Halaman 1 Depan
Halaman 1 Depan
FOTO ZAKI/LAPOS
Kegiatan penambangan batubara di Lahat.
Dari laporan 23 perusahaan aktif, ternyata capaian produksi terbesar di tahun 2022 masih dipegang PT
Bukit Asam (PTBA) sebesar 9 juta ton, berdasarkan data dari bulan Januari hingga November. Disusul PT
Banjarsari Pribumi sebesar 2,9 juta ton data hingga per triwulan III, dan posisi ketiga pada PT Budi Gema
Gempita sebesar 2,1 juta ton data hingga pertriwulan III.
Kabag SDA Setda Lahat Syaiffullah mengatakan, untuk data produksi tahun 2022 masih rata-rata triwulan
III, belum triwulan IV. Karena masih ada perusahaan belum tertib laporan, sehingga diberi batas waktu
hingga Februari atau Maret 2023. “Mungkin salah satu kendala, karena perusahaan masih menghitung
jumlah royalti dan pelaporan ke pusat, baru ke daerah,” kata Syaifullah.
Kendati begitu atas kenaikan produksi batu bara tersebut, Lahat tentunya mendapatkan dampak positif
dari sisi pendapatan royalti dan dana bagi hasil. Pada 2023, diperkirakan produksi batubara bakal
meningkat, walau tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini lantaran masih terkendala dengan jalur logistik untuk mengangkut batu bara. “Kalau pemenuhan
untuk domestik dalam negeri, dan juga permintaan ekspor ke luar negeri seperti Negara Singapura dan
lainnya. Dominan digunakan sebagai bahan bakar PLTU,” ujarnya. (zki)
=======HL========
2).
FOTO HERU/LAPOS
Keluarga korban di Pengadilan Negeri Lahat
Sidang putusan ini jadi ramai, setelah Wanto, ayah korban, menyebarkan video rekaman ketidakpuasan
terhadap tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Lahat, yang menuntut tujuh bulan penjara
terhadap kedua pelaku anak. Menurutnya, tuntutan tersebut tidak sebanding dengan penderitaan
anaknya, yang alami trauma seumur hidup akibat kejadian itu.
“Penundaan sidang ini, karena hakim harus meneliti keputusan secara terukur. Karena ini kasus spesial,
kasus yang melibatkan anak dibawah umur,” terang Humas Pengadilan Negeri Lahat, Diaz Nurima Sawitri
SH MH, Senin (2/1).
Dua pelaku anak ini dijerat Pasal 81 Ayat (1) Jo Pasal 76D, UU Nomor 17 Tahun 2016. Karena Sabtu
(29/11/2022) lalu, telah lakukan pelecehan seksual terhadap AP (17), warga Kecamatan Tanjung Tebat.
Dalam fakta persidangan terungkap, dari dokumen elektronik berupa foto dan video, terlihat korban
bersama dengan pelaku di sebuah kossan di Kelurahan Bandaragung, yang ditinggali LA (17) warga
Kecamatan Mulak Ulu.
JPU Kejari Lahat M Abby Habibullah SH menerangkan, semua fakta sudah terungkap di persidangan.
Tuntutan tujuh bulan untuk dua pelaku itu, karena pihaknya juga harus menimbang dari sisi pelaku anak.
Mengingat pelaku saat ini juga sedang menjalani haknya untuk bersekolah, dan negara wajib
melindunginya. “Kita juga prihatin, iba dengan korban. Tapi perkara ini, tidak bisa hanya melihat dari sisi
korban saja. Mengingat pelakunya juga anak-anak, mereka tetap memiliki hak yang dilindungi negara,”
terang Aby.
Sidang putusan yang rencananya digelar Senin (2/1) ini, dihadiri banyak anggota keluarga korban dan
sejumlah pelajar berseragam sekolah yang merupakan teman korban. Jadwal sidang yang dimulai pukul
09.00 WIB, sempat molor hingga pukul 15.15 WIB. Namun ketika sidang dimulai, Majelis Hakim rupanya
menunda sidang hingga Selasa (3/1), dengan jadwal yang belum ditetapkan.
Wanto mengatakan, keinginan pihaknya, pelaku dihukum seberatnya. Tuntutan tujuh bulan dari JPU
dirasa sangat ringan, dibanding dengan trauma yang dialami anaknya saat ini. Dimana anaknya saat ini
sudah merasa malu ketika mau bersekolah dan berada di lingkungan masyarakat. “Tidak tahu apa yang
ada di dalam fakta persidangan. Kami hanya diundang ketika sidang pertama dan sidang putusan ini. Tapi
intinya, kami ingin hukuman yang setimpal,” kata Wanto.
Disisi lain, Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kabupaten Lahat, Lena Ernawati, SPd
mengaku dilema dengan perkara ini. Karena pihaknya miliki kewajiban untuk melindungi dan
mendampingi anak sebagai korban maupun anak sebagai pelaku. Namun untuk tuntutan tujuh bulan
tersebut, memang dirasa ada sesuatu.
“Untuk kasus ini, balik ke hati nurani bapak, ibu yang mengetahuinya. Mungkin dari sisi jaksa, ada alasan
yang berbeda. Jika nanti pihak korban keberatan dengan hasil putusan, bisa ajukan banding. Sedangkan
untuk pelaku anak, memang sedikit istimewa, hukuman maksimalnya hanya setengah dari hukuman
orang dewasa,” tuturnya.
Sebelumnya, Senin (28/11/2022) unit PPA Polres Lahat bersama anggota Polsek Mulak Ulu, lakukan
penangkapan terhadap ketiga pelau. Mulai dari pelaku Oo, lalu MAP dan Gilang (18), warga Desa Lawang
Agung, Kecamatan Mulak Ulu. Ketiganya diduga telah lakukan kekerasan seksual terhadap AP, di kamar
kos-kosan LA di Kelurhan Bandaragung, Kota Lahat. Korban mengaku tidak bisa kabur, dan diancam akan
dibuang ke jurang jika tidak mengikuti perkataan pelaku. (her)
3).
FOTO IST
Anggota Polres Empat Lawang menemukan ladang ganja seluas 1 hektar.
“Setelah melewati perjalanan selama 6 Jam, pada hari minggu (01/01/2023) sekira pukul 03.00 WIB, Tim
Satresnarkoba Polres Empat Lawang tiba di kebun kopi, yang diinformasikan masyarakat dan
menemukan sebuah pondok,” kata Kapolres Empat Lawang AKBP Helda Prayitno, Senin (02/01).
Saat petugas hendak mendatangi pondok tersebut, lanjut Helda, terlihat seseorang yang diduga pemilik
ladang ganja berusaha kabur, dan petugas berusaha mengejar, serta memberi peringatan berupa
tembakan, namun pelaku berhasil melarikan diri. “Selanjutnya tim Satresnarkoba Polres Empat Lawang
melakukan penggeledahan didalam pondok tersebut, dan ditemui satu karung kecil yang diduga ganja di
dalam keranjang dan tiga pucuk senpi rakitan beserta amunisinya," ujarnya.
Kemudian dilakukan penyisiran di sekitar lokasi dan berhasil menemukan pohon ganja, yang ditanam
dengan tumpang sari tanaman kopi, dengan jumlah 500 batang, dengan Panjang sekitar 150 cm. “Lalu
tanaman tersebut langsung dicabut dan dimusnahkan dengan cara dibakar di lokasi,” pungkasnya. (smt)