Anda di halaman 1dari 5

Contoh kasus pelanggaran HAM di dunia internasional : 1.

Bentuk penjajahan yang terjadi pada masa lalu yang dilakukan oleh negara-negara imperialis (Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang). 2. Pembantaian Suku atau kaum Minoritas (pembantaian suku Kurdi dan pembantaian warga Bosnia). 3. Pembantaian Ras (yang dilakukan oleh NAZI pada masa Hitler). 4. Kejahatan perang yang dilakukan oleh suatu rezim atau elite politik yang berkuasa. 5. Penindasan Ras kulit hitam di Afrika.

Contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia :

1. Kasus Pembunuhan Munir Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia adalah aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang, 8 Desember 1965. Munir pernah menangani kasus pelanggaran HAM di Indonesia seperti kasus pembunuhan Marsinah, kasus Timor-Timur dan masih banyak lagi. Munir meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di pesawat karena dibunuh, serangan jantung bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal karena diracuni dengan Arsenikum di makanan atau minumannya saat di dalam pesawat. 2. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah Marsinah merupakan salah satu buruh yang bekerja di PT. Catur Putra Surya (CPS) yang terletak di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah muncul ketika Marsinah bersama dengan teman-teman sesama buruh dari PT. CPS menggelar unjuk rasa, mereka menuntut untuk menaikkan upah buruh pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Dia aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Masalah memuncak ketika Marsinah menghilang dan tidak diketahui oleh rekannya, dan sampai akhirnya pada tanggal 8 Mei 1993 Marsinah ditemukan meninggal dunia. 3. Penculikan Aktivis 1997/1998 Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yaitu kasus penculikan aktivis 1997/1998. Kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis pro-demokrasi, sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik. 4. Penembakan Mahasiswa Trisakti Kasus penembakan mahasiswa Trisakti merupakan salah satu kasus penembakan kepada para mahasiswa Trisakti yang sedang berdemonstrasi oleh para anggota polisi dan militer.

5. Pembantaian Santa Cruz/Insiden Dili Kasus ini masuk dalam catatan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu pembantaian yang dilakukan oleh militer atau anggota TNI dengan menembak warga sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada tanggal 12 November 1991. 6. Peristiwa Tanjung Priok Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan yang mengakibatkan bentrok antara warga dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan lukaluka. 7. Pembantaiaan Rawagede Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa penembakan beserta pembunuhan terhadap penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 diringi dengan dilakukannya Agresi Militer Belanda I. Puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas.

8. Gagal bekerja di Malaysia, 5 warga Brebes ngadu ke Polda Sumut Senin, 6 Januari 2014 18:13 Merdeka.com - Lima perempuan asal Brebes, Jawa Tengah, mengadu ke Polda Sumut, Senin (6/1). Mereka merasa menjadi korban praktik perdagangan manusia setelah gagal diberangkatkan ke Malaysia. Empat di antara lima perempuan itu masih berusia di bawah umur, yakni IR (17), WYS (17, Rn (16) dan TL (16). Hanya satu orang yang sudah dewasa, yaitu Wastina (21). Semuanya berasal dari Desa Songgom Mekar Sari, Brebes. IR mengaku mereka diajak teman sekampungnya, Karnoto (31), untuk mengadu nasib di Malaysia. Laki-laki yang mempunyai istri seorang TKW di Malaysia ini menjanjikan mereka pekerjaan sebagai tenaga cleaning service (CS) dengan upah RM 600 per bulan. "Kami berangkat dari Brebes pada 4 September lalu bersama Karnoto dan Ibu Uncuk (teman Karnoto)," ucap IR. Ternyata mereka tidak langsung ke Malaysia, melainkan ke Bandung, Jawa Barat. Sekitar setengah bulan di sana, IR dan rekan-rekannya dibawa ke Pekan Baru, Riau, menumpang pesawat terbang. Dari sana mereka dipindahkan lagi ke Binjai, Sumut. "Kami ditampung rumah Iskandar," jelas IR. Sebulan berselang, tepatnya pada 27 Desember 2013, kelimanya hendak diberangkatkan ke

Malaysia melalui Pelabuhan Tanjung Balai. Namun, mereka tidak bisa berangkat karena dokumen mereka, seperti KTP dan paspor dipalsukan. Kelima perempuan ini pun sempat diamankan pihak imigrasi. "Soalnya paspor yang digunakan berbeda dengan visa tinggal, karena umurnya dinaikkan, bahkan ada yang menggunakan identitas palsu. Kelimanya kini ditampung di Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TPA)," ucap Ketua Pokja Pengaduan dan Fasilitas Pelayanan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut Muslim Harahap. Sementara itu, Kasubdit IV/Renakta Direktorat Reskrimum Polda Sumut AKBP Juliana Situmorang mengatakan, laporan kelima korban sudah diterima dan sedang dalam pemberkasan. "Laporan korban masih di-BAP, kita akan selidiki dan kembangkan. Jika benar ada pemalsuan dokumen dan tindak pidana perdagangan manusia, apalagi anak-anak, kita lihat siapa yang terlibat," pungkasnya. 9. Sering menangis keras, orang tua Brasil jual anak Jumat, 15 November 2013 13:17 Merdeka.com - Orang tua Brasil nekat menjual anaknya lewat Internet seharga Rp 4,9 juta. Alasannya bayi itu sering nangis dan tidak bisa membuat mereka tidur tenang. Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Jumat (15/11), polisi Brasil tengah menyelidiki iklan penjualan bayi itu diunggah Selasa di situs OLX. Iklan itu juga memajang foto si bayi baru beberapa bulan dengan baju biru. "Dia selalu menangis keras dan tidak mengizinkan kami tidur nyenyak padahal kami harus bekerja untuk hidup," ujar orang tua si bayi menuliskan keterangan soal anaknya. Pemilik akun tidak menyebutkan lelaki atau perempuan hanya mencantumkan nomor kontak diketahui berasal dari wilayah Negara Bagian Goias. Iklan ini sudah aktif 12 jam setelah perusahaan OLX menyadari isi iklan mereka langsung melabelkan iklan aneh. Polisi bagian perlindungan anak Marcela Orcai mengatakan mereka tengah menelusuri orang mengunggah iklan penjualan bayi itu. "Kami mencoba mencari posisi mereka. Kami yakin mereka tinggal di lingkungan Campos Eliseos namun alamatnya tidak ada dan nomor telepon tidak dapat tersambung," ujar Orcai. Dia menambahkan jika memang terbukti orang tua bayi itu menjual darah dagingnya sendiri mereka bakal ditahan dan dijatuhi hukuman di bawah undang-undang perlindungan anak dan pengasuhan Brasil. Mereka bisa dipenjara dua tahun. Namun jika mereka tidak ada kaitannya dengan bayi itu hukuman bertambah setahun. Pengacara kasus digital Rafael Maciel mengatakan gambar diunggah tidak mendapat sensor

sama sekali. Orang yang memasukkannya ke dalam Internet harus diganjar hukuman setimpal sebab media elektronik itu bukan hal untuk main-main. 10. Mau jadi pembantu di Surabaya, 2 gadis NTT dijual ke Malaysia Kamis, 14 November 2013 16:52 Merdeka.com - Berniat mencari kerja di Surabaya, Jawa Timur, dua perempuan muda asal Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) dijual ke Malaysia. Beruntung, korban berhasil kabur dan melaporkan peristiwa tersebut ke Polrestabes Surabaya, Jawa Timur. "Dua orang sudah kami amankan, namun satu pelaku, yang menjadi otak perdagangan orang ini berhasil kabur dan sudah kita tetapkan sebagai DPO (buron)," terang Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya, AKP Suratmi, Kamis (14/11). Dua orang yang berhasil ditangkap itu adalah, Margaritha Pasanea (40), asal Kupang, NTT. Dia bertindak sebagai perekrut dan memberangkatkan korbannya ke Surabaya. Kemudian Komaruddin (42), warga Jalan Medokan Kampung Gg Min, Surabaya. Sementara DPO yang berhasil kabur adalah Toyo, asal Batam. "Dialah yang menampung para korban yang direkrut Margaritha di Kupang," lanjut Suratmi. Sedangkan dua korban terakhir para tersangka adalah DN (23) dan YT (16), yang sama-sama berasal dari Alor, NTT. Diceritakan Suratmi, kronologis kejadian bermula, saat kedua korban ingin bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Surabaya. Kemudian kedua korban bertemu dengan Margaritha yang mengaku punya kenalan di Kota Pahlawan ini. Selanjutnya, Margaritha menghubungi Toyo yang ada di Batam agar memberikan kode booking tiket Lion Air. Setelah semuanya siap, Margaritha kemudian memberangkatkan kedua korban ke Surabaya dan meminta Toyo menjemput kedua korban di Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo. Karena berada di Batam, Toyo pun meminta orangnya yang ada di Surabaya, yaitu Komarudin untuk menjemput kedua korban di Bandara Juanda dan menampung sementara di rumahnya, Jalan Medokan Kampung. "Setelah berada di TKP (Medokan Kampung), tersangka memberitahu kalau akan membawa kedua korban ke Malaysia melalui Batam. Setelah mengetahui akan di jual ke Malaysia, korban mencari kesempatan untuk kabur," beber Suratmi. Berhasil kabur, kedua korban melaporkan peristiwa itu ke polisi yang kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan penangkapan terhadap para tersangka. "Para tersangka telah melanggar Pasal 2 junto 17 Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana trafficking. Ancaman hukumannya minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun penjara," tegas dia.

Anda mungkin juga menyukai