Anda di halaman 1dari 9

FILSAFAT MORAL

Analisis Kasus Pembunuhan Satu Keluarga Di Bekasi


Dilihat Dari Teori Etika Dan Hati Nurani

Dosen Pengampu : Dr. agustinus W. Dewantara,S.S., M.Hum

Disusun Oleh :
Rohmati Dewi Naryyah (51416063)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN
MADIUN 2018
Abstrak

Dunia ini terdiri atas berbagai macam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia,
hewan, tumbuhan dan benda mati lainnya. Manusia diciptakan berbeda dengan
dikaruniai akal dan hati. Setiap manusia memiliki karakter dan sikap yang
berbeda, pola pikir dan cara penanganan masalah yang berbeda pula. Sikap yang
baik dan tidak baik memang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia. Setiap
manusia pasti memiliki sisi positif maupun negatifnya sendiri, tinggal bagaimana
cara mengelola atau menjaga diri agar sisi negative tidak dominan. Pemberian
bekal agama dan pengetahuan yang cukup sangat diperlukan untuk membentengi
diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam paper ini saya menganalisis kasus
pembunuhan satu keluarga di kota bekasi jika dilihat dari teori etika dan hati
nurani.
Kata kunci : Pembunuhan Bekasi, Etika, Hati Nurani
A. Studi Kasus

Kronologi Pembunuhan Satu Keluarga Di Bekasi

Polisi mengatakan tersangka HS mengaku kerap mendapat umpatan kasar dari


korban dan istrinya. Pelaku juga kehilangan pekerjaan setelah hak mengurus
rumah indekos milik keluarga dialihkan ke korban.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono
mengatakan kejadian bermula saat HS berkunjung ke rumah korban Senin (12/11)
lalu sekitar pukul 21.00 WIB. Ia datang atas permintaan korban, Diperum
Nainggolan.
Korban dan tersangka masih punya hubungan keluarga. HS adalah adik dari Maya
Ambarita, istri Diperum.
"Tersangka ini ditelepon korban, 'Silakan datang ke rumah, kita besok mau
belanja untuk beli baju untuk natalan.' Dia [HS] datang jam sembilan malam,"
kata Argo di Polda Metro Jaya, Jumat (16/11).
Saat bertemu, HS dan Diperum Nainggolan (38), sempat adu mulut. Polisi tak
merinci pemicu korban dan pelaku cekcok. Namun Argo menyebut, bukan sekali
itu saja keduanya terlibat adu mulut.
Perdebatan usai sekitar pukul 23.00 WIB. Diperum kemudian memilih tidur,
sementara tersangka pergi ke dapur untuk bermain ponsel.
"Pas kakaknya tidur, anak-anaknya tidur, dia ke belakang bawa HP. Dia sudah
sering ke situ, dia tahu tempat perkakas di mana, dia lihat linggis. Akhirnya
linggis dipakai untuk itu [membunuh]," kata Argo.
Pertama-tama, HS menghabisi Diperum dengan memukul kepala dan menusuk
lehernya. Istri Diperum, Maya Ambarita yang juga kakak kandung HS sontak
terbangun. HS langsung menghabisinya dengan cara serupa.
Dua anak Diperum, Sarah Nainggolan (9) dan Arya Nainggolan (7) terbangun
mendengar ribut-ribut. Mereka sempat melihat orang tua mereka. Namun HS
menenangkan keduanya.
Ia meminta dua keponakannya itu untuk kembali tidur.
Saat Sarah dan Arya tidur, HS mencekik mereka hingga meninggal.
HS lalu mengambil uang tunai Rp2 juta dan kunci mobil Merk Nissan X-Trail
warna Silver milik korban. Dengan tergesa-gesa HS melarikan diri ke indekosnya
menggunakan mobil.
Di tengah jalan ia membuang linggis ke Sungai Kalimalang.
Sekitar pukul 06.00 WIB keesokan harinya, HS sampai ke indekos untuk mandi
dan mengganti pakaian.
Ia sempat mengobati luka sobek di jari tangannya di sebuah klinik.
Setelah berobat dan menitipkan mobil milik korban, HS pergi ke terminal. Ia
menumpang bus tujuan Cikarang-Garut untuk menuju Gunung Guntur.
"Berdasarkan keterangannya, memang HS hobi naik gunung.
Maksudnya ke sana untuk menenangkan diri," tutur Wakapolda Metro Jaya
Brigjen Wahyu Hadiningrat.
Keesokan harinya, Rabu (14/11), penyidik Polda Metro Jaya berhasil mendeteksi
keberadaan HS. Lalu pada sekitar pukul 22.00 WIB Tim Gabungan Ditreskrimum
Polda Metro Jaya meringkus HS dan membawanya.
"HS sedang tidur di saung untuk persiapan naik gunung," kata Wahyu.
Saat ini HS mendekam di rutan Mapolda Metro Jaya untuk
mempertanggungjawabkan aksi pembunuhan satu keluarga di Bekasi ini. HS
disangkakan dengan Pasal 365 ayat (3), 340, dan 338 KUHP dengan ancaman
hukuman mati. (dhz/sur)
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181116172234-12-347190/kronologi-
pembunuhan-satu-keluarga-di-bekasi
B. Analisis Studi Kasus

Pembunuhan adalah tindakan yang melanggar hukum Negara dan hukum


agama. Dengan alasan apapun tindakan membunuh adalah tindakan yang tidak
dibenarkan. Sebenci dan semarah apapun kita terhadap orang lain tindakan
membunuh adalah tindakan yang tidak diperbolehkan. Ketika manusia melakukan
pembunuhan maka sesungguhnya ia telah melanggar dan melawan hukum agama
maupun hukum Negara, melanggar etika serta kata hatinya. Karena bagaimana
pun juga manusia adalah makhluk social yang memiliki hati nurani, sejahat
apapun orang itu dan manusia haruslah taat dan patuh terhadap aturan, tatanan,
etika yang berlaku.
Etika disini berkaitan dengan moral. Etika menjelaskan tentang tindakan
manusia sebagai seorang manusia. Etika berurusan dengan bagaimana tindakan
dan tingkah laku seseorang. Kegiatan atau tindakan yang tidak sesuai dengan
moral atau aturan dan tatanan yang ada dalam kehidupan maka adalah tindakan
yang melanggar etika sebagai seorang manusia. Hanya saja hati nurani setiap
orang berbeda seperti yang dijelaskan dalam buku Filsafat Moral : Pergumulan
Etis Keseharian Hidup Manusia karya Dr.agustinus W. Dewantara, S.S., M.HUM
hati nurani terbagi menjadi beberapa jenis atau golongan yaitu :
1. Hati nurani sesat
Dalam kondisi ini sesorang sudah tidak mampu lagi membedakan mana yang
baik dan buruk, mereka cenderung membolak balikkan antara yang baik dan
buruk. Contonya adalah ketika seseorang yang fanatic terhadap suatu ajaran
atau kepercayaan, orang tersebut akan cenderung tidak bisa menerima
pendapat orang lain (ngeyel). Di akan menganggap apa yang dipercayainya
adalah yang paling benar dan yang lainnya adalah salah.
2. Hati nurani bimbang
Hati yang bimbang menggambarkan ketidakpastian tentang apa yang
diketahuinya, ketika seseorang berada dalam keadaan kurang pengetahuan
maka dia akan bimbang dalam menentukan apa tindakan ang akan
dilakukannya. Ketika seseorang ada dalam keadaan bimbang maka sebaiknya
jangan mengambil keputusan. Contohnya adalah ketika seseorang dihadapkan
pada suatu pilihan, dalam kondisi ini hati orang tersebut akan merasa bingung
dan ragu untuk memilih pilihan mana yang akan dia ambil. Hal ini terjadi
karena pengetahuan yang kurang .
3. Hati nurani tumpul
Hati nurani tumpul adalah hati yang tidak peka terhadap nilai-nilai kebenaran.
Hati nurani tumpul inilah yang jika dibiarkan terus menerus akan menjadi hati
nurani yang sesat.
4. Hati nurani skrupel
Hati nurani skrupel adalah jenis atau golongan hati yang baik hanya saja
baiknya tidak wajar atau berlebihan. Manusia yang memiliki hati nurani
skrupel cenderung tidak mau berdosa dan cenderung mengarah pada hal
posesif dan perfeksionis. Contohnya jika ada seorang manusia yang tidak
sengaja meninggalkan waktu ibadahnya karena tertiidur, dan hal tersebut
membuatnya merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling berdosa.
Sehingga dia melakukan hal-hal yang berlebihan untuk menebus kesalahn
yang diperbuatnya tadi.
5. Hati nurani tajam
Dari jenis lainnya jenis hati ini adalah jenis hati nurani yang paling baik. Hati
nurani ini adalah hati yang mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk.

Sekarang pertanyaannya adalah apa yang menyebabkan terjadinya


kejahatan? Jawabanya adalah karena adanya kebebasan. Karena kita sebagai
manusia diberi kebebasan maka manusia dapat melakukan tindakan-tindakan yang
menyimpang dari aturan dan ketentuan yang telah ada.
Lalu harus bagaimana kita sebagai manusia untuk menjaga hati nurani kita agar
tetap dalam hati nurani yang benar? berikut adalah prinsip-prinsip refleksif untuk
menjaga agar hati nurani tetap benar, yaitu:
1. Recta rasio : menggunakan akal budi secara sehat dan jernih.
2. Kaidah kencana : memperhatikan orang lain dalam pengambilan keputusan.
3. Bonum communae bono private praeferri debet : kepentingan umum harus
didahulukan disbanding kepentingan pribadi.
4. Principium totalitatis : totalitas lebih penting dari pada particular
5. Occasion proxima peccati evitanda : kesempatan paling dekat dengan dosa
harus dihilangkan.
6. Prinsip teleologis : tujuan tindakan harus selalu masuk aka, benar, terarah
kepada kebaikan.
7. Minus malum : memilih kejahatan yang kurang jahat disbanding yang lebih
jahat.
8. Ultra posse non obligat : sesuatu yang melampaui kemampuan kita tidaklah
mengikat.
9. Lex dubia non obligat : hukum yang meragukan tidaklah mengikat.
10. In dubio via tutior eligenda est : harus memilih jalan yang lebih aman jika
manusia berada dalam keraguan.
11. Pemecahan atas double effect :
a. Perbuatan harus sekaligus menghasilkan yang baik dan yang buruk
b. Akibat negative tidak boleh mendahului akibat positif
c. Tidak ada cara lain
12. Epikeia (prinsip kemerdekaan) : manusia harus bertanggung jawab atas segala
tindakan yang dilakukannya, meskipun tidak ada hukum.
13. Ab usus non tollit usum : penyalahgunaan tidak membatalkan sahnya tindakan
tersebut.
14. Bonum faciendu, malum vitandum : kebaikan harus dilakukan dan keburukan
harus dihindari.

Dari 14 prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi manusia


yang berhati nurani baik, tindakan yang harus kita lakukan adalah menjadi orang
yang selalu berbuat baik, memilih tindakan yang baik dan bertanggung jawab
terhadap segala tindakan atau pilihan yang telah ambil.

Dari studi kasus pembunuhan satu keluarga yang terjadi di kota bekasi
yang terjadi beberapa bulan lalu, dapat kita analisis berdasarkan teori dari buku
Filsafat Moral : Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia yang telah saya
paparkan diatas. Jika dilihat dari motif pembunuhannya pelaku merasa tidak suka
(tersinggung) dengan perlakuan korban yang dinilai semena-mena kepada
tersangka. Rasa tersinggung tersebutlah yang mendasari tindak pembunuhan ini,
dan selanjutnya bertambah menjadi kasus pencurian. Dalam kasus ini tersangka
(HS) yang telah melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap 1 keluarga jelas
melanggar aturan hukum dan aturan Negara serta tatanan moral yang berlaku
dalam masyarakat. Dalam aturan hukum, agama dan norma-norma yang berlaku
telah dijalskan bahwa membunuh adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
Membunuh 1 orang saja adalah tindakan yang tidak dibolehkan, apalagi dalam
kasus ini yang dibunuh adalah satu keluarga. Anak-anak korban yang seharusnya
tidak bersalah kini akhirnya ikut menjadi korban.

Selain membunuh tersangka juga mengambil uang dan membawa mobil


korban, walaupun pada akhirnya mobil tersebut ditinggal dan tersangka
melanjutkan perjalanan menggunakan bus. Bahkan setelah melakukan tindakan
pembunuhan tersebut tersangka (HS) akan melakukan pendakian di gunung
Guntur. Yang selanjutnya tersangka tertangkap oleh pihak berwajib. Dari
penjelasan diatas dapat di lihat bahwa tersangka memiliki hati nurani yang sesat
mengapa? Karena dapat dilihat bahwa HS tidak terlihat menyesali perbuatanya
setelah pembunuhan itu terjadi. Padahal baru saja dengan keji HS menghabisi
nyawa 4 orang yang itu masih kerabatnya. Seperti yang ditulis diatas bahwa
ketika seseorang memiliki hati nurani yang maka dia akan membenarkan yang
salah, HS membenarkan tindakan pembunuhan itu adalah tindakan yang benar
karena terhasut oleh bujukan setan, selain itu tindakan ini bisa terjadi karena
kurangnya pengetahuan HS terhadap agama.

Pendidikan agama sangat penting untuk membentengi diri kita dari


bujukan setan. Selain dengan memperkuat pengetahuan kita tentang agama, kita
juga perlu melatih hati kita agar tetap ada dalam hati nurani yang baik. Bagaimana
caranya? Caranya adalah dengan menerapkan 14 prinsip yang telah ditulis diatas.
Jika kita senantiasa menjaga tingkah laku kita, kita selalu berbuat baik dan
menolong orang lain tentu kemungkinan yang akan membawa kita dalam tindakan
yang tidak benar akan semakin sedikit pula.
Daftar pustaka :

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181116172234-12-347190/kronologi-
pembunuhan-satu-keluarga-di-bekasi
Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup
Manusia).
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia
dalam Kacamata Soekarno).

Anda mungkin juga menyukai