Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lita Oktaviani

Nim : 2102101161
Kelas :3E
Tugas akhir mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

Buatlah 5 soal dengan menggunakan model pembelajaran CBL/PBL


1. Jono adalah murid kelas 4 SD dia membeli 3 pensil dan 2 buku. Diketahui satu pensil seharga
1000 dan 1 buku seharga 2000.

Pertanyaan:
1. Berapakah uang yang akan di bayar Jono?
2. Tio mempunyai pekarangan rumah yang di tanami tanaman tomat sebanyak 15 pohon jika
satu pohon berbuah 10.

Pertanyaan:
1. Berapa buah tomat yang akan di panen?
3. Jakarta (29/11) – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
(KemenPPPA) meminta setiap orang tua, guru, dan juga masyarakat untuk mewaspadai tindak
kekerasan fisik dalam bentuk bullying atau perundungan di sekolah. Kejadian bullying terhadap
pelajar kelas 2 SD di wilayah Kepanjen, Kabupaten Malang membuktikan bullying masih marak
terjadi di institusi pendidikan dasar.
“Kami prihatin dengan kejadian yang menimpa korban apalagi dari hasil penyelidikan polisi
diketahui bahwa korban sudah sering mengalami bullying dari teman-teman sekelasnya dan para
pelaku sejak kelas 1 sekolah dasar. Bisa dibayangkan trauma dan ketakutan yang diderita korban
selama ini. Orang tua adalah pihak pertama yang harus tegas menghentikan
perilaku bullying anaknya dan para guru kami mohon dapat lebih peka dengan kondisi yang
dialami murid mereka. Perilaku mendiamkan bullying justru akan melanggengkan aksi tersebut,”
ujar Nahar di Jakarta, Selasa (29/11).
Berkaitan dengan kondisi korban, KemenPPPA telah mendapatkan laporan dari Unit Pelaksana
Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Jawa Timur dan Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas PPPA) Kabupaten Malang yang telah berkoordinasi
dengan Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Malang.
“Kami berterimakasih atas respon cepat UPT PPA Jawa Timur dan Dinas PPPA Kabupaten
Malang yang segera melakukan koordinasi dengan Polres Kabupaten Malang terkait
pendampingan kasus hukum dan pendampingan psikologis bagi korban. Psikolog dari UPT PPA
Jawa Timur dan Dinas PPA Kabupaten Malang juga telah melakukan penguatan psikologis
kepada keluarga korban. Selain itu, asesmen dan penguatan psikologis juga telah diberikan
kepada 6 orang pelaku yang masih berstatus anak. Para pelaku direncanakan akan diamankan di
rumah perlindungan mengingat situasi dan respon masyarakat yang besar,” ucap Nahar.
Nahar menambahkan KemenPPPA aktif mengajak masyarakat yang mengalami, mendengar,
melihat, atau mengetahui kasus kekerasan untuk berani melapor ke lembaga-lembaga yang telah
diberikan mandat oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual (UU TPKS), seperti Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak
(UPTD PPA), Penyedia Layanan Berbasis Masyarakat, dan Kepolisian.
“Jika masyarakat melihat tindak kekerasan yang menimpa perempuan dan anak, dapat melapor
melalui hotline SAPA129 melalui telepon 129 atau Whatsapp di nomor 08111-129-129.
Selanjutnya terkait kasus ini, KemenPPPA akan mengawal kasus ini hingga tuntas, terlebih
korban dan pelaku masih berusia anak. Semua anak adalah anak kita yang wajib kita jaga dan
lindungi bersama,” pungkas Nahar.

Pertanyaan:
1. Menurut anda apa yang mendasari anak untuk melakukan hal tersebut?

4. Jakarta, CNN Indonesia -- Delapan orang berstatus siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ditangkap karena melakukan tawuran di kawasan Kota Bambu Utara,
Palmerah, Jakarta Barat, pada Sabtu (9/3) pukul 03.00 WIB dan memakan korban meninggal
dunia.
Kapolsek Palmerah, AKP Dodi Abdulrohim mengatakan akibat peristiwa tawuran tersebut, dua
orang mengalami luka senjata tajam pada bagian dada dan punggung sedangkan satu orang
dinyatakan meninggal dunia di tempat.

"Korban meninggal berinisial D. Sedangkan yang mengalami luka sampai saat ini masih
menjalani perawatan di rumah sakit berinisial J dan A," jelas Dodi mengutip Antara, Rabu
(13/4).
Kedelapan pelaku tawuran yang ditangkap di wilayah Palmerah tersebut terdiri dari J (14), R
(14), AN (16), GEF (15), SR (14), NR (14), RR (14) dan RF (14).

Dodi mengatakan peristiwa tawuran itu berawal dari aksi saling ejek antarkelompok pemuda di
media sosial yang berujung kepada rencana tawuran di kawasan Kota Bambu Utara.

"Mereka bilangnya ingin ikut membangunkan sahur. Tetap setelah sampai di lokasi terjadilah
peristiwa tawuran," kata Dodi.
Dodi mengatakan penanganan proses hukum akan diserahkan ke Balai Permasyarakatan Jakarta
Barat lantaran para pelaku masih berstatus di bawah umur.

Atas perbuatannya, ke delapan tersangka dikenakan pasal 170 dan 358 KUHP dengan ancaman
hukuman di atas tujuh tahun penjara.
Pertanyaan:
1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencegah hal tersebut terulang
kembali?
5. JAKARTA, KOMPAS.TV - Penganiayaan siswa SD oleh teman sekolahnya di Musi Rawas,
Sumatera Selatan, mengejutkan publik.
Pasalnya, kekerasan ini dilakukan oleh anak yang masih berusia dini.

Akibatnya pun tak main-main, korban lumpuh total dan hingga kini masih harus dirawat intensif
di rumah sakit.
Lalu berkaca dari kasus ini, bagaimana mencegah anak bermental kriminal?
Kompas TV membahasnya bersama dua narasumber, Psikolog Anak dan Remaja, Novita
Tandry, dan Sosiolog Kriminalitas dari Universitas Gajah Mada, Suprapto.
Penganiayaan siswa SD oleh teman sekolahnya di Musi Rawas, Sumatera Selatan, membuat
publik terkejut.
Bagaimana kekerasan dilakukan oleh anak yang masih berusia dini.
Akibatnya pun tak main-main, korban hingga kini masih harus dirawat intensif di rumah sakit.
Tak hanya itu, korban juga mengalami kelumpuhan total di bagian tubuh dan kaki akibat cidera
serius di bagian tulang leher.
Meski tindakan penganiayaan dilakukan anak-anak, polisi tetap menyelusuri kasus ini.
Polisi menyebut, telah meminta keterangan dari sejumlah saksi, termasuk terduga pelaku, sesuai
prosedur pemeriksaan terhadap anak-anak.

Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, KPAI, menyatakan selain proses hukum,
pendampingan psikologi juga semestinya diberikan baik kepada terduga pelaku maupun keluarga
korban.
Hal ini penting karena kasus kekerasan dilakukan oleh anak-anak yang masih berusia dini.

Pertanyaan:
1. Dari kasus tersebut apa yang mendasari anak SD bisa nekat melakukan hal tersebut?

Anda mungkin juga menyukai