Anda di halaman 1dari 4

1.

Patah tulang hidung

Siswa salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di Pekanbaru, Riau berinisial FA
mengalami patah tulang hidung. Menurut pengakuan FA, ia di-bully oleh teman-
temannya di sekolah. Paman korban, Muchtar mengatakan, tak hanya di-bully, FA juga
diancam dan diperas. “Dia (korban) sudah sekitar lima bulan sekolah di situ. Selama dia
di situ, uang jajannya dirampas dan diancamsupaya tidak ngadu ke orangtuanya,” kata
Muchtar. Selain dibully hingga mengalami patah tulang hidung, korban juga dipaksa
mengaku bahwa dirinya terjatuh. Kapolresta Pekanbaru AKBP Nandang Mu’min Wijaya
mengemukakan, kasus bullying tersebut berawal dari bercanda. Peristiwa terjadi pada
Selasa (5/11/2020) sekitar pukul 11.00 WIB. Baca juga: Tangis Siswa Korban Bully di
Malang Harus Diamputasi... Pelaku memukul korban dengan kayu bingkai foto.
Kemudian pelaku menarik kepala korban dan dibenturkan ke lutut hingga korban
mengalami patah tulang. “Awalnya mereka bercanda. Mungkin ada kata-kata yang tidak
bisa diterima para terlapor sehingga merasa tersinggung dan emosi lalu melakukan
kekerasan,” kata Kapolres. Tak terima, orangtua korban melaporkan kejadian itu pada
polisi. Diketahui, pelaku perundungan yang menyebabkan korban mengalami patah
tulang adalah dua orang rekan sekolahnya yang berinisial M dan R.
2. Depresi berat

Seorang siswa SD Negeri di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan berinisial RS


mengalami depresi berat usai diduga menjadi korban perundungan oleh teman-
temannya. Ironisnya, RS di-bully selama dua tahun atau sejak ia duduk di bangku kelas
IV SD. Pribadi RS kemudian berubah. RS sering mengurung diri, takut bertemu dengan
orang hingga tak mau lagi bersekolah. Keluarganya pun menghabiskan banyak dana
untuk memeriksakan kondisi psikis anaknya. Padahal penghasilan mereka pas-pasan.
Ayah RS bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibunya seorang penjual
kerupuk. "Periksa ke dokter syaraf kepala hingga psikiater. Kata dokter, depresi," ujar
ibu RS, Masrikah. Baca juga: 7 Siswa SMP di Malang Terancam Pidana Setelah Bully
Temannya Awal mula bullying terjadi gara-gara jam dinding. Saat duduk di kelas IV, RS
bermain sepak bola di dalam kelas. Bola yang ditendang RS mengenai jam dinding
hingga jatuh ke lantai. "Jam dinding pecah dan kami belum bisa ganti karena kata pihak
sekolah harganya Rp 300.000. Sejak saat itu anak saya selalu di-bully, bahkan pernah
disekap di kelas oleh teman-teman sekelas. Rambutnya dijambak, diludahi, disiram air,
dan kekerasan lain. Kami sudah konfirmasi ke sekolah, tetapi respons tak baik, bahkan
suami saya diusir," kata Masrikah. Namun saat dikonfirmasi, pihak sekolah membantah
adanya bullying. "Mohon maaf tidak ada istilah bullying. Ini kejadian gaduh biasa
antarsiswa. Orangtua tidak tahu persis kejadiannya, hanya menerima laporan anaknya,"
kata Kepala SDN 2 Wirosari Ngadiman.
3. Jari diamputasi

MS (13), seorang siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Kota
Malang, Jawa Timur diduga menjadi korban bully oleh sejumlah temannya. Bahkan,
dua ruas jari tengah MS terpaksa diamputasi akibat tindakan teman-temannya. Ia juga
kerap menangis akibat syok usai jarinya diamputasi. Polresta Malang pun menaikkan
status dari penyelidikan menjadi penyidikan. 15 orang saksi diperiksa dalam kasus ini.
Kapolresta Malang Kota Kombes Leonardus Simarmata mengungkapkan, MS pernah
diangkat beramai-ramai.

Kemudian tubuh MS dibanting ke lantai paving. "Diangkat beramai-ramai begitu. Terus


dibanting ke paving dalam kondisi terlentang," kata Leonardus. Aksi itu dilakukan saat
jam istrirahat sekolah. Oleh teman-temannya, MS juga pernah dibanting ke pohon
dengan cara yang sama. "Kedua posisinya juga sama, tapi dibanting ke pohon kecil,"
ungkapnya. Mengaku hanya bercanda, 7 orang siswa rekan MS terancam hukuman
pidana.
4..AU, siswi SMP di-bully 12 siswa SMA di Pontianak

Kakak sepupu korban adalah mantan kekasih pelaku. Korban sempat adu komentar
melalui media sosial. Gesekan ini memicu terjadinya bullying kepada korban bernama
Audrey, siswi SMP yang masih berusia 14 tahun. "Permasalahan awal karena masalah
cowok, menurut info kakak sepupu korban merupakan mantan pacar dari pelaku
penganiayaan ini.

Di media sosial mereka saling komentar sehingga pelaku menjemput korban karena
kesal terhadap komentar itu," ucap Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak
Daerah (KPPAD) Kalbar, Tumbur Manalu.

Tragedi kekerasan ini terjadi pada Jumat (29/3/2019), namun baru dilaporkan pada
orangtua korban pada Jumat (5/4/2019).

"Korban sebenarnya berada di rumah, kemudian dia dijemput terduga pelaku dari 12
orang itu. Sebetulnya aktor utama 3 orang dan sisanya membantu atau tim hore," ucap
Tumbur Manalu.

Korban tak mengira akan dianiaya, karena dijemput dan diajak ke jalan Sulawesi
dengan alasan pelaku ingin ngobrol dengannya.

"Ketika dibawa ke Jalan Sulawesi korban diinterogasi dan dianiaya secara brutal oleh
pelaku utama tiga orang dan rekannya yang membantu ada 9 orang sehingga total ada
12 orang," katanya.

Selain di Jalan Sulawesi, korban juga dianiaya di Taman Akcaya. Korban AU (14)
menjalani perawatan intensif di rumah sakit swasta di Kota Pontianak, karena
mengalami trauma baik fisik maupun pisikologis. Hingga Rabu (10/04/2019), korban
masih dalam penangan medis dan masih dalam proses pendampingan KPUD Kalbar.

Anda mungkin juga menyukai