ABSTRAK
7
Edy Aris Munandar, Stop Kekerasan, Penerapanmya, Storia Grafika, Jakarta.
Mancanan Jaya Cemerlang, Klaten, 2013, 2002, hlm, 121.
hlm,33.
8
E. Y Kanter dan S. R Sianturi, Asas-asas
Hukum Pidana di Indonesia dan
Bripka Bregitha N. Usfinit menggunakan Pasal 80 ayat (3)
mengemukakan bahwa dan ayat (4) UU No.35 Tahun 2014
pembunuhan anak kembar ini tentang perubahan atas UU No.23
dilakukan oleh ibu kandungnya, Tahun 2002 tentang perlindungan
maka selama proses penyidikan anak jo Pasal 351 KUHP ayat (3).
oleh pihak kepolisian melakukan Berdasarkan hasil
pemeriksaan psikologi terhadap wawancara dengan Bripka
pelaku. Berdasarkan hasil Bregitha N. Usfinit, faktor-faktor
pemeriksaan psikologi diketahui penyebab terjadinya pembunuhan
bahwa kemampuan daya ingat, anak kembar oleh ibu kandung
halusinasi, dan persepsi yang dibagi dalam dua jenis faktor
disampaikan pelaku tidak yaitu:
ditemukan adanya gejala 1. Faktor internal (stress
halusinasi, pendengaran dan berkepanjangan)
penglihatan terhadap dirinnya. Berdasarkan data yang
Gangguan psikologi yang dimiliki penulis dapatkan untuk
pelaku akibat tekanan batin dan menjelaskan faktor-faktor
stress berkepanjangan masih terjadinya pembunuhan yang
dalam tingkat yang wajar, jadi dilakukan oleh ibu kandung
pada saat melakukan pembunuhan terhadap anak kembarnya di
terhadap kedua anaknya kemudian wilayah hukum Polres Kupang
percobaan bunuh diri berdasarkan Kota yaitu kurangnya perhatian
emosi yang tengah memuncak. dari sang suami dan keluarga
Modus yang dilakukan oleh ibu menjadi alasan terjadinya kasus
kandung yang telah membunuh pembunuhan yang dilakukan
kedua anak kembar tersebut yakni oleh ibu kandung terhadap anak
awalnya pelaku memberikan kembarnya. Dalam Putusan
makan kepada anaknya setelah itu Nomor 8/Pid.Sus/2020/PN
pelaku menutup pintu dan jendela Kupang, terdakwa melakukan
kemudian pelaku menganiaya pembunuhan terhadap kedua
anaknya lalu pelaku mencoba anak kembarnya karena
melakukan bunuh diri. Adapun terdakwa stress dan tertekan
barang bukti yang disita oleh pihak oleh perlakuan dari keluarga
kepolisian yakni pakaian yang suami terdakwa yang tidak mau
dikenakan oleh korban, sebilah berbicara dengan terdakwa dan
parang yang digunakan oleh menganggap terdakwa bukan
pelaku untuk membunuh kedua siapa-siapa, kemudian pelaku
anaknya dan sebilah pisau yang juga sakit hati dengan sikap
digunakan oleh pelaku untuk suami terdakwa yang sering
menusuk perut dan lehernya mendiamkan terdakwa.
sendiri hingga jatuh tidak sadarkan 2. Faktor eksternal (faktor
diri bersama kedua anak ekonomi)
kembarnya. Faktor ekonomi
Mengenai ancaman pidana juga menjadi sebab dari kasus
yang digunakan dalam kasus pembunuhan tersebut, dimana
pembunuhan anak kembar oleh ibu dalam Putusan Nomor
kandung ini, dalam kasus ini 8/Pid.Sus/2020/PN Kupang,
Bripka Bregita N. Usfinit terdakwa melakukan
pembunuhan terhadap kedua 4.2 Upaya Penanggulangan Kasus
anak kembarnya karena Pembunuhan Anak Kembar oleh
berdasarkan keterangan Ibu Kandung
terdakwa uang yang diberikan Kebijakan penanggulangan
oleh suami terdakwa setiap kejahatan atau yang biasa disebut
bulan sebesar Rp.250.000.00-, dengan istilah politik kriminal
dan itu tidak cukup untuk merupakan usaha yang rasional
memenuhi kebutuhan dari masyarakat untuk
hidupmya serta kedua anak menanggulangi kejahatan.
korban, sehingga terdakwa Menanggulagi berarti usaha untuk
melakukan pembunuhan mengendalikan kejahatan agar
terhadap kedua anaknya. berada dalam batas-batas toleransi
Teori kriminologi yang masyarakat.
penulis pakai dalam hubungan Pihak kepolisian
dengan kedua faktor diatas khususnya Unit Pelayanan
yaitu teori tegang (strain Perempuan dan Anak (PPA) sesuai
theory) dan teori kontrol sosial tugasnya menurut Peraturan
(social control theory). KAPOLRI NO.Pol: 10 Tahun
Menurut analisis penulis teori 2007 tentang Organisasi dan Tata
ini cenderung bertentangan dengan Kerja Unit Pelayanan Perempuan
teori tegang yang diprakarsai oleh dan Anak (Unit PPA) diwilayah
Emile Durkheim. Teori Kontrol Kepolisian Negara Republik
Sosial lebih menitik beratkan kepada Indonesia yaitu memberikan
pengendalian sosial dimana setiap pelayanan dalam bentuk
individu harus berupaya untuk tidak perlindungan terhadap perempuan
melakukan suatu kejahatan atau dan anak yang menjadi korban
tindak pidana, yang dapat disimpukan kejahatan dan penegakan hukum
bahwa setiap orang terlahir dengan terhadap pelakunya. Oleh karena
kecenderungan untuk berbuat jahat. itu Unit PPA Polres Kupang yang
Dalam teori ini terdapat beberapa dipimpin oleh Bripka Bregitha N.
unsur kunci yang berkaitan dengan Usfinit,S.H., sebagai kepala unit
emosional atau perasaan yang jika melakukan beberapa upaya untuk
dikaitkan dengan kejahatan yang menanggulangi kejahatan
dilakukan oleh pelaku bahwa adanya pembunuhan anak kembar oleh ibu
unsur-unsur yang tidak dipenuhi oleh kandung di Kota Kupang. Upaya
orang-orang terdekat pelaku, seperti yang dilakukan terbagi dalam
kurangya kasih sayang, komitmen, upaya secara Pre-emtif, Preventif,
keterlibatan sosial dan kepercayaan dan Represif.
kepada pelaku. 1. Upaya secara Pre-emtif
Berdasarkan teori di atas
penulis berpendapat bahwa pelaku Upaya pre-emtif adalah
melakukan tindak kejahatannya pembinaan kegiatan-kegiatan
karena tidak terpenuhinya unsur- positif bagi masyarakat.
unsur tersebut yang mengakibatkan Masyarakat harus dapat
tidak adanya kontrol sosial yang berkomunikasi dan mendapatkan
didapat oleh pelaku. pengertian dari golongan dan
sasaran, di samping mampu
membawakan atau menjalankan
peranan yang dapat diterima oleh merupakan pasangan
mereka. Kecuali itu maka koservatif
golongan panutan harus dapat
memanfaatkan semua unsur-unsur Hambatan-hambatan tersebut
tradisional tertentu, sehingga selanjutnya disebutkan dapat
dapat menggerakan partisipasi diatasi dengan cara pendidikan,
darigolongan sasaran atau pelatihan dan membiasakan diri
masyarakat luas. Golongan untuk mempunyai sikap-sikap
panutan juga harus dapat memilih sebagai berikut:
waktu dan lingkungan yang tepat Upaya preventif yang
di dalam memperkenalkan norma- dapat dilakukan untuk
norma atau kaidah-kaidah hukum mencegah terjadinya
yang baru, serta memberikan kejahatan antara lain:
keteladanan yang baik.
Hambatan-hambatan yang akan 1. Menanamkan pendidikan
dijumpai pada penerapan peranan agama sejak masih
yang seharusnya dari para kanak-kanak sebagai
penegak hukum atau golongan dasar keimanan untuk
panutan, yang mungkin berasal memperteguh moral dan
dari dirinya sendiri atau dari mental (disini yang harus
lingkungan. berperan utama adalah
kelompok masyarakat).
Hambatan-hambatan yang 2. Memberikan pendidikan
memerlukan penanggulangan formal dengan tujuan
tersebut antara lain dapat berupa:9 menanamkan rasa
1. Keterbatasan kemampuan tanggung jawab dan
untuk mendapatkan diri memperluas wawasan,
dalam peranan pihak lain sehingga mempengaruhi
dengan siapa mereka cara berfikir.
berinteraksi; Tingkat 3. Memberikan penyuluhan-
aspirasi yang belum tinggi; penyuluhan hukum
2. Kegairahan yang sangat melalui penerangan atau
terbatas untuk memikirkan media komunikasi seperti
masa depan, sehingga sulit radio, televisi, surat
sekali untuk membuat kabar, dengan tujuan
proyeksi; mempertinggi kesadaran
3. Belum adanya kemampuan hukum masyarakat.
untuk menunda 4. Meningkatkan tingkat
pengawasan suatu ekonomi masyarakat
kebutuhan tertentu, dengan memberdayakan
terutama kebutuhan berbagai potensi ekonomi
materiil; yang dapat
4. Kurangnya daya inovatif dikembangkan sehngga
yang sebenarnya membuka lowongan
kerja.
9
Soesilo R, Kitab Undang-Undang Hukum Komentarnya Pasal demi Pasal,Politea,
Pidana (KUHP)serta Komentar- Bogor,1994.
5. Meningkatkan memahami cara mendidik anak
pembinaan mental, yang benar sesuai pola pikir anak.
spiritual masyarakat dan Upaya preventif ini
memberikan penerangan merupakan upaya lanjut dari
hukum serta pendekatan tindakan pre-emtif yang masih
budaya terhadap dalam tataran pencegahan sebelum
masyarakat.10 terjadinya kejahatan, dalam upaya
Upaya penanggulangan preventif lebih ditekankan untuk
kejahatan pembunuhan anak menghilangkan kesempatan agar
kembar oleh ibu kandung kejahatan tidak terjadi.
merupakan upaya pencegahan agar 2. Upaya secara Represif
tidak terjadi pembunuhan terhadap
anak yang dilakukan oleh orang Merupakan tindakan untuk
tua. Pihak kepolisian khususnya memperbaiki pelaku kejahatan
Unit PPA memilih untuk dengan memberikan hukuman
melakukan koordinasi dengan yang telah ditentukan oleh hukum
tokoh agama, tokoh masyarakat, yang berlaku. Upaya represif ini
pemerintah dan LSM terkait untuk bersifat penindakan dan
mengadakan sosialisasi kepada pemberian pidana bagi pelanggar
masyarakat agar mencegah hukum dan demi keamanan dalam
terjadinya tindak pidana yang masyarakat agar keseimbangan
sama. Kegiatan sosialisasi tersebut masyarakat yang telah terganggu
dilakukan berdampingan bersama dapat dipulihkan kembali.
Dinas Pemberdayaan Maksud dari upaya ini adalah
Perlindungan Perempuan dan pembinaan pelaku kejahatan
Anak (DP3A) dan dilakukan tindak pidana dalam lembaga
secara menyeluruh di wilayah pemasyarakatan. Upaya preventif
Hukum Unit PPA Kota Kupang. memang lebih diutamakan karena
Kegiatan sosialisasi tersebut menanggulangi kejahatan lebih
dilakukan di gereja-gereja dan baik daripada menghukum pelaku
Kelurahan-Kelurahan, yang sebab dapat mengurangi dan
diharapkan orang tua dapat menghindari adanya korban
mengetahui dan memahami kejahatan.
perbuatan-perbuatan apa saja yang Penanggulangan kejahatan
dilarang untuk dilakukan orang tua secaragaris besar ada dua macam :
dalam mendidik anaknya menurut
undang-undang. 1. Treatment (Perlakuan)
Menurut Kepala Unit Sebagai salah satu
PPA Bripka Bregitha N. Usfinit, penerapan hukuman
S.H., sosialisasi mengenai cara terhadap pelaku kejahatan
mendidik anak kepada orang tua atau pelanggaran hukum.
ini sangat penting karena Perlakuan berdasarkan
kebanyakan kekerasan atau penerapan hukuman
penganiayaan terhadap anak secara umum dibedakan
karena orang tua kurang menjadi dua bagian
menurut jenjang berat dan
10
Ibid.
ringan suatu perbuatan, perihal kekerasan dan
yaitu: penganiayaan anak
a. Perlakuan yang hingga mengakibatkan
merupakan sanksi anak meninggal dunia
pidana artinya yang dilakukan oleh
perlakuan yang orang tua kandung.
paling ringan yang 2. Dalam proses
diberikan kepada penyelidikan dan
orang yang belum penyidikan terhadap
terlanjur melakukan tersangka pembunuhan
kejahatan. anak kembar yang
b. Perlakuan yang merupakan ibu kandung
memberikan sanksi korban, Unit PPA Kota
pidana secara tidak Kupang berkoordinasi
langsung artinya dengan Psikologi Biro,
tidak berdasarkan SDM, Polda NTT untuk
putusan-putusan memberikan
yang menyatakan pendampingan psikologis
suatu hukuman serta mengetahui keadaan
terhadap si pelaku. kejiwaan tersangka untuk
2. Punisment mendapatkan informasi
(penghukuman) yang jujur dan
Dimaksudkan sebagai bertanggungjawab.
suatu rangkaian 3. Menerapkan sanksi tegas
pembalasan atas dengan peraturan
perbuatan si pelanggar perundang-undangan
hukum. Penghukuman yang terkait dengan
merupakan tindakan kekerasan dan
untuk memberikan penganiayaan anak
penderitaan terhadap hingga mengakibatkan
pelaku kejahatan yang meninggal dunia yang
sebanding atau mungkin dilakukan oleh orang tua
lebih beratdari akibat kandung.
yang di timbulkan oleh 4. Ancaman pidana yang
perbuatan kejahatan digunakan oleh
tersebut, apakah ia berupa kepolisian dalam
hukuman pemenjaraan menangani kasus ini
ataukah hukuman yang adalah Pasal 80 ayat (3)
bersifat pendendaan. dan ayat (4) Undang-
Adapun upaya Undang Nomor 35 Tahun
represif yang dilakukan oleh 2014 tentang perubahan
Unit PPA Polres Kota atas Undang-Undang
Kupang sebagai berikut: Nomor 23 Tahun 2002
1. Upaya penyelidikan dan tentang perlindungan
penyidikan yang cepat anak subsider Pasal 338
dan tanggap terhadap KUHP;
laporan masyarakat dan 1) Setiap orang yang
keluarga mengenai melakukan
kekejaman, (1), ayat (2) dan
kekerasan atau ayat (3) apabila
ancaman yang melakukan
kekerasan, atau penganiayaan
penganiayaan tersebut orang
terhadap anak tuanya.
dipidana dengan Pasal 351 KUHP
pidana penjara ayat (3); “ Jika
paling lama 3 (tiga) mengakibatkan
tahun 6 (enam) mati, diancam
bulan dan atau dengan pidana
denda paling penjara paling lama
banyak Rp. tujuh tahun”
72.000.000,00,- Pasal 338 “
(tujuh puluh dua Barangsiapa
juta rupiah). sengaja merampas
2) Dalam hal anak nyawa orang lain,
sebagaimana diancam, karena
dimaksud dalam pemunuhan dengan
ayat (1) luka berat, pidana penjara
maka pelaku paling lama 15
dipidana penjara Tahun.
paling lama 5 Upaya penanggulangan
(lima) tahun dan dengan cara represif untuk menindak
atau denda paling para pelaku sesuai dengan
banyak Rp. perbuatannya serta memperbaikinya
100.000.000,00,- kembali supaya mereka sadar dan
(seratus juta tidak mengulangi perbuatannya lagi,
rupiah). dengan kata lain upaya represif
3) Dalam hal anak dipakai untuk memberikan efek jera
sebagaimana bagi pelaku dan orang lain. Upaya
dimaksud pada ayat represif wajib diberikan kepada
(2) mati maka pelaku tindak pidana pembunuhan
pelaku dipidana agar masyarakan lebih takut akan
dengan pidana hukum. Aspek kriminologis dalam
penjara paling lama penanggulangan kejahatan yaitu tidak
15 (lima belas) seorangpun mengehendaki adanya
tahun dan atau kejahatan dalam lingkungan
denda paling masyarakatnya, karena adanya
banyak Rp. kejahatan akan merasakan dan
3.000.000.000,00 ,- merugikan masyarakat, dan tidak
( tiga miliar hanya meresahkan ataupun
rupiah). merugikan harta benda, tetapi dapat
4) Pidana ditambah mengancam keselamatan jiwa
sepertiga dari anggota masyarakat. Oleh karena itu
ketentuan kejahatan harus diberantas dan
sebagaimana ditanggulangi dan salah satu cara
dimaksud pada ayat
penanggulangan kejahatan ini melalui e. Partisipasi masyarakat
penegakan hukum. dalam usaha
Usaha penanggulangan penggolongan
masalah kejahatan telah banyak kejahatan.
dilakukan dengan berbagai cara, Dari apa yang telah diuraikan
namun hasilnya belum memuaskan. tentang usaha penanggulangan
Sebagaimana apa yang dikemukakan kejahatan telah jelas bahwa usaha
oleh Habib-Ur-Rahman Khan dalam crime prevention, ini meliputi dua
tulisannya yang berjudul Prefention segi penggarapan yakni:
of Crime-It Ish Society Wich Needs th a. Mencari faktor-faktor
Treathmen and Not the Ciriminal, yang dapat
sebagai berikut; salah satu usaha menimbulkan
penanggulangan kejahatan ialah kejahatan, yang
menggunakan hukum pidana dengan dimulai dengan
sanksinya yang berupa pidana. penelitian kejahatan
Menurut Herbert El. Packer usaha atau kenakalan dalam
pengendalian perbuatan anti sosial lingkungan remaja,
dengan menggunakan pidana pada dan tentunya dalam
seseorang yang bersalah melanggar berbagai pola-pola
peraturan pidana, merupakan suatu kriminalitas khusus,
problem sosial yang mempunyai sehingga dengan
dimensi hukum yang penting. penemuan faktor-
Dalam usaha penanggulangan faktor tertentu yang
kejahatan dengan aspek dihubungkan dengan
kriminologisnya (crime prevention) berbagai faktor dapat
maka hasil-hasil penelitian menimbulkan
merupakan bahan-bahan bermanfaat kejahatan dapat
sekali bagi penyusunan program memberi bahan untuk
pencegahan kejahatan oleh para menyusun program
penegak hukum. penanggulangan
Walter C. Reckless11 kejahatan yang
mengemukakan beberapa syarat yang diantaranya diarahkan
perlu diperhatikan oleh pemerintah kepada penggarapan
agar menanggulangi kejahatan dapat faktor-faktor yang
lebih berhasil, syarat-syarat tersebut bersangkutan.
adalah: Dalam pencegahan
a. Sistem dan organisasi kejahatan yang
Kepolisian yang baik ditujukan kepada
b. Pelaksanaan peradilan faktor-faktor yang
yang efektif memungkinkan
c. Hukum yang timbulnya kejahatan,
berwibawa atau dengan kata lain
d. Pengawasan dan yang ditujukan kepada
pencegahan kejahatan objek yang menjadi
yang terkoordinir sasaran
penanggulangan
11
Soedjono Dirdjosisworo, 1984, Sosiologi studi kejahatan) Sinar Baru, Bandung, hlm.
Kriminologi (amalan ilmu-ilmu sosial dana 138.
terdapat dua cara masyarakat
yakni: secara
1. Cara yang keseluruhan
khusus yang dengan tujuan
sasaran menebalkan
penggarapann iman dan
ya terarah pada kesadaran
suatu faktor untuk tidak
tertentu yang berbuat
telah diteliti, kejahatan.
bahwa faktor Cara ini
tersebut dinamakan
sebagai faktor sistem
kriminogen. moralistik,
Cara ini yaitu
dinamakan penanggulanga
sistem n kejahatan
abolisionistik melalui
yaitu penerangan-
penanggulanga penerangan
n kejahatan keagamaan
dengan seperti
menghilangka khotbah-
n faktor-faktor khotbah dan
yang menjadi lain-lain.
sebab- b. Meningkatkan
musabab kemantapan
kejahatan. pembinaan hukum dan
Cara ini sangat aparatur penegak
berhubungan hukum dalam rangka
dengan Law and Forcement,
perkembangan yakni suatu upaya
studi tentang memelihara dan
sebab-sebab membina hukum yang
kejahatan berlaku dalam
(etiologi masyarakat serta
kriminal), yang meningkatkan
memerlukan kemampuan dan
pengembangan kemantapan aparatur
teori dan penegak hukum, yang
penelitian- akan menegakan
penelitian hukum yang berlaku
lapangan. dalam masyarakat.
2. Cara yang Dengan kata lain
umum, yang ditinjau dari subjek
ditujukan yaitu penegak hukum.
kepada Menurut Baharuddin Lopa,
anggota mengutip pendapat Kaiser didalam
buku Crime Prevention strategies in Kesimpulan
Europe and North America yang Berdasarkan latar belakang
disusun Jhon Graham, mengatakan permasalahan dan pembahasan
bahwa strategi pokok untuk yang telah diuraikan dalam setiap
mencegah kejahatan dapat dibagi babnya, maka dapat ditarik
menjadi tiga kelompok yaitu kesimpulan yakni sebagai berikut:
Primary,secondary, dan thertiary 1. Faktor-faktor penyebab
prevention. Yang dimaksud dengan timbulnya tindak pidana
Primary prevention, ialah sebuah pembunuhan anak kembar
strategi yang melalui bidan sosial, yang dilakukan oleh ibu
ekonomi dan kebijakan publik kandung di kelurahan
lainnya sedangkan secondary oesapa barat, kecamatan
prevention ialah langkah-langkah kelapa lima kota kupang,
yang berkaitan dengan kebijakan terdiri dari dua faktor yaitu
peradilan pidana atau (criminal faktor internal (faktor yang
justice policy). Kemudian thertiary berasal dari dalam
prevention merupakan langkah- individu) dan faktor
langkah kongkret yang diambil eksternal (faktor yang
kepolisian untuk mencegah terjadinya terdapat diluar individu).
kejahatan, termasuk yang dilakukan Faktor internal penyebab
para penjahat kambuhan. terjadinya tindak pidana
Selanjutnya, Baharuddin Lopa pembunuhan anak kembar
mengatakan bahwa dari ketiga oleh ibu kandung yaitu
kelompok pengegahan kejahatan ini, faktor stress atau gangguan
langkah Primary prevention paling psikologis karena
efektif. Karena tak dapat dipungkiri kurangnya perhatian dari
sesungguhnya jika kita ingin suami dan keluarga dari
mencegah kejahatan akar suami. Faktor eksternal
penyebabnyalah yang perlu tindak pidana pembunuhan
dieliminasi terlebih dahulu. Masih anak kembar oleh ibu
terlalu banyak bukti bahwa kandung disebabkan oleh
ketimpangan sosial ekonomi faktor ekonomi karena
merupakan salah satu penyebab kurangnya biaya yang
terjadinya kejahatan. diberikan suami untuk
Dengan upaya preventif memenuhi kebutuhan
menitikberatkan pada tindakan hidup terdakwa dan kedua
sebelum tindak pidana terjadi. anaknya.
Mengingat upaya penanggulangan 2. Upaya penanggulangan
tindak pidana lewat upaya preventif tindak pidana pembunuhan
lebih bersifat pencegahan sebelum yang dilakukan ibu
terjadinya kejahatan, maka sasaran kandung terhadap anak
utamanya adalah menangani faktor- kembarnya oleh Polres
faktor kondusif antara lain berpusat Kota Kupang dilakukan
pada masalah atau kondisi-kondisi dalam tiga upaya yaitu
sosial yang secara langsung atau tidak upaya secara pre-emtif,
langsung dapat menimbulkan atau preventif dan represif.
menumbuh suburkan kejahatan. Adapun upaya
PENUTUP penanggulangan pre-emtif
yang dilakukan oleh Polres Kupang beserta jajaran
Kota Kupang yaitu dengan terkait dalam
melakukan pembinaan melaksanakan upaya
kegiatan-kegiatan positif, penanggulangan tindak
upaya preventif yaitu pidana pembunuhan
pengendalian dan melalui upaya pre-emtif,
pengawasan untuk preventif dan represif
mencegah agar tidak hendaknya lebih baik dan
terjadi lagi kasus yang lebih menekankan pada
sama dan upaya represif upaya pre-emtif dan
yaituupaya penindakan dan preventif karena bersifat
penegakan hukum terhadap mencegah, jadi akan lebih
pelaku dalam hal ini orang baik diterapkan untuk
tua yang menganiaya mencegah tindak pidana
anaknya hingga meninggal pembunuhan dalam
dunia dengan sanksi tegas keluarga melalui kegiatan
yang dapat membuat jera sosialisasi masyarakat dan
para pelaku. takut akan sanksi yang
diberikan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai tinjauan Buku
kriminologis terhadap pembunuhan
anak kembar oleh ibu kandung Abdulsyani. 1987. Sosiologi
penulis ingin menyampaikan sedikit Kriminalitas. Bandung.
saran sebagai berikut. Remaja Rosda Karya.
1. Menghindari terjadinya hlm 44.
tindak pidana pembunuhan A.S Alam, 1985, Kejahatan dan
hendaknya masyarakat Sistem Pemidanaan. Ujung
lebih meningkatan kualitas Pandang. Fakultas Hukum.
hidup terutama dalam UNHAS. hlm 5.
keluarga dengan lebih A.S. Alam, 2010. Pengantar
memprioritaskan faktor- Kriminologi. Makassar.
faktor penunjang dalam Pustaka Refleksi Books. hlm
kehidupan seperti faktor 21.
ekonomi, faktor Alam, A.S. 2010. Pengantar
kebahagian dan lebih Kriminologi. Makassar.
meningkatkan hubungan Pustaka Refleksi Books. hlm
sosial dengan masyarakat 45
lainnya. Alam, A. S. Kriminologi Suatu
2. Polres Kota Kupang Pengantar, Edisi Pertama.
hendaknya dalam Jakarta: Kencana, 2018.
menjalankan peraturan Bawengan,G.W. 1977.Hukum
perundang-undangan harus Pidana Dalam Teori dan
lebih tegas dan tertata baik, Praktek. Jakarta.Prada
sesuai dengan prosedur Paramita. hlm 90.
yang berlaku. Polres Kota
Bonger, W.A. 1995.Pengantar
Tentang Kriminologi.
Jakarta. Ghalia. hlm 76.
Dirdjosisworo, Soedjono 1984,
Sosiologi
Jurnal
Airlangga, Pembuangan Bayi
dalam Pesrpektif
Penelantaran Anak. Vol 3
No.1, 2018.
I Gusti Ngurah Parwata, Tinjauan
Kriminologis Terhadap
Tindak Pidana Pembunuhan
Dalam Keluarga, 2019.
UIN Suska Riau, Tinjauan
Teoritis, hlm.40-42.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 73
Tahun 1958 tentang
menyatakan berlakunya
Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1946 Republik
Indonesia tentang
Peraturan Hukum Pidana
untuk seluruh Wilayah
Republik Indonesia dan
mengubah Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana
(Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun
1958 nomor 127, tambahan
Lembaran Negara 1660).