Anda di halaman 1dari 8

Tugas Menganalisis Kasus Hukum dengan Metode

Studi Kasus
Mata Kuliah Studi Kasus dan Legal Audit Kelas E
Dosen Pengampu

Echwan Iriyanto, S.H., M.H.

Oleh Kelompok 5, yang beranggotakan:


Aji Cakra Awinata 170710101436
Hendra Cipta Wijaya 170710101439
Faiz Azizi 170710101437
Dio Ramadhani 170710101368
Rio Oktovian 170710101485
Amin Thalib 170710101165
Mega Surya Mahardika 170710101231
Juan Engelbertus 170710101341

Fakultas Hukum
Universitas Jember
2019
Kasus yang menjadi dasar dari kasus posisi pada tulisan ini adalah
Putusan Pidana Khusus dengan NOMOR 120/PID.Sus/2009/PN.JKT.SEL

Identitas Pelaku
Nama lengkap : Udin Syarifudin ;
Tempat lahir : Bekasi;
Umur/tanggal lahir : 50 tahun / 14 Desember 1958;
Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Pemutung Lor RT 003/04 Desa Kemutung Lor, Kec. Raden
Bayumas, Jawa Tengah atau Palang Pintu Kereta Api, Tebet,
Jakarta Selatan;
Agama : Islam ;
Pekerjaan : Penjaga Palang Pintu Kereta Api Tebet ;
Pendidikan : SMA

Hasil Putusan dari Putusan Pidana Biasa dengan


NOMOR 120/PID.Sus/2009/PN.JKT.SEL

1. Menyatakan pelaku Udin Syarifudin telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana Pemerkosaan ;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Pelaku Udin Syarifudin dengan pidana
penjara selama 9 ( sembilan ) tahun 6 (enam) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani pelaku
dikurangkan segenapnya dengan pidana yang dijatuhkan ;
4. Memerintahkan agar pelaku tetap ditahan;
5. Memerintahkan barang bukti berupa :

 1 (satu ) celana dalam ;

 1 (satu) BH ;

 1 (satu) Seprai ;
6. Membebankan pelaku membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp.1.000,-
(seribu rupiah);
Kasus Posisi

Pada hari Senin tanggal 15 Mei 2006 sekitar pukul 11.00 WIB ketika istri terdakwa

yang bernama saksi Suwarni sedang pergi berjualan, terdakwa Udin Syarifudin menarik tangan

anak tirinya yang bernama Vitina Yugisia (wanita yang berumur 14 tahun) untuk selanjutnya

dibawa masuk ke dalam kamar tidur rumah yang terletak di Jl. Kampung Melayu Barat RT

001 RW 06 Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Kodya Jakarta Selatan, lalu berkata, “

Kalau kamu bilang sama orang lain akan saya bunuh”. Setelah mengeluarkan kata-kata

ancaman tersebut, terdakwa membuka dengan paksa celana pendek dan celana dalam saksi

Vitina Yugisia Dewi. Selanjutnya terdakwa membuka kkaos yang dikenakan saksi Vitina

Yugisia Dewi ke atas dan membuka BH saksi Vitina Yugisia Dewi dan kemudian terdakwa

meremas-remas dan menghisap payudara saksi Vitina Yugisia Dewi. Lalu terdakwa menjilati

alat kemaluan saksi Vitina Yugisia Dewi. Selanjutnya setelah alat kemaluan terdakwa dalam

keadaan menegang, terdawa memasukkan alat kemaluannya tersebut ke dalam alat kemaluan

saksi Vitina Yugisia Dewi berulang kali dengan cara menggerakkan naik turun hingga

terdakwa merakasan nikmat dan mengeluakan sperma. Dan ini bukanlah yang pertama kali

dilakukan Terdakwa terhadap saksi Vitina Yugisia Dewi. Perbuatan terdakwa ini mulai

dilakukan terdakwa sejak saksi Vitina Yugisia Dewi masih duduk di bangku SD.

Kualifikasi Kejahatan

Dugaan kejahatan yang terjadi pada kasus posisi tersebut, antara lain:
1. Pemerkosaan

Alasan : karena terjadi adanya tindak pakasaan berupa ancaman yang mana jika

si korban menolak akan dibunuh oleh terdakwa. Pada saat itu pula terdakwa

sudah memasukkan alat kemaluannya kedalam alat kemaluan korban.


Aturan yang Relevan

Aturan-aturan yang terkait dengan kejahatan-kejahatan diatas, antara lain:


1. Pasal 76 D jo Pasal 81 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-undang Perlindungan Anak
2. Pasal 81 UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak
Penafsiran Aturan yang Relevan

Berikut penafsiran aturan yang relevan di atas:


1. Pasal 76D UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak

 Isi :
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan
memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain.
 Unsur :
1. Setiap Orang;
2. Melakukan Kekerasan atau ancaman.
3. Memaksa anak melakukan Persetubuhan

 Analisis:
Pada kasus tersebut, unsur-unsur yang terdapat pada Pasal 76D
UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak telah terpenuhi semua, sehingga tepat
apabila memakai Pasal 76D UU tentang Perubahan atas Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak seabagai
dasar mendakwa pelaku.
Penerapan Aturan yang Sesuai

Jadi, aturan yang paling sesuai dengan kejahatan pada kasus di atas adalah Pasal 76D
UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak . Penerapan unsurnya pada kasus tersebut, antara lain:
1. Setiap Orang

Bahwa yang dimaksud dengan unsur “Setiap orang”, mengacu kepada


setiap subyek hukum, baik itu subyek hukum pribadi maupun subyek hukum
berupa Badan Hukum. Dalam kasus ini, unsur “Setiap orang” terpenuhi dengan
adanya Udin Syarifudin sebagai terdakwa yang didakwa telah melakukan
tindak pidana yang didakwakan, yaitu pemerkosaan.

.
2. Unsur dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak
Unsur ini terbukti dengan adanya kesaksian pada saksi korban maupun
saksi terdakwa dalam persidangan yaitu terdakwa memaksa membuka
pakaian korban secara paksa dan disertau ancaman yang jika korban
memberitahu seseorang tentang apa yang terjadi maka korban akan diancam
dibunuh
Dalam kasus tersebut telah diketahui bahwa perbuatan pelaku yang
mengancam korban agar tidak memberi tahu kepada jika sampai memberitahu
orang lain maka korban diancam dibunuh dapat dikualifikasikan bahwa
tindakan pelaku tersebut adalah sengaja atau sengaja dengan maksud atau
tujuan untuk mengancam dan memaksa anak.
Solusi (Kesimpulan)

Jadi, peristilahan hukum tentang tindak pidana yang paling tepat untuk digunakan
dalam kasus tersebut adalah pemerkosaan, karena pada akhirnya si korban dipaksa untuk
bersetubuh dengan pelaku karena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Dan untuk
menyelesaikan problematika pada kasus tersebut yang paling sesuai adalah dengan
menggunakan pada Pasal 76D UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, karena pada kasus posisi dari kasus tersebut didapati
bahwa pelaku dalam kasus tersebut memiliki niat untuk memperkosa yang muncul sacara
spontan saat rumah dalam keadaan sepi.
Dalam dakwaan pada putusan kasus tersebut disebutkan bahwa dakwaan yang dipakai
berbentuk dakwaan tunggal sehingga dalam penyeleseiannya pelaku dijatuhi satu dakwaan
yang didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum. Seharusnya pada kasus tersebut bukan
menggunakan bentuk dakwaan tunggal melainkan bentuk dakwaan kumulatif ataupun
bentuk dakwaan campuran, yang apabila digunakan pada kasus tersebut dapat menjerat
pelaku dengan pasal berlapis dan membuat pelaku mendapat hukuman yang lebih berat.
Daftar Pustaka

Literatur:

 Mustofa, Ghufron, Perlindungan Terhadap Korban Pemerkosaan Anak Dibawah Umur,


(Semarang: Makalah Viktimologi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri
Walisongo, 2010).

Undang-Undang:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam beberapa pasal, yaitu:

 Pasal 285 KUHP tentang pemerkosaan

Pasal 76D UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak

Putusan:

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA SELATAN NOMOR :


120/PID.SUS/2009/PN.JKK.SEL TENTANG PEMERKOSAAN

Anda mungkin juga menyukai