Studi Kasus
Mata Kuliah Studi Kasus dan Legal Audit Kelas E
Dosen Pengampu
Fakultas Hukum
Universitas Jember
2019
Kasus yang menjadi dasar dari kasus posisi pada tulisan ini adalah
Putusan Pidana Khusus dengan NOMOR 120/PID.Sus/2009/PN.JKT.SEL
Identitas Pelaku
Nama lengkap : Udin Syarifudin ;
Tempat lahir : Bekasi;
Umur/tanggal lahir : 50 tahun / 14 Desember 1958;
Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Pemutung Lor RT 003/04 Desa Kemutung Lor, Kec. Raden
Bayumas, Jawa Tengah atau Palang Pintu Kereta Api, Tebet,
Jakarta Selatan;
Agama : Islam ;
Pekerjaan : Penjaga Palang Pintu Kereta Api Tebet ;
Pendidikan : SMA
1. Menyatakan pelaku Udin Syarifudin telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana Pemerkosaan ;
2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Pelaku Udin Syarifudin dengan pidana
penjara selama 9 ( sembilan ) tahun 6 (enam) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani pelaku
dikurangkan segenapnya dengan pidana yang dijatuhkan ;
4. Memerintahkan agar pelaku tetap ditahan;
5. Memerintahkan barang bukti berupa :
1 (satu) BH ;
1 (satu) Seprai ;
6. Membebankan pelaku membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp.1.000,-
(seribu rupiah);
Kasus Posisi
Pada hari Senin tanggal 15 Mei 2006 sekitar pukul 11.00 WIB ketika istri terdakwa
yang bernama saksi Suwarni sedang pergi berjualan, terdakwa Udin Syarifudin menarik tangan
anak tirinya yang bernama Vitina Yugisia (wanita yang berumur 14 tahun) untuk selanjutnya
dibawa masuk ke dalam kamar tidur rumah yang terletak di Jl. Kampung Melayu Barat RT
001 RW 06 Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Kodya Jakarta Selatan, lalu berkata, “
Kalau kamu bilang sama orang lain akan saya bunuh”. Setelah mengeluarkan kata-kata
ancaman tersebut, terdakwa membuka dengan paksa celana pendek dan celana dalam saksi
Vitina Yugisia Dewi. Selanjutnya terdakwa membuka kkaos yang dikenakan saksi Vitina
Yugisia Dewi ke atas dan membuka BH saksi Vitina Yugisia Dewi dan kemudian terdakwa
meremas-remas dan menghisap payudara saksi Vitina Yugisia Dewi. Lalu terdakwa menjilati
alat kemaluan saksi Vitina Yugisia Dewi. Selanjutnya setelah alat kemaluan terdakwa dalam
keadaan menegang, terdawa memasukkan alat kemaluannya tersebut ke dalam alat kemaluan
saksi Vitina Yugisia Dewi berulang kali dengan cara menggerakkan naik turun hingga
terdakwa merakasan nikmat dan mengeluakan sperma. Dan ini bukanlah yang pertama kali
dilakukan Terdakwa terhadap saksi Vitina Yugisia Dewi. Perbuatan terdakwa ini mulai
dilakukan terdakwa sejak saksi Vitina Yugisia Dewi masih duduk di bangku SD.
Kualifikasi Kejahatan
Dugaan kejahatan yang terjadi pada kasus posisi tersebut, antara lain:
1. Pemerkosaan
Alasan : karena terjadi adanya tindak pakasaan berupa ancaman yang mana jika
si korban menolak akan dibunuh oleh terdakwa. Pada saat itu pula terdakwa
Isi :
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan
memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain.
Unsur :
1. Setiap Orang;
2. Melakukan Kekerasan atau ancaman.
3. Memaksa anak melakukan Persetubuhan
Analisis:
Pada kasus tersebut, unsur-unsur yang terdapat pada Pasal 76D
UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak telah terpenuhi semua, sehingga tepat
apabila memakai Pasal 76D UU tentang Perubahan atas Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak seabagai
dasar mendakwa pelaku.
Penerapan Aturan yang Sesuai
Jadi, aturan yang paling sesuai dengan kejahatan pada kasus di atas adalah Pasal 76D
UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak . Penerapan unsurnya pada kasus tersebut, antara lain:
1. Setiap Orang
.
2. Unsur dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak
Unsur ini terbukti dengan adanya kesaksian pada saksi korban maupun
saksi terdakwa dalam persidangan yaitu terdakwa memaksa membuka
pakaian korban secara paksa dan disertau ancaman yang jika korban
memberitahu seseorang tentang apa yang terjadi maka korban akan diancam
dibunuh
Dalam kasus tersebut telah diketahui bahwa perbuatan pelaku yang
mengancam korban agar tidak memberi tahu kepada jika sampai memberitahu
orang lain maka korban diancam dibunuh dapat dikualifikasikan bahwa
tindakan pelaku tersebut adalah sengaja atau sengaja dengan maksud atau
tujuan untuk mengancam dan memaksa anak.
Solusi (Kesimpulan)
Jadi, peristilahan hukum tentang tindak pidana yang paling tepat untuk digunakan
dalam kasus tersebut adalah pemerkosaan, karena pada akhirnya si korban dipaksa untuk
bersetubuh dengan pelaku karena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Dan untuk
menyelesaikan problematika pada kasus tersebut yang paling sesuai adalah dengan
menggunakan pada Pasal 76D UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, karena pada kasus posisi dari kasus tersebut didapati
bahwa pelaku dalam kasus tersebut memiliki niat untuk memperkosa yang muncul sacara
spontan saat rumah dalam keadaan sepi.
Dalam dakwaan pada putusan kasus tersebut disebutkan bahwa dakwaan yang dipakai
berbentuk dakwaan tunggal sehingga dalam penyeleseiannya pelaku dijatuhi satu dakwaan
yang didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum. Seharusnya pada kasus tersebut bukan
menggunakan bentuk dakwaan tunggal melainkan bentuk dakwaan kumulatif ataupun
bentuk dakwaan campuran, yang apabila digunakan pada kasus tersebut dapat menjerat
pelaku dengan pasal berlapis dan membuat pelaku mendapat hukuman yang lebih berat.
Daftar Pustaka
Literatur:
Undang-Undang:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam beberapa pasal, yaitu:
Pasal 76D UU tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Putusan: