Anda di halaman 1dari 2

Pembunuh Ibu dan Anak di Kupang Dijatuhi Hukuman Mati, Keluarga Korban

Lega

Majelis Hakim menjatuhkan hukuman mati terhadap Randy Badjideh, terdakwa kasus pembunuhan
ibu dan anak bernama Astrid Manafe serta Lael Maccabe. Kedua korban merupakan mantan pacar
dan anak dari terdakwa.

Vonis mati tersebut dibacakan Ketua Majelis Hakim Wari Januarti dalam persidangan yang
berlangsung di Pengadilan Negeri Kelas IA Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Menyatakan terdakwa Randy Badjideh telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana pembunuhan berencana. Melakukan kekerasan terhadap anak
mengakibatkan mati yang dilakukan oleh orang tuanya dan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa
dengan pidana mati,” ujar Wari Januarti, Kamis (25/8/2022).

Putusan Majelis Hakim PN Kupang itu mengabulkan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yang
sebelumnya mendakwa Randy dengan hukuman mati.

Hal ini sesuai dengan Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 80 ayat 3 dan 4 dan Pasal 76C
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak jo Pasal 55 KUHP.

Dalam amar putusannya, Majelis Hakim menyatakan terdakwa Randy telah merencanakan
pembunuhan terhadap korban yang tidak lain mantan pacarnya berikut juga anaknya.

Dalam persidangan terungkap, terdakwa Randy mencekik Astri dan Lael dengan kedua tangannya.
Hal itu seusai dengan hasil pemeriksaan dokter forensik terhadap jenazah kedua korban yang
menemukan adanya tanda-tanda pembekapan dan cekikan.

Selain itu, Majelis Hakim menyebutkan terdakwa terbukti secara sah membunuh kedua korban pada
Sabtu (28/8/2021). Jenazah kedua korban itu secara tidak sengaja ditemukan pekerja proyek SPAM
Kali Dendeng saat membuat galian untuk pipa air di Kecamatan Alak, Kota Kupang, November 2021
atau tiga bulan setelah peristiwa pembunuhan.

Menanggapi putusan Majelis Hakim, ayah korban Saul Manafe mengaku merasa puas.

“Kami semua keluarga besar dari Astrid dan Lael lega. Keputusan Majelis Hakim ini keputusan yang
adil, sudah sesuai dengan perbuatan terdakwa dan keinginan kami keluarga," ujar Saul seusai
persidangan dikutip dari iNewsTTU.id.

Kronologi kasus
Sebagai informasi, kasus ini terkuak setelah dua jenazah--seorang perempuan dan bayi--
ditemukan membusuk dalam kantung sampah berwarna hitam oleh pekerja proyek galian pipa
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kali Dendeng di Kelurahan Penkase, Kecamatan Alak pada 30
Oktober 2021.
Personel Polsek Alak pun berupaya mencari tahu identitas dua korban itu, namun sempat
mengalami kesulitan karena jasad yang sudah membusuk dan sulit diidentifikasi.

Kala itu, Kapolsek Alak Kompol Tatang Panjaitan mengatakan kepolisian pun menyebarkan informasi
ke sejumlah wilayah di jajaran Polres Kupang Kota untuk mencari tahu apakah ada yang kehilangan
kerabatnya.

Saat itu Tatang menjelaskan pihaknya sulit mengidentifikasi dua jenazah tersebut lantaran
kondisinya telah membusuk sehingga tidak sehingga tak ditemukan sidik jari di kedua jenazah
tersebut.

"Ini salah satu kesulitan untuk mengungkap identitas kedua jenazah," kata Tatang pada 31 Oktober
2021 lalu.

Berselang sebulan, polisi akhirnya bisa mengungkap identitas dua korban. Salah satunya lewat
pembuktian tes DNA dari pria yang mengaku kehilanagan anak perempuannya.

Setelah itu, polisi menyerahkan jasad perempuan dan bayinya itu kepada keluarganya di Kecamatan
Kelapa Lima, Kupang.Polisi pun lalu melanjutkan pengusutan kasus diduga pembunuhan itu, hingga
pada 2 Desember 2021 datang Randi mengaku sebagai pelaku ke kepolisian.

Penyerahan diri Randi Badjideh ke Polda NTT dikonfirmasi Kabid Humas Polda NTT saat itu, Kombes
Pol. Rishian Krisna Budhiaswanto yang menjelaskan ada seorang laki-laki dengan inisial RB
menyerahkan diri dan mengakui perbuatannya.Atas vonis majelis hakim PN Kupang itu, pengacara
terdakwa Randi, Beni Taopan mengatakan kliennya belum mengambil sikap akan langkah hukum
lanjutan.

"Saya belum bersikap (mengambil langkah hukum)," kata Beni meniru ucapan Randi Badjideh saat
dihubungi CNNIndonesia.com Kamis (25/8)

Dia telah bertemu dengan Randi Badjideh di Rutan Kelas IIA Kupang Kamis (25/8) pagi sekitar pukul
09.00 Wita. Dikatakan Beni, kliennya saat ini pasrah dengan vonis mati yang dijatuhkan
kepadanya."Benar bahwa hari ini (Kamis, 2 Desember 2021) sekitar jam 12.00 Wita telah
menyerahkan diri seorang berinisial RB didampingi keluarganya," kata Rishian saat itu.Randi lalu
ditetapkan sebagai tersangka pada 3 Desember 2021. Saat proses penyidikan berlangsung, polisi
kemudian menyita barang bukti, seperti linggis, topi dan celana bayi, GPS.

Dari peran yang dilakoni oleh Randi, polisi kemudian menerapkan pasal 340 KUHP Subsider pasar
338 KUHP Juncto pasal 55 KUHP dengan ancaman hukuman mati karena masuk dalam kategori
pembunuhan berencana.

Setelah penyidikan dinyatakan selesai (P21), Jaksa Penuntut Umum dari Kejaksaan Tinggi NTT pun
lalu mengajukan berkas perkara tersebut ke tingkat persidangan. Sidang perdana berlangsung pada
11 Mei 2022 silam.

Setelah melihat berbagai kesaksian dan barang bukti serta keterangan para saksi, dalam setiap
persidangan yang digelar maka pada Rabu (24/8) pagi dilakukan sidang dengan agenda tunggal
membacakan putusan atau vonis kepada sang eksekutor. Majelis hakim pun menjatuhkan vonis
hukuman mati atas pembunuhan berencana yang dituduhkan ke terdakwa itu

Anda mungkin juga menyukai