Anda di halaman 1dari 2

Kronologi Kasus Axi Rambu Kareri Toga

Pengantar.

Kasus bunuh diri makin marak di Waingapu Sumba Timur. Ini menjadi semacam teror yang
mendatang berbagai perasaan terluka pada masyarakat. Betapa tidak, baru saja salah satu korban
dikebumikan pada hari Kamis, tiba-tiba dunia Maya kembali mengedarkan berbagai foto, video dan
informasi tentang seorang perempuan muda yang ditemukan tewas tergantung pada sebuah ruko
milik pelaku usaha di Sumba Timur. Namun setelah diperhatikan dengan seksama dan dengan
menyusun berbagai informasi, kami aliansi Aksi untuk Axi, dari berbagai lembaga yakni : Peruati
Sumba, WCC Sinode GKS, KomPer GKS, BPMS GKS, Sabana Sumba, Unwina Sumba, Yayasan Wahana,
Pendeta GKS Se - Sumba, memutuskan untuk mendorong pihak kepolisian Sumba Timur mengusut
tuntas secara komprehensif dan transparan kasus ini dalam kerjasama dengan Pemerintah
Kabupaten Sumba Tengah.

Terkait maksud ini, kami menyampaikan kronologi peristiwa dan informasi pembanding seperti di
bawah ini.

B. Kronologi

Pada hari Kamis, tanggal 19 Januari 2024, sekitar pukul 16.31 WITA, beredar video seorang
perempuan muda ditemukan tergantung dalam keadaan tidak bernyawa di kamar mandi milik
majikannya di ruko CK2 beralamat di Payeti, kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur.
Kemudian kami mengetahui nama lengkap korban adalah Axi Rambu Kareri Toga, berusia 16.2 bulan.
Dalam video berdurasi 0,05 detik itu, terlihat korban dengan seutas tali di leher, kepala mendongak
ke atas, mulut tertutup, kaki menyentuh lantai dalam keadaan setengah tertekuk dan baju di bagian
depan basah. Tali tergantung di shower dengan ketinggian kira-kira 1 - 2 meter.

Caption yang beredar adalah, kasus bunuh diri lagi, ada apa ini?

Kami yang menerima video ini mencoba membangun komunikasi di antara teman-teman dan
mendapat lagi beberapa cerita dan video tambahan.

Menurut cerita yang kami himpun, korban melarikan diri ke Kambaniru pada malam hari Rabu.
Majikannya meminta tolong pada RK (salah seorang anggota polisi) untuk menjemput karyawannya
karena telah melarikan diri dari rumah dengan tuduhan pencurian berupa baju kaos dan pakaian
dalam. Pada saat RK tiba di keluarga Galla di Kambaniru, korban ada di kamar kost, sementara
majikannya dan isteri dari majikannya telah lebih dulu ada di sana. Menurut keterangan RK, Korban
dibawa kembali oleh majikannya karena kasian, walaupun korban telah mencuri. Korban kemudian
melarikan diri lagi kurang lebih pada jam 3 subuh ke arah lumbukokur kurang lebih 5 rts meter dari
rumah majikannya dan bertemu dengan beberapa pemuda yang kemudian mengenalinya sebagai
pekerja di Ongko Ken majikannya tadi. Mereka menawarkan akan mengantarnya pulang tapi korban
menyebutkan bahwa ia takut terhadap Ongko Ken. Mendengar hal itu maka salah satu keluarga
menawarkan untuk tidur di rumahnya mengingat sudah subuh. Keesokan harinya yakni hari Kamis,
sekitar jam 11 pagi, RK kembali dihubungi oleh Ken memberitahukan bahwa korban melarikan diri
lagi dan sekarang tinggal di salah satu keluarga di lumbukokur. RK pun datang menjemput korban
dan dengan diantar tuan rumah, korban dibawa ke CK 2 ruko milik majikannya. Menurut RK, korban
minta pulang ke Anakalang,dan karena itu mau dicarikan travel tapi RK mendapat telepon untuk
menangani kasus sehingga RK pergi meninggalkan korban di ruko CK bersama majikannya.

Pada sekitar jam 15.00 seorang supir dari kantor sinode GKS datang berbelanja pakan ternak di CK 2
dan menurutnya, ia melihat CCTV di toko itu sedang menyala di hadapan pemilik toko dan korban
sedang berjongkok di lantai lalu dimarahi majikannya. Selang beberapa lama,kabar tentang
ditemukannya korban dalam keadaan tergantung di kamar mandi berseliweran di medsos sehingga
juga diterima Pdt Leny di kantor sinode, segera ia memberitahukan teman-teman yang lain dan pada
saat itulah terkonfirmasi soal korban sedang dimarahin majikannya oleh supir kantor sinode tadi.

Keesokan harinya kami temui keluarga yang dikabarkan sedang berada di kantor polisi, tapi ketika
kami tiba di sana, polisi mengatakan bahwa jenazah telah diberangkatkan pagi-pagi ke Anakalang.

Namun salah seorang teman kami menelpon keluarga yang ada di RSUD dan kami mendapat
informasi bahwa jenazah masih ada di sana. Kami mengadvokasi keluarga agar mau autopsi supaya
clear soal penyebab kematiannya tetapi setelah mendengar penjelasan pihak kepolisian, mereka
akhirnya mbatalkan autopsi danbawa jenazah ke Anakalang.

C. Catatan Kritis atas Kronologi

1. Kalau ybs mencuri, mengapa tidak dibawa ke kantor polisi atau paling tidak diamankan dari
kemungkinan terjadinya kekerasan oleh sang majikan jika diantar kembali ke rumah majikannya,
mengingat kasus pencurian tadi.

2. Pemeriksaan luar yang dilakukan pihak kepolisian belum memadai untuk tiba pada kesimpulan
mati bunuh diri sebab ada fakta dan informasi pembanding yang perlu mendapat perhatian

3. CCTV di ruko tempat kejadian perkara, perlu diperiksa untuk memastikan kejadian yang
sebenarnya dan karena itu police line mestinya terpasang di TKP untuk melindungi alat bukti yang
diperlukan. Kelalaian soal ini, bisa menyebabkan hilangnya barang bukti yang sangat diperlukan utk
pembuktian kasus.

4. Upaya polisi dalam mendampingi keluarga untuk dapat melakukan autopsi terkesan mengandung
triger karena datang dengan menyodorkan fakta bahwa keluarga lah yang sudah setuju dengan
tanda tangan di atas meterai pada hari Rabu malam itu sehingga tidak autopsi. Keberatan kami soal
hal ini karena di pundak polisi sebagai APH ada amanat UU soal melindungan seluruh rakyat
Indonesia sehingga perlu memilih diksi yg justeru mendorong keluarga untuk melakukan autopsi
yang sangat penting dalam pembuktian sebuah kasus.

Hal berikutnya polisi mengatakan bahwa menurut dokter kalau sudah diformalin maka hasil akhir
akan berubah dari yang sebelumnya padahal yang hendak dicaritahu adalah fakta soal gantung diri
sehingga tidak berkaitan dengan masuknya formalin ke dalam jenazah.

5. Pengawasan pemerintah dalam hal ini Nakertrans terhadap pelaku usaha perlu juga diperbaiki
sehingga usia anak mestinya tidak boleh diterima sebagai pekerja karena mentalnya belum siap
sebagai pekerja sehingga rentan mengalami kekerasan oleh majikannya.

Anda mungkin juga menyukai