Anda di halaman 1dari 8

“PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI ETIKA DALAM KESEHATAN MENTAL”

MATA KULIAH : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPU : ARUM AMBASARI S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
MUHAMMAD AKMAL MUZAKKI (G1C023030)

DIV ANALIS KESEHATAN REG A

PROGRAM STUDI D-4 ANALISIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Isu kesehatan mental mulai dibicarakan oleh masyarakat terlebih oleh generasi muda
zaman sekarang. Kesehataan mental merupakan kondisi seseorang yang harus
diperhatikan oleh setiap individu dan masyarakat. Orang dengan kesehatan mental yang
buruk terkadang memiliki emosi yang tertekan ketika menemukan masalah baru yang
dianggap sulit dan akan cenderung takut untuk bertemu dengan orang lain. Penderita
kesehatan mental yang buruk akan memiliki perasaan bersalah, cemas berlebih, dan
paling parah tidak dapat mengatur tingkah lakunya sendiri. Masalah kesehatan jiwa di
Indonesia sudah tergolong masalah yang serius dan harus mendapat perhatian khusus.
Kesehatan mental di Indonesia memiliki tingkat 18,5% yang memiliki arti bahwa setiap
1000 penduduk terdapat 185 penduduk yang mengalami kesehatan mental yang buruk.
Angka ini menjadi bukti bahwa masalah kesehatan mental di Indonesia sangat serius.
(Indonesia, 2022)Meskipun, masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata
dan acuh terhadap penderita gangguan kesehatan mental. Stigma negatif yang melekat
pada gangguan jiwa masih menjadi faktor utama masyarakat menolak untuk berinteraksi
dengan penderita. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kesadaran terhadap isu-isu
kesehatan mental di masyarakat.
Pancasila memiliki fungsi bagi masyarakat untuk memegang rasa kemanusiaan yang
tinggi, bersatu, dan saling menghormati. Dengan ini, mengingat bahwa pancasila menjadi
pedoman hidup masyarakat Indonesia yang sudah sepatutnya masyarakat memiliki rasa
kepedulian yang tinggi terhadap penderita gangguan kesehatan mental. Pancasila
digunakan sebagai dasar norma serta tolak ukur tentang benar dan salahnya sikap tingkah
langku dan perbuatan masyarakat pada kehidupan sosial berbangsa. Pancasila dengan
lima prinsipnya telah mengangkat semangat kemanusiaan dan keberagaman. Namun,
faktanya semangat kemanusiaan di lingkungan masyarakat semakin menurun. masyarakat
terutama generasi muda mempunyai sikap yang tidak mencerminkan nilai – nilai
Pancasila dalam kehidupannya.
Pancasila sila ke-lima menyebutkan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia, menurut dalam sila kelima ini memiliki makna bahwa semua orang tanpa
memandang jabatan, suku, ras, ataupun agama wajib melakukan dan berhak mendapatkan
rasa keadilan di segala bidang ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam menghadapi tantangan gangguan kesehatan mental, keadilan dalam
masyarakat tidak bisa menjadi diskriminasi atau pilihan. Stigma negatif masyarakat
terhadap penderita gangguan kesehatan mental dapat menimbulkan pengaruh yang serius
seperti merasa malu, menyalahkan diri sendiri, putus asa, dan enggan mencari serta
menerima bantuan. Stigmastigma tersebut juga akan menjadi sebuah penghakiman yang
ekstrem terhadap penderita. Hal ini bisa menjadi pemicu diskriminasi publik yang
berpengaruh terhadap kualitas hiup mereka.

B. Tujuan
1. Menganalisa kasus menggunakan etika
2. Mengetahui gambaran hipotesa seandainya masyarakat Indonesia menerapkan
etika dalam kehidupan

C. Manfaat
1. Agar penulis dan pembaca mengetahui mana perbuatan yang mengedapankan
nafsu,logika,dan ketuhanan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila sebagai Etika


Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni ‘ethos’ yang berarti timbul dari
kebiasaan. Etika adalah suatu ilmu tentang perilaku atau moral manusia yang
berhubungan dengan perilaku baik atau perilaku buruk, yang sering disebut juga dengan
istilah moral. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan dengan kebiasaan hidup yang baik,
tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat.
Pancasila sebagai etika adalah penjabaran dari sila – sila dalam pancasila (Nilai luhur
bangsa) untuk mengatur perilaku masyarakat dalam berkehidupan. Dengan kata lain,
pancasila sebagai etika menjelaskan bahwa kita semua sebagai warga negara Indonesia
harus bisa mererapkan kelima pancasila itu dalam perilaku yang dapat dilihat oleh orang
lain, dimana perilaku-perilaku yang kita tampilkan, orang lain akan memberikan
justifikasi atau penilaian terhadap etika kita. Pancasila sebagai etika ini menganut pada
teori eksistensialisme.

Pancasila sebagai etika ini menganut pada teori eksistensialisme. Menurut teori ini
ada tiga kecenderungan manusia, diantaranya :

1. Manusia yang hanya mengedepankan nafsu (estetik)


2. Manusia yang mengedepankan nafsu dan logika (etik)
3. Manusia yang mengedepankan nafsu, logika, dan pemahaman ketuhanan
(religius)

B. Kasus
Dugaan bunuh diri yang dilakukan Elsa Noviana 24 tahun, mahasiswa Universitas
Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang di dalam kamar kosnya yang ditemukan pada Rabu
(11/10) Kapolsek Tembalang, Kompol Wahdah Maulidiawati, mengungkapkan bahwa
Elsa Noviana diduga bunuh diri lantaran persoalan keuangan, termasuk terlilit utang
pinjaman online (pinjol). Hal tersebut berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan dan
keterangan saksi terdekat. “Kemungkinan masalah keuangan. Berdasarkan keterangan
dari pacarnya juga masalah pinjol.
Dicek hp (korban) dan keterangan dari pacarnya,” kata Wahdah seperti dilansir dari
Radar Semarang, Kamis (12/10/23) Mahasiswi Udinus Semarang Terungkap Adapun
bukti-bukti yang ditemukan polisi, salah satunya adalah lembaran-lembaran curahan hati
Elsa Noviana yang berada di sekitar titik Elsa Noviana ditemukan tewas. Berdasarkan isi
curhatan Elsa Noviana tersebut, kata Wahdah, kesimpulannya bisa mengarah ke perasaan
banyak pikiran, yang salah satunya kemungkinan adalah karena tekanan pinjaman online.
Selain itu bahkan, Elsa Noviana juga disebut-sebut bermasalah dengan tempatnya
bekerja. Kata Wahdah, Elsa Noviana diketahui pernah membawa kabur uang tempatnya
bekerja. Dia juga menghilangkan uang ditempat kerjanya. Jadi, masalah di pekerjaannya
juga ada. Di Pinjol juga ada. Mungkin terlalu banyak pikiran.

C. Analisa
a. Estetika
Jika dilihat dari sudut pandang estetik perilaku bunuh diri yang hanya
mengedepankan nafsunya, karena orang tersebut tidak berfikir kedepanya
sehingga cepat mengambil Keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
b. Etika
Jika dilihat dari sudut pandang etika perilaku bunuh diri juga
mengedepankan logikanya, sehingga orang tersebut bisa lebih berfikir untuk
tidak langsung mengambil Keputusan untuk mengakhiri hidupnya, juga bisa
berfikir bahwa mengakhiri hidup bukanlah akhir dari segalanya.
c. Religius
Pada sudut pandang ini manusia tidak hanya menggunakan nafsu dan
logikanya saja tetapi juga menggunakan pemahaman agama, sehingga
seseorang tidak mudah memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya karena
ketika dia dihadapkan masalah dia akan berfikir untuk mencari jalan
keluarnya, karena di sini dia menggunakan logikanya secara keritis di tambah
dengan pemahaman agama yang kuat dan tidak hanya mengedepankan
nafsunya saja. Dalam pandangan agama islam bunuh diri merupakan suatu
perbuatan dosa yang sangat dilarang,
Allah SWT dalam surah An Nisa ayat 29 melarang manusia untuk membunuh diri
sendiri,
. ...29 - ‫َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬
Artinya: "... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu."
Diharapkan kita sebagai manusia bisa lebih mengedepankan logika dan pemahaman
ketuhanan dibandingkan nafsu saja

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup. Selain itu,
kesehatan mental merupakan terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa,
memanfaatkan segala kemampuan diri, mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan
batin (konflik). Berdasarkan hasil kajian menunjukkan terdapat banyak gangguan mental
di masyarakat di Indonesia. Hingga saat ini, orang dengan gangguan jiwa berat di
Indonesia masih mengalami penanganan serta perlakuan salah. Hal ini terjadi karena
adanya stigma yang keliru, sehingga perlu intervensi pendekatan kesehatan masyarakat.
Keterbatasan pelayanan pada gangguan kesehatan mental juga menjadi perhatian serius.
Selain secara medis, untuk membantu pelayanan.

B. Saran
Seharusnya dapat di perhatikan tingkat perkembangan kesehatan jiwa dan bentuk
bentuk pelayanan yang di berikan dan dapat menanamkan pendidikan dan norma agama
serta moral sejak dini untuk membentuk kesehatan mental yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, A. (2023). Buku Ajar Pendidikan Pancasila . semarang: Selfitera Indonesia.

Arif, A. (2023, Mei 3). Krisis Kesehatan Mental Melonjak di Kalangan Remaja . Diambil
kembali dari kompas.com: Diakses pada 12 Desember 2023 dari
https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/05/03/krisis-kesehatan-mental-
melonjak-di-kalangan-remaja

Indonesia, C. (2022, Oktober 28). Kesehatan Mental Jadi Isu yang Banyak Disorot Anak
Muda 'Zaman Now'. Diambil kembali dari cnnindonesia.com : diakses pada 12
Desember 2023 dari https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20221027122345-
255-866073/kesehatan-mental-jadi-isu-yang-banyak-disorot-anak-muda-zaman-now

Kamila, A. (2023, Oktober 12). Terungkap, Polisi Bongkar Motif Dugaan Bunuh Diri
Mahasiswa Udinus Semarang. Diambil kembali dari jawapos.com: Diakses pada 13
Desember 2023 dari
https://www.jawapos.com/berita-sekitar-anda/013070650/terungkap-polisi-bongkar-
motif-dugaan-bunuh-diri-mahasiswa-udinus-semarang

Nurfajrina, A. (2023, Mei 3). Larangan Bunuh Diri dalam Islam, Ini Alasan dan Balasannya.
Diambil kembali dari detik.com: Diakses pada 15 Desember 2023 dari
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6700665/larangan-bunuh-diri-dalam-
islam-ini-alasan-dan-balasannya

Anda mungkin juga menyukai