulat. Pada
awal pengambilan suara melalui voting, 11 orang juri menyatakan Terdakwa
bersalah dan tersisa 1 orang yang mengatakan bahwa Terdakwa tidak bersalah
dengan keyakinannya yang didasarkan karena ia memiliki keraguan yang
beralasan. Dengan perbedaan voting 11 : 1 tersebut, berlangsunglah diskusi dan
pembahasan masing – masing fakta yang terjadi dan alat bukti diantaranya
keterangan saksi dan pisau lipat. Proses diskusi diwarnai dengan berbagai macam
perdebatan, amarah, ketegangan, dan lainnya. Setelah proses yang panjang
akhirnya semua juri memutuskan bahwa Terdakwa tidak bersalah.

B. Sistem Peradilan Pidana di Amerika serta Perbandingan Sistem Common


Law dan Civil Law
Dalam sistem Peradilan Pidana di Amerika dikenal dengan Adversary System.
Dalam Adversary System, dalam menangani perkara pidana, pihak yang menjadi
penggugat adalah negara sendangkan tergugat adalah tertuduh. Pada Adversary
System, dikenal sebuah Sistem Plea Bargain bahwa apabila seorang tertuduh
menyatakan bersalah, maka proses selanjutnya adalah penjatuhan hukuman tanpa
melalui proses trial. Sebaliknya apabila tertuduh menyatakan tidak bersalah, maka
perkaranya akan diadili melalui tahapan trial dengan para juri.
Dalam tahapan trial, beban pembuktian ada pada pemerintah. Terdakwa tidak
perlu membuktikan kepolosan mereka. Sebagai gantinya, pemerintah harus
memberikan bukti untuk meyakinkan juri atas kesalahan terdakwa. Standar
pembuktian dalam pengadilan pidana memberi jaksa beban jauh lebih besar
daripada penggugat dalam persidangan sipil. Terdakwa harus dinyatakan bersalah
"tanpa keraguan," yang berarti buktinya harus begitu kuat sehingga tidak
diragukan lagi bahwa terdakwa melakukan kejahatan tersebut. Apabila terdapat
keraguan pada juri, maka terdakwa tidak dapat dinyatakan bersalah.

Pada sistem Civil Law yaitu sistem yang dianut oleh Indonesia, perlindungan
terhadap tersangkka mengacu pada asas praduga tidak bersalah. Kemudian, pada
sistem Civil Law, hakim memiliki peranan yang besar dalam mengarahkan dan
memutus suatu perkara. Hakim bersifat aktif dalam menemukan fakta hukum
serta cermat menilai alat bukti.
Pada sistem Common Law, Yurisprudensi merupakan sumber hukum utama.
Hakim terikat untuk mengikuti dan atau menerapkan putusan pengadilan
terdahulu baik yang ia buat sendiri atau oleh pendahulunya untuk kasus serupa.
Kemudian pada sistem Common Law, yang berperkara merupakan lawan antar
satu dengan yang lainnya dan ditemani oleh masing – masing pengacaranya.
C. Regulasi
Apabila dikaitkan dengan sistem Hukum Acara Pidana di Indonesia dan
berdasarkan KUHAP serta RKUHAP, maka terdapat perbedaan terhadap alat
bukti yang diatur di dalamnya.
- KUHAP :
Ketentuan alat bukti yang sah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP yaitu :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan Terdakwa
Berdasarkan kasus 12 Angry Men, maka yang termasuk kedalam alat bukti
adalah :
- Keterangan Saksi (Pasal 1 butir 26 dan 27 KUHAP, Pasal 185 ayat (1) sampai
ayat (7) KUHAP
- Keterangan Terdakwa (Pasal 189 ayat (1) sampai ayat (4) KUHAP)
- RKUHAP :
Ketentuan mengenai alat bukti yang sah mencakup dalam Pasal 177 ayat (1)
RKUHAP diantaranya :
a. Barang bukti (Pasal 176 RKUHAP)
b. Keterangan Seorang Saksi (Pasal 180 ayat (1) sampai ayat (10) RKUHAP)
c. Keterangan Terdakwa (Pasal 181 ayat (1) sampai ayat (4) RKUHAP)
- Criminal Procedure Law
Sistem Peradilan Pidana di Amerika Serikat mengenal Criminal Procedure
Law yang terdiri atas :
a. Real Evidence (bukti seungguhan)
b. Documentary Evidence (bukti documenter)
c. Testimonial Evidence (bukti kesaksian)
d. Judicial Evidence (pengamatan hakim)

D. Analisis
1. Keterangan Saksi
Berdasarkan Kasus pada Film 12 Angry Men, terdapat dua orang saksi
yang bersaksi di bawah sumpah di hadapan hakim. Saksi pertama adalah
seorang wanita yang tinggal di seberang jalan apartemen Terdakwa. Saksi
Wanita itu bersaksi bahwa ia melihat langsung pembunuhan. Saksi
menyatakan bahwa ia menatap ke arah jendela lalu melihat Terdakwa
sedang dalam posisi bersiap untuk menikam pisau ke dada ayahnya. Pada
saat yang sama, 2 gerbong terakhir kereta melewati jalur. Saksi kedua
adalah seorang pria tua yang tinggal di bawah apartemen Terdakwa. Pria
tua tersebut bersaksi bahwa ia mendengar langsung terjadinya
pertengkaran antara Terdakwa dengan Ayahnya. Selain itu Saksi kedua
menambahkan bahwa ia mendengar Terdakwa mengatakan “Akan
kubunuh kau!” yang berselang satu detik setelah ia mendengar suara tubuh
terjatuh. Setelah mendengar peristiwa itu, saksi segera menuju pintu
kamarnya untuk menyaksikan secara langsung namun Terdakwa lari
keluar dari rumah. Berdasarkan Criminal Procedure Law maka keterangan
saksi pertama dan kedua merupakan testimonial evidence (bukti
kesaksian)
Dalam KUHAP, suatu keterangan saksi dapat menjadi suatu alat bukti
yang sah apabila dihadapkan di muka persidangan dengan dibawah
sumpah dan saksi tersebut minimal 2 orang saksi. Saksi harus merupakan
orang yang meliha, mendengan, ataupun mengalami sendiri suatu tindak
pidana tersebut.
Keterangan saksi dalam film ini merupakan alat bukti yang sah dan
memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna karena terdapat 2 orang
saksi yang memberikan keterangannya dalam proses pemeriksaan
persidangan yaitu saksi pertama adalah seorang wanita yang tinggal di
seberang apartemen Terdakwa dan melihat langsung kejadian
pembunuhan tersebut. Sedangkan saksi kedua adalah seorang pria tua
yang tinggal dibawah apartemen Terdakwa dan mendengar kejadian
pembunuhan serta melihat Terdakwa melarikan diri.
Agar suatu kesaksian memiliki kekuatan sebagai alat bukti maka harus
memenuhi syarat diantaranya :
a. Syarat objektif :
o Tidak boleh bersama-sama sebagai terdakwa
o Tidak ada hubungan keluarga
o Mampu bertanggung jawab (sudah berumur 15 tahun) atau sudah
pernah kawin dan tidak sakit ingatan
b. Syarat formal :
o Kesaksian harus diucapkan dalam sidang
o Kesaksian tersebut harus diucapkan di bawah sumpah
o Tidak dikenai asas unus testis nullus testis
c. Syarat subjektif/material :
o Saksi menerangkan apa yang ia lihat, dengar, dan alami sendiri
o Dasar – dasar atau alasan mengapa saksi tersebut melihat, mendengar,
dan mengalami sendiri sesuatu yang diterangkan

2. Barang Bukti
Barang bukti adalah alat atau sarana yang dipakai untuk melakukan tindak
pidana atau yang menjadi objek tindak pidana atau hasilnya atau bukti
fisik yang dapat menjadi bukti telah dilakukannya tindak pidana.
Dijelaskan bahwa alat yang digunakan oleh Terdakwa untuk membunuh
ayahnya adalah dengan pisau lipat. Pisau lipat tersebut termasuk ke dalam
barang bukti yang digunakan untuk melakukan tindak pidana. Sesuai
dengan Criminal Procedure Law, maka pisau merupakan bagian dari real
evidence (bukti sungguhan). Pada persidangan dijelaskan bahwa pisau
tersebut dibeli oleh Terdakwa sesaat setelah terjadinya pertengkaran antara
dirinya dengan ayahnya. Pisau lipat tersebut terlihat oleh teman –
temannya ketika mereka berkumpul di sebuah kedai minuman dan diduga
digunakan untuk membunuh ayah Terdakwa.
Pasal 39 ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa benda-benda yang dapat
dikenakan penyitaan adalah :
a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari
tindak pidana
b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan
tindak pidana
c. Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak
pidana
d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak
pidana
e. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana
yang dilakukan
Kemudian Pasal 63 – 67 HIR menyebutkan bahwa barang – barang yang
dapat dipergunakan sebagai bukti terbagi atas :
a. Barang yang merupakan objek peristiwa pidana
b. Barang yang merupakan produk peristiwa pidana
c. Barang yang dipergunakan sebagai alat pelaksanaan peristiwa pidana
d. Barang – barang yang terkait di dalam peristiwa pidana.
Dalam hal ini sesuai dengan Pasal 39 ayat (1) KUHAP, dan Pasal 63 – 67
HIR, maka pisau lipat merupakan barang yang dapat disita karena
merupakan objek materiil yang telah dipergunakan secara langsung
sebagai alat untuk melakukan tindak pidana. Agar dapat menjadi alat bukti
maka pisau harus sesuai dengan keterangan saksi dan terdakwa.
Terdapat sebuah objek lain yang digunakan oleh 12 juri untuk mencari
tahu lebih dalam mengenai fakta yang terjadi pada peristiwa pembunuhan
tersebut yaitu Denah bangunan apartemen. Namun dalam hal ini denah
tersebut hanya digunakan oleh juri dan tidak ada hubungan langsung
terhadap si Terdakwa sehingga denah tersebut tidak memenuhi baik syarat
Pasal 39 ayat (1) KUHAP dan Pasal 63 – 67 HIR.

3. Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang
mengenai perbuatan yang dilakukannya atau ia ketahui sendiri atau alami
sendiri. Terdakwa adalah seorang anak berusia 18 tahun. Anak tersebut
diduga membunuh ayahnya dengan menusukkan pisau pada bagian dada
ayahnya. Anak tersebut kemudian diadili di muka persidangan akibat
dugaan pembunuhan yang dilakukannya.
Keterangan terdakwa beberapa diantaranya yaitu ia pergi ke toko bekas
untuk membeli pisau lipat pada pukul 20:00 setelah peristiwa
pertengkaran dengan ayahnya. Setelah itu Terdakwa bertemu dengan
beberapa temannya lalu kemudian berkumpul di sebuah kedai minuman
pada pukul 20:45. Setelah berbincang selama 1 jam, Terdakwa
meninggalkan tempat tersebut yaitu pada pukul 21:45. Terdakwa tiba di
rumah pada pukul 22:00 kemudian dilanjutkan menonton bioskop pada
pukul 23:30. Terdakwa menjelaskan bahwa pisau lipat yang dibelinya
terjatuh dari saku celananya yang memiliki lubang ketika ia menuju ke
bioskop. Setelah selesai menonton, Terdakwa kembali ke rumah pukul
03:10 dan menemukan ayahnya tewas dengan bekas tusukan di dadanya.
Mengacu pada Criminal Procedure Law di Amerika Serikat, maka
keterangan terdakwa ini memang tidak termasuk ke sesuai daengan sistem
Common Law bahwa selama ketentuan tidak memberikan batasan maka
segala sesuatu dapat dijadikan alat bukti yang sah.
Keterangan terdakwa merupakan alat bukti yang sah karena memenuhi
syarat formil dan materiil. Syarat formil keterangan terdakwa adalah :
a. Pemeriksaan keterangan terdakwa dilakukan tanpa pengambilan
sumpah
b. Asas non self-incrimination
c. Harus diucapkan sendiri di depan sidang
Sedangkan syarat materiil yaitu :
a. Keterangan berupa perbuatan yang ia lakukan/ketahui sendiri/alami
sendiri
b. Merupakan alat bukti bagi dirinya sendiri.

E. Kesimpulan
Dalam film “12 Angry Men” menceritakan akan pentingnya untuk memperdalam
masing – masing alat bukti karena setiap alat bukti saling melengkapi dalam
membuktikan apakah Terdakwa benar bersalah atau tidak. Alat – alat bukti
tersebut diantaranya Keterangan Saksi yaitu Saksi Wanita yang bertempat tinggal
tepat di seberang apartemen Terdakwa dan bersaksi bahwa ia melihat secara
langsung pembunuhan tersebut. Saksi kedua adalah pria tua yang mendengar
pernyataan Terdakwa akan membunuh. Selanjutnya adalah pisau lipat yang
merupakan barang bukti. Pisau tersebut digunakan oleh Terdakwa untuk
membunuh ayahnya. Kemudian terakhir adalah keterangan Terdakwa itu sendiri
dimana ia menjelaskan seluruh kegiatan yang ia lakukan pada hari ayahnya
dibunuh. Alat – alat bukti yang disebutkan telah memenuhi syarat namun fakta –
fakta yang ditemukan dan diperdalam oleh para juri ternyata tidak sesuai sehingga
mereka memutuskan bahwa Terdakwa tidak bersalah.
Referensi :

Nurul, Qamar. 2010. Perbandingan Sistem Hukum dan Peradilan Civil Law System dan
Common Law System. Makassar: Pustaka Refleksi.
Satjipto, Rahardjo. Ilmu Hukum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991.

Hamzah, Andi. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.


Sofyan, Andi. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar. Yogyakarta: Rangkang Education,
2003.

Peter, de Cruz. Perbandingan Sistem Hukum Common Law, Civil Law, And Socialist
Law, Bandung: Nusa Media, 2013.

Romli, Atmasasmita. Sistem Peradilan Pidana (Eksistensialisme Dan Abolisionisme),


Bandung: Bina Cipta, 1996.

Dianti, Flora. Kekuatan Pembuktian BAP Saksi di Persidangan. Klinik Hukum Online.
Diakses pada tanggal 3 Mei 2017 pukul 20.15 WIB.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e8bc9adcfa87/kekuatan-
pembuktian-bap- saksi-di-persidangan.
TUGAS INDIVIDU
HUKUM ACARA PIDANA
ANALISIS FILM “12 ANGRY MEN” DIKAITKAN DENGAN MATERI
PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ACARA PIDANA

Penyusun:

ZHAKIRAH ZATALINI IRAWAN


1506677055
REGULER

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA


DEPOK
2017

Anda mungkin juga menyukai