Anda di halaman 1dari 15

Journal of Digital Law and Policy

Volume 1 Number 1, April 2023


e-ISSN 0000-0000 p-ISSN 0000-0000
https://ejournal.catuspata.com/index.php/jdlp

FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA PENANGGULANGAN SERTA


HAMBATANNYA TERHADAP PENINGKATAN KASUS
PEMBUNUHAN DI WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESOR
SUMBA BARAT DAYA

Hutri Cantika Malo


Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana, Kupang
Emaiil: hutricantikamalo@gmail.com
Received on Revised on Accepted on
DDMMMMYYYY DDMMMMYYYY DDMMMMYYYY

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tiga hal, (1) Untuk mengetahui faktor penyebab peningkatan kasus
pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya. (2) Untuk mengetahui upaya pihak
Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam menanggulangi peningkatan kasus pembunuhan. (3) untuk
mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Kepolisian Ressor Sumba Barat Daya dalam menanggulangi
peningkatan kasus pembunuhan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang mana datanya
diperoleh secara langsung di lokasi penelitian wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara terhadap tiga responden, kemudian data dianalisis secara
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Faktor-faktor penyebab peningkatan kasus
pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya adalah faktor ekonomi, sengketa tanah,
dendam, lingkungan masyarakat, dan alkoholisme. (2) Upaya pihak Kepolisian Resor Sumba Barat Daya
dalam menanggulangi peningkatan kasus pembunuhan berupa: Upaya Preemtif, Preventif dan Represif. (3)
Hambatan-hambatan yang dihadapi Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam menanggulangi peningkatan
kasus pembunuhan adalah faktor sarana dan prasarana, masyarakat, dan penegak hukum.
Kata Kunci: Peningkatan Kasus pembunuhan, Faktor Penyebab, Upaya Penanggulangan,
Hambatan

PENDAHULUAN
Setiap warga negara berhak atas rasa aman dan bebas dari segala bentuk kejahatan. Meskipun segala
tingkah laku dan perbuatan telah diatur dalam setiap undang-undang, kejahatan masih saja marak terjadi di
negara ini. Salah satunya adalah kejahatan terhadap nyawa atau sering disebut dengan pembunuhan.
Pembunuhan merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang tidak manusiawi dan atau suatu perbuatan yang
2

tidak berperikemanusiaan, karena pembunuhan merupakan suatu tindak pidana terhadap nyawa orang lain
tanpa mempunyai rasa kemanusiaan.1

Di wilayah hukum kepolisian Resor Sumba Barat Daya sering terjadi kasus pembunuhan yang
dilakukan oleh masyarakat Sumba Barat Daya, baik yang dilakukan perorangan dan berkelompok. Bahkan
kasus pembunuhan di wilayah hukum kepolisian Resor Sumba Barat Daya mengalami peningkatan.
Wakapolres Sumba Barat Daya Kompol Yosep Taus Tilis mengatakan kasus pembunuhan yang terjadi di
Sumba Barat Daya akhir-akhir ini sangat meningkat. Permasalahan yang sering terjadi, kerap menimbulkan
pembunuhan. Dan di tahun 2021 jumlah kasus pembunuhan mengalami peningkatan yang cukup drastis. 2
Untuk lebih jelasnya penulis memaparkan jumlah kasus pembunuhan yang terjadi di wilayah hukum
Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam bentuk tabel.

Tabel 1. Jumlah Kasus Pembunuhan di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya (2020-
2022) [Sumber: Polres Sumba Barat Daya]
No Tahun Jumlah

1 2020 7

2 2021 11

3 2022 (Juni) 7

Jumlah 25

Dalam tabel tersebut, dapat kita lihat bahwa dari tahun 2020-2021 jumlah kasus pembunuhan yang
terjadi di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya mengalami peningkatan yang cukup drastis
dan pada tahun 2022 sampai bulan juni baru ada tujuh kasus pembunuhan yang terjadi.
Dalam hal penegakan hukum, walaupun aparat penegak hukum di Sumba Barat Daya telah
melakukan usaha pencegahan dan penanggulangannya namun dalam kenyataannya masih saja tetap terjadi
dan bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini nampak bahwa laju perkembangan kejahatan pembunuhan
mengalami peningkatan yang cukup drastis dengan modus operandi yang berbeda.
Dengan meningkatnya kasus pembunuhan yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya akhir-akhir
ini sangat meresahkan dan mengakibatkan keamanan dalam masyarakat tidak berjalan dengan baik. Hal ini
menjadi dasar dari penulis untuk melakukan penelitian ilmiah Sehingga dengan adanya penelitian ini

1 Alfit Sumarlin,dkk, Prosiding Seminar Nasional & Expo Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat:”Analisis
Mengenai Faktor-faktor Orang Dapat Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan”(Medan:UMN AL Washliyah, 2019),
Hal.1377.

2 https://pasolapos.com/kasus-pembunuhan-di-sbd-tahun-2021-semakin-meningkat/ Diakses Pada Tanggal 1 Juli 2022,


Pukul 16.22.
2

diharapkan agar kasus pembunuhan yang sedang meningkat di Kabupaten Sumba Barat Daya dapat diatasi,
sehingga masyarakat dapat hidup dengan aman.
Melihat peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya,
peneliti melakukan penelitian yang bertujuan Untuk mengetahui faktor penyebab peningkatan kasus
pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya, Untuk mengetahui upaya pihak
Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam menanggulangi peningkatan kasus pembunuhan, dan Untuk
mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam menanggulangi
peningkatan kasus pembunuhan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang mana datanya diperoleh secara langsung
di lokasi penelitian wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya. Metode pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif yaitu investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara tatap muka. dalam Penelitian ini menggunakan metode wawancara terhadap tiga responden,
kemudian data dianalisis secara deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sesuai hasil penelitian yang dilakukan penulis di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat
Daya, di peroleh informasi bahwa ada beberapa kasus pembunuhan yang terjadi di wilayah hukum
Kepolisian Resor Sumba Barat Daya, dari awal tahun 2020 sampai bulan Juni tahun 2022. Untuk lebih
jelasnya penulis memaparkan dalam tabel.

Tabel 2. Data Kasus Pembunuhan Tahun 2020-2022 (Juni) Kepolisian Resor Sumba Barat Daya
[Sumber: Polres Sumba Barat Daya]
No Tahun Jumlah Kasus Keterangan
1 2020 Pada tahun 2020 Polres Dari 7 (tujuh) kasus yang dilaporkan,
Sumba Barat Daya penyidik/penyidik pembantu
menerima laporan terkait melakukan penyidikan sebanyak 6
kasus pembunuhan sebanyak (enam) kasus dan telah dinyatakan
7 (tujuh) kasus. P21 dan tersangka sementara
menjalankan hukuman di Lapas
Waikabubak, sementara 1 (satu) kasus
dihentikan atau SP3 dikarenakan
pelaku/tersangka pembunuhan
meninggal dunia dalam kejadian
pembunuhan lain.
2

2 2021 Pada tahun 2021 Polres Dari 11 (sebelas) kasus yang


Sumba Barat Daya dilaporkan, penyidik/penyidik
menerima laporan terkait pembantu melakukan penyidikan
kasus

pembunuhan sebanyak 11 sebanyak 10 (sepuluh) kasus dan telah


(sebelas) kasus. dinyakan P21 dan tersangka sementara
menjalani hukuman di Lapas
Waikabubak, sementara 1 (satu) kasus
yang dilaporkan, pelaku/tersangka
masih dalam proses lidik.
3 2022 (Juni) Pada tahun 2022, dari awal Dari 7 (tujuh) kasus yang dilaporkan,
tahun sampai bulan penyidik/penyidik pembantu
Juni,Polres Sumba Barat melakukan penyidikan sebanyak 6
Daya menerima laporan (enam) kasus, 4 (empat) kasus telah
terkait kasus pembunuhan dinyatakan P21 dan tersangka sedang
sebanyak 7 (tujuh) kasus. menjalani hukuman di Lapas
Waikabubak, 2 (dua) kasus dalam
tahap melengkapi dokumen,
sementara 1 (satu) kasus yang
dilaporkan, tersangka/pelaku masih
dalam proses lidik.

Pada tabel diatas menjelaskan bahwa dari tahun 2020-2021 jumlah kasus pembunuhan yang terjadi
di wilayah hukum kepolisian Resor Sumba Barat Daya mengalami peningkatan dan pada tahun 2022, dari
bulan Januari sampai bulan Juni untuk sementara waktu terdapat 7 (tujuh) kasus pembunuhan yang terjadi
.
1. Faktor-Faktor Penyebab Peningkatan Kasus Pembunuhan di Wilayah Hukum Kepolisian
Resor Sumba Barat Daya
Terjadinya peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya
banyak sekali faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Selain faktor dari diri pelaku sendiri yang
melakukan tindak pidana pembunuhan, banyak faktor lain yang mendorong dapat terjadinya suatu
tindak pidana pembunuhan yang terjadi dalam masyarakat.
Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan peningkatan kasus pembunuhan di wilayah
hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya di antaranya:

a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri seseorang atau individu, faktor
internal yang menjadi penyebab terjadinya peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum
Kepolisian Resor Sumba Barat Daya adalah:
2

1) Faktor Dendam
Dendam merupakan salah satu sebab dan latar belakang terjadinya kejahatan,
termasuk penganiayaan dan pembunuhan. Hal ini disebabkan karena dendam merupakan
sesuatu yang sangat sulit untuk dipulihkan terhadap manusia yang pernah merasa sakit
hati terhadap perlakuan seseorang terhadapnya atau keluarganya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat Wewewa Tengah Agustinus Bayo
Tanggu, S.Pi, mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya pembunuhan di
wilayah hukum Kepolisian Resort Sumba Barat Daya adalah karena adanya dendam yang
turun temurun dari para pelaku, mereka menganggap bahwa kalau tidak dilakukan
sekarang maka anak cucu yang akan membalas dendamnya dikemudian hari, Ini sudah
menjadi dendam kasumat.3
Dendam yang turun temurun dalam masyarakat Sumba Barat Daya juga menjadi
penyebab peningkatan kasus pembunuhan, dimana masalah yang terjadi akan selalu
diingat bahkan sampai ke anak cucu, misalnya kedua anak dari pelaku dan korban
pembunuhan akan selalu mengingat kejadian yang menimpa kedua orang tua mereka dan
menyimpan rasa dendam dan berusaha untuk membalaskan dendam dari orang tua mereka
hal ini bisa berlanjut bahkan sampai ke anak cucu mereka.
Adanya rasa dendam yang tinggi antara saudara bersaudara atau dengan
masyarakat, membuat orang yang merasa dendam itu tidak merasa tenang, bahkan
seringkali merasa emosi jika bersama dengan orang yang ia dendami, karena akan
membuatnya mengingat akan perasaan sakit hati, kekecewaan, kekesalan, amarah atau
kepahitan yang telah berlalu. Misalnya jika pernah dimaki atau direndahkan harga dirinya,
jika sudah ada dendam seperti ini jika terjadi masalah sepele antara kedua pihak yang
memiliki dendam itu akan menjadi pertengkaran yang besar karena itu akan dikaitkan
masalah yang telah lalu, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya pembunuhan karena
tidak bisa mengontrol emosi atau mengendalikan dirinya.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah adalah faktor yang muncul dari luar diri seseorang atau individu,
seperti yang terjadi di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya terdapat beberapa
faktor eksternal yang menjadi penyebab terjadinya peningkatan kasus pembunuhan. Faktor-
faktor eskternal tersebut adalah sebagai berikut:

1) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi dalam keluarga termasuk salah satu faktor yang menjadi
pendorong seseorang melakukan tindak kejahatan, tindakan kejahatan yang dilakukan
misalnya pencurian bahkan sampai pada tindak kejahatan pembunuhan.

3 Wawancara dengan Agustinus Bayo Tanggu, S.Pi, tanggal 24 Oktober 2022 di Kantor Camat Wewewa Tengah.
2

Kebutuhan hidup seseorang tidak terlepas dari ekonomi yang harus selalu
dicukupi agar dapat bertahan hidup. Apalagi dengan zaman yang serba modern seperti
sekarang dan sulitnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, menjadi daya dorong
seseorang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ekonomi telah
menjadi isu yang menjadi penyebab terjadinya kejahatan yang mengakibatkan terjadinya
pembunuhan, karena ketidakmampuan seseorang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya
jelas memiliki korelasi secara langsung dengan perbuatan kejahatan yang dilakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat Wewewa Tengah Agustinus Bayo Tanggu,
S.Pi. mengatakan bahwa faktor ekonomi sangat mempengaruhi peningkatan kasus
pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya. Keadaan ekonomi
yang mengalami penurunan akibat adanya serangan hama belalang pada lahan pertanian
masyarakat yang mengakibatkan gagal panen. Hal ini mengakibatkan masyarakat
kekurangan makanan dan penghasilan, sehingga timbulah niat untuk mencuri, agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Ketika orang yang melakukan tindakan pencurian
ketahuan atau dipergoki oleh masyarakat, maka warga atau masyarakat langsung
mengambil tindakan main hakim sendiri yang dapat berujung terjadinya pembunuhan.4
Teori psikogenesis mengatakan bahwa perilaku kriminalitas timbul karena faktor
intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi,
internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial dan kecenderungan
psikopatologis, artinya perilaku jahat merupakan reaksi terhadap masalah psikis.
Pelaku kejahatan cenderung memiliki psikologis yang sedang dalam keadaan
tertekan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tak kunjung dapat ia lakukan karena
tak memiliki penghasilan tetap. Kemiskinan atau faktor ekonomi ini adalah menjadi
faktor yang memengaruhi terjadinya kejahatan, karena demi memenuhi kebutuhan
hidupnya maka orang akan cenderung melakukan apapun itu meski melakukan
kejahatan sekalipun.
Teori sosialis mengemukakan bahwa kejahatan timbul karena adanya tekanan
ekonomi yang tidak seimbang dalam masyarakat. Teori ini menggambarkan bahwa
untuk melawan kejahatan itu haruslah diadakan peningkatan di bidang ekonomi. Dengan
kata lain kemakmuran, keseimbangan dan keadilan sosial akan mengurangi terjadinya
kejahatan.

2) Faktor Tata Batas Lahan/Sengketa Tanah


Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasat Reskrim Kepolisian Resor Sumba
Barat Daya IptuYohanes E.R. Balla, S.E. mengatakan faktor penyebab pembunuhan di
wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya didominasi oleh permasalahan
tanah yang lebih cenderung ke letak batas tanah.5
Masalah tanah yang terjadi di masyarakat wilayah hukum Sumba Barat Daya,
kebanyakan diselesaikan dengan main hakim sendiri dan jarang diselesaikan dengan
4 Wawancara dengan Agustinus Bayo Tanggu, S.Pi, tanggal 24 Oktober 2022 di Kantor Camat Wewewa Tengah.
2

kepala dingin. Adapun jika permasalahan tanah ini dibawah ke jalur hukum tetap saja
pihak yang kalah dalam keputusan hukum tidak menerima hasil keputusan itu dan lebih
memilih untuk menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri dalam hal ini adalah
perkelahian yang menimbulkan pembunuhan. Robert K. Merton menganggap bahwa
manusia pada dasarnya selalu melanggar hukum setelah terputusnya antara tujuan dan
cara mencapainya menjadi demikian besar, sehingga satu-satunya cara mencapai tujuan
adalah melalui saluran yang tidak legal. Seringkali manusia merasa tidak puas dengan
hasil yang diterima, sehingga menyebabkan seseorang melakukan kejahatan untuk
mendapatkan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti kasus yang terjadi di
wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya Seringkali pihak yang kalah dalam
proses hukum mendapat hasutan dari pihak lain agar permasalahan tanah ini lebih baik
diselesaikan dengan kekerasan yang berujung terjadinya pembunuhan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat Wewewa Tengah Agustinus Bayo
Tanggu, S.Pi, ia mengatakan juga bahwa pembunuhan terjadi kerena permasalahan batas
tanah, menurut bapak Agustinus, orang sumba pada umumnya lebih menjaga nama atau
harga diri dibandingkan nyawa, karena bagi mereka nama atau harga diri lebih berharga
dari segala sesuatu.6
Pembunuhan yang terjadi di masyarakat Sumba Barat Daya yang disebabkan
oleh permasalahan tanah, sering terjadi karena pihak yang bersengketa merasa nama
atau harga dirinya direndahakan oleh pihak sebelah yang bersengketa, karena batas
tanahnya dipindahkan atau diklaim sepihak. Karena merasa harga dirinya direndahkan,
maka pelaku pembunuhan langsung mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah dengan kekerasan yang berujung pada tindak pembunuhan.

3) Faktor Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jhon salah satu masyarakat Sumba
Barat Daya, bapak Jhon mengatakan salah satu penyebab terjadinya pembunuhan
adalah karena lingkungan masyarakat, dimana sering terjadi pembunuhan di wilayah
hukum Sumba Barat Daya dan sudah menjadi hal yang sering dilihat oleh masyarakat,
sehingga masyarakat bisa meniru perbuatan tersebut.7
Menurut Albert Bandura perilaku kejahatan manusia merupakan hasil proses
belajar psikologis, mekanismenya diperoleh melalui pemaparan perilaku kejahatan yang

5 Wawancara dengan Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E. Kasat Reskrim Kepolisian Resor Sumba Barat Daya tanggal 31
Oktober 2022 di Kantor Kepolisian Resor Sumba Barat Daya

6 Wawancara dengan Agustinus Bayo Tanggu, S.Pi, tanggal 24 Oktober 2022 di Kantor Camat Wewewa Tengah.

7 Wawancara dengan Yohanis Keda Malo, tanggal 4 November 2022 di rumah Bapak Yohanis
2

dilakukan oleh orang disekitarnya dan kemudian terjadinya pengulangan paparan yang
disertai dengan penguatan sehingga semakin mendukung orang untuk meniru perilaku
kejahatan yang mereka lihat. Seperti kasus pembunuhan yang sering terjadi di wilayah
hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya.
Lingkungan masyarakat yang kurang baik termasuk rendahnya pendidikan dan
pengetahuan juga berakibat bagi seseorang untuk melakukan tindak kejahatan. Seperti
masyarakat Sumba Barat Daya yang melakukan tindak pembunuhan, salah satu
penyebab mereka melakukan pembunuhan karena kurangnya pengetahuan tentang
akibat dari kejahatan yang dilakukan, apalagi masyarakat Sumba Barat Daya terdiri dari
kelompok dan sub kelompok yang berbeda-beda serta masing-masing memiliki standar
dan nilai benar atau salahnya sendiri.
Salah satu kebiasaan atau budaya dari masyarakat Sumba Barat Daya yang selalu
membawa parang juga menjadi penyebab meningkatnya kasus pembunuhan. Hal ini
dikarenakan saat terjadi selisih paham antar kedua belah pihak, mereka selalu
menyelesaikannya dengan main hakim sendiri dengan menggunakan parang yang selalu
di bawa.

4) Faktor Alkoholisme
Masalah alkoholisme adalah masalah psycho-pathologis, yang kemudian disusul
sebagai masalah sosial. Alkoholisme yang chronic pada seseorang yang sudah
kecanduan dapat mengakibatkan seseorang melakukan tindak kejahatan berbagai macam
jenisnya. Alkoholisme yang acout amat berbahaya dari pelakunya yang dengan tiba-tiba
tidak sadarkan diri dan bersifat agresif. Sifat demikian berakibat pula untuk melakukan
tindak kejahatan kekerasan dan kejahatan terhadap harta benda dan bahkan melakukan
kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap siapa saja.
Penyebab peningkatan kasus pembunuhan di wilayah Hukum Kepolisian Resor
Sumba Barat Daya salah satunya adalah pengaruh mengosumsi alkohol. Kebiasaan
mengosumsi alkohol pada masyarakat Sumba Barat Daya yang sering dilakukan
terutama pada saat acara atau pesta. Pada saat sudah terpengaruh minuman keras atau
minuman beralkohol, pelaku tidak dapat mengontrol emosi dengan baik sehingga, pada
saat muncul kata-kata atau perbuatan yang menyinggung perasaan, maka akan
menimbulkan perkelahian yang bahkan sampai kepada tindak pembunuhan.

2. Upaya Pihak Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam Menanggulangi Peningkatan Kasus
Pembunuhan
Kebijakan atau upaya penanggulangan kejahatan pada hakikatnya merupakan bagian integral
dari upaya perlindungan masyarakat (socialdefence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat
(social welfare). Dapat dikatakan bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai dari upaya penanggulangan
kejahatan adalah memberikan perlindungan, rasa aman dan kesejahteraan kepada masyarakat.
Penanggulangan kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum terjadi dan memperbaiki
2

pelaku yang dinyatakan bersalah dan dihukum dipenjara atau lembaga pemasyarakatan. Namun
demikian, bahwa efektifitas kejahatan hanya mungkin dapat dicapai dengan melalui keikutsertaan
masyarakat secara meluas meliputi kesadaran dan ketertiban yang nyata.
Upaya penanggulangan peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor
Sumba Barat Daya telah dilakukan oleh pihak kepolisian maupun pihak pemerintah. Banyak cara
yang dilakukan oleh kepolisan dan pemerintah untuk memberikan pemahaman bagi masyarakat
mengenai efek atau konsekuensi dari tindak kejahatan yang dilakukan, serta melakukan penegakan
hukum atau memberikan sanksi yang dapat memberikan efek jera pada pelaku kejahatan. Upaya-
upaya penanggulangan peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba
Barat Daya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan pemerintah adalah sebagai berikut:

a. Upaya Pre-emtif
Yang dimaksud dengan upaya pre-emtif adalah upaya-upaya awal yang dilakukan oleh
pihak Kepolisian Resor Sumba Barat Daya untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-
usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-emtif adalah menanamkan
nilai-nilai/norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri
seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran / kejahatan tapi tidak ada
niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kajahatan. Jadi, dalam usaha pre-
emtif faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan.
Cara pencegahan ini berasal dari teori Niat+Kesempatan= Kejahatan (NKK), menurut
teori ini sebab terjadinya kejahatan karena adanya niat, kesempatan dan pelaksanaan niat yang
dipadukan. Meskipun ada niat, tetapi tidak ada kesempatan dan pelaksanaan niat, mustahil akan
terjadi kejahatan. Meskipun ada kesempatan tetapi tidak ada niat dan pelaksanaan niat maka
kejahatan tidak akan terjadi. Meskipun niat ada dan kesempatan sudah terbuka tetapi tidak ada
pelaksanaan niatnya, maka kejahatan juga mustahil akan terjadi.

b. Upaya Preventif
Upaya preventif adalah tindak lanjut dari upaya Pre-Emtif yang masih dalam tataran
pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif yang ditekankan adalah
menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kasat Reskrim Kepolisian Resor Sumba Barat Daya Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E.
Upaya preventif yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Sumba Barat Daya adalah sebagai
berikut:8

1) Pengadaan Bhabinkamtibmas

8 Wawancara dengan Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E. Kasat Reskrim Kepolisian Resor Sumba Barat Daya tanggal 31
Oktober 2022 di Kantor Kepolisian Resor Sumba Barat Daya
2

Bhabinkamtibmas yaitu petugas polri yang bertugas di tingkat desa sampai


kelurahan yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Tugas pokok
dari Bhabinkamtibmas yaitu melakukan pembinaan terhadap masyarakat, deteksi dini,
dan mediasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa atau kelurahan, melakukan
pengaturan dan pengamanan masyarakat, menerima informasi tentang terjadinya tindak
pidana, memberikan perlindungan kepada orang yang tersesat, korban kejahatan dan
pelanggaran, memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas
berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan pelayanan polri.
2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan patroli secara rutin, hal ini bertujuan untuk
menciptakan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat serta menjaga agar tidak
terjadinya kerusuhan, pencurian/perampokan dan kejahatan pembunuhan.
3) Menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar secepatnya melaporkan kepada
pihak yang berwajib, apabila terjadi suatu kejahatan pembunuhan di wilayah tersebut.
4) Mengadakan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat terkait program yang
dicanangkan oleh pemerintah Sumba Barat Daya dan Polres Sumba Barat Daya agar
mengetahui apa dampak dan sanksi dari kejahatan pembunuhan maupun dapat
menghindari serta menjauhi ketika adanya kerusuhan.
5) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat di kecamatan, desa dan kampung-kampung
agar tidak membawa parang saat bepergian keluar rumah, kecuali ke kebun dan
menghadiri acara adat. Sebab, dengan membawa parang mudah menimbulkan tindakan
kekerasan bila terjadi salah paham hanya karena persoalan sepele.
6) Melakukan razia minuman keras atau minuman beralkohol. Hal ini dilakukan agar
mengurangi pengaruh mengonsumsi alkohol di masyarakat yang dapat menimbulkan
kerusuhan dan kejahatan pembunuhan.9

c. Upaya Represif
Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan. Tindakan yang
dilakukan berupa penegakan hukum (law enforcemen) dengan menjatuhkan hukuman.
Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan
sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan
yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat,
sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat
sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat dan merupakan usaha-usaha yang dilakukan
setelah suatu kejahatan terjadi. Tindakan ini dapat berupa penangkapan, penahanan,
pemeriksaan korban, tersangka dan saksi dengan menjatuhkan pidana dan menempatkan dalam
lembaga pemasyarakatan.

9 Wawancara dengan Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E. Kasat Reskrim Kepolisian Resor Sumba Barat Daya tanggal 31
Oktober 2022 di Kantor Kepolisian Resor Sumba Barat Daya
2

Tujuan pemidanaan terhadap suatu kejahatan pembunuhan, untuk memberikan efek jera
terhadap pelaku kejahatan pembunuhan, memperbaiki tingkah lakunya yang menyimpang dari
norma-norma kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat serta memberikan pembinaan
yang merupakan tindakan efektif agar pelaku kejahatan pembunuhan tidak mengulangi lagi
perbuatan yang dapat merugikan masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasat Reskrim kepolisian Resor Sumba Barat Daya
Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E. adapun upaya represif yang dilakukan untuk menanggulangi
peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya adalah:
1) Melakukan pengelolaan tempat kejadian perkara (TKP)
2) Melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap tersangka pelaku pembunuhan
tersebut.
3) Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka pelaku pembunuhan yang berdasarkan
alat bukti yang ada.
4) Kemudian dilimpahkan ke kantor kejaksaan untuk di proses lebih lanjut
5) Penghukuman dilihat dari berat atau tidaknya kesalahan atau tindakan yang telah
dilakukan, maka pelaku akan diberikan hukuman sesuai undan-undang yang
berlaku.10

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam


Menanggulangi Peningkatan Kasus Pembunuhan

Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam melaksanakan upaya penanggulangan peningkatan
kasus pembunuhan, terdapat beberapa kendala yang sering dihadapi yang mempengaruhi kelancaran
pelaksanaan upaya penanggulangan peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian
Resor Sumba Barat Daya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasat reskrim Kepolisian Resor
Sumba Barat Daya Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E. kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak kepolisian
adalah:11
a. Sarana dan prasarana
Soerjono Soekanto berpendapat bahwa secara sederhana fasilitas dapat dirumuskan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan dengan ruang lingkupnya adalah terutama sarana fisik
yang berfungsi sebagai faktor pendukung, artinya bagaimana penegak hukum dapat bekerja
bilamana tidak dilengkapi dengan sarana fasilitas yang mendukung upaya penegakan hukum
pidana sehingga peraturan yang semula bertujuan untuk melancarkan proses penegakan

10 Wawancara dengan Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E. Kasat Reskrim Kepolisian Resor Sumba Barat Daya tanggal 31
Oktober 2022 di Kantor Kepolisian Resor Sumba Barat Daya

11 Wawancara dengan Iptu Yohanes E.R. Balla, S.E. Kasat Reskrim Kepolisian Resor Sumba Barat Daya tanggal 31
Oktober 2022 di Kantor Kepolisian Resor Sumba Barat Daya
2

hukum malahan mengakibatkan kurang efektif, efisien dan bahkan terhambat serta tidak
berjalan secara maksimal.
Sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan faktor penunjang pelaksanaan penegakan
hukum, tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, maka dalam upaya penanggulangan tidak
akan berjalan dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain mencakup Sumber Daya
Manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,
kendaraan yang banyak, keuangan yang mencukupi dan sarana serta fasilitas yang ada.
Apabila hal-hal tersebut tidak terpenuhi maka mustahil penegakan hukum akan mencapai
tujuannya.
Dalam upaya penanggulangan peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum
Kepolisian Resor Sumba Barat Daya, sarana dan prasarana menjadi salah satu kendala dalam
menjalankan upaya penanggulangan peningkatan kasus pembunuhan. Sarana dan prasarana
yang kurang memadai menyebabkan upaya yang dilakukan dalam penanggulangan
peningkatan kasus pembunuhan menjadi kurang maksimal. Sarana yang kurang memadai di
wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya yang masih kurang dalam hal ini adalah
Kendaraan dinas seperti roda empat maupun roda dua yang sangat dibutuhkan dalam
melakukan patroli, pengamanan dan memantau kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

b. Faktor Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam
masyarakat. Sehingga masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Oleh
karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan
hukum tersebut.
Dalam peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat
Daya salah satu faktor yang menjadi kendala bagi pihak Kepolisian adalah kurangnya
partisipasi masyarakat. Saat terjadi kasus pembunuhan banyak masyarakat yang menyaksikan
kejadian ini, namun kebanyakan masyarakat enggan memberikan keterangan atau kesaksian
kepada pihak kepolisian. Masyarakat enggan memberikan keterangan atau kesaksian kepada
pihak kepolisian dikarenakan masyarakat merasa takut dengan pihak kepolisian, selain itu
masyarakat juga merasa takut untuk mencampuri urusan atau kasus pembunuhan yang terjadi,
masyarakat tidak mau terlibat masalah dengan pihak keluarga yang sedang dalam kasus
pembunuhan.

c. Faktor Penegak Hukum


Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang hendaknya
mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan aspirasi masyarakat, mereka
harus dapat berkomunikasi dan mendapatkan pengertian dari golongan sasaran, di samping
mampu membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka.
2

Faktor penegak hukum menjadi salah satu hambatan dalam penanganan peningkatan
kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya. Hal ini
dikarenakan terdapat beberapa oknum dari pihak kepolisian Resor Sumba Barat Daya yang
tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Camat Wewewa Tengah Agustinus Bayo Tanggu, S.Pi, mengatakan bahwa salah satu
hambatan atau kendala bagi kepolisian untuk menanggulangi peningkatan kasus pembunuhan
di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya adalah ketika pihak kepolisian dan
pihak pemerintah akan melakukan razia minuman keras di masyarakat, ada beberapa pihak
kepolisian yang memiliki keluarga yang menjual minuman keras akan diberitahu terlebih
dahulu bahwa akan ada razia minuman keras, maka mereka akan menyembunyikan minuman
keras itu sehingga tidak di sita oleh pihak kepolisian yang lain dan pihak pemerintah. 12 Hal ini
membuat peredaran minuman keras susah untuk dikendalikan. Jika peredaran minuman keras
dalam masyarakat tetap ada dan tidak dibatasi atau dikendalikan, besar kemungkinan akan
selalu terjadi kerusuhan dalam masyarakat yang bahkan bisa berujung pada pembunuhan yang
diakibatkan oleh pengaruh atau efek minuman keras.
Kendala selanjutnya yang menjadi hambatan bagi pihak Kepolisian Resor Sumba Barat
Daya, dalam menanggulangi peningkatan kasus pembunuhan adalah Kurangnya Personil
Kepolisian. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan upaya penanggulangan yang dilakukan,
sangat membutuhkan personil kepolisian yang banyak agar upaya penanggulangan yang
dilakukan bisa berjalan dengan maksimal dan sesuai rencana. Namun dikarenakan kurangnya
personil yang dimiliki membuat jalannya upaya yang dilakukan untuk menanggulangi
peningkatan kasus pembunuhan tidak berjalan dengan maksimal.
Menurut Bapak Yohanes Balla, rekrutmen menjadi salah satu faktor penting untuk
membangun Sumber Daya Manusia di Kepolisian Resor Sumba Barat Daya, dan berharap
agar polri dalam memilih anggota polri harus dilaksanakan secara transparan dari pendaftaran
hingga pengumuman kelulusan, Sehingga setelah menjadi anggota Polri, tidak ada
pelanggaran yang dilakukan.

KESIMPULAN
Dalam peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya
terdapat beberapa faktor penyebab yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelaku atau faktor internal dan
faktor yang berasal dari luar diri pelaku atau faktor eksternal. Adapun faktor internal yang menjadi
penyebab peningkatan kasus pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya adalah
faktor dendam yang turun temurun. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penyebab peningkatan kasus
pembunuhan di wilayah hukum Kepolisian Resor Sumba Barat Daya adalah faktor ekonomi, faktor tata
batas lahan/sengketa tanah, faktor lingkungan dan faktor alkoholisme.

12 Wawancara dengan Agustinus Bayo Tanggu, S.Pi, tanggal 24 Oktober 2022 di Kantor Camat Wewewa Tengah.
2

Upaya pihak Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam menanggulangi peningkatan kasus
pembunuhan adalah pertama, upaya preemtif yaitu menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik kepada
masyarakat. Kedua, upaya preventif yaitu pengadaan Bhabinkantibmas,melaksanakan kegiatan patroli
secara rutin, memberikan himbauan kepada seluruh masyarakat agar segera melapor jika terjadi suatu
kejahatan, mengadakan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat, melakukan razia minuman
beralkohol. Ketiga, upaya represif yaitu melakukan pengelolaan tempat kejadian perkara (TKP), melakukan
pengejaran dan penangkapan terhadap tersangka pelaku pembunuhan yang berdasarkan alat bukti,
kemudian dilimpahkan ke kantor Kejaksaan untuk diproses lebih lanjut dan pemberian hukuman.
Hambatan-hambatan yang dihadapi Kepolisian Resor Sumba Barat Daya dalam menanggulangi
peningkatan kasus pembunuhan adalah sarana dan prasarana berupa kendaraan roda dua dan roda empat,
kurangnya partisipasi masyarakat, dan kurangnya Personil Kepolisian serta penegak hukum yang tidak
menjalankan tugasnya dengan baik.
Adapun saran dalam penelitian ini yaitu Pihak kepolisian memperbaiki sistem pengawasan dan
pengamanan untuk mencegah terjadinya tindakan-tindakan pembunuhan, Menambah personil kepolisian
untuk lebih meningkatkan tindakan preemtif, preventif dan represif, Bagi para Polri yang melakukan
rekrutmen kepolisian, diharapakan agar benar-benar dilakukan secara transparan agar anggota Polri yang
terpilih betul-betul adalah anggota yang unggul, agar bisa menjalankan tugasnya di masyarakat nanti, Pihak
kepolisian dan pemerintah lebih sering mengadakan penyuluhan dan sosialisasi tentang dampak dan sanksi
dari kejahatan pembunuhan, Pihak Pemerintah agar membuat peraturan tentang larangan membawa parang
atau senjata tajam ke tempat umum, kecuali saat acara adat, Masyarakat perlu mengetahui dan mempelajari
apa dampak dan sanksi dari akibat melakukan kejahatan pembunuhan, Masyarakat lebih berani memberikan
kesaksian atau keterangan kepada kepolisian, agar dalam penyelesainan perkara dapat terselesaikan dengan
cepat.

REFERENSI

Buku:
Abintoro, Prakoso. 2013. Kriminologi dan Hukum Pidana. Yogyakarta: Laksbang Grafika.
Atmasasmita, Ramli. 1993. Kapita Selekta Kriminologi. Bandung:Armico.
Awaloedi Djamin, 1995, Administasi Kepolisian Republik Indonesia: Bandung: Kenyataan dan Harapan, POLRI.

Brotodirejo, Soebroto 1989. Polri sebagai Penegak Hukum. Bandung: Sespimpol.

Chazawi, Adami. 2010. Kejahatan terhadap Tubuh dan Nyawa. Jakarta:Rajawali Pers.
H. Pudi Rahardi, 2007. Hukum Kepolisian [Profesionalisme dan Reformasi Polri], Surabaya: Laksbang
Mediatama.
John Kenedi. 2017. Kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy). Bengkulu:Pustaka Pelajar.

Momo Kelana, 1994. Hukum Kepolisian, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nawawi, Barda. 2010. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan.
Jakarta:Kencana.
2

Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka,
Syani, Abdul. 1989. Sosiologi Kriminalitas, Bandung: Remadja Karya.
Soekanto, Soerjono.2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Cet Kelima, Jakarta: Rajawali.

Widodo, Wahyu. 2015. Kriminologi dan Hukum Pidana. Semarang: Universitas PGRI Semarang Press.

Situs Internet:

Alfit Sumarlin, dkk. Prosiding Seminar Nasional & Expo Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat:”Analisis
Mengenai Faktor-faktor Orang Dapat Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan”(Medan:UMN AL Washliyah,
(2019). Diakses tanggal 17 Mei 2022.

http://repository.umy.ac.id,Pdf, Faktor Penyebab Kejahatan dan


Penanggulangannya.http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembunuhan. Diakses tanggal 19 Mei 2022.

https://puspensos.kemensos.go.id/meninjau-motif-pembunuhan-dari-berbagai aspek diakses tanggal 19 Mei 2022.

https://tribratanews.kepri.polri.go.id/2019/03/30/faktor-faktor-penyebab terjadinya- kriminalitas-melalui-internal-dan-


eksternal/ diakses tanggal 20 Mei 2022.

Peraturan Perundang-undangan:

Kitab Undang-undang Hukum Pidana.


Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang kepolisian Negara Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai