Dengan Hormat,
1
pemerkosaan terhadap Y. Akan tetapi pada saat NL dimintai keterangannya di
Polres juga membantah keterangan korban.
Pada tanggal 13 Oktober 2018, karena sudah tidak tahan dengan perbuatan
bejat pelaku GL, korban Y melarikan diri dari rumah menuju Saumlaki untuk
melaporkan tindakan pelaku GL ke Polres KKT.
Pada tanggal 15 Oktober 2018, pukul 01.00 WIT, korban Y datang seorang diri
di Polres KKT melaporkan kejadian yang dialaminya, tetapi Polres KKT
menolak laporan korban dan menyuruhnya untuk membawa saksi-saksi. Esok
paginya, sekitar pukul 07.00 WIT, korban Y kembali ke Polres untuk
melaporkan kejadian yang dialaminya, tetapi lagi-lagi ditolak dan korban Y
disuruh untuk mencari no HP pelaku GL. Lalu korban Y pulang dan bertemu
dengan seorang yang bernama Cornelis Rangkoratat (CR) untuk meminta no.
HP pelaku GL. Karena Bapak CR pernah bertugas sebagai kepala sekolah di
Seira tempat pelaku dan korban berdomisili. Akan tetapi bapak CR tidak lagi
menyimpan no. HP pelaku GL karena CR sudah pensiun dan tidak lagi
berkomunikasi dengan pelaku GL.
Dalam percakapan antara korban Y dan CR, terdengarlah oleh saya Rafel
Bernadus Rangkoratat alias Dany Rangkoratat (DR). Setelah mendengar cerita
korban Y, saya DR menelpon Bu Jon Rangkoratat (JR) melaporkan tindakan
pemerkosaan yang dilakukan oleh GL. Lalu, JR menyarankan supaya kami
bertemu dengan Ibu Pendeta Ketua KLASIS yang bernama Ibu Leni Bakarbesi
(LB). Karena pelaku GL adalah anak buah dari Ibu LB di Yayasan J.B.
SITANALA. Saat itu juga, kami bertemu Ibu LB dirumahnya. Setelah
mendengar cerita korban Y, Ibu LB merasa iba dan mengatakan “kasihan anak
ini. Anak ini harus didampingi oleh orang dewasa dalam melaporkan
kasusnya”. Secara spontan saya DR berkata “Saya siap mendampingi anak ini
untuk melaporkan kasusnya ke kepolisian. Sepulang dari rumah Ibu LB, kami
langsung menuju Polres KKT untuk melaporkan kasus pemerkosaan yang
dialami Y. Dan korbanpun sudah dimintai keterangannya oleh pihak
kepolisian.
Pada tanggal 26 Oktober 2018, sekitar pukul 17.00 WIT, pihak yang diduga
pelaku GL menelpon saya DR sebagai pendamping dari kasus ini dan meminta
saya untuk mengaturnya secara damai. Akan tetapi saya katakan korban
sendiri yang mengalami juga yang merasakan kejadiannya.
Kasus ini sudah berjalan 5 (lima) bulan dan sampai hari ini belum ada
penyelesaiannya. Oleh karena itu, kami memohon kepada seluruh aktivis
mahasiswa dan LSM se-Provinsi Maluku untuk turut serta memonitoring dan
membantu menyuarakan kasus ini ke semua lembaga Negara untuk segera
menindak tegas pelaku kejahatan terhadap saksi/korban demi mendapatkan
keadilan di republik Indonesia tercinta ini.
Kami juga merasa perlu menyampaikan berbagai kejanggalan-kejanggalan
yang terjadi dalam pemeriksaan korban dan saksi sebagai acuan untuk
memohon pendampingan dikarenakan kami masyarakat yang awam (kurang
paham tentang proses hukum), diantaranya:
2. Sejak awal proses pemeriksaan, korban di Serse Unit PPA tidak didampingi
oleh Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak (petugas sosial), namun
pemeriksaan tetap berlangsung tanpa memikirkan kondisi psikologi korban;
3. Pada saat di BAP kesaksian korban dan pendamping ada yang dibatasi oleh
penyidik;
5. Sampai hari ini para pelaku belum juga ditahan, sementara ada korban lain
lagi yang pernah bersaksi tentang tindakan pelaku terhadap dirinya semasa
ia masih bersekolah sehingga kesaksian tersebut merupakan data
pendukung bahwa si pelaku ini memiliki perilaku bejat.
Demikian surat permohonan ini kami buat atas bantuan dan perhatiannnya
kami ucapkan terima kasih.
Pendamping Korban