Disusun oleh:
Kelas: A
DOSEN:
Dr. Anne Safrina Kurniasari, S.H., LL.M.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2018
1. Kasus mengenai Ante-factum
Kasus Posisi:
1
Tempo, Polisi Butuh 25 Hari Buru Otak Pembunuhan Herdi Sibolga,
https://metro.tempo.co/read/1116653/polisi-butuh-25-hari-buru-otak-pembunuhan-herdi-
sibolga/full&view=ok, diakses pada tanggal 1 Maret 2019, pukul 22.03 WIB.
Dalam hal ini, para pembunuh bayaran menyatakan bahwa Alex
berjanji untuk memberian Rp 400 juta kepada para pembunuh bayaran
untuk menembak mati Herdi Sibolga.2
Diketahui pula bahwa tersangka Alex sempat melarikan diri selama 25
hari ke Pulau Tepa, Maluku Barat, dan kemudian ia berhasil ditangkap
oleh polisi saat hendak menuju ke Pulau Wetar pada hari Jumat, 10
Agustus 2018.
Alex beralasan menggunakan jasa pembunuh bayaran karena sudah
lama mengenal salah satu eksekutor yang berinisial PWT, bahkan ia
pernah merekrut PWT menjadi sopir pribadinya.
Namun, Alex menyangkal bahwa ia menjanjikan uang sebesar Rp 400
juta tersebut kepada para pembunuh bayaran. Dalam kasus ini, Alex
dikenakan Pasal 340 KUH Pidana dengan ancaman pidana penjara
maksimal seumur hidup atau hukuman mati.
Analisis:
2
Suara, Pengakuan Mengejutkan dari Dalang Pembunuhan Herdi Sibolga,
https://www.suara.com/news/2018/08/14/094623/pengakuan-mengejutkan-dari-dalang-
pembunuhan-herdi-sibolga, diakses pada tanggal 1 Maret 2019, pukul 22.06 WIB.
3
A. Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana 1, (Jakarta:Sinar Grafika,2007), hlm.211.
mengenai hal untuk menentukan kesalahan dari si pembuat.4 Teori ini
melihat faktor subjektif atau sikap batin sebelum si pembuat berbuat adalah
amat penting dalam menentukan adanya hubungan kausal, sikap batin mana
berupa pengetahuan (sadar) bahwa perbuatan yang akan dilakukan itu
adalah adekuat untuk menimbulkan akibat yang timbul, dan kelayakan ini
harus didasarkan pada pengalaman manusia pada umumnya.5 Singkatnya
teori penentuan subjektif ini menyatakan bahwa yang menjadi sebab dari
rangkaian faktor yang berhubungan dengan terwujudnya delik, hanya satu
sebab saja yang dapat diterima, yakni yang sebelumnya telah dapat
diketahui oleh pembuat.6
Teori penentuan objektif yang digagas oleh Rumelin, mengajarkan
bahwa yang menjadi sebab atau akibat adalah faktor objektif yang
diramalkan dari rangkaian faktor-faktor yang berkaitan dengan terwujudnya
delik setelah delik itu terjadi. Tolak ukur teori ini adalah bukan ramalan
tetapi menetapkan harus timbulnya suatu akibat. Teori ini berlawanan
dengan teori adekuat subjektif karena teori ini memfokuskan pada objek
suatu peristiwa bukan keadaan subjektif dalam suatu peristiwa pidana. 7
Dengan kata lain, teori ini bukan menitikberatkan pada yang diketahui atau
yang dapat diketahui oleh pembuat, melainkan keadaan-keadaan yang
umumnya diketahui oleh setiap manusia normal pada saat tindakan itu
dilakukan merupakan tindakan yang dapat menimbulkan akibat tertentu.
Selanjutnya teori penentuan orang yang paling pandai yang digagas oleh
Trager, menyatakan bahwa semua faktor saat tindakan dilakukan, yang
menurut orang yang paling pandai, dapat diketahui sebagai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan akibat tertentu.
4
Mario Tondi Natio, Peranan Ajaran Kausalitas Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan,
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/viewFile/3783/1784, hlm. 6, diakses pada
tanggal 1 Maret 2019, pukul 22.29 WIB.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid., hlm. 7.
Dalam kasus di atas, diketahui juga bahwa para tersangka akan
didakwa menggunakan Pasal 340 KUHP, yang berbunyi:
Kasus Posisi:
Angeline merupakan putri kandung dari pasangan Rosidik dan
Hamidah. Dia diadopsi oleh keluarga Margriet sejak bayi. Orangtua
Angeline menyerahkan anaknya kepada Margriet lantaran tidak
memiliki uang untuk menebus biaya klinik. Saat itu, Margareta
berjanji akan menjaga, serta merawat Angeline dengan baik dan
mereka percaya.8
Pihak keluarga Margriet mengatakan bahwa 16 Mei 2015, Angeline
terakhir terlihat di halaman rumahnya di Jalan Sedap Malam,
Denpasar, Bali. Lalu Angeline dikabarkan menghilang dari rumahnya
serta mulai diberitakan, pada hari Sabtu 16 Mei 2015.
Pihak keluarga Margriet awalnya membangun opini Angelina hilang
dibawa lari orang yang tidak dikenal.
Pada tanggal 17 Mei 2015, Kakak angkat Angeline, Christina dan
Ivon, mengumumkan hilangnya Angeline dalam akun Facebook yang
berjudul "Find Angeline-Bali's Missing Child". Mereka memasang
sejumlah foto di halaman Facebook milik mereka. Keduanya juga
mengajak masyarakat ikut mencari Angeline.9
Tiga hari setelah menghilang, keluarga melapor ke Kepolisian Sektor
Denpasar Timur. Polisi memeriksa sejumlah saksi, yaitu Margareth
(ibu angkat Angeline), Agus Tay (pembantu sekaligus penjaga
8
Hasan Kurniawan, Rentetan Kasus Pembunuhan Angeline hingga Vonis Pengadilan,
https://daerah.sindonews.com/read/1089180/174/rentetan-kasus-pembunuhan-angeline-
hingga-vonis-pengadilan-1456737431, diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 22.20 WIB.
9
Ibid.
rumah), dan seorang penghuni kontrakan milik Margareth bernama
Susianni.
Polda Bali memperluas pencarian di seluruh perbatasan Bali,
Banyuwangi, dan Nusa Tenggara Barat. Mereka juga memeriksa
rumah Margareth tiga kali. Pemeriksaan pertama dan kedua selalu
dihalangi pemilik rumah.
Akhirnya Polisi menemukan jasad Angeline pada tanggal 10 Juni
2015 di pekarangan rumah Margareth. Angeline ditemukan dikubur
pada kedalaman setengah meter, dengan pakaian lengkap dan tangan
memeluk boneka. Tubuhnya dililit seprei dan tali. Mayat Angeline
ditemukan oleh Tim Gabungan Polda Bali yang terdiri dari Polsek
Denpasar Timur dan Polresta Denpasar di belakang kandang ayam,
tepatnya dekat pohon pisang yang di depannya ada tumpukan sampah.
Menurut polisi yang mengangkat jenazah Angeline, pada lehernya
ditemukan luka goresan-goresan bekas jeratan. Polisi juga
menemukan banyak luka memar di tubuh Angeline. kepala Angeline
juga diduga dibenturkan ke lantai dan tembok sebab ditemukan luka
di kepala Angeline. Benturan keras inilah yang diduga menyebabkan
Angeline meninggal dunia.10
Setelah ditemukannya jasad Engeline pada tanggal 10 Juni 2015,
Kepolisian Resor Kota Denpasar segera mengadakan pemeriksaan
terhadap tujuh orang, yaitu Margriet, Yvonne dan Christina, Agus
Tay, dua penghuni indekos (suami istri Rahmat Handono dan
Susianni), dan petugas keamanan (satpam, Dewa Ketut Raka), yang
disewa khusus oleh Margriet untuk menjaga rumah/petugas
keamanan.
Menurut keterangan Agus, Margriet memang sering melakukan
penganiayaan berupa pemukulan serta penyiksaan terhadap Angeline
10
Tempo.co, Kasus Angeline, Kronologi dari Hilang hingga Meninggal,
https://nasional.tempo.co/read/673848/kasus-angeline-kronologi-dari-hilang-hingga-
meninggal/full&view=ok, diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 22.25 WIB.
dan melakukan tindakan diskriminatif terhadap Angeline serta
mengexpoitasi Angeline dengan cara menyuruh Angeline bekerja
merawat hewan-hewan yang ada di rumah Margriet.
Ketika malam Angeline meninggal, Agus mendengar teriakan
Angeline yang sedang dianiaya oleh ibu tirinya yaitu Margriet.
Menurut Agus, Setelah Angeline meninggal, Margriet menyuruh
Agus untuk menguburkan Angeline di dekat kandang ayam milik
Margriet.
Margriet kemudian mengancam Agustay agar tidak memberitahu
kepada orang lain kalau dirinya memukul Angeline dan saat itu Agus
dijanjikan imbalan uang Rp200 juta.11
Pada tanggal 14 Juni 2015, Kepolisian Daerah Bali akhirnya
menetapkan Margriet Christina Megawe sebagai tersangka kasus
pembunuhan anak angkatnya, Angeline. Status tersangka dikenakan
setelah Polda Bali melakukan serangkaian penyidikan yang mendalam
termasuk dengan uji laboratorium forensik.
Margriet ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan
berdasarkan tiga alat bukti, yaitu pengakuan Agus yang menjelaskan
perlakuan penganiayaan yang sering dilakukan oleh Margriet terhadap
Angelie, bukti-bukti kedokteran forensik RS Sanglah yang berkaitan
dan sesuai dengan keterangan Agus, dan hasil olah tempat kejadian
perkara (TKP) oleh tim forensik Polresta Denpasar, Inafis (Indonesia
Automatic Finger Print Identification System) Polda Bali, dengan
bantuan Inafis Mabes Polri.
Margriet diduga menjadi otak pembunuhan, dan Agus hanya
membantu menguburkan jasad Angeline. Margriet diduga melakukan
pembunuhn kepada Angeline dengan cara menganiaya nya tersebih
11
Yuliawati, Terdakwa Kasus Angeline, Margriet Dihukum Seumur Hidup,
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160229142054-12-114271/terdakwa-kasus-
angeline-margriet-dihukum-seumur-hidup, diakses pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 22.16 WIB.
dahulu dengan cara memukulinya dan membenturkan kepala angeline
ke lantai dan tembok kamar di rumah Margriet.
Analisis:
12
P.A.F Lamintang, Dasar- Dasar Hukum Pidana Indonesia, (Bandung : Citra Adtya bhakti, 1997),
Hal.239
13
Lhedrik Lienarto, PENERAPAN ASAS CONDITIO SINE QUA NON DALAM TINDAK PIDANA DI
INDONESIA, https://media.neliti.com/media/publications/148236-ID-none.pdf diakses pada
tanggal 3 Maret 2019 Pukul 23.56 WIB.
Megawe dengan cara kepala Angeline dibenturkan ke lantai dan tembok,
ditemukan luka goresan-goresan bekas jeratan pada leher Angeline. Selain
itu dalam kasus ini pula Polisi berusaha mengumpulkan bukti kematian
Angeline Margriet Megawe dengan cara memeriksa sejumlah saksi yaitu
pengakuan dari orang yang membantu pembunuhan yang menjadi
timbulnya akibat hilangnya nyawa Angeline.
Pada kasus pembunuhan Angeline Margriet Megawe ini, juga
memenuhi unsur delik material yaitu selain dari pada tindakan yang
terlarang itu dilakukan, namun masih ada akibatnya yang timbul karena
tindakan itu, baru dapat dikatakan telah terjadi tindak pidana tersebut
sepenuhnya. Dalam kasus di atas, diketahui juga bahwa tersangka akan
didakwa menggunakan Pasal 340 KUHP, yang berbunyi:
“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
Dalam kasus tersebut diduga Margriet Megawe sengaja merencanakan
pembunuhan anak angkatnya Angeline Margriet Megawe dengan terlebih
dahulu menganiaya dengan cara memukul dan membenturkan kepalanya
ke tembok.
Sebgaimana dijelaskan diatas bahwa teori individualisasi melihat
semua syarat yang ada setelah perbuatan terjadi (post factum) dan berusaha
utuk menemukan satu syarat yang bisa dianggap sebagai syarat yang
paling menentukan atas timbulnya suatu akibat. faktor penyebab itu sendiri
adalah faktor yang sangat dominan atau memiliki peran terkuat terhadap
timbulnya suatu akibat. Dalam kasus ini pun polisi berusaha untuk mencari
semua penyebab dari kematian
Angeline Margriet Megawe setelah kematian dari Angeline Margriet
Megawe. Disini pun polisi berusaha untuk memilah dan menemukan
faktor utama dari kematian Angeline Margriet Megawe dengan cara
melakukan penyelidikan dan penyidikan. Sehingga dengan demikian
kasus kematian Angeline Margriet Megawe merupakan kasus yang dapat
dicari penyebabnya dengan menggunakan teori individualisasi.
Daftar Pustaka