Anda di halaman 1dari 26

HUKUM ACARA PIDANA

Alur Penanganan Kasus Pembunuhan H. Didi dan Hj. Anitadari Penyelidakan


hingga Putusan tetap dan mengikat dari Pengadilan

Disusun Oleh :

 Bohal Yacob Asi Munthe 1687905


 Jimmy Pranata Ginting 1687094
 Marchell Tjandra Manvantara 1687021
 Narindra Maheswara 1687056
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ucapkan puji serta syukur kehadirat TUHAN Yang Maha Esa, karena kasih
dan anugerah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Alur Penanganan Kasus
Pembunuhan H. Didi dan Hj. Anitadari Penyelidakan hingga Putusan tetap dan mengikat dari
Pengadilan”

Makalah ini disusun melalui berbagai sumber yang actual dari beberapa media serta perturan
perundang undangan yang tentunya menjadi subjek dalam penyusunan makalah ini. Tujuan
penulisan makalah ini ialah untuk memberikan pengertian kepada kita tentang tinjauan kondisi
serta mengenal lebih dalam tentang aturan yang secara jelas mengatur tentang mekanisme proses
Hukum Acara Pidana.
Karena dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka segala masukan, kritik dan
saran yang bertujuan membangun makalah ini sangat diharapkan dan diterima secara terbuka.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu dalam
penyusunan makalah ini. juga kepada dosen pembimbing mata kuliah Hukum Acara Pidana
kami, Bapak, I Ketut Adi Purnama S.H.,M.H. atas masukan serta pembelajaran yang telah yang
diberikan kepada kami,
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

NKRI adalah Negara yang dalam pelaksanannya didasari berdasarkan hukum yang demokratis, dengan
dasar hukum Pancasila dan UUD 1945, tidak berdasarkan atas kekuasaan semata-mata. Oleh karena itu,
Indonesia punya sebuah hukum yang hidup, dengan hukum itu diharapkan membentuk suasana yang
tentram,teratur dan damai bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Tak lepas dari itu, hukum
tersebut juga butuh ditegakkan, demi membela dan melindungi hak-hak setiap warga Negara..
Hukum acara pidana adalah salah satu bentuk dari hukum yang hidup tersebut,yang mana sebagai
pelaksana dari hukum hidup lainnya yaitu hukum pidana. Yang mana didalamnya diatur
bagaimana penanganan suatu perkara pidana dari mulai tahap penyelidikan hingga mendapat
putusan tetap dari pengadilan. Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah kasus
pembunuhan H. Didi dan Hj. Anitadari di Bandung dengan no.register kasus 1049/Pid.B/2014/PN
Bdg, yang kemudian akan dilaporkan secara ilmiah rentetan alur penanganan kasusnya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana tahap penyelidikan, penyidikan, pra penuntutan dalam hukum acara
pidana pada kasus tersebut?

1.2.2 Bagaimana tahap penuntutan dalam hukum acara pidana pada kasus tersebut?

1.2.3 Bagaimana pemeriksaan sidang pengadilan dan putusan hakim dalam hukum
acara pidana pada kasus tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana tahap penyelidikan, penyidikan, prapenuntutan


dalam hukum acara pidana pada kasus tersebut?

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana tahap penuntutan dalam hukum acara pidana pada
kasus tersebut?

1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan sidang pengadilan dan putusan hakim
dalam hukum acara pidana pada kasus tersebut.

1.3.4 Untuk memenuhi nilai tugas akhir mata kuliah Hukum Acara Pidana
1.4 Kronologis Kejadian

BANDUNG, Polisi meluruskan latar belakang kasus pembunuhan pasangan Didi Harsoadi (59)
dan Anita Anggrainy (50). Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Mashudi, menyatakan bahwa
modus kasus ini bukanlah utang-piutang seperti yang beredar semula.

Menurutnya, pembunuhan ini dilatarbelakangi keinginan Raga, salah satu pelaku, untuk
memiliki rumah korban. Sementara itu, lanjut Mashudi, surat rumah tengah diproses oleh pelaku
lainnya, Weda, ke bank. "Kita luruskan. Bukan utang piutang. Tapi, tersangka R ingin memiliki
rumah milik korban," ujar Kapolrestabes di Mapolrestabes Bandung, Senin (21/4/2014).

Sebelumnya diberitakan, polisi menangkap 4 pelaku pembunuhan terhadap pasangan Didi-Anita.


Keempat pelaku, Teuku (44), Udin Botak (42), Dedi Murdani (28), dan Raga (25) kini
mendekam di sel tahanan Mapolrestabes Bandung. Seperti diberitakan sebelumnya, pasangan
suami istri Didi dan Anggraeni diketahui hilang sejak 10 April lalu.

Pada Jumat (11/4/2014) Polda Jawa Barat mendapatkan informasi tentang penemuan dua mayat
di hutan di Pandeglang, Banten. Pada Minggu (13/4/2014), keluarga Didi dan Anggraeni
mengonfirmasi bahwa temuan mayat di hutan tersebut adalah pasangan yang hilang dari rumah
mereka di Jalan Batu Indah Raya No 46A, Kelurahan Batununggal, Kecamatan Bandung Kidul,
Bandung, Jawa Barat. Pada Senin (14/4/2014), kedua jenazah dimakamkan di TPU Cikutra,
Bandung.

Pasangan suami istri ini dibunuh terkait dengan rumah milik mereka senilai Rp 3,5 miliar yang
rencananya akan dijual. Menurut kronologis, para pelaku juga datang ke rumah untuk membunuh
sambil berpura-pura akan mengukur rumah yang akan dibeli.1

1
Rio Kuswandi, “Suami Istri Batununggal Dibunuh karena Pelaku Ingin Miliki Rumah Korban”, KOMPAS, diakses dari
https://regional.kompas.com/read/2014/04/21/1404160/Suami.Istri.Batununggal.Dibunuh.karena.Pelaku.Ingin.Miliki.Rumah.Kor
ban, pada tanggal 1 Desember pukul 10.47
Selasa, 8 April 2014
Para pelaku berkumpul di hotel untuk merencanakan pembunuhan korban.

Kamis 10 April 2014


Pukul 12.30 WIB
Empat pelaku, di antaranya Raga (otak pembunuhan), Tengku, Udin Botak dan Epong ramai-
ramai mendatangi lokasi. Raga yang pura-pura bertamu membicarakan masalah utang piutang
dan penjualan rumah kepada kedua korban.

Raga bertamu ke rumah pasangan suami istri itu. Raga bilang mau membicarakan masalah
rumah yang mau dijual si suami istri. Raga memperkenalkan Udin dan Epong sebagai tukang
ukur luas lahan bangunan.

Posisi ruang tamu ada di lantai 2. Raga dan dua eksekutor itu dipersilakan naik ke atas.
Sementara, Weda menunggu di bawah dan Tengku diam di dalam mobil. Setelah dipersilakan
duduk, mereka basa-basi dengan Didi. Posisi Anita ada di bawah sedang membuatkan air minum
untuk tamu. Tak lama kemudian, dua eksekutor itu pura-pura mengukur luas lahan rumah
dengan meteran. Suasana, saat itu, masih biasa-biasa saja.

Di antara mereka sedikit mengobrol dan basa-basi. Tiba-tiba, Udin Botak memukul muka Didi
hingga terjatuh. Epong membantu dengan mengeluarkan alat kejut listrik. Korban yang pria
langsung disetrum dengan alat kejut di bagian leher. Setelah itu, ditusuk dengan pisau belati

Anita yang berada di lantai bawah membuat minuman, mendengar suara gaduh di lantai atas. Dia
pun bertanya ada kejadian apa. Salah satu pelaku, Udin menjawabnya sedang memperbaiki meja.
Lalu, saat tiba di lantai atas, Anita langsung dipukul oleh Epong di bagian mukanya hingga
terjatuh. Dalam keadaan tergeletak, Anita kemudian disetrum oleh alat kejut listrik di bagian
lehernya oleh Udin. Setelah dipukul, korban wanita terjatuh, lalu disetrum di bagian leher,
setelah itu ditusuk. Kedua korban dibunuh tanpa melakukan perlawanan

Setelah dieksekusi, kedua jasad suami istri itu dibungkus oleh Tengku pakai sprei. Kemudian
keduanya dimasukkan ke bagian belakang mobil Grand Livina warna silver bernomor polisi D
68 PD milik korban. Setelah membunuh, pelaku masih berada di TKP hingga 4 jam. Lalu sore
harinya, kelima pelaku berangkat ke Pandeglang, Banten. Pembuangan mayat ke Pandeglang,
Banten, memang sudah direncanakan katanya. Pelaku tiba di Pandeglang, Banten pada malam
hari. Mereka langsung membuang mayat Didi dan Anita di sana.2

BAB II

Tahap Penyelidikan, Penyidikan dan Pra – penuntutan

2.1 Tahap Penyelidikan


Mengenai tahap penyelidikan, dasar hukum yang mengatur mengenai penyelidikan ialah
yang terdapat di dalam Pasal 1 angka 4 KUHAP “Penyelidik adalah pejabat polisi
negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penyelidikan.” 3

Pasal 1 angka 5 KUHAP


“Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”4

 Tahap penyelidikan pada kasus tersebut :

10 April 2014
POLRES Pandeglang mendapatkan laporan penemuan 2 mayat di hutan Pandeglang, Banten.
Seketika itu juga tim penyeledik mengunjungi tempat penemuan, dan segera melakukan
identifikasi dan evakuasi 2 mayat tersebut.

2
Rio Kuswandi, “Kronologi Pembunuhan Pasutri Batununggal”, KOMPAS, diakses dari
https://regional.kompas.com/read/2014/04/18/1645560/Kronologi.Pembunuhan.Suami.Istri.di.Batununggal, pada tanggal 1
Desember pukul 10.52
16 April 2014

Tim Jatanras Polda Jabar dan Satreskrim Polrestabes Bandung telah menangkap lima tersangka
pembunuh pasangan suami istri Didi Haswadi (59) dan Anita Anggraeni (51), Rabu (16/4/2014).

"Lima tersangka sudah kami amankan, tapi masih ada satu lagi yang buron. W (yang masih
buron) ini perannya sebagai perencana," kata Kapolrestabes Bandung Kombes Mashudi kepada
wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jalan Merdeka, Bandung, Jawa Barat, Rabu malam.
Mashudi mengatakan, kelima tersangka tersebut ditangkap di tempat yang berbeda-beda. "Tiga
pelaku ditangkap di Bandar Lampung, satu di Jakarta, dan satu lagi di Bandung," kata Mashudi.
Kelima tersangka berinisial T, R, U, S, dan D. "R berperan sebagai otak pelaku yang ditangkap
di Bandung. Sedangkan T adalah perencana yang ditangkap di Jakarta. U, S, dan D adalah
eksekutor," kata Mashudi.

Dia menambahkan, pembunuhan ini diduga dilakukan secara terencana. "Ya, ini pembunuhan
terencana. Dua hari sebelumnya mereka sudah berkumpul di sebuah hotel untuk merencanakan
pembunuhan."3
2.2 Tahap penyidikan

Dasar hukum yang mengatur mengenai proses penyidikan ialah yang terdapat di dalam
Pasal 1 angka 1 KUHAP
“Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
penyidikan.”5

Pasal 1 angka 2 KUHAP


“Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.”

Tugas dan wewenang dari penyelidik salah satunya adalah menerima laporan atau
pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana sesuai dengan Pasal 5 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (”KUHAP”). Penyelidik dalam hal ini polisi sesuai
dengan ketentuan Pasal 1 angka 4 KUHAP, atas laporan/pengaduan tersebut mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat
atau tidaknya dilakukan penyidikan. Di dalam penyidikan berdasarkan Pasal 1 angka 2
KUHAP, penyidik/polisi mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

Di dalam Pasal 4 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012
tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana (“Perkap 14/2012”), dasar dilakukan penyidikan
adalah: a. laporan polisi/pengaduan;
b. surat perintah tugas;

3
Rio Kuswandi, “Polisi Tangkap 5 Pembunuh Pasutri Batununggal”, KOMPAS, diakses dari
https://regional.kompas.com/read/2014/04/16/2352147/Polisi.Tangkap.5.Tersangka.Pembunuhan.Suami.Istri.Batununggal, pada
tanggal 1 Desember pukul 11.47
c. laporan hasil penyelidikan (LHP);
d. surat perintah penyidikan; dan
e. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP).

Menurut Pasal 1 angka 21 Perkap 14/2012 menyatakan, “Bukti permulaan adalah alat bukti berupa
Laporan Polisi dan 1 (satu) alat bukti yang sah, yang digunakan untuk menduga bahwa seseorang
telah melakukan tindak pidana sebagai dasar untuk dapat dilakukan penangkapan.”6

Pasal 184 KUHAP menjabarkan alat bukti yang sah sebagai berikut:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.

 Tahap penyidikan pada kasus tersebut :

16 April 2014

Polisi menetapkan tersangka pembunuh H.Didi dan Hj.Anita. Ada 5 orang yang ditetapkan
sebagai tersangka. Mereka berinisial T,R,U,S dan D

17 April 2014

Polda Jabar menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan Didi dan Anita, di kediaman pasutri
tersebut di Batununggal, Bandung.
Adapun barang bukti yang didapatkan dari hasil penyidikan oleh Polda Jabar, berupa:
• 1 (satu) buah Sertifikat Hak Milik asli No.2957 Kel. Batununggal, atas nama
Nyonya Raden ANITA ANGGRAINY ;
• 2 (dua) lembar SPPT Pajak Bumi dan Bangunan tahun Pajak 2013 dan 2014 ;
• 1 (satu) lembar surat tanda terima setoran (STTS) Bank BJB tanggal
28/03/2014 ;
• 1 (satu) lembar surat Nomor : 503.648.1/SI-0519-Db/2000 tentang Izin
Mendirikan Bangunan tanggal 05 April 2000 ;
• 1 (satu) Unit R-4 merk Nissan Grand Livina warna abu - abu metalik No.
Pol : D-68-PD tahun 2010, Noka MHGB I0G1AAJ048777, Nosin :
HR15965853A berikut kunci dan STNK nya ;
• 1 (satu) pasang plat nomor mobil No. Pol : D-68-PD ;
• 1 (satu) buah Hand Phone Merk Nokia E63 warna putih ;
• 1 (satu) buah dus Hand phone merk Nokia C3 imei: 351984045249836 ;
• 1 (satu) buah dus Hand phone merk Nokia 6300 imei: 354864026690801 ;
• 1 (satu) buah dus Hand phone merk Nokia E 63 imei : 355376046102948 ;
• 1 (satu) buah gelang terbuat dari batu berbentuk bulat persegi berwarna dasar
coklat ;
• 2 (dua) pasang giwang terbuat dari logam berwarna perak pada bagian
tengahnya terdapat batu bening dengan motif hati ;
• 1 (satu) potong kemeja Jeans warna biru ;
• 1 (satu) potong celana panjang warna hitam ;
• 1 (satu) Plat Nomormobil No.Pol : B-1833-EFK ;
• 1 (satu) buah Hand phone Balack berry merk Curve warna Hitam ;
• 1 (satu) buah gayung plastik warna merah muda ;
• 1 (satu) potongan kuku Terdakwa SAIMUDDIN als UDIN BOTAK bin
MOHAMMAD ALI ITAM ;
• 1 (satu) meteran plastik ;
• 1 (satu) buah Balpoin standar ;
• 1 (satu) buah Hand phone Merk Nokia Putih Abu ;
• 5 (lima) lembar kertas bertuliskan ukuran ruangan dan kamar rumah ;
• 1 (satu) buah Hand phone merk Samsung Dus warna Hitam Silver ;
• 1 (satu) buah Hand Phone Merk Cross warna Biru ;
• 1 (satu) buah sapu bergagang besi ;
• 1 (satu) lap pel bergagang besi ;
• 1 (satu) lembar foto copy buku mutasi tamu Hotel Pondok Kurnia ;
• 1 (satu) buah kaos lengan panjang tanpa kerah dalam keadaaan berlumuran
darah berwarna dasar putih bercampur hijau pada bagian depan terdapt
lingkaran didalamnya bertuliskan University 58 Champions 23 Th anual
Copetition Nortest Boxing Fighting academy ;
• 1 (satu) buah celana panjang ber merk Mario Valentino terbuat dari bahan
katun berwarna dasar hitam pada bagian depan sisi kanan dan kiri terdapat
satu kantong penutup ;
• 1 (satu) buah sapu tangan berlumuran darah, berwarna dasar putih pada
sisinya terdapat garis berwarna hijau serta bergambar kelinci bertuliskan Play
Boy ;
• 1 (satu) buah celana dalam berlumuran darah berwarna dasar hijau
bertuliskan Rider berukuran XL ;
• 1 (satu) buah BUAH Bed cover berlumuran darah terbuat dari katun
berlumuran darah berwarna putih dan biru dongker dengan motif kotak, bulat
kecil dan abstrak tanpa merk tanpa ukuran ;
• 1 (satu) buah kain sprei berlumuran darah terbuat dari katun serta terdapat
ranting dan dedaunan berwarna hijau berwarna dasar biru dan bercampur
warna hijau dan biru donker dengan motif daun kotak dan abstrak pada
sisinya terdapat karet tanpa merk tanpa ukuran ;
• 1 (satu) buah kaos dalam berwarna dasar hitam, pada bagian bawah tangan
terdapat enam robekan yang rata bermerk Old Navi berukuran M;
• 1 (satu) buah bed cover warna merah muda dengan berlumuran darah motif
bunga wama merah muda ;
• 1 (satu) buah selimut warna merah dengan bercak darah ;
• 1 (satu) Unit R-4 merk Toyota Avanza Veloz wama Putih No. Pol. D-1207-
MNI tahun 2013, Noka MKHMI1CA4JDK031353 Nosin : DDH1786 berikut
kunci kontak dan STNK nya ;

2.3 Tahap Pra penuntuan

Pengertian prapenuntutan terdapat istilah penyidikan. Hal ini diatur Didalam pasal 1 ayat
(1) KUHAP disebutkan bahwa penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal
dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari dan
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan guna menemukan tersangkanya.4

Penyidikan dilakukan oleh pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang, hal ini disebutkan didalam pasal
6 ayat 1 KUHAP.

Setelah penyidikan dinyatakan selesai maka KUHAP mengatur dalam pasal 110 ayat 1 KUHAP,
yang berbunyi “Dalam hal penyidik telah selesai melakukan penyidikan, penyidik wajib segera
menyerahkan berkas perkara itu kepada penuntut umum”. Hal ini untuk memenuhi asas peradilan
cepat, sederhana dan biaya ringan.

Berkas perkara diterima oleh jaksa/penuntut umum kemudian jaksa memulai untuk mempelajari
dan meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan tersebut, dan apabila terdapat
kekurangan baik secara formil maupun materiil maka jaksa/penuntut umum segera
memberitahukan kepada penyidik untuk dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang harus
dilengkapi. Dan jika jaksa/penuntut umum menyatakan berkas telah lengkap maka perkara tersebut
segera untuk dilimpahkan ke pengadilan dan proses prapenuntutan telah selesai kemudian masuk
ke proses penuntutan.
BAB III

Tahap Penuntutan

Dalam hal penuntutan menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara
Pidana (KUHAP) ialah tindakan Penuntut Umum (PU) untuk melimpahkan perkara pidana ke
Pengadilan Negeri (PN), yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam UU
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim dalam persidangan. Penuntutan ini di
bagi menjadi dua yaitu prapenuntutan dan penuntutan, Ihwal prapenuntutan memang tidak diatur
dalam Bab tersendiri tapi terdapat di dalam Bab tentang Penyidikan dan Bab Penuntutan (pasal
109 dan pasal 138 KUHAP). Keberadaan lembaga prapenuntutan bersifat mutlak karena tidak ada
suatu perkara pidana pun sampai ke pengadilan tanpa melalui proses prapenuntutan sebab dalam
hal penyidik telah melakukan penyelidikan suatu peristiwa yang merupakan tindak pidana,
penyidik wajib memberitahukan dimulainya penyidikan kepada penuntut umum.

Maka dalam hal ini akan di jabarkan hal-hal mengenai penuntutan dari prapenuntutan dan
penuntutan beserta pejabat yang berwenang melakukan penuntutan, tugas dan wewenang jaksa
penuntut umum (PU), menyusun surat dawaan, syarat surat dakwaan, macam-macam surat
dakwaan (tunggal, kumulatif,alternatife, subsider) hingga melimpahkan berkas perkara ke
pengadilan negeri (PN).

Tugas dan Wewenang Penuntut Umum (PU)


Di dalam pasal 13 KUHAP dinyatakan bahwa penuntut umum adalah Jaksa yang diberi
wewenang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Selain itu, dalam
Pasal 1 Undang-Undang Pokok Kejaksaan (UU No. 15 tahun 1961) menyatakan, kejaksaan RI
selanjutnya disebut kejaksaan adalah alat Negara penegak hokum yang terutama bertugas
sebagai Penuntut Umum. Menurut Pasal 14 KUHAP, Penuntut Umum mempunyai wewenang:
a.Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau pembantu penyidik;
b.Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan
ketentuan pasal 110 ayat 3 dan ayat 4 dengan memberi petunjukdalam rangka menyempurnakan
penyidikan dan penyidik.
c.Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan lanjutan atau mengubah status
tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik;
d.Membuat surat dakwan;
e.Melimpahkan perkara kepengadilan;
f.Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan dan waktu perkara
disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk
dating pada sidang yang telah ditentukan;
g.Melakukan penuntutan;
h.Menutup perkara demi kepentingan hokum;
i.Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum
menurut undang-undang;
j.Melaksanakan penetapan hakim.

 Tahap penunututan pada kasus tersebut :

24 Agustus 2014

T,R,U,S dan D menjalani sidang perdana. Dalam sidang tersebut, dituntut oleh JPU dengan
hukuman penjara seumur hidup
BAB IV
Pemeriksaan di sidang pengadilan dan putusan hakim.

 Bahwa Terdakwa Wedha Sandrajaya Als. Weda Bin Ujang Sodikin Jumara bersamasama
dengan Sdr. Raga Mulya Kusumah Raharja Als. Agam Bin H. Dadang Sulaeman (Alm),
Sdr. Teuku Samsul Abadi Als. Husein Abadi Bin Teuku Husen Abadi, Sdr. Dedi Murdani
Als. Daniel Als. Epong Bin Abbas Kasim dan Sdr. Saimuddin Als. Udin Botak Bin
Mohammad Ali Itam (terdakwa dalam berkas terpisah) pada hari Kamis tanggal 10 April
2014 sekira jam 13.30 WIB atau setidaktidaknya pada suatu waktu dalam bulan April tahun
2014 atau setidak-tidaknya masih dalam tahun 2014, bertempat di Jalan Batu Indah Raya
No. 46A, Rt. 05, Rw. 03, Kelurahan Batununggal, Kecamatan Bandung Kidul, Kota
Bandung atau setidaktidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Bandung, telah dengan sengaja dan dengan rencana
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain yakni Korban pasangan suami istri H. Didi
Harsoadi, M.Sc dan Hj. Anita Angrainy, baik sebagai yang melakukan, yang menyuruh
melakukan atau yang turut serta melakukan, perbuatan mana Terdakwa lakukan dengan
cara-cara sebagai berikut :

 Berawal dari niat Korban untuk menjual rumah mereka yang terletak di Jalan Batu Indah
Raya No. 46A, Rt. 05, Rw. 03, Kelurahan Batununggal, Kecamatan Bandung Kidul, Kota
Bandung. Mengetahui hal tersebut Saksi Deddy Azhary, ST selaku kenalan lama Korban
berniat membantu hingga membawa Sdr. Raga ke rumah Korban dan mengenalkannya
pada sekitar bulan Agustus 2013 karena Sdr. Raga mengatakan kepada Saksi Deddy bahwa
dirinya sedang mencari rumah yang akan dia beli. Selanjutnya, setelah pertemuan tersebut
Sdr. Raga menyatakan berminat untuk membeli rumah milik Korban dengan jalan
mengajukan kredit kepemilikan rumah (KPR) ke Bank namun dengan menjaminkan
sertifikat rumah milik Korban. Bahwa KPR yang diajukan Sdr. Raga untuk pembelian
rumah milik Korban ternyata tidak disetujui oleh bank. Karena terlanjur berhasrat untuk
memiliki rumah milik Korban, Sdr. Raga kemudian mencari cara lain untuk membeli
rumah Korban dengan mencari orang yang akan memberikan pinjaman kepada Sdr. Raga.
Selanjutnya Sdr. Raga lalu menawarkan rumah tersebut kepada teman-teman Sdr. Raga
namun usaha tersebut juga menemui jalan buntu karena tidak ada orang yang bersedia
untuk memberikan pinjaman kepada Sdr. Raga. Bahwa pada tanggal 27 Maret 2014 sekira
jam 12.30 Wib, Sdr. Raga bertemu dengan Terdakwa di Indomaret jalan Buah Batu
Bandung dimana saat itu Sdr. Raga menangih hutang Terdakwa kepada Sdr. Raga sebesar
Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta rupiah) yang dijawab oleh Terdakwa bahwa
dirinya saat itu sedang

 Yakni Sdr. Teuku untuk menagih hutang Terdakwa kepada bosnya sebesar
Rp.226.200.000,- (dua ratus dua puluh enam juta dua ratus ribu rupiah). Karena tidak bisa
membayar, Terdakwa yang mendengar Sdr. Raga ingin membeli rumah mili Korban
dengan jalan KPR kemudian menanyakan bagaimana proses KPR yang sedang diajukan
oleh Sdr. Raga yang dijawab oleh Sdr. Raga bahwa proses KPR tersebut belum cair.
Selanjutnya Terdakwa kemudian memberikan ide untuk mendapatkan uang dengan cepat
yakni dengan cara mengambil sertifikat rumahmilik Korban dan menggadaikannya kepada
orang lain dengan syarat rumah tersebut harus sudah kosong terlebih dahulu. Mendengar
hal tersebut, Sdr. Raga dan Terdakwa selanjutnya berencana untuk membunuh Korban agar
dapat mengambilsertifikat rumahnya sekaligus mengosongkan rumah tersebut dan menurut
Terdakwa,Sdr. Teuku dapat melakukan pembunuhan tersebut. Sdr. Raga juga
mengatakankepada Terdakwa bawa jika pembunuhan tersebut terlaksana maka hutang
Terdakwakepada Sdr. Raga akan dianggap lunas sekaligus hutang Terdakwa kepada
beberapaorang lain akan Sdr. Raga bayarkan.Selanjutnya Terdakwa lalu menyampaikan
rencana tersebut kepada Sdr. Teuku yang udah 1,5 bulan tinggal di rumah Terdakwa untuk
menagih hutang Terdakwa kepada bosnya. Keesokan harinya, Terdakwa datang ke rumah
Sdr. Raga bersama Sdr. Teuku. Pada pertemuan tersebut Sdr. Raga meminta kepada Sdr.
Teuku untuk membunuh Korban dengan menjanjikan imbalan sebesar Rp. 200.000.000,-
(duaratus juta rupiah) yang akan dibayarkan 1 (satu) hari setelah pelaksanaan
eksekusi.Setelah terjadi kesepakatan harga, kemudian pada tanggal 01 April 2014 Sdr.
Ragamenyuruh Terdakwa untuk mencari hotel yang dekat dengan rumah Korban yangakan
digunakan untuk melakukan pertemuan guna merencanakan pembunuhantersebut dan
akhirnya Terdakwa menyewa 1 (satu) kamar di penginapan PondokKurnia di Jalan Cijagra
Kota Bandung yakni di kamar nomor 12 dimana saat ituTerdakwa sudah bersama dengan
Sdr. Teuku. Selanjutnya Terdakwa menghubungiSdr. Raga dan tidak lama kemudian Sdr.
Raga datang ke penginapan Pondok Kurnia.Setelah membahas mengenai rencana
pembunuhan, Sdr. Raga lalu meminta kepadaSdr. Teuku untuk membeli senjata api yang
akan digunakan untuk membunuhKorban dan mentransfer uang sebesar Rp. 2.400.000,- ke
rekening Terdakwa. Karenauangnya tidak cukup untuk membeli senjata api akhirnya
Terdakwa dan Sdr. Teukuhanya membeli alat kejut (alat setrum) di toko yang terletak di
Kosambi Bandungdan setelah itu kembali ke penginapan Pondok Kurnia untuk
menginap.Bahwa pada hari Rabu tanggal 02 April 2014 sekira jam 09.00 Wib, Sdr.
Ragadatang ke Pondok Kurnia dan mengajak Terdakwa dan Sdr. Teuku untuk
bersamasama ke rumah Korban guna melakukan pembunuhan. Sdr. Raga
mengarahkakepada Sdr. Teuku bahwa dirinya harus mengaku sebagai team survey dari
Bank Mega sehubungan dengan KPR untuk pembelian rumah tersebut. Selanjutnya Sdr.
Raga bersama-sama dengan Terdakwa dan Sdr. Teuku berangkat ke rumah Korbandengan
menggunakan mobil sedan merk Peugout warna hitam yang dibawa olehTerdakwa setelah
sebelumnya Sdr. Raga menelepon Korban H. Didi untukmemastikan bahwa Korban berada
di rumahnya. Sesampainya di rumah Korban,ternyata Korban H. Didi sudah menunggu di
ruang tamu. Sdr. Raga lalu mengenalkan Sdr. Teuku sebagai pegawai Bank Mega yang
akan melakukan survey .Sdr. Teuku lalu berpura-pura memphoto rumah tersebut dengan
menggunakancamera handphone. Setelah selesai memphoto rumah di lantai 1, Sdr. Raga
dan Terdakwa memberikan kode dengan mengedipkan mata kepada Sdr. Teuku untuk
membawa Korban ke lantai atas tempat eksekusi akan dilaksanakan sesuai rencana.

 Tidak sanggup untuk melakukan pembunuhan tersebut hingga akhirnya dirinya pamit
hendak ke kamar mandi. Di kamar mandi Sdr. Teuku lalu merendam alat kejut yang
diselipkan dalam bajunya ke dalam bak mandi dengan maksud agar senjata tersebut rusak
dan pembunuhan gagal dilaksanakan. Setelah keluar dari kamar mandi,ternyata Korban H.
Didi sudah berada di tangga menuju lantai atas bersama Sdr. Raga dan Terdakwa yang
langsung diikuti oleh Sdr. Teuku sambil berbisik “nanti kalau tembakan saya gagal kalian
saja yang memukulinya” yang langsung disambut dengan anggukan kepala oleh Sdr. Raga
dan Terdakwa. Sesampainya di lantai atas tepatnya ketika berada di dalam kamar depan,
Sdr. Teuku lalu menembak Korban H. Didi dengan menggunakan alat setrum yang sudah
dipersiapkan. Namun karena sebelumnya alat setrum tersebut sudah direndam di dalam air
maka alatnya menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga hanya
mengeluarkan suara ledakan dan serpihan pengantar listriknya mengenai Korban H. Didi.
Pada saat itu Korban bertanya “ada apa ini?” yang langsung ditimpali oleh Sdr. Raga “om
ini ada apa?”. Sdr Teuku lalu menghampiri Korban H. Didi sambil meminta maaf dengan
alasan salah sasaran karena maksudnya mau menembak Sdr. Raga. Selanjutnya Sdr. Teuku
mengajak Sdr. Raga dan Terdakwa untuk meninggalkan rumah Korban sambil berulang
kali meminta maaf kepada Korban atas kejadian salah sasaran di lantai atas dan setelah itu
kembali ke penginapan Pondok Kurnia. Sesampainya di penginapan, Sdr. Raga kembali
menanyakan kepada Sdr. Teuku dan Terdakwa “kalian masih mau melanjutkan pekerjaan
ini tidak” yang langsung dijawab oleh Sdr. Teuku bahwa dirinya tidak mau karena tidak
mampu. Sdr. Raga lalu kembali bertanya “kenapa tidak bisa” yang kembali dijawab Sdr.
Teuku bahwa dirinya tidak tega. Akan tetapi Sdr. Raga dan Terdakwa masih berkehendak
untuk melanjutkan rencana pembunuhan dan meminta Sdr. Teuku untuk mencarikan
eksekutor untuk melakukan pembunuhan kepada Korban

 Bahwa setelah usaha pembunuhan pertama gagal karena Sdr. Teuku tidak mampu, Sdr.
Raga terus menghubungi Terdakwa dan mengingatkan agar Sdr. Teuku segera mencari
eksekutor untuk membunuh Korban. Hingga akhirnya pada suatu malam di awal bulan
April 2014 sekira jam 24.00 Wib, Terdakwa dan Sdr. Teuku menemui Sdr. Raga di
rumahnya dan menyanggupi untuk mencari eksekutor dengan syarat ad uang operasional.
Karena saat itu Sdr. Raga sedang tidak mempunyai uang maka Sdr. Raga menyerahkan 1
(satu) buah handphone blackberry Q10 miliknya kepada Terdakwa untuk dijual. Keesokan
harinya Terdakwa menyerahkan uang kepada Sdr. Teuku sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta
rupiah) sebagai uang hasil penjualan handphone milik Sdr. Raga untuk digunakan sebagai
biaya penjemputan eksekutor yang akan melakukan pembunuhan terhadap Korban.
Selanjutnya Sdr. Teuku lalu berangkat ke Jakarta dengan tujuan untuk pulang ke rumahnya
sekaligus mencari eksekutor

 Bahwa pada hari Rabu tanggal 09 April 2014 sekira jam 22.00 Wib Sdr. Teuku mendatangi
Sdr. Saimuddin yang sedang bekerja di halaman parkir Monumen Nasional (Monas) di
Jakarta Pusat. Saat itu Sdr. Teuku mengatakan kepada Sdr. Saimuddin bahwa bosnya yang
ada di Bandung sedang mencari orang untuk membunuh dengan bayaran Rp. 50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) dan menawarkan kepada Sdr. Saimuddin untuk melakukan hal
tersebut dengan mencari 1 (satu) orang lagi teman. Sdr. Saimuddin lalu menghampiri Sdr
Daniel yang samasama berprofesi sebagai juru parkir di monas dan mengajak Sdr. Dedi
Murdani untuk melakukan pembunuhan tersebut. Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani
kemudian bersedia untuk melakukan pembunuhan dengan imbalan sebesar Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) per orang karena saat itu Sdr. Saimuddin dan Sdr.
Dedi Murdani sedang membutuhkan uang. Setelah terjadi kesepakatan, Sdr. Teuku
kemudian memberikan uang sebesar Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) kepada Sdr.
Saimuddin sebagai ongkos dengan mengatakan “Besok kamu dan Sdr. Dedi Murdani temui
saya di Tanah Abang dan akan saya jemput jam 04.00 Wib.” Pada saat yang bersamaan
sekira jam 23.00 Wib Sdr. Raga menelepon Terdakwa guna menanyakan keseriusan Sdr.
Teuku untuk mencari eksekutor yang akan melakukan pembunuhan. Terdakwa lalu
mengirim sms kepada Sdr. Teuku yang isinya “Pak jadi ke Bandung? Ditanyain Raga terus
saya pusing, kalau ngga uang balikin aja” dan dijawab oleh Sdr. Teuku “pokoknya kamu
pagi-pagi bilangin ke Raga siapin hotel.”

 Selanjtnya pada hari Kamis tanggal 10 April 2014 sekira jam 04.00 Wib Sdr. Saimuddin
dan Sdr. Dedi Murdani menemui Sdr. Teuku di sebuah halte di daerah Tanah Abang Jakarta
dan dengan menggunakan sepeda motor Yamaha Mio Sdr. Teuku menjemput keduanya
dan mengajak ke rumahnya karena Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani ingin mandi
terlebih dahulu. Kemudian pada sekira jam 07.00 Wib Sdr. Teuku, Sdr. Saimuddin dan
Sdr. Dedi Murdani berangkat ke Bandung dengan menggunakan travel. Sesampainya di
Bandung sekira jam 10.00 Wib, Sdr. Teuku, Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani
langsung menuju ke penginapan Pondok Kurnia yang sudah dipesan sebelumnya oleh
Terdakwa dengan menggunakan taxi.

 Bahwa setelah Sdr. Teuku, Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani sampai di penginapan
Pondok Kurnia disana sudah ada Terdakwa yang menunggu di kamar nomor 12. Sekitar
15 menit kemudian datang Sdr. Raga dengan menggunakan 1 (satu) unit mobil Toyota
Avanza Veloz warna putih Nopol : D 1207 MNI. Didalam kamar Nomor 12 tersebut
terjadilah rapat yang membicarakan rencana pembunuhan terhadap Korban dengan
dipimpin oleh Sdr. Raga dimana Sdr. Raga memberikan arahan, membagi tugas kepada
Terdakwa, Sdr. Teuku, Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani serta menjelaskan situasi
dan kondisi di rumah milik Korban yang akan menjadi tempat pembunuhan dilakukan. Saat
itu Sdr. Raga mengatakan bahwa Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani akan berpura-
pura sebagai petugas dari Bank Mega yang akan melakukan pengukuran di rumah Korban.
Selanjutnya Sdr. Teuku mengeluarkan sebilah pisau dan alat kejut yang telah digunakan
sebelumnya pada tanggal 01 April 2014 dan menyerahkannya kepada Sdr. Saimuddin dan
Sdr. Dedi Murdani. Pisau belati diberikan kepada Sdr. Saimuddin sedangkan Sdr. Dedi
Murdani diberikan alat kejut yang kemudian dijelaskan oleh Sdr. Teuku mengenai cara
penggunaan alat kejut tersebut. Sdr. Teuku juga memberikan 1(satu) buah balpoint dan 5
(lima) lembar kertas HVS kepada Sdr. Saimuddin sedangkan Terdakwa saat itu diminta
oleh Sdr. Teuku untuk membeli makanan dan minuman di luar penginapan serta sekaligus
disuruh oleh Sdr. Raga untuk membeli alat meteran di toko besi. Alat meteran tersebut
selanjutnya diberikan kepada Sdr. Dedi Murdani.

 Setelah senjata tajam dan alat kejut serta perlengkapan untuk berpura-pura melakukan
pengukuran berada dalam penguasaan Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani, Sdr. Raga
lalu mengatakan kepada Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani “tugas kalian adalah
menghabisi mereka berdua.” Untuk korban yang laki-laki Sdr. Raga memerintahkan agar
dihabisi di lantai 2 setelah mendapat kode dari Sdr. Raga yakni saat Sdr. Raga berpura-
pura menerima telepon sambil turun ke lantai bawah. Begitu selesai memberikan arahan,
Sdr. Raga lalu menelepon Korban H. Didi dan menanyakan apakah Korban ada di rumah
yang dijawab oleh Korban H. Didi bahwa dirinya sedang terapi diluar rumah dan baru akan
pulang sekira jam 11.00 Wib Selanjutnya sekira jam 11.00 Wib Sdr. Raga kembali
menelepon Korban H. Didi dan saat itu Korban H. Didi mengajak Sdr. Raga untuk bertemu
di food court kawasan komplek Batununggal. Mendengar hal tersebut, Sdr. Raga bersama-
sama dengan Terdakwa, Sdr. Teuku, Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani kemudian
keluar penginapan dengan menggunakan mobil Toyota Avanza Veloz warna putih milik
Sdr. Raga yang dikemudikan oleh Terdakwa menuju ke tempat Sdr. Raga janji bertemu
dengan Korban H. Didi. Saat itu hanya Sdr. Raga yang datang menemui Korban H. Didi
sedangkan Terdakwa, Sdr. Teuku, Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani kembali ke Jalan
Cijagra dan makan ayam goreng di depan penginapan Pondok Kurnia sambil menunggu
kabar dari Sdr. Raga.

 Bahwa kira-kira setengah jam kemudian, Sdr. Raga menelepon Terdakwa untuk meminta
dijemput kembali di food court kawasan komplek Batununggal. Selanjutnya setelah
dijemput, Sdr. Raga bersama-sama dengan Terdakwa, Sdr. Teuku, Sdr. Saimuddin dan Sdr.
Dedi Murdani menuju ke rumah Korban dengan menggunakan Toyota Avanza Veloz
warna putih milik Sdr. Raga. Di dalam mobil Sdr. Raga kembali menegaskan agar Sdr.
Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani berpurapura sebagai karyawan Bank Mega yang hendak
mengukur rumah dan untuk menghabisi Korban agar menunggu kode dari Sdr. Raga.

 Sesampainya di depan rumah Korban, Sdr. Raga turun seorang diri terlebih dahulu dari
mobil dan masuk ke dalam rumah Korban sedangkan Terdakwa, Sdr. Teuku, Sdr.
Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani berputar-putar keliling komplek dengan menggunakan
mobil. 15 (lima belas menit) kemudian Sdr. Raga memberi kabar kepada Terdakwa agar
Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani diantarkan ke rumah Korban. Kira-kira 20 (dua
puluh) meter sebelum rumah Korban, mobil dihentikan selanjutnya Sdr. Saimuddin dan
Sdr. Dedi Murdani turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah Korban dengan mengaku
sebagai petugas dari Bank Mega yang akan melakukan pengukuran sedangkan Sdr. Teuku
dan Terdakwa tetap menunggu di dalam mobil yang diparkirkan di depan masjid yang
berjarak sekitar 50 (lima puluh) meter dari rumah Korban dengan tujuan untuk memantau
situasi sekitar sehingga apabila ada orang lain yang hendak masuk ke dalam rumah Korban
Terdakwa dapa secepatnya memberitahu Sdr. Raga.

 Di dalam rumah Korban dimana Sdr. Raga sudah menunggu bersama Korban H. Didi, Sdr.
Saimuddin dan Sdr. Dedi Murdani memperkenalkan diri sebagai petugas dari Bank Mega
yang akan melakukan pengukuran rumah. Selanjutnya Korban H. Didi menyuruh keduanya
untuk masuk dan tidak lama kemudian mengajak Sdr. Saimuddin, Sdr. Dedi Murdani dan
Sdr. Raga untuk ke lantai 2 (dua) rumah tersebut. Ketika Sdr. Saimuddin dan Sdr. Dedi
Murdani sedang berpura-pura mengukur rumah di lantai atas dengan disaksikan oleh Sdr.
Raga dan Korban H. Didi setelah itu Sdr. Raga memberi kode sambil berpura-pura
menerima telepon. Saat itulah Sdr. Dedi Murdani langsung memukul kepala Korban H.
Didi dengan menggunakan kepalan angan kanan hingga Korban H. Didi jatuh tersungkur
selanjutnya menyetrum korban dengan menggunakan alat setrum pada bagian leher sebelah
kiri juga dengan menggunakan tangan kanan. Setelah itu Sdr. Saimuddin menusukkan
pisau belati ke arah perut Korban H. Didi dan Korban H. Didi mencoba untuk lari namun
berhasil dikejar oleh Sdr. Saimuddin yang langsung menusuk Korban H. Didi berkali-kali
di bagian perut hingga Korban H. Didi jatuh ke lantai sambil berteriak “Raga tolong saya”
namun Sdr. Raga yang saat itu berada di belakang Sdr. Saimuddin tepatnya di samping
meja bilyard diam saja menyaksikan kekejaman tersebut. Sdr. Dedi Murdani lalu
mengambil pisau belati dari tangan Sdr. Saimuddin danmenusukkannya kembali ke arah
leher Korban H. Didi hingga Korban H. Didi meninggal di samping meja bilyard.

 Karena mendengar ribut-ribut di lantai atas, Korban Hj. Anita berteriak dari lantai
bawah“ada apa pak” sambil bergegas naik ke lantai atas. Namun sebelum sampai di lantai
atas, Sdr. Dedi Murdani langsung menghampiri Korban Hj. Anita di pertengahan tangga
dan langsung memukul muka Korban Hj. Anita dengan menggunakan tangan kanan
sebanyak 1 (satu) kali hingga Korban Hj. Anita tersungkur sedangkan Sdr. Saimuddin
membungkan mulut Korban Hj. Anita namun Hj. Anita melawan dengan menggigit kuku
jempol kiri Sdr. Saimuddin hingga patah. Selanjutnya Sdr. Dedi Murdani menusukkan
pisau belati ke arah perut dan dada Korban Hj. Anita berulang kali dan diteruskan oleh Sdr.
Saimuddin yang mengambil pisau belati dari Sdr. Dedi Murdani kemudian
menusukkannya ke leher Korban Hj. Anita hingga Korban Hj. Anita meninggal dunia di
tangga.

 Bahwa setelah memastikan jika Korban H. Didi dan Hj. Anita benar-benar sudah
meninggal dunia, Sdr. Raga kemudian mencari sertifikat rumah milik Korban yang ingin
dikuasainya dan setelah ditemukan Sdr. Raga langsung mengambil sertifikat hak milik asli
Nomor 2957 Kelurahan Batununggal atas nama Nyonya Raden Anita Anggrainy serta
surat-surat berharga lain yang berhubungan dengan kepemilikan rumah Korban yakni 2
(dua) lembar Surat Pemberitahuan Pajak terutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan tahun
Pajak 2013 dan 2014, 1 (satu) lembar surat tanda terima setoran (STTS) Bank BJB tanggal
28 Maret 2014 dan 1 (satu) lembar surat Nomor : 503.648.1/SI-0519-Db/2000 tentang Ijin
Mendirikan Bangunan tanggal 05 April 2000. Selain itu Sdr. Raga juga mengambil barang-
barang berharga lainnya milik Korban.

 Bahwa selanjutnya Sdr. Raga, Terdakwa dan Sdr. Teuku membereskan mayat Korban
dengan cara mengangkat mayat Korban untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil Nissan
Grand Livina warna abu-abu metalik nopol D-68-PD milik Korban setelah sebelumnya
mobil dimasukkan ke dalam garasi oleh Terdakwa dan jok bagian belakang mobil dilipat
kemudian dialasi dengan seprai berwarna biru hijau oleh Sdr. Raga. Mayat Korban yang
berlumuran darah kemudian ditutupi dengan menggunakan bed cover warna putih dan biru
dongker, bed cover warna merah muda serta selimut warna merah yang diambil dari kamar
Korban oleh Sdr. Teuku. Setelah mayat Korban berada di dalam mobil, Sdr. Raga lalu
membersihkan bercak darah yang menetes di lantai dengan menggunakan lap pel. Mayat
Korban tersebut lalu diangkut dan dibawa dengan menggunakan mobil Nissan Grand
Livina warna abuabu metalik dan selanjutnya dibuang di semak-semak di daerah Cikendal,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Setelah selesai membuang mayat korban, Sdr.
Dedi Murdani membuang barang bukti yang digunakan untuk membunuh Korban yakni
pisau belati dan alat setrum dengan cara dilempar ke semak-semak di pinggir jalan arah
Pandenglang menuju ke Jakarta.
 Bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor : 008/KEDFOR/IV/2014 tanggal 28 April
2014 yang dikeluarkan oleh Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal Blud Rumah
Sakit Umum (RSU) Kabupaten Serang dan ditandatangani oleh dr. Budi Suhendar Sp.F,
DFM Dokter Spesialis Forensik menyatakan bahwa pada tanggal 11 April 2014 jam 11.20
Wib bertempat di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal Blud RSU Kabupaten
Serang telah dilakukan pemeriksaan luar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
jenazah An. Didi Harsuandi, Umur 59 Tahun, dengan kesimpulan hasil pemeriksaan
sebagai berikut :

 Pada pemeriksaan mayat laki-laki ini yang menurut keterangan berusia lima puluh
sembilan tahun, ditemukan luka terbuka pada kepala, pelipis, pipi, telinga, leher, dada,
perut dan tangan akibat kekerasan tajam. Ditemukan juga luka lecet pada batang hidung,
pipi, leher, dada, memar pada dada serta patah tulang pada tulang batang hidung akibat
kekerasan tumpul. Luka terbuka pada tangan kanan dan tangan kiri terdapat persesuaian
dengan suatu sifat dan pola luka tangkis. Pada pemeriksaan dalam ditemukan resapan darah
pada kulit kepala bagian dalam, kulit leher bagian dalam, otot leher, otot dada dan otot
perut. Ditemukan juga terbelahnya tulang dada dengan tepi rata, lubang dengan tepi rata
pada permukaan kandung jantung, jantung dan usus besar. Selanjutnya ditemukan
perdarahan sebanyak enam ratus delapan puluh mililiter di dalam rongga dada kiri dan lima
puluh milimiter di dalam kandung jantung. Sebab mati orang ini akibat luka tusuk pada
dada kiri yang mengenai jantung dan mengakibatkan perdarahan. Perkiraan saat kematian
kurang dari dua puluh empat jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Bahwa berdasarkan
Visum et Repertum Nomor : 009/KEDFOR/IV/2014 tanggal 28 April 2014 yang
dikeluarkan oleh Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal Blud Rumah Sakit Umum
(RSU) Kabupaten Serang dan ditandatangani oleh dr. Budi Suhendar Sp.F, DFM Dokter
Spesialis Forensik menyatakan bahwa pada tanggal 11 April 2014 jam 11.20 Wib
bertempat di Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikolegal Blud RSU Kabupaten Serang
telah dilakukan pemeriksaan luar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam jenazah An.
Anita Angraeni, Umur 51 Tahun, dengan kesimpulan hasil pemeriksaan sebagai berikut :

 Pada pemeriksaan mayat perempuan ini yang menurut keterangan berusia lima puluh
sembilan tahun, ditemukan luka terbuka leher, dada, perut, lengan dan jari tangan akibat
kekerasan tajam. Luka pada jari tangan kanan terdapat persesuaian dengan sifat dan pola
luka tangkis. Ditemukan juga luka lecet pelipis, pipi, kelopak mata bawah, dagu, leher
dan perut, memar pada dahi, pelipis, daun telinga, dagu, bahu, lengan, telapak tangan,
punggung tangan , tungkai bawah dan punggung belakang, bengkak pada kepala dan
dagu serta patah tulang pada tulang selangka dan tulang lengan atas kanan akibat
kekerasan tumpul. Pada pemeriksaan dalam ditemukan resapan darah pada kulit bagian
dalam leher sisi kiri, otot leher sisi kiri, otot leher sisi kiri, otot dada sisi kanan, sela iga
ke lima sisi kanan, dinding perut kanan dan kiri serta dinding perut belakang. Ditemukan
juga lubang dengan tepi rata pada paru bagian tengah, empat lubang dengan tepi rata
pada hati dan lubang dengan tepi rata pada ginjal kanan. Selanjutnya ditemukan
perdarahan di dalam rongga dada sebanyak dua ratus tiga puluh milimiter dan di dalam
rongga perut sebanyak seratus milimiter. Sebab mati orang ini akibat luka tusuk pada
dada dan perut yang mengenai organ paru. Perkiraan saat ini kematian kurang dari dua
puluh empat jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diuraikan diatas diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 340 KUHPidana juncto Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHPidana.

 PUTUSAN
1. Menyatakan Terdakwa Wedha Sandrajaya alias Weda bin Ujang Sodikin
Jumara tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana : “Pembunuhan berencana yang dilakukan
bersama-sama”
2. Menghukum Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara
selama : Seumur Hidup
3. Memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan
4. Membebankan biaya perkara sebesar Rp.2000,-(dua ribu rupiah) kepada
Negara
BAB V

Penutupan

5.1 Simpulan

Hukum Acara Pidana itu berfungsi yakni mencari dan menemukan kebenaran, mengadili dan
menjatuhkan putusan kepada Terdakwa serta melaksanakan putusan (eksekusi) pengadilan
terhadap terdakwa. Adapun beberapa tahapan dan tata cara yang dilakukan dalam mengadili
terdakwa di persidangan perkara khususnya perkara pidana di Pengadilan Negeri dapat dilakukan
melalui empat tahap yaitu, Sidang Pertama, Sidang Pembuktian, Sidang Pembacaan Tuntutan
Pidana, pembelaan dan tanggapan-tanggapan, dan kemudian tahap yang terakhir siding
pembacaan putusan.
Majelis Hakim yang memeriksa perkara terlebih dahulu harus mengupayakan perdamaian melalui
proses mediasi. Kemudian segala sesuatu yang terjadi di persidangan pengadilan tingkat pertama
dituangkan dalam berita acara sidang, sedangkan di pengadilan tingkat banding cukup dibuat
catatan sidang. Ketua Majelis bertanggung jawab atas perbuatan dan penandatanganan berita acara
dibantu oleh panitera.
Rapat permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia. Jika dipandang perlu dan mendapat
persetujuan Majelis Hakim, Panitera sidang dapat mengikuti rapat permusyaratan Majelis Hakim.
Dalam penyelesaian putusan, pada waktu diucapkan harus sudah jadi dan setelah itu langsung
ditandatangani oleh Majelis Hakim dan Panitera Pengganti.
Adapun tahap-tahap dalam persidangan secara umumnya, yaitu diantaranya sebagai berikut :
Ø Pembacaan gugatan
Yaitu pihak penggugat berhak meneliti ulang apakah seluruh materi (dalil gugatan dan petitum)
sudah benar dan lengkap. Hal-hal yang tercantum dalam surat gugat itulah yang menjadi acuan
(obyek) pemeriksaan dan pemeriksaan tidak boleh keluar dari ruang lingkup yang ternuat dalam
surat gugatan.
Ø Jawaban gugatan
Yaitu pihak tergugat diberi kesempatan untuk membela diri dan mengajukan segala
kepentingannya terhadap penggugat melalui hakim.
Ø Replik penggugat
Yaitu respons Penggugat atas jawaban yang diajukan tergugat.
Ø Duplik tergugat
Yaitu jawaban tergugat atas replik yang diajukan penggugat.
Ø Pembuktian
Yaitu penggugat mengajukan semua alat-alat bukti untuk mendukung dalil-dalil gugat.
Ø Kesimpulan
Yaitu masing-masing pihak (penggugat dan tegugat) mengajukan pendapat akhir tentang hasil
pemeriksaan
Ø Putusan hakim
Yaitu hakim menyampaikan segala pendapatnya tentang perkara itu dan menyimpulkannya dalam
suatu putusan. Putusan hakim untuk mengakhiri sengketa.

5.2 Saran
Tidak ada negara yang tidak menginginkan adanya ketertiban tatanan di dalam masyarakat. Setiap
negara mendambakan adanya ketenteraman dan keseimbangan tatanan di dalam masyarakat, yang
sekarang lebih populer disebut "stabilitas nasional'. Kepentingan manusia, baik sebagai individu
maupun kelompok, karena selalu terancam oleh bahaya-bahaya disekelilingnya, memerlukan
perlindungan dan harus dilindungi. Kepentingan manusia akan terlindungi apabila masyarakatnya
tertib dan masyarakatnya akan tertib apabila terdapat keseimbangan tatanan di dalam masyarakat.
Setiap saat keseimbangan tatanan dalam masyarakat dapat terganggu oleh bahaya-bahaya
disekelilingnya.
memberi kontribusi juga pada menurunnya citra peradilan. Sebelum kita hendak mengubah sistem
peradilan kita dewasa ini sebaiknya ditingkatkan lebih dulu integritas sumber daya manusianya,
karena dari sejarah ternyata bahwa dari dulu sampai sekarang sistem peradilannya sama, dan baru
pada kurang lebih tahun 1970an wajah peradilan kita mulai pudar: inilah yang harus diprioritaskan
sebelum kita hendak mengubah sistem peradilan kita dewasa ini. Integritas sumber daya manusia
terutama di bidang peradilan harus dapat dihandalkan. Peradilan kita harus bebas, bersih dan
profesional.

Anda mungkin juga menyukai