Disusun Oleh:
Pembimbing:
ABSTRAK
Pendahuluan: Kasus pemerkosaan pada anak anak di bawah umur membutuhkan perlindungan
dan perawatan khusus termasuk perlindungan hukum yang berbeda dari orang dewasa. Hal ini
disebabkan karena tingginya kasus perkosaan seperti fenomena gunung es dimana angka
perkosaan bisa jadi lebih besar karena korban tidak berani lapor ke pihak yang berwajib.
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), ada 419 kasus anak berhadapan
dengan hukum (ABH) karena menjadi korban kekerasan seksual pada 2020.
Laporan Kasus: Korban hidup bejenis kelamin perempuan, usia kurang lebih empat belas tahun,
datang didampingi oleh polisi dan ibu kandung korban, untuk meminta pemeriksaan guna
kepentingan visum et repertum. Menurut pengakuan korban, korban dikenalkan dengan pelaku
dari temannya. Korban dan pelaku berkenalan melalui WA dan akhirnya lanjut berkomunikasi
sampai akhirnya korban diajak bertemu oleh pelaku dirumah temannya untuk bermain gitar.
Korban dijemput oleh pelaku menggunakan motor di depan Indomaret kemudian langsung menuju
ke rumah teman pelaku. Pada pukul 01:00 pagi korban minta diantar pulang, mereka pulang
melalui jalan jati kape yang melewati sawah dan sepi. Dipertengahan sawah, pelaku tiba-tiba
berhenti dan meminta korban untuk melakukan hubungan badan. Pelaku mengancam korban
dengan kalimat “Lu turun disini, kalau ga ngasih ya” . Korban ketakutan karena jalan tersebut
merupakan daerah rawan begal. Kemudian pelaku mendorong korban sampai terjatuh dengan
posisi terlentang dan langsung melepaskan ikat pinggang, celana jeans dan celana dalam korban
sampai lutut dan kedua tangan korban dicengkram lalu diletakkan dibelakang kepala korban
kemudian pelaku langsung memasukkan alat kelaminnya secara paksa ke dalam alat kelamin
korban. Menurut keterangan korban, kejadian tersebut berlangsung kurang lebih selama 3 menit,
korban tidak mengetahui apakah cairan sperma dikeluarkan didalam atau diluar kemudian korban
langsung memakai celana dan minta diantarkan pulang.
Diskusi: Pembuatan Visum et Repertum pada kasus ini guna membantu penyidik mengungkapkan
kebenaran secara medis pada korban hidup perkosaan, yang mana pada kasus perkosaan salah satu
tujuannya untuk mencari tanda persetubuhan yang ditemukan pada pasien berupa tanda langsung
robeknya selaput dara dan tidak langsung berupa kehamilan yang didukung dengan pemeriksaan
penunjang pada korban.
Kesimpulan: Kasus ini termasuk ke dalam kasus perkosaan yang dilakukan pada anak dibawah
umur oleh temannya sendiri. Kasus perkosaan ini dibuktikan dengan adanya tanda persetubuhan
langsung sesuai dengan pengakuan pasien dan pemeriksaan. Pembuatan Visum et Repertum pada
kasus ini diharapkan dapat menjadi surat keterangan ahli yang dapat membantu menegakkan
peradilan hukum bagi korban dan pelaku oleh pihak yang berwenang.
2
Case Report: Medicolegal Aspect About Children Molestation
1
Clinical Clerkship of Forensic and Medicolegal Departement Medical Faculty of YARSI
University
2
Head of Functional Medical Staff, Forensics Departement of Bekasi District Hospital
ABSTRACT
Introduction: The cases of children molestation committed against minors have caught the
attention all of us. This phenomenon is of increasing concern because it turns out that several cases
of perpetrators of sexual abuse were the close relatives of the victims. Fornication is all acts
committed to get sexual pleasure while disturbing the honor of decency According to the
Indonesian Child Protection Commission (KPAI) in 2018 there were 4,855 cases of violence
against children, of which 679 cases were cases of sexual violence and child pornography
including obscene acts against children. The molestation for criminal sanctions against child
molestation in the Criminal Code are contained in Article 81 paragraph (1) (2) (3) Law No. 35 of
2014 concerning Child Protection.
Case Report: The live victim of a female sex, approximately fifteen years of age, with normal
nutritional status and vital signs within normal limits came to the Bekasi District Hospital
accompanied by her father and the police brought a letter requesting a visum et repertum which
according to the victim's statement had been sexual harassment against the victim who was
suspected of having committed obscenity was committed by the uncle of the victim by holding his
genitals and the perpetrator rubbing his or her genitals against the victim's genitals. A similar
incident occurred until the victim was fifteen years old, which occurred at the perpetrator's house
at night when the perpetrator's wife was sleeping, the perpetrator released sperm fluid and then
cleaned it using a rag. If the victim refuses the perpetrator threatens to tell the victim's father, the
perpetrator also pinches and grabs the victim's hand. The last incident was on 18 May 2020 and
currently the victim is pregnant. From physical examination, it was found that the hymen was not
intact and signs of pregnancy as well as the supporting examination.
Discussion: a Visum et Repertum in this case is to help investigators reveal the medical truth to a
live victim of sexual immorality, where in cases of sexual immorality one of the objectives is to
look for signs of sexual intercourse found in patients in the form of direct signs of tearing of the
hymen and indirectly in the form of pregnancy supported by examinations. Support for the victim.
Conclusion: This case is included in the case of children molestation committed to a minor by his
close family, namely the victim's uncle (intrafamilial). This case of sexual immorality is proven by
the presence of signs of intercourse, either directly or indirectly, in which the patient's admission
and examination are different. To ensure the identification of the perpetrators, further examination
of the suspected suspects is required in order to determine exactly who the perpetrators are. It is
hoped that the making of a Visum et Repertum in this case will become an expert certificate that
can help enforce legal justice for victims and perpetrators by the authorities
3
termasuk perlindungan hukum yang harus sedemikian rupa sehingga
berbeda dari orang dewasa. Hal ini seluruh penis masuk ke dalam
didasarkan pada alasan fisik dan vagina. Menurut Nojon, penetrasi
mental anak-anak yang belum yang paling ringan, yaitu masuknya
dewasa dan matang. Anak perlu ujung penis (glans penis) di antara ke
mendapatkan suatu perlindungan dua labium mayor (bibir luar) sudah
yang telah termuat dalam suatu dapat dikatagorikan sebagai
peraturan perundang-undangan.1 senggama, baik diakhiri ataupun
Tindak pidana perkosaan tidak diakhiri dengan
seperti fenomena gunung es, angka orgasme/ejakulasi.2
perkosaan bisa jadi lebih besar
Senggama yang lengkap
karena korban tidak berani lapor ke
memang diawali dengan penetrasi
pihak yang berwajib. Penyebabnya
penis ke dalam vagina, lalu diikuti
adalah korban dan keluarga takut
gesekan-gesekan antara penis dengan
akan stigmatisasi lingkungan dan
vagina untuk menimbulkan stimulus
pencitraan oleh media massa.1
(rangsangan taktil) dan kemudian
Sebelum membahas diakhiri dengan ejakulasi. Perlu
kejahatan seksual, perlu memahami diketahui bahwa sesudah ejakulasi
lebih dahulu beberapa hal penting akan terjadi fase relaksasi dan penis
yang berkaitan dengan seksual akan menjadi lemas kembali
tersebut menjadi lebih sempurna, sehingga tidak mungkin lagi
sebab beberapa jenis kejahatan meneruskan senggama meskipun
seksual mengandung unsur wanita yang disetubuhi masih
senggama.2 menginginkannya, kecuali sesudah
melalui fase interval yang relatif
Oleh kalangan hukum,
lama.2
senggama didefinisikan sebagai
Kesimpulannya, laki-laki
perpaduan antara 2 alat kelamin yang
hanya dapat melakukan persetubuhan
berlainan jenis guna memenuhi
dalam keadaan aktif, yaitu suatu
kebutuhan biologik, yaitu kebutuhan
keadaan yang menggambarkan
seksual perpaduan tersebut tidak
4
adanya respon seksual, baik fase Berdasarkan prinsip tersebut
eksitasi ataupun fase plato yang maka KUHP yang berlaku di sini
ditandai adanya ereksi penis. merinci tindak pidana seksual
Sedangkan wanita dapat disetubuhi menjadi:
dalam keadaan aktif maupun pasif.
1. Perkosaan (Pasal 285 KUHP)
Wanita yang sedang dalam keadaan
2. Bersenggama dengan wanita
tidak sadar atau bahkan meninggal
yang tidak berdaya (Pasal 286
dunia masih dapat disetubuhi.2
KUHP)
Tanda yang paling menyolok 3. Bersenggama dengan wanita di
pada wanita yang aktif (mengalami bawah umur (Pasal 287 KUHP)
respon seksual) adalah ereksi kelentit 4. Berzina atau berselingkuh (Pasal
(clitoris) dan keluarnya lender 284 KUHP),
(lubrikasi) guna membasahi dinding 5. Incest.
vagina agar tidak mengalami iritasi.2
Seorang wanita dianggap
Senggama tidak melanggar belum cukup umur dalam soal
hukum (legal) adalah senggama yang bersenggama jika belum genap 15
memenuhi prinsip-prinsip sebagai tahun menurut KUHP sehingga
berikut: 2 secara hukum belum memiliki hak
memberikan izin untuk disetubuhi
1. Ada izin (consent) dari
disebabkan belum mampu
wanita yang disetubuhi.
memahami segala risiko yang timbul
2. Wanita tersebut sudah dari perbuatan bersenggama.3
cukup umur dan sehat akal.
Adapun izin yang sah
3. Tidak sedang dalam menurut hukum, termasuk izin untuk
keadaan terikat perkawinan dengan disetubuhi adalah memenuhi syarat
laki-laki lain. sebagai berikut:2
5
3. Tanpa keragu-raguan koma dua puluh sembilan), warna
(unequivocal) kulit kuning langsat, rambut hitam
4. Atas kemauan sendiri kecoklatan, ikal, dan tumbuh merata.
(voluntary). Tanda-tanda vital korban, yaitu
tekanan darah 112/71mmHg,
Izin tidak sah menurut hukum adalah
frekuensi nadi 103 kali/menit,
izin yang diperoleh dengan cara
frekuensi pernapasan 20 kali/menit,
paksaan (force), tipu daya (fraud)
suhu 37,4 C, kesadaran sadar penuh.
atau tanpa menciptakan ketakutan
(fear). Pasien datang didampingi
Adapun ikatan perkawinan oleh polisi dan ibu kandung pasien,
dapat dianggap sebagai izin (consent) untuk meminta pemeriksaan guna
bagi suami untuk melakukan kepentingan visum et repertum.
persetubuhan dengan istrinya. Menurut pengakuan pasien, pasien
Namun, bukan berarti pihak suami dikenalkan dengan pelaku yang
bebas menyetubuhi istrinya dengan bernama Puji dari temannya yang
sekehendak hati. Kebebasan itu bernama Wahyu. Pasien dan pelaku
dibatasi oleh kewajaran. Bila berkenalan melalui whatsapp dan
melanggar atau menyalahi kewajaran akhirnya lanjut berkomunikasi
maka tidak tertutup kemungkinan sampai akhirnya pasien diajak
dapat dikategorikan sebagai bertemu oleh pelaku dirumah
Kekerasan Dalam Rumah Tangga temannya yang bernama Adrian
(KDRT).2,3 untuk bermain gitar. Pasien dijemput
oleh pelaku menggunakan motor di
LAPORAN KASUS
depan Indomaret kemudian langsung
Pada pemeriksaan yang menuju ke rumah teman pelaku. Pada
dilakukan tanggal 22 Juli 2021, pukul 01:00 WIB korban minta
korban hidup berjenis kelamin diantar pulang, mereka pulang
perempuan, usia kurang lebih empat melalui jalan jati kape yang melewati
belas tahun, status gizi normal sawah dan sepi. Dipinggir sawah,
(indeks massa tubuh dua puluh tiga pelaku tiba-tiba berhenti dan
6
meminta pasien untuk melakukan dengan titik dua centimeter diatas
hubungan badan. Pelaku mengancam lutut dengan ukuran panjang dua
pasien dengan kalimat “Lu turun centimeter dan lebar dua koma lima
disini, kalau ga ngasih ya” . Pasien centimeter. Luka memar kedua
ketakutan karena jalan tersebut dengan titik pusat enak koma lima
merupakan daerah rawan begal. centimeter diatas lutut dengan ukuran
Kemudian pelaku mendorong pasien panjang dua centimeter dan lebar dua
sampai terjatuh dengan posisi koma lima centimeter. Luka memar
terlentang dan langsung melepaskan ketiga dengan titik pusat tiga belas
ikat pinggang, celana jeans dan centimeter diatas lutut dengan ukuran
celana dalam pasien sampai lutut dan Panjang dua centimeter dan lebar
kedua tangan pasien dicengkram lalu tiga centimeter.
ditarik ke atas kepala pasien
Terdapat sebuah luka memar
kemudian pelaku langsung
pada tungkai atas kiri dengan titik
memasukkan alat kelaminnya secara
pusat dua belas centimeter diatas
paksa ke dalam alat kelamin pasien.
lutut, bentuk tidak teratur, batas tidak
Menurut keterangan pasien, kejadian
tegas, berwarna biru kehijauan
tersebut berlangsung kurang lebih
dengan ukuran Panjang tiga
selama 3 menit, pasien tidak
centimeter dan lebar tiga centimeter.
mengetahui apakah cairan sperma
Pada pemeriksaan alat kelamin luar
dikeluarkan didalam atau diluar
tidak didapatkan tanda-tanda
kemudian pasien langsung memakai
kekerasan, dan pada pemeriksaan
celana dan minta diantarkan pulang.
alat kelamin dalam didapatkan
Pada pemeriksaan fisik yang adanya robekan selaput dara pada
dilakukan pada ekstremitas bawah arah jam enam.
didapatkan beberapa luka memar.
Terdapat tiga buah memar pada
tungkai atas kanan, bentuk tidak
teratur, batas tidak tegas, berwarna
biru kehijauan. Luka memar pertama
7
Gambar 1. Gambaran memar pada kaki
kanan bagian luar Gambar 4. Gambaran pemeriksaan kelamin
perempuan.
Pemeriksaan laboratorium
didapatkan pemeriksaan urinalisa tes
kehamilan (+), Pemeriksaan
mikrobiologi epitel >50/LPK,
leukosit >30/LPK, coccus gram (++),
batang gram (++++), pemeriksaan
Gambar 2. Gambaran memar pada kaki USG abdomen didapatkan uterus
kanan bagian dalam ukuran membesar, tampak fetus
intrauterine, presentasi kepala, dan
didapatkan denyut jantung janin,
kesan gravida hidup intrauterine
presentasi kepala.
Berdasarkan temuan-temuan
Gambar 3. Gambaran memar pada kaki kiri
bagian luar
yang didapatkan dari pemeriksaan
atas korban tersebut maka saya
simpulkan bahwa korban adalah
seorang anak perempuan, umur
kurang lebih empat belas tahun,
8
warna kulit kuning langsat, kesan tidak ada. Yang ada hanyalah istilah
gizi normal. Dari hasil pemeriksaan alat bukti kategori surat yang dibuat
tubuh bagian luar didapatkan tanda- dengan sumpah atau janji
tanda kekerasan tumpul berupa (sebagaimana yang diucapkan di
beberapa luka memar pada tungkai pengadilan) atau dengan mengingat
atas. Pada pemeriksaan alat kelamin sumpah atau janji ketika menerima
perempuan bagian luar didapatkan jabatan (yang diucapkan setelah lulus
tanda-tanda kekerasan tumpul berupa dokter) sehingga pada hakekatnya
robekan pada selaput dara arah jam juga merupakan keterangan tertulis.
enam. Dari hasil pemeriksaan Namun karena istilah Visum et
laboratorium tidak ditemukan Repertum sudah mendarah daging
spermatozoa dan hasil tes kehamilan maka tidak ada jeleknya untuk terus
tidak hamil. Dari hasil pemeriksaan dipakai sebagai judul asalkan
Ultrasonografi (USG) didapatkan pembuatannya mengacu pada
organ intra abdomen (organ dalam persyaratan formal sebagaimana
perut) bawah batas normal dituangkan di dalam KUHAP.4
9
adanya isu hukum yaitu VeR dalam dalam surat itu disebutkan dengan
peristiwa pidana sebagai salah satu tegas untuk pemeriksaan luka, atau
alat bukti yang diatur oleh pemeriksaan mayat dan atau
KUHAP.5,6 pembedahan mayat.7
10
bagaimana cara benda itu memaksa perempuan yang bukan
menimbulkan luka atau kelainan dan istrinya bersetubuh dengannya,
apa akibatnya.4 dihukum karena memperkosa,
dengan hukuman penjara selama
Perkosaan Pada Anak
lamanya 12 tahun".
Definisi yuridis dari tindak
Berdasarkan bunyi pasal
pidana perkosaan di tiap-tiap negara
tersebut perkosaan di sini
berbeda-beda; baik dilihat dari aspek digolongkan sebagai tindak pidana
pelaku, korban maupun cara yang hanya dapat dilakukan oleh
melakukannya. Oleh sebab itu laki-laki (male crime) terhadap
tidaklah relevan membandingkan wanita yang bukan isterinya (extra
frekuensi perkosaan di suatu negara marital crime) dan
dengan negara lainnya.2 persetubuhannyapun harus bersifat
intravaginal coitus. Persetubuhan
Kasus kejahatan seperti oral atau anal yang dilakukan dengan
pemerkosaan dan pencabulan kekerasan atau ancaman kekerasan
terhadap anak mendominasi saat tidak dapat diklasifikasikan sebagai
pandemi virus corona Covid-19. perkosaan, melainkan perbuatan
Berdasarkan data Komisi menyerang kehormatan kesusilaan
Perlindungan Anak Indonesia (Pasal 289 KUHP).
(KPAI), ada 419 kasus anak
berhadapan dengan hukum (ABH) Jadi untuk dapat
karena menjadi korban kekerasan dikategorikan perkosaan di Indonesia
seksual pada 2020.1 harus memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut: 2
Di Indonesia, pengertian
perkosaan dapat dilihat pada Pasal 1. Unsur Pelaku, yaitu: Harus
285 KUHP yang bunyinya: 2 orang laki-laki mampu
melakukan persetubuhan.
"Barang siapa dengan 2. Unsur korban: Perempuan,
kekerasan atau ancaman kekerasan bukan isteri dari pelaku.
11
3. Unsur perbuatan, terdiri atas: Mengungkap apakah betul
Persetubuhan dengan paksa telah terjadi semggama.
(against her will). Mengungkap identitas laki-
Pemaksaan tersebut harus laki yang menyetubuhi.
dilakukan dengan Mengungkap apakah betul
menggunakan kekerasan fisik telah terjadi kekerasan fisik.
atau ancaman kekerasan.
2. Tersangka, dengan tujuan untuk:
Persetubuhannya berupa
intravaginal coitus.
Mengungkap apakah tersangka
benar-benar laki-laki.
Mengungkap apakah tersangka
PEMBUKTIAN PERKOSAAN dapat melakukan senggama
(tidak impoten).
Pada setiap kasus perkosaan
yang harus dibuktikan di pengadilan
adalah ke tiga unsur yang telah
diuraikan di atas. Dalam rangka TANDA-TANDA KEKERASAN
Dokter hanya dapat diminta daya lawan korban. Maka yang perlu
12
mengakibatkan korban tak sadar - Menciptakan suasana yang
sebab salah satu pasal KUHP nyaman dan tidak bersifat
menyebutkan bahwa membuat orang mengancam gunakan waktu
tak sadarkan diri termasuk yang lebih lama.
melakukan kekerasan.2,3
- Anamnesis dilakukan
dengan bahasa awam yang
mudah dimengerti oleh
PEMERIKSAAN TERHADAP korban, Biarkan pasien
KORBAN menceritakan hal yang
ingin ia ceritakan tanpa
1. TANDA – TANDA
megarahkan ke suatu
2
PERSETUBUHAN
jawaban yang spesifik
berhasil :
13
atau minum obat-obatan mencakup keterangan yang terkait
sejak kejadian tersebut. kejadian pencabulan yang
dilaporkan dan dapat menuntun
Secara keseluruhan data yang
pemeriksaan fisik, seperti:
didapat harus meliputi:
a. What & How:
a. Identitas: nama, umur,
tanggal dan tempat lahir. Adanya kekerasan dan/atau
ancaman kekerasan, serta
b. Riwayat medis.
jenisnya,
c. Riwayat ginekologi;
Adanya upaya perlawanan,
termasuk riwayat
menstruasi (menarche, Apakah korban sadar atau
lama, jumlah, siklus, tidak pada saat atau setelah
keteraturan, nyeri), kejadian,
metode kontrasepsi,
Adanya pemberian
riwayat penyakit menular
minuman, makanan, atau
seksual, riwayat penyakit
obat oleh pelaku sebelum
radang panggul, koitus
atau setelah kejadian,
terakhir, dst.
Adanya penetrasi dan
d. Tempat, tanggal, dan jam
sampai mana (parsial atau
terjadinya
komplit),
e. Deskripsi kejadian dengan
Apakah ada nyeri di daerah
kata-kata pasien sendiri.
kemaluan,
Perlu ditanyakan apakah korban
Apakah ada nyeri saat
pingsan dan apa sebabnya, apakah
karena korban ketakutan hingga buang air kecil/besar,
14
Adanya ejakulasi dan d. Who:
apakah terjadi di luar atau
Apakah pelaku dikenal
di dalam vagina,
oleh korban atau tidak,
Penggunaan kondom, dan
Jumlah pelaku,
Tindakan yang dilakukan
Usia pelaku, dan
korban setelah kejadian,
misalnya apakah korban Hubungan antara pelaku
15
- Tanda vital Gambar 5. Diagram tubuh manusia
untuk pencatatan luka
- Periksa gigi-geligi (pertumbuhan
gigi ke 7 & 8 Pemeriksaan fisik khusus
- Pada persetubuhan oral, periksa bertujuan mencari bukti-bukti fisik
lecet, bintik perdarahan /memar yang terkait dengan tindakan
pada palatum, lakukan swab pada kekerasan seksual yang diakui
laring dan tonsil korban, prosedurnya meliputi :
- Perkembangan seks sekunder
(pertumbuhan mammae, rambut Posisi litotomi
16
- Hymen (selaput dara), catat
bentuk, diameter ostium,
elastisitas atau ketebalan, adanya
perlukaan seperti robekan,
memar, lecet, atau hiperemi).
Kebanyakan korban, pada
Gambar 8. Pemeriksaan dengan posisi
pemeriksaan, didapatkan temuan
tengkurap “knee chest”
dalam batas normal atau tidak
- Jika ada bercak, kerok dengan Perianal skin tags, (7) Anal
17
scarring. Adapun temuan
pemeriksaan fisik yang dapat
menjadi dasar diagnosis adanya
trauma penetrasi antara lain: (1)
Pemeriksaan Laboratorium9,10
Lacerasi akut dan ekimosis
hymen, (2) Tidak didapatkan Pada kasus kekerasan seksual,
jaringan hymen pada berbagai perlu dilakukan pemeriksaan
posisi bagian posterior (3) penunjang sesuai indikasi untuk
Perbaikan transeksi hymen, (4) mencari bukti-bukti yang terdapat
Laserasi anal, dan (5) Kehamilan pada tubuh korban. Pembuktian
tanpa riwayat consensual persetubuhan yang lain adalah
intercourse. dengan memeriksa cairan mani di
dalam liang vagina korban. Dari
pemeriksaan cairan mani akan
diperiksa sel spermatozoa dan cairan
mani sendiri.
korban dalam posisi litotomi), bahan lain dalam tubuh korban yang
18
Pada kasus kekerasan per 1cc ekstrak yang diperoleh 1 cm2
seksual, perlu dilakukan pemeriksaan bercak dianggap spesifik sebagai
penunjang sesuai indikasi untuk bercak mani.11
mencari bukti-bukti yang terdapat
Reaksi Berberio
pada tubuh korban. Pembuktian
persetubuhan yang lain adalah Prinsip reaksi ini adalah
diperiksa sel spermatozoa dan cairan dengan larutan asam pikrat jenuh
19
Tanpa pewarnaan / pemeriksaan pada kepala spermatozoa dan
langsung komponen sel tertentu pada ekor
membawa muatan negatif, maka
Pemeriksaan ini berguna
akan berikatan secara kuat dengan
untuk melihat apakah terdapat
kromogen kationik tadi. Sehingga
spermatozoa yang bergerak.
terjadi pewarnaan pada kepala
Pemeriksaan motilitas spermatozoa
spermatozoa.
ini paling bermakna untuk
memperkirakan saat terjadinya Interpretasi : Kepala spermatozoa
persetubuhan. Umumnya disepakati berwarna merah, ekor merah muda,
bahwa dalam 2-3 jam setelah menempel pada serabut benang.
persetubuhan, masih dapat
Analisa Kasus
ditemukan spermatozoa yang
bergerak dalam vagina. Bila tidak Berdasarkan pemeriksaan
20
Pada pemeriksaan fisik tujuan • Mengungkap apakah
dari pemeriksaan korban perkosaan tersangka dapat melakukan
maupun kejahatan seksual adalah : senggama (tidak impoten) :
tidak dilakukan
• Mengungkap apakah betul
korban seorang perempuan : Pemeriksaan laboratorium hanya
dari pemeriksaan alat dilakukan tes urinalisa yang
genitalia didapatkan korban menunjukan hasil positif hamil serta
adalah seorang perempuan swab vagina. Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen didapatkan adanya
• Mengungkap apakah betul
kehamilan gravida janin tunggal
telah terjadi senggama : dari
hidup intrauterin dengan presentasi
tanda persetubuhan
kepala.
didapatkan adanya tanda
langsung yaitu Tampak Kesimpulan
selaput dara tidak utuh,
Kasus ini termasuk ke dalam
terdapat robekan pada arah
kasus pencabulan yang dilakukan
jam enam, sebanyak satu
pada anak dibawah umur oleh
buah, tepi robekan tidak rata,
keluarga dekatnya yaitu paman
tidak tampak memar di
korban sendiri (intrafamilial). Kasus
daerah sekitarnya.
pencabulan ini dibuktikan dengan
• Mengungkap identitas laki- adanya tanda persetubuhan baik
laki yang menyetubuhi : langsung maupun tidak langsung
sudah diketahui yang mana antara pengakuan pasien
dan pemeriksaan didapatkan
• Mengungkap apakah betul
perbedaan. Untuk memastikan
telah terjadi kekerasan fisik :
identifikasi pelaku maka dibutuhkan
didapatkan adanya tanda-
pemeriksaan lebih lanjut terhadap
tanda kekerasan tumpul
terduga tersangka agar bisa
• Mengungkap apakah menentukan pasti siapa pelakunya.
tersangka benar-benar laki- Pembuatan Visum et Repertum pada
laki : tidak dilakukan kasus ini diharapkan dapat menjadi
21
surat keterangan ahli yang dapat 5. Dr Iwan Aflani, Dr Nila N, Dr
membantu menegakkan peradilan Muhammad Hendy, 2020. IlmU
hukum bagi korban dan pelaku oleh Kedokteran Forensik Dan
pihak yang berwenang. Medikolegal : Cetakan Ke 3, Hal
223-240.
DAFTAR PUSTAKA
6. Bawengan, Gerson W. 1977.
1. Komisi Perlindungan Anak Pengantar Psychologi Kriminal.
Indonesia. 2014. Di akses pada Jakarta: Pradnya Paramita.
tanggal 23 Juli 2021 pukul 11.00 7. Budiyanto. 1997. Ilmu
WIB Kedokteran Forensik. Bagian
https://www.kpai.go.id/publikasi/a Kedokteran Forensik Fakultas
rtikel/perlindungan-hukum- Kedokteran Universitas
terhadap-anak-korban-kejahatan- Indonesia: Jakarta
perkosaan-dalam-pemberitaan- 8. Budiyanto A, Widiatmaka W,
media Sudiono S. 2010. Ilmu
2. Dahlan. S. 2019. Ilmu Kedokteran Kedokteran Forensik. EGC:
Forensik. Badan Penerbit: Jakarta
Fakultas Kedokteran Unissula 9. Joyce A. Adams MD. 2018.
3. Hoediyanto, Hariadi A, 2010. Understanding Medical Findings in
Ilmu Kedokteran Forensik dan Child Sexual Abuse: An Update
Medikolegal, Departeman Ilmu For 2018. Acad Forensic Pathol.
Kedokteran Forensik Fakultas 2018 8(4): 924-937.
Kodekteran Universitas 10. Minna Joki-Erkkilӓ, Sari
Airlangga: Surabaya, Edisi Tuomisto, Mervi Seppӓlӓ, Heini
Ketujuh Huhtala, Arja Ahola, Pekka J.
4. Dahlan. S. 2000. Petunjuk Karhunen. 2016. Urine specimen
Praktikum Pembuatan Visum Et collection following consensual
Repertum. Badan Penerbit intercourse – A forensic evidence
Universitas Diponegoro: collection method for Y-DNA and
Semarang spermatozoa. M. Joki-Erkkilӓ et al. /
22
Journal of Forensic and Legal
Medicine 37 (2016) 50-54.
11. Agaid, N. 2002.
“PenyeranganSeksualTerhadapAnak
atauPerlakuan Salah
SecaraSeksualTerhadapAnak”
dalamTraining Workshop on
Protective Behavior Against Child
Sexual Abuse Among Street and
Sexually Exploited Children, Jakarta,
ICWF-Childhope Asia Philippines,
3-7 Maret 2002. Jakarta. Andreas,
Melissa, & Steven, 2004. Journal of
Family Violence, Vol. 19, No 5,
Oktober 2004 (C 2004)
23