Anda di halaman 1dari 14

Tugas Hukum Pidana

analisis kasus post-factum dan ante-factum

Disusun oleh:

Glenn Christian Pakpahan (2014200226)


Marco Van Khoza (2015200146)
Muhammad Ghariza Al Fikri (2015200175)

Kelas: A

DOSEN:
Dr. Anne Safrina Kurniasari, S.H., LL.M.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2018
1. Kasus mengenai Ante-factum

Pihak yang terlibat:

Alex (AX) – Tersangka / Dalang Pembunuhan


Abdullah Sunandar (AS) – Tersangka / Eksekutor / Pembunuh Bayaran
JS – Tersangka / Pembunuh Bayaran
PO alias PWT – Tersangka / Pembunuh Bayaran
SM – Tersangka / Pembunuh Bayaran
Herdi Sibolga - Korban

Kasus Posisi:

 Pada tanggal 20 Juli 2018, pukul 23.45 WIB, seorang pengusaha


minyak solar kapal bernama Herdi Sibolga ditemukan tewas tertembak
di bagian leher dan ketiak di dekat kediamannya, yaitu di Jalan
Jelambar Fajar, Gang Code RT 004 RW 005, Pejagalan, Penjaringan,
Jakarta Utara.
 Penembakan tersebut terjadi saat korban pulang dari kantor.
 Sebelum penembakan tersebut terjadi, diketahui bahwa Herdi Sibolga
sempat mendapat ancaman dari Alex yang merupakan pesaing
bisnisnya.
 Pada awalnya, polisi berhasil menangkap 4 orang pelaku yaitu AS, JS,
PWT, dan SM. Berdasarkan pengakuan pelaku, kemudian diketahui
bahwa mereka melakukan penembakan tersebut karena diperintah oleh
Alex.1

1
Tempo, Polisi Butuh 25 Hari Buru Otak Pembunuhan Herdi Sibolga,
https://metro.tempo.co/read/1116653/polisi-butuh-25-hari-buru-otak-pembunuhan-herdi-
sibolga/full&view=ok, diakses pada tanggal 1 Maret 2019, pukul 22.03 WIB.
 Dalam hal ini, para pembunuh bayaran menyatakan bahwa Alex
berjanji untuk memberian Rp 400 juta kepada para pembunuh bayaran
untuk menembak mati Herdi Sibolga.2
 Diketahui pula bahwa tersangka Alex sempat melarikan diri selama 25
hari ke Pulau Tepa, Maluku Barat, dan kemudian ia berhasil ditangkap
oleh polisi saat hendak menuju ke Pulau Wetar pada hari Jumat, 10
Agustus 2018.
 Alex beralasan menggunakan jasa pembunuh bayaran karena sudah
lama mengenal salah satu eksekutor yang berinisial PWT, bahkan ia
pernah merekrut PWT menjadi sopir pribadinya.
 Namun, Alex menyangkal bahwa ia menjanjikan uang sebesar Rp 400
juta tersebut kepada para pembunuh bayaran. Dalam kasus ini, Alex
dikenakan Pasal 340 KUH Pidana dengan ancaman pidana penjara
maksimal seumur hidup atau hukuman mati.

Analisis:

Pada bagian ini, kita akan melakukan analisis terhadap kasus


pembunuhan Herdi Sibolga di atas dengan menggunakan teori generalisasi
atau adekuat. Teori adekuat sendiri dapat dibagi menjadi 3 (tiga) penentuan,
yaitu penentuan subjektif, penentuan objektif, dan penentuan orang yang
paling pandai.3 Teori penentuan subjektif digagas oleh Von Kries yang
menyatakan bahwa untuk menentukan suatu akibat dari perbuatan dengan
melihat pada syarat dapatnya membayangkan atau mengerti bahwa dari
perbuatan itu dapat menimbulkan suatu akibat, pada dasarnya adalah juga

2
Suara, Pengakuan Mengejutkan dari Dalang Pembunuhan Herdi Sibolga,
https://www.suara.com/news/2018/08/14/094623/pengakuan-mengejutkan-dari-dalang-
pembunuhan-herdi-sibolga, diakses pada tanggal 1 Maret 2019, pukul 22.06 WIB.
3
A. Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, (Jakarta:Sinar Grafika,2007), hlm.211.
mengenai hal untuk menentukan kesalahan dari si pembuat.4 Teori ini
melihat faktor subjektif atau sikap batin sebelum si pembuat berbuat adalah
amat penting dalam menentukan adanya hubungan kausal, sikap batin mana
berupa pengetahuan (sadar) bahwa perbuatan yang akan dilakukan itu
adalah adekuat untuk menimbulkan akibat yang timbul, dan kelayakan ini
harus didasarkan pada pengalaman manusia pada umumnya.5 Singkatnya
teori penentuan subjektif ini menyatakan bahwa yang menjadi sebab dari
rangkaian faktor yang berhubungan dengan terwujudnya delik, hanya satu
sebab saja yang dapat diterima, yakni yang sebelumnya telah dapat
diketahui oleh pembuat.6
Teori penentuan objektif yang digagas oleh Rumelin, mengajarkan
bahwa yang menjadi sebab atau akibat adalah faktor objektif yang
diramalkan dari rangkaian faktor-faktor yang berkaitan dengan terwujudnya
delik setelah delik itu terjadi. Tolak ukur teori ini adalah bukan ramalan
tetapi menetapkan harus timbulnya suatu akibat. Teori ini berlawanan
dengan teori adekuat subjektif karena teori ini memfokuskan pada objek
suatu peristiwa bukan keadaan subjektif dalam suatu peristiwa pidana. 7
Dengan kata lain, teori ini bukan menitikberatkan pada yang diketahui atau
yang dapat diketahui oleh pembuat, melainkan keadaan-keadaan yang
umumnya diketahui oleh setiap manusia normal pada saat tindakan itu
dilakukan merupakan tindakan yang dapat menimbulkan akibat tertentu.
Selanjutnya teori penentuan orang yang paling pandai yang digagas oleh
Trager, menyatakan bahwa semua faktor saat tindakan dilakukan, yang
menurut orang yang paling pandai, dapat diketahui sebagai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan akibat tertentu.

4
Mario Tondi Natio, Peranan Ajaran Kausalitas Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan,
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/viewFile/3783/1784, hlm. 6, diakses pada
tanggal 1 Maret 2019, pukul 22.29 WIB.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid., hlm. 7.
Dalam kasus di atas, diketahui juga bahwa para tersangka akan
didakwa menggunakan Pasal 340 KUHP, yang berbunyi:

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu


merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”

Jika kita menganalisis kasus tersebut menggunakan teori adekuat subjektif


yang pada intinya menyatakan apa yang oleh si pembuat dapat
diketahui/diperkirakan bahwa apa yang dilakukan itu pada umumnya dapat
menimbulkan akibat semacam itu yaitu menyebabkan kematian, maka dapat
dilihat bahwa tersangka atau dalang di balik pembunuhan ini yaitu Alex
seharusnya dianggap telah mengetahui bahwa perbuatannya merencanakan
pembunuhan dengan menggunakan pembunuh bayaran tersebut dapat
menimbulkan akibat berupa kematian si korban yaitu Herdi Sibolga. Sebab
dalam hal ini patut diduga bahwa Alex dalam hal ini telah merencanakan
pembunuhan terhadap Herdi Sibolga dengan cara membayar pembunuh
bayaran untuk menembak mati Herdi Sibolga. Alex dalam kasus ini tentu
sudah mengetahui bahwa menembak orang menggunakan senjata api
kemungkinan besar tentunya akan menimbulkan kematian. Dengan
demikian, tersangka dapat dimintakan pertanggungjawaban atas kematian
korban.
Selanjutnya berdasarkan teori adekuat objektif yang pada intinya
menekankan pada keadaan-keadaan yang umumnya diketahui oleh setiap
manusia normal pada saat tindakan itu dilakukan merupakan tindakan yang
dapat menimbulkan akibat tertentu. Dalam kasus ini, tersangka Alex ingin
membunuh Herdi Sibolga dengan membayar pembunuh bayaran.
Berdasarkan ukuran orang pada umumnya jika seseorang membayar
pembunuh bayaran, maka akibatnya adalah orang yang ditunjuk sebagai
korban akan meninggal karena pembunuhan. Orang pada umunya akan
mengetahui bahwa apabila seseorang menyewa pembunuh bayaran maka
tentunya akan diketahui bahwa niatan dari seorang penyewa pembunuh
bayaran tersebut adalah untuk membunuh orang. Dengan demikian, terdapat
hubungan kausal antara keinginan tersangka dengan matinya korban,
walaupun bukan tersangka yang menembak korban secara langsung.
2. Kasus mengenai Post-Factum

Pihak yang terlibat:


1. Angeline Margriet Megawe - Korban Pembunuhan
2. Margriet Christina Megawe - Tersangka/ Pembunuh berencana
3. Agustay Handa May – Saksi kunci

Kasus Posisi:
 Angeline merupakan putri kandung dari pasangan Rosidik dan
Hamidah. Dia diadopsi oleh keluarga Margriet sejak bayi. Orangtua
Angeline menyerahkan anaknya kepada Margriet lantaran tidak
memiliki uang untuk menebus biaya klinik. Saat itu, Margareta
berjanji akan menjaga, serta merawat Angeline dengan baik dan
mereka percaya.8
 Pihak keluarga Margriet mengatakan bahwa 16 Mei 2015, Angeline
terakhir terlihat di halaman rumahnya di Jalan Sedap Malam,
Denpasar, Bali. Lalu Angeline dikabarkan menghilang dari rumahnya
serta mulai diberitakan, pada hari Sabtu 16 Mei 2015.
 Pihak keluarga Margriet awalnya membangun opini Angelina hilang
dibawa lari orang yang tidak dikenal.
 Pada tanggal 17 Mei 2015, Kakak angkat Angeline, Christina dan
Ivon, mengumumkan hilangnya Angeline dalam akun Facebook yang
berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child". Mereka memasang
sejumlah foto di halaman Facebook milik mereka. Keduanya juga
mengajak masyarakat ikut mencari Angeline.9
 Tiga hari setelah menghilang, keluarga melapor ke Kepolisian Sektor
Denpasar Timur. Polisi memeriksa sejumlah saksi, yaitu Margareth
(ibu angkat Angeline), Agus Tay (pembantu sekaligus penjaga

8
Hasan Kurniawan, Rentetan Kasus Pembunuhan Angeline hingga Vonis Pengadilan,
https://daerah.sindonews.com/read/1089180/174/rentetan-kasus-pembunuhan-angeline-
hingga-vonis-pengadilan-1456737431, diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 22.20 WIB.
9
Ibid.
rumah), dan seorang penghuni kontrakan milik Margareth bernama
Susianni.
 Polda Bali memperluas pencarian di seluruh perbatasan Bali,
Banyuwangi, dan Nusa Tenggara Barat. Mereka juga memeriksa
rumah Margareth tiga kali. Pemeriksaan pertama dan kedua selalu
dihalangi pemilik rumah.
 Akhirnya Polisi menemukan jasad Angeline pada tanggal 10 Juni
2015 di pekarangan rumah Margareth. Angeline ditemukan dikubur
pada kedalaman setengah meter, dengan pakaian lengkap dan tangan
memeluk boneka. Tubuhnya dililit seprei dan tali. Mayat Angeline
ditemukan oleh Tim Gabungan Polda Bali yang terdiri dari Polsek
Denpasar Timur dan Polresta Denpasar di belakang kandang ayam,
tepatnya dekat pohon pisang yang di depannya ada tumpukan sampah.
 Menurut polisi yang mengangkat jenazah Angeline, pada lehernya
ditemukan luka goresan-goresan bekas jeratan. Polisi juga
menemukan banyak luka memar di tubuh Angeline. kepala Angeline
juga diduga dibenturkan ke lantai dan tembok sebab ditemukan luka
di kepala Angeline. Benturan keras inilah yang diduga menyebabkan
Angeline meninggal dunia.10
 Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015,
Kepolisian Resor Kota Denpasar segera mengadakan pemeriksaan
terhadap tujuh orang, yaitu Margriet, Yvonne dan Christina, Agus
Tay, dua penghuni indekos (suami istri Rahmat Handono dan
Susianni), dan petugas keamanan (satpam, Dewa Ketut Raka), yang
disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga rumah/petugas
keamanan.
 Menurut keterangan Agus, Margriet memang sering melakukan
penganiayaan berupa pemukulan serta penyiksaan terhadap Angeline

10
Tempo.co, Kasus Angeline, Kronologi dari Hilang hingga Meninggal,
https://nasional.tempo.co/read/673848/kasus-angeline-kronologi-dari-hilang-hingga-
meninggal/full&view=ok, diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 22.25 WIB.
dan melakukan tindakan diskriminatif terhadap Angeline serta
mengexpoitasi Angeline dengan cara menyuruh Angeline bekerja
merawat hewan-hewan yang ada di rumah Margriet.
 Ketika malam Angeline meninggal, Agus mendengar teriakan
Angeline yang sedang dianiaya oleh ibu tirinya yaitu Margriet.
Menurut Agus, Setelah Angeline meninggal, Margriet menyuruh
Agus untuk menguburkan Angeline di dekat kandang ayam milik
Margriet.
 Margriet kemudian mengancam Agustay agar tidak memberitahu
kepada orang lain kalau dirinya memukul Angeline dan saat itu Agus
dijanjikan imbalan uang Rp200 juta.11
 Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali akhirnya
menetapkan Margriet Christina Megawe sebagai tersangka kasus
pembunuhan anak angkatnya, Angeline. Status tersangka dikenakan
setelah Polda Bali melakukan serangkaian penyidikan yang mendalam
termasuk dengan uji laboratorium forensik.
 Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan
berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus yang menjelaskan
perlakuan penganiayaan yang sering dilakukan oleh Margriet terhadap
Angelie, bukti-bukti kedokteran forensik RS Sanglah yang berkaitan
dan sesuai dengan keterangan Agus, dan hasil olah tempat kejadian
perkara (TKP) oleh tim forensik Polresta Denpasar, Inafis (Indonesia
Automatic Finger Print Identification System) Polda Bali, dengan
bantuan Inafis Mabes Polri.
 Margriet diduga menjadi otak pembunuhan, dan Agus hanya
membantu menguburkan jasad Angeline. Margriet diduga melakukan
pembunuhn kepada Angeline dengan cara menganiaya nya tersebih

11
Yuliawati, Terdakwa Kasus Angeline, Margriet Dihukum Seumur Hidup,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160229142054-12-114271/terdakwa-kasus-
angeline-margriet-dihukum-seumur-hidup, diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 22.16 WIB.
dahulu dengan cara memukulinya dan membenturkan kepala angeline
ke lantai dan tembok kamar di rumah Margriet.

Analisis:

Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, ajaran kausalitas ini


bertujuan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan bilamanakah suatu
perbuatan dipandang sebagai suatu sebab dan akibat yang timbul atau
dengan perkataan lain ajaran causalitas bertujuan untuk mencari hubungan
sebab dan akibat seberapah jauh akibat tersebut ditentukan oleh sebab.
Dalam ajaran kausalitas dalam hukum pidana terdapat suatu teori yang
bernama teori individualisir. Teori ini mengajarkan bahwa dalam tiap-tiap
suatu peristiwa itu hanya ada satu sebab, yaitu syarat yang paling
menentukan untuk timbulnya suatu akibat. Teori ini melihat semua syarat
yang ada setelah perbuatan terjadi (post factum) dan berusaha utuk
menemukan satu syarat yang bisa dianggap sebagai syarat yang paling
menentukan atas timbulnya suatu akibat.12 Menurut teori ini tidak semua
faktor merupakan penyebab. Dan faktor penyebab itu sendiri adalah faktor
yang sangat dominan atau memiliki peran terkuat terhadap timbulnya
suatu akibat. Pendukung teori ini adalah Birkmayer dan Karl Binding.13
Jika dikaitkan dengan kasus pembunuhan Angeline Margriet
Megawe di atas, kasus pembunuhan Angeline Margriet Megawe dapat
dikatakan sebagai kasus yang memiliki unsur dan dapat diteliti secara post
factum. Hal tersebut dikarenakan, dalam kasus ini Polisi berusaha
mengungkap kasus serta penyebab kematian dari Angeline Margriet
Megawe setelah Polisi menemukan mayat dari Angeline Margriet
Megawe. Polisi berusaha mengumpulkan bukti-bukti kuat yang
menunjukkan adanya suatu perbuatan pembunuhan Angeline Margriet

12
P.A.F Lamintang, Dasar- Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : Citra Adtya bhakti, 1997),
Hal.239
13
Lhedrik Lienarto, PENERAPAN ASAS CONDITIO SINE QUA NON DALAM TINDAK PIDANA DI
INDONESIA, https://media.neliti.com/media/publications/148236-ID-none.pdf diakses pada
tanggal 3 Maret 2019 Pukul 23.56 WIB.
Megawe dengan cara kepala Angeline dibenturkan ke lantai dan tembok,
ditemukan luka goresan-goresan bekas jeratan pada leher Angeline. Selain
itu dalam kasus ini pula Polisi berusaha mengumpulkan bukti kematian
Angeline Margriet Megawe dengan cara memeriksa sejumlah saksi yaitu
pengakuan dari orang yang membantu pembunuhan yang menjadi
timbulnya akibat hilangnya nyawa Angeline.
Pada kasus pembunuhan Angeline Margriet Megawe ini, juga
memenuhi unsur delik material yaitu selain dari pada tindakan yang
terlarang itu dilakukan, namun masih ada akibatnya yang timbul karena
tindakan itu, baru dapat dikatakan telah terjadi tindak pidana tersebut
sepenuhnya. Dalam kasus di atas, diketahui juga bahwa tersangka akan
didakwa menggunakan Pasal 340 KUHP, yang berbunyi:
“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
Dalam kasus tersebut diduga Margriet Megawe sengaja merencanakan
pembunuhan anak angkatnya Angeline Margriet Megawe dengan terlebih
dahulu menganiaya dengan cara memukul dan membenturkan kepalanya
ke tembok.
Sebgaimana dijelaskan diatas bahwa teori individualisasi melihat
semua syarat yang ada setelah perbuatan terjadi (post factum) dan berusaha
utuk menemukan satu syarat yang bisa dianggap sebagai syarat yang
paling menentukan atas timbulnya suatu akibat. faktor penyebab itu sendiri
adalah faktor yang sangat dominan atau memiliki peran terkuat terhadap
timbulnya suatu akibat. Dalam kasus ini pun polisi berusaha untuk mencari
semua penyebab dari kematian
Angeline Margriet Megawe setelah kematian dari Angeline Margriet
Megawe. Disini pun polisi berusaha untuk memilah dan menemukan
faktor utama dari kematian Angeline Margriet Megawe dengan cara
melakukan penyelidikan dan penyidikan. Sehingga dengan demikian
kasus kematian Angeline Margriet Megawe merupakan kasus yang dapat
dicari penyebabnya dengan menggunakan teori individualisasi.
Daftar Pustaka

A. Zainal Abidin Farid. Hukum Pidana 1.Jakarta: Sinar Grafika.2007.

P.A.F Lamintang. Dasar- Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Citra


Adtya bhakti. 1997.

Hasan Kurniawan, Rentetan Kasus Pembunuhan Angeline hingga Vonis


Pengadilan, https://daerah.sindonews.com/read/1089180/174/rentetan-kasus-
pembunuhan-angeline-hingga-vonis-pengadilan-1456737431, diakses pada
tanggal 2 Maret.

Lhedrik Lienarto, PENERAPAN ASAS CONDITIO SINE QUA NON


DALAM TINDAK PIDANA DI INDONESIA,
https://media.neliti.com/media/publications/148236-ID-none.pdf diakses pada
tanggal 3 Maret 2019.

Mario Tondi Natio, Peranan Ajaran Kausalitas Dalam Pembuktian Tindak


Pidana Pembunuhan,
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/viewFile/3783/1784, hlm. 6, diakses
pada tanggal 1 Maret 2019.

Suara, Pengakuan Mengejutkan dari Dalang Pembunuhan Herdi Sibolga,


https://www.suara.com/news/2018/08/14/094623/pengakuan-mengejutkan-dari-
dalang-pembunuhan-herdi-sibolga, diakses pada tanggal 1 Maret 2019.

Tempo, Polisi Butuh 25 Hari Buru Otak Pembunuhan Herdi Sibolga,


https://metro.tempo.co/read/1116653/polisi-butuh-25-hari-buru-otak-
pembunuhan-herdi-sibolga/full&view=ok, diakses pada tanggal 1 Maret 2019.

Tempo.co, Kasus Angeline, Kronologi dari Hilang hingga Meninggal,


https://nasional.tempo.co/read/673848/kasus-angeline-kronologi-dari-hilang-
hingga-meninggal/full&view=ok, diakses pada tanggal 2 Maret 2019.

Yuliawati, Terdakwa Kasus Angeline, Margriet Dihukum Seumur Hidup,


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160229142054-12-114271/terdakwa-
kasus-angeline-margriet-dihukum-seumur-hidup, diakses pada tanggal 2 Maret
2019.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai