Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lia Apriani Prodi : PAI

NIM : 202100071 Semester : VI (Enam)


Matkul : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Asri Andriana Lituhayu, S.Pd.I, MM

STUDI KASUS
(Kasus Bullying: Siswa SD Tewas Diduga Dipukul Kakak Kelas)

1. Pengamatan Perilaku Kasus


Baim/Ibrahim Hamdi merupakan serorang anak yang berusia 8 tahun kelas 2 SD yang
meninggal dunia diduga karena dipukul kakak kelasnya. Korban sendiri diketahui
bersekolah di SD 13 Medan dan sempat mengeluhkan sakit kepada orangtuanya karena
dikeroyok kakak kelasnya.
2. Angket
Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak Setuju
No Pernyataan SS S KS TS
1 Saya adalah anak yang lemah di sekolah. Karena 
saya lemah saya sering diganggu oleh teman-
teman.
2 Saya sering sekali merasa beda dari teman-teman 
yang lain. Dan ini membuat saya rendah diri jika
bergaul dengan teman-teman sekolah.
3 Saya sering sekali diledek oleh teman-teman 
sekolah, karena perbedaan yang ada pada diri saya.
Dan itu membuat saya sedih.

3. Wawancara Kasus
Polisi masih melakukan penyelidikan terkait kasus dugaan tewasnya siswa SD 13
Medan, setelah di-bully kakak kelasnya. Menurut Kasat Reskrim Polrestabes Medan,
Kompol Teuku Fathir Mustafa, saat ini penyidik telah meminta keterangan dari saksi-
saksi termasuk pihak sekolah. "Sudah ada yang diperiksa dan masih dalam
penyelidikan," kata Fathir kepada Tribun-medan, Jumat (30/6/2023). Ia menyampaikan,
setelah hasil penyelidikan rampung pihaknya akan membeberkan fakta kasus tersebut.
4. Wawancara Sumber Lain (Orangtua)
Menurut Yusraini Nasution alias Butet orang tuanya, anaknya yang masih duduk bangku
kelas II SD, sebelum meninggal dunia sempat mengadu kepadanya. Anaknya itu seusai
pulang sekolah datang ke lapak jualannya di depan Masjid Raya Al-Mashun,
Kota Medan. Saat itu, anak pertamanya ini mengeluh kesakitan setelah dianiaya oleh
kakak kelasnya sepulang dari sekolah.
"Dia kemarin dipukuli sama abang - abang kelasnya, kelas lima kelas enam, sementara
anak saya kelas dua SD. Pulang-pulang dia sudah nangis, ngadu dipukuli," kata Butet
saat diwawancarai di rumahnya.
Ia menyampaikan, ketika itu dirinya sempat menenangkan anaknya dan mengatakan
akan mendatangi rumah abang kelasnya itu untuk mengadukan hal tersebut kepada
orangtuanya.
"Waktu dia datang ke jualan saya itu, katanya yang mukul dia satu orang. Saya datangi
rumahnya, tapi katanya nggak ada mukul si Baim," sebutnya. Dikatakannya, malam
harinya korban tiba-tiba mengalami demam tinggi hingga dua hari lamanya. Lalu, setelah
demamnya tinggi anaknya masih mengeluh badannya terasa sakit. Kemudian, dirinya
pun memanggil tukang kusuk. "Dia demam malamnya, selama dua hari, sudah turun
panasnya. Dia bilang sakit badannya, saya bawa kusuk, nggak sakit lagi," ujarnya.
"Nggak ada nampak luka memar. Dia cuma mengeluh sakit tidak mau makan, cuma
minum," sambungnya. Butet menyampaikan, pasca dari situ anaknya inj setiap
malamnya seperti mengalami trauma dan menunjukkan rasa takutnya. Lantaran masih
mengeluh sakit, pihak keluarga pun akhirnya membawa korban berobat ke Rumah Sakit
Madani. Namun, pihak rumah sakit menolak biaya perobatan melalui BPJS lantaran
Baim merupakan korban penganiayaan. Lalu, lantaran keterbatasan biaya, keluarga pun
akhirnya membawa korban ke Rumah Sakit Pirngadi Medan. Tak lama setelah
mendapatkan perawatan, korban pun dinyatakan meninggal dunia. "Tapi waktu kemarin
sebelum dia meninggal, sempat bilang ada lima orang yang menganiaya dia, orang dekat-
dekat sini juga," bebernya. Butet mengaku sangat merasa terpukul kehilangan anak
pertama itu. "Sakit hati ini, anak saya dipukuli orang. Gara-gara di pukulin orang anak
saya meninggal," kata Butet sambil meneteskan air matanya. Usai meninggal dunia,
jenazah korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan, untuk dilakukan
autopsi. Saat ini, jenazah telah dimakamkan di TPU Jalan Brigjend Katamso,
Kota Medan.
5. Kesimpulan
Bahwa bentuk perilaku bullying yang terjadi di SD 13 Medan yaitu berbentuk kekerasan
yang membuat korban bully meninggal dunia, korban merasa terpojok dan keluarga
korban merasa terhina dan sangat marah dengan kejadian yang telah menimpa anak
mereka. Hal ini membuat para orangtua/wali murid merasa khawatir dengan keadaan
anaknya masing-masing, takut hal tersebut bisa saja menimpa anaknya.

Anda mungkin juga menyukai