Anda di halaman 1dari 3

Kepada Yth.

SELURUH AKTIVIS MAHASISWA


DAN LSM SE-PROVINSI MALUKU
di
AMBON

Dengan Hormat,

Bersama ini kami mengajukan permohonan perlindungan saksi dan korban


atas tindakan pemerkosaan terhadap seorang anak dibawah umur yang
bernama Lefina Dewiyanti Lartutul alias Yanti inisial “Y” lahir di Seira, 24
Januari 2003, oleh bapak angkatnya yang bernama Gustaf Lartutul inisial
“GL” di Desa Seira, Kamatubun, Kec. Wermaktian, Kab. Maluku Tenggara
Barat sekarang berganti nama Kab. Kepulauan Tanimbar Propinsi Maluku.

Menurut keterangan korban, ia diperkosa sejak duduk dikelas 6 SD.


Pemerkosaan itu dilakukan 2 (dua) hari setelah mama angkatnya (istri sah
pelaku GL) meninggal dunia. Kejadian bermula pada saat itu GL meminta Y
untuk memijat kakinya. Setelah selesai memijat, korban hendak keluar dari
kamar namun dicegat oleh pelaku dengan mengatakan dalam bahasa daerah
“Yanti, nanti bapak kasi ose uang Rp. 100.000,- untuk bikin ose satu kali dolo
(minta bersetubuh)”. Tetapi korban Y menolak ajakan pelaku GL. Karena
ditolak, pelaku GL marah dan langsung menampar wajah Y dan
mendorongnya diatas tempat tidur. Saat itu juga pelaku GL langsung
membuka celana korban Y dan menyetubuhinya secara paksa, dan korbanpun
mengeluarkan darah dari kemaluannya. Kemudian, pelaku menyuruh Y untuk
mencuci kemaluannya di kamar mandi. Sambil menangis dan merintis
kesakitan ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci darah dari kemaluannya.
Perbuatan itu dilakukan pelaku GL terus menerus.
Pada bulan Desember 2017, istri piara pelaku GL bernama Julia Niunifat
inisial “JN” juga pernah membantu GL melakukan tindakan biadabnya.
Dimana saat itu korban Y dipaksa untuk melakukan hubungan badan
(persetubuhan) dengan 3 (tiga) orang secara bersama-sama yakni, pelaku GL,
korban Y dan istri piara GL. Mereka melakukan persetubuhan dengan cara
istri piara GL yang berperan memegang kedua tangan Y sedangkan GL dan
istri piaranya melakukan adegan ciuman sambil melakukan hubungan badan
dengan korban Y. Kejadian itu dilakukan 2 malam berturut-turut.

Korban Y sudah pernah melapor kepada seorang petugas kepolisian yang


bertugas di Seira yang bernama Pak Juan. Pak Juan adalah teman minum
minuman keras dari pelaku GL. Oleh Pak Juan mereka dipertemukan dirumah
pelaku GL dan GL disuruh membuat surat pernyataan untuk tidak
mengulangi lagi perbuatannnya. Akan tetapi pelaku GL masih terus
mengulangi perbuatannya. Tetapi pada saat Pak Juan dimintai keterangannya
di Polres Pak Juan membantah keterangan korban.

Korban Y juga meminta bantuan seorang pengacara yang bernama Nikson


Lartutul (NL) untuk membantunya menghentikan tindakan pemerkosaan yang
dilakukan oleh GL. Setelah pertemuan itu, NL meminta korban Y untuk
meminta maaf kepada pelaku GL, karena bagaimanapun GL adalah bapak
angkatnya. Dan korban Y pun pergi meminta maaf kepada GL dan istri piara
GL. Pada saat meminta maaf itu, pelaku GL memeluk dan memangku korban
Y dihadapan istri piaranya. Lagi-lagi pelaku masih saja terus melakukan

1
pemerkosaan terhadap Y. Akan tetapi pada saat NL dimintai keterangannya di
Polres juga membantah keterangan korban.

Pada tanggal 13 Oktober 2018, karena sudah tidak tahan dengan perbuatan
bejat pelaku GL, korban Y melarikan diri dari rumah menuju Saumlaki untuk
melaporkan tindakan pelaku GL ke Polres KKT.

Pada tanggal 15 Oktober 2018, pukul 01.00 WIT, korban Y datang seorang diri
di Polres KKT melaporkan kejadian yang dialaminya, tetapi Polres KKT
menolak laporan korban dan menyuruhnya untuk membawa saksi-saksi. Esok
paginya, sekitar pukul 07.00 WIT, korban Y kembali ke Polres untuk
melaporkan kejadian yang dialaminya, tetapi lagi-lagi ditolak dan korban Y
disuruh untuk mencari no HP pelaku GL. Lalu korban Y pulang dan bertemu
dengan seorang yang bernama Cornelis Rangkoratat (CR) untuk meminta no.
HP pelaku GL. Karena Bapak CR pernah bertugas sebagai kepala sekolah di
Seira tempat pelaku dan korban berdomisili. Akan tetapi bapak CR tidak lagi
menyimpan no. HP pelaku GL karena CR sudah pensiun dan tidak lagi
berkomunikasi dengan pelaku GL.

Dalam percakapan antara korban Y dan CR, terdengarlah oleh saya Rafel
Bernadus Rangkoratat alias Dany Rangkoratat (DR). Setelah mendengar cerita
korban Y, saya DR menelpon Bu Jon Rangkoratat (JR) melaporkan tindakan
pemerkosaan yang dilakukan oleh GL. Lalu, JR menyarankan supaya kami
bertemu dengan Ibu Pendeta Ketua KLASIS yang bernama Ibu Leni Bakarbesi
(LB). Karena pelaku GL adalah anak buah dari Ibu LB di Yayasan J.B.
SITANALA. Saat itu juga, kami bertemu Ibu LB dirumahnya. Setelah
mendengar cerita korban Y, Ibu LB merasa iba dan mengatakan “kasihan anak
ini. Anak ini harus didampingi oleh orang dewasa dalam melaporkan
kasusnya”. Secara spontan saya DR berkata “Saya siap mendampingi anak ini
untuk melaporkan kasusnya ke kepolisian. Sepulang dari rumah Ibu LB, kami
langsung menuju Polres KKT untuk melaporkan kasus pemerkosaan yang
dialami Y. Dan korbanpun sudah dimintai keterangannya oleh pihak
kepolisian.

Pada tanggal 26 Oktober 2018, sekitar pukul 17.00 WIT, pihak yang diduga
pelaku GL menelpon saya DR sebagai pendamping dari kasus ini dan meminta
saya untuk mengaturnya secara damai. Akan tetapi saya katakan korban
sendiri yang mengalami juga yang merasakan kejadiannya.

Pada tanggal 17 Oktober 2018, kami bersama-sama ibu kandung korban Y


dan korban Y serta dari P2TPPA bertemu Kapolres dan Kasat Reskrim Polres
KKT di ruangan kapolres untuk meminta supaya pelaku GL ditahan. Tetapi
sampai hari ini pelaku belum juga ditahan. Beberapa kejanggalan terjadi

Kasus ini sudah berjalan 5 (lima) bulan dan sampai hari ini belum ada
penyelesaiannya. Oleh karena itu, kami memohon kepada seluruh aktivis
mahasiswa dan LSM se-Provinsi Maluku untuk turut serta memonitoring dan
membantu menyuarakan kasus ini ke semua lembaga Negara untuk segera
menindak tegas pelaku kejahatan terhadap saksi/korban demi mendapatkan
keadilan di republik Indonesia tercinta ini.
Kami juga merasa perlu menyampaikan berbagai kejanggalan-kejanggalan
yang terjadi dalam pemeriksaan korban dan saksi sebagai acuan untuk
memohon pendampingan dikarenakan kami masyarakat yang awam (kurang
paham tentang proses hukum), diantaranya:

1. Dalam menyampaikan panggilan untuk meminta keterangan korban Y


untuk di BAP pihak kepolisian terkesan tidak konsisten dari jadwal yang
2
disepakati. Semula kami dihubungi untuk datang pada hari Rabu tetapi
kemudian pihak kepolisian mengubahnya menjadi hari Selasa dan di rubah
kembali ke hari Rabu setelah berbicara dengan pengacara korban;

2. Sejak awal proses pemeriksaan, korban di Serse Unit PPA tidak didampingi
oleh Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (petugas sosial), namun
pemeriksaan tetap berlangsung tanpa memikirkan kondisi psikologi korban;

3. Pada saat di BAP kesaksian korban dan pendamping ada yang dibatasi oleh
penyidik;

4. Dalam meminta keterangan oleh penyidik bernada keras terhadap korban


dan jawaban korban ditertawai oleh penyidik beserta rekan-rekannya
didalam ruangan, sehingga korban merasa malu dan tertekan;

5. Sampai hari ini para pelaku belum juga ditahan, sementara ada korban lain
lagi yang pernah bersaksi tentang tindakan pelaku terhadap dirinya semasa
ia masih bersekolah sehingga kesaksian tersebut merupakan data
pendukung bahwa si pelaku ini memiliki perilaku bejat.

Demikian surat permohonan ini kami buat atas bantuan dan perhatiannnya
kami ucapkan terima kasih.

Saumlaki, 18 Maret 2019

Pendamping Korban

RAFEL BERNADUS RANGKORATAT

Anda mungkin juga menyukai