Anda di halaman 1dari 2

Nama : Arya Muhammad Shandy

Kelas : XII IPS 4


Tugas : Sosiologi, Kasus Perubahan Sosial.

Kasus perundungan yang dialami anak berinisial FH berusia 11 tahun di


Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat, menurut Komisi Perlindungan Anak
Indonesia tergolong berat dan kompleks lantaran korban mengalami
kekerasan secara fisik, seksual, dan psikologis.

BBC INDONESIA-Dengan landasan ini, KPAI menilai kasus tersebut harus dibawa
ke ranah hukum agar tidak terulang di masa mendatang -mengingat anak
merupakan apa yang disebut KPAI, "peniru ulung". Kepolisian Daerah (Polda) Jawa
Barat menyatakan telah memeriksa sebanyak 15 orang terkait peristiwa
perundungan yang disertai tindakan asusila ini.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra, mengaku miris
dengan kasus yang menimpa bocah laki-laki kelas V sekolah dasar tersebut. Apa
yang terjadi pada korban menunjukkan perundungan di kalangan anak-anak
semakin berat dan kompleks. Menurut pengamatannya, korban setidaknya
mengalami kekerasan fisik, seksual, dan psikologis. Dugaan itu merujuk pada video
berdurasi 50 detik yang tersebar di media sosial.
Di video itu, dua pelaku terlihat memegangi kaki kucing. Kemudian pakaian si anak
dilucuti lalu dipaksa berhubungan badan dengan hewan itu. “Jadi kemaluan si anak
kelihatan di video itu beserta tangan para pelaku. Lalu ada suara-suara tertawa.
Hanya saja wajah mereka tidak kelihatan,” ujar Jasra Putra kepada Quin Pasaribu
yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Jumat (22/7).
Video itu, kata dia, tadinya tersebar di WhatsApp warga kampung setempat hingga
kemudian diunggah ke media sosial. Dari situlah, perilaku korban berubah. “Karena
si anak tahu dia viral, dia malu dan mengalami goncangan psikis yang luar biasa
sehingga tidak mau makan dan kondisi fisik menurun.”
Apa penyebab korban meninggal?
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan RSUD SMC Kabuoaten Tasikmalaya, Adi
Widodo, mengatakan sebelum meninggal korban sempat dirawat di rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan medis, korban mengalami suspect depresim thypoid, dan
ensefalopati atau peradangan otak.
“Karena komplikasi tifus juga ada suspect episode depresi atau gangguan
ensefalopati kejiwaan,” jelas Adi Widodo seperti dilansir Kompas.com. “Namun untuk
faktor internalnya karena komplikasi demam, meski petugas medis juga berupaya
melakukan upaya tapi nyawanya tak tertolong saat itu.” Suspect thypoid,
ensefalopati, dan suspect episode depresi, menurutnya, disebabkan adanya tekanan
psikologis korban sebelumnya. Apalagi seperti keterangan keluarga, korban sempat
menjadi target perundungan teman-temannya.
Saat berada di rumah sakit, korban mengalami penurunan kesadaran karena masih
tidak mau makan dan minum hingga mengalami demam. "Keluarga membawanya
ke rumah sakit sudah tidak sadatkan diri dan keluarga sehari sebelumnya berada di
rumah mengalami kesamaan sudah tidak sadarkan diri."

'Harus jadi catatan keras pemerintah'


Jasra meyakini, korban pasti telah mengalami perundungan sejak lama. Karena
biasanya bullying terjadi berulang kali dan dilakukan oleh orang-orang yang lebih
kuat dengan melakukan teror. Namun apakah peristiwa di video itu merupakan
puncak perundungan, masih harus diselidiki pihak kepolisian, katanya. KPAI, ujar
Jasra, menyesal karena terlambat mengetahui kasus ini sehingga tak bisa
mendampingi dengan cepat korban dan keluarganya. Hal itu pun harus menjadi
catatan keras bagi pemerintah bahwa "lembaga layanan anak di Indonesia belum
terlalu kuat bagi keluarga dalam mengakses dan melaporkan insiden perundungan
sehingga mereka harus berjuang sendiri." Ia mengaku tak bisa membayangkan
bagaimana anak berusia 11 tahun harus menghadapi perundungan yang sangat
berat.

Pelaku terpapar konten pornografi?


Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat mengatakan telah memeriksa sebanyak 15
orang terkait kasus perundungan yang disertai tindakan asusila yang menimpa
bocah FH usai menerima laporan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
Tasikmalaya pada Kamis (21/07). Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol
Ibrahim Tompo, menyebut belasan orang itu adalah saksi yang melihat langsung
maupun yang mendengar cerita perundungan tersebut.

"Termasuk keluarga korban, tapi kita baru memeriksa dalam tahap interogasi saja,"
kata Ibrahim di Polda Jawa Barat, Kota Bandung, Jumat (22/07) seperti
dilansir Antara. Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya AKP Dian
Pornomo, menuturkan pihaknya akan menerapkan Undang-Undang Sistem
Peradilan Pidana Anak (SPPA).

Komisioner KPAI, Jasra Putra, berharap polisi melibatkan psikolog anak dalam
memeriksa para pelaku. Sebab ada kemungkinan mereka terpapar konten-konten
pornografi. “Kalau dari hasil asesmen mereka terpapar video pornografi, tentu harus
dilakukan pendampingan,” kata Jasra.
“Dan kita punya peraturan pemerintah nomor 78 tahun 2021 yakni bagi anak yang
terpapar pornografi harus diedukasi dan dijelaskan bagaimana reproduksi remaja,
bagaimana dampak ketika melakukan sesuatu di usianya. Seperti sex education
lah.” Dengan begitu ia berharap perilaku perundungan para pelaku bisa dihentikan.
“Perundungan ini seperti penyakit menular, kalau tidak distop bisa kemana-mana.”
Data KPAI pada tahun 2022 ada 226 kasus kekerasan fisik, psikis, termasuk
perundungan.

Anda mungkin juga menyukai