Anda di halaman 1dari 4

BAB III

ANALISIS KASUS
3.1 Deskripsi Kasus
3.1.1 Kasus dengan kategori ringan hingga sedang

KOMPAS.com - Video viral di media sosial menunjukkan siswa sekolah menengah


kejuruan (SMK) di bilangan Curug, Kabupaten Tangerang, memukuli temannya. Aksi kekerasan
itu direkam oleh siswa lainnya, lalu videonya diunggah di akun Instagram @informer_tangerang
pada Jumat (13/10/2023). Video berdurasi 20 detik itu memperlihatkan seorang siswa tengah
memukuli temannya yang sudah tersungkur di lantai. Siswa itu melontarkan makian sambil
melayangkan pukulan bertubi-tubi. Tak lama kemudian, teman-teman yang lain menghentikan
aksi kekerasan tersebut.
Kasi Humas Polres Tangerang Selatan Iptu Wendi Afrianto membenarkan adanya aksi
kekerasan tersebut. Peristiwa itu terjadi pada Kamis (12/10/2023) pukul 10.00 WIB. "Benar,
adanya rekaman video yang beredar di media sosial Instagram atas perselisihan antara dua orang
siswa di salah satu sekolah wilayah Curug," kata Wendi saat dikonfirmasi, Jumat. Berdasarkan
hasil penyelidikan, Wendi menuturkan, aksi kekerasan berawal saat siswa berinisial M saling
ejek dengan temannya, AH. Namun, M justru tersulut emosi sehingga langsung memukuli AH.
"Kemudian salah satu dari mereka, yakni siswa M, tersulut emosi sehingga melakukan kekerasan
fisik, seperti yang terekam di video," ucap Wendi. Korban kemudian melaporkan kasus ini ke
Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangsel. Namun, belakangan, pihak korban
mencabut laporannya. Kepada polisi, keluarga korban mengaku telah bersepakat untuk
menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan. "Pihak korban menyampaikan ingin
menyelesaikan permasalahan ini secara kekeluargaan," kata Wendi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/10/13/14284231/tersulut-emosi-saat-saling-ejek-
siswa-smk-di-tangerang-pukuli-temannya
3.1.2 kasus dengan kategori sedang hingga berat

KOMPAS TV - Polisi berhasil mengungkap motif remaja berinisial JND membunuh satu
keluarga di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan
Timur, pada Selasa (6/2/2024).
Satu keluarga itu beranggotakan lima orang yang terdiri dari ayah, ibu dan tiga anaknya.
Kapolres Penajam Paser Utara, AKBP Supriyanto mengatakan, Dugaan pertama, pelaku
membunuh korban karena motif asmara.
Menurut Supriyanto, dari hasil penyelidikan, korban RJ pernah menjalin hubungan asmara
dengan JND.
Namun, informasinya hubungan asmara pelau JND dan RJ tidak direstui oleh orang tua
sang gadis. Akibatnya, hubungan asmara keduanya kandas.
Selain itu, kata Supriyanto, cekcok antara keduanya terjadi karena pelaku merasa kesal korban
RJ sudah tiga hari tidak mengembalikan helm miliknya.
“Kebetulan pelaku umurnya 16 tahun dan korbannya masih 15 tahun, sehingga emosinya masih
labil,” ujar Supriyanto.
Lebih lanjut, Supriyanto mengatakan, pelaku JND yang merupakan tetangga korban telah
ditangkap pada Selasa (6/2/2024).
“Pelaku merupakan tetangga dari korban sendiri, yang merupakan mantan kekasih dari salah satu
korban yaitu RJ,” ucap Supriyanto.
Supriyanto mengungkapkan, sebelum membunuh lima orang sekaligus, pelaku JND terlebih
dahulu mabuk atau mengonsumsi minuman keras dengan teman-temannya pada Senin (5/2/2024)
malam.
Kemudian, sekitar pukul 23.30 Wita, pelaku JND diantar pulang oleh temannya.
Sesampainya di rumah, pelaku JND mempunyai niatan untuk membunuh korban.
Pada tengah malam ketika hari sudah berganti, pelaku JND kemudian melancarkan aksinya.
Untuk membunuh satu keluarga itu, pelaku JND mempersenjatai diri dengan senjata tajam jenis
parang.
Supriyanto mengungkapkan, parang yang dipakai oleh pelaku JND untuk menghabisi nyawa satu
keluarga itu berukuran sekitar 60 sentimeter tanpa gagang.
Lebih lanjut, Supriyanto menuturkan bahwa pelaku sempat beralibi mengaku bukanlah pelaku
pembunuhan tersebut, melainkan mengaku sebagai saksi mata.
Usai melakukan pembunuhan, kata Supriyanto, pelaku JND berganti pakaian.
Ia kemudian mengajak kakaknya ke rumah Ketua RT setempat dan mengadukan peristiwa
pembunuhan terhadap tetangganya itu.
“Tersangka mengajak kakaknya ke Pak RT untuk melapor terkait adanya kasus pembunuhan ini.
Ia beralibi kalau pelakunya bukan dia,” ujar Supriyanto.
Di rumah Ketua RT, kata Supriyanto, JND menceritakan bahwa dirinya sempat melihat pelaku
pembunuhan terhadap satu keluarga tersebut.
Menurut pengakuan JND, pelaku pembunuhan berjumlah 3 sampai 10 orang. Setelah itu, Ketua
RT yang mendapatkan informasi tersebut langsung melapor ke polisi.
Polisi yang mendapat laporan itu langsung menindaklanjuti dengan memeriksa JND sebagai
saksi.
Dari hasil pemeriksaan dan dicocokkan dengan olah tempat kejadian perkara atau TKP,
polisi mendapati kejanggalan.
Polisi menilai bahwa keterangan yang disampaikan oleh JND tidak masuk akal.
Setelah didalami lebih jauh, JND akhirnya mengakui bahwa dirinyalah yang menghabisi nyawa
satu keluarga tersebut.
“Dia awalnya beralasan bahwa ia membantu korban karena pelakunya lebih dari tiga orang.
Namun, setelah olah hasil TKP, bukti berupa parang dan baju berlumuran darah yang tersisa
mengarah kepada pelaku,” kata Supriyanto.

Anda mungkin juga menyukai