Anda di halaman 1dari 6

Anak kecanduan game online:

'Memegang pisau' dan


'memukul wajah ibu', dirawat
di rumah sakit jiwa
 Suasana ruang tunggu rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Dr
Soeharto Heerdjan di Jakarta ramai dengan celoteh bocah.
 Hari itu, belasan orang tua membawa anak-anak mereka yang
memiliki beragam keluhan, mulai dari autisme hingga
kecanduan gawai. Salah satunya, Franky (bukan nama

Part 1 sebenarnya).
 Franky, yang didiagnosa mengalami kecanduan game online,
atau dalam kamus KBBI dieja gim, menggenggam telepon
seluler milik ibunya dengan kedua tangan. Matanya fokus
menatap ponsel dan jemarinya tangkas memencet layar sentuh.
 Kondisi tersebut, menurut ibu Franky, Nurma, sudah berlangsung
beberapa tahun lalu.
 Nurma mengisahkan, sejak putranya masih balita, bocah tersebut telah
disodori gawai oleh pengasuhnya. Nurma tidak bisa mengontrol durasi
Franky bermain gawai dalam sehari karena dia dan suaminya bekerja.
 "Sekitar umur lima tahun, dia nonton Youtube. Dia memutar video,
kemudian bernyanyi-nyanyi. Semakin bertambah usia, dia semakin
Part 2 sering bermain gadget," papar Nurma.
 Apakah bisa mencapai delapan jam dalam sehari?
 "Bisa," kata Nurma.
 Suatu ketika Franky menunjukkan perilaku agresif saat diperintahkan
tidak bermain gawai.
 "Dia mukul-mukul [saya]. Mungkin saking marahnya, dia memegang
pisau dan berteriak 'Marah ya!' Saya takut, shock juga. Secara perlahan
saya ambil pisau itu," tutur Nurma.
 Tindakan seperti yang dilakukan Franky kerap dijumpai dokter Isa Multazzam Noor, psikiater
anak dan remaja di RSJ Dr Soeharto Heerdjan, Jakarta.
 Dokter Isa mengaku pernah menangani anak yang "galak" karena kuota pulsa pada ponselnya
habis.
 "Gawainya waktu itu habis pulsanya. Kemudian dia minta untuk dipenuhi tapi keluarga
nggak memberikan. Dia langsung lempar gawainya dan memukul wajah ibunya," tutur dokter
Isa.
 Dokter Isa menambahkan, anak tersebut tidak lagi bisa ditenangkan oleh orang tuanya
sehingga dia dimasukkan ke rawat inap.

Part 3
 Kasus ini berbeda dengan Franky yang dirawat jalan lantaran masih dapat diberi pengertian
oleh ibu dan ayahnya.
 "Kita punya dua pintu perawatan. Ada yang lewat poliklinik, kita bilang sebagai rawat jalan.
Lalu ada yang masuk dari ruang emergency. Dari yang ruang emergency ini biasanya
memang kondisi yang sudah membahayakan pihak keluarga sehingga perlu dirawat inap.
Emosi dan perilakunya sudah tidak lagi bisa ditolerir oleh keluarga," jelas dokter Isa.
 Akan tetapi, perilaku agresif bukan satu-satunya indikator seorang anak dapat diduga
mengalami kecanduan gawai. Durasi bermain game online juga menjadi kriteria.
 "Ketika anak itu mulai ada kerentanan ke arah kecanduan gawai, pemakaian gawai dalam
satu hari mencapai tujuh sampai delapan jam, baik itu nonstop atau akumulasi," kata dokter
Isa
 Dalam kuesioner tersebut, dokter Siste menguji 643 remaja di Jakarta dengan
memberikan 44 pernyataan yang dirumuskan 14 pakar, terdiri dari psikiater anak dan
remaja, psikiater bidang perilaku adiksi, psikiater bidang neuropsikiatri, serta dokter
spesialis anak.
 "Pada penelitian yang kami lakukan di Jakarta dengan melibatkan beberapa sekolah
ternyata prevalensi yang didapatkan adalah 31,4% [anak dan remaja kecanduan
internet]. Kalau dilihat dari prevalensi ini adalah masalah yang cukup bermakna untuk
remaja," kata dokter Siste.
 Namun, dokter Siste langsung menambahkan, angka tersebut perlu ditelusuri lebih

Part 4
jauh dengan wawancara klinis oleh tenaga kesehatan yang memang pakar dalam hal
itu.
 Sejauh ini belum ada deteksi serupa di tingkat nasional. Namun, dari laporan berbagai
media, sejumlah rumah sakit jiwa di berbagai wilayah di Indonesia secara reguler
menerima anak-anak yang kecanduan game online dan internet sebagai pasien.
 Di RSJ Dr Soeharto Heerdjan, Jakarta, angkanya meningkat.
 "Dari polanya, dari tahun 2017 sampai Desember 2019 kasusnya cukup meningkat.
Dari per bulan satu pasien yang dirawat dengan masalah adiksi gawai, sekarang ini
trennya dua pasien dalam sebulan," kata dokter Isa Multazzam Noor.
tamat

Anda mungkin juga menyukai