Disusun Oleh:
Kelas:11 IPS C
Nis:10159
2023
Kata Pengantar
Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung
Priok, Jakarta Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan yang
mengakibatkan bentrok antara warga dengan kepolisian dan anggota TNI
yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka serta sejumlah
gedung rusak terbakar. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 12 September 1984.
Sejumlah orang yang terlibat dalam kerusuhan diadili dengan tuduhan
melakukan tindakan subversif, begitu pula dengan aparat militer, mereka
diadili atas tuduhan melakukan pelanggaran hak asasi manusia pada
peristiwa tersebut. Peristiwa ini dilatar belakangi masa Orde Baru.
Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia adalah aktifis HAM yang
pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir lahir di Malang, 8
Desember 1965. Munir pernah menangani kasus pelanggaran HAM di
Indonesia seperti kasus pembunuhan Marsinah, kasus Timor-Timur dan
masih banyak lagi. Munir meninggal pada tanggal 7 September 2004 di
dalam pesawat Garuda Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan
menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita
yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di pesawat karena dibunuh,
serangan jantung bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa
Munir meninggal karena diracuni dengan Arsenikum di makanan atau
minumannya saat di dalam pesawat. Kasus ini sampai sekarang masih belum
ada titik jelas, bahkan kasus ini telah diajukan ke Amnesty Internasional dan
tengah diproses. Pada tahun 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto selaku Pilot
Garuda Indonesia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena terbukti bahwa
ia merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir, karena dengan
sengaja ia menaruh Arsenik di makanan Munir.
Marsinah merupakan salah satu buruh yang bekerja di PT. Catur Putra
Surya (CPS) yang terletak di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah muncul
ketika Marsinah bersama dengan teman-teman sesama buruh dari PT. CPS
menggelar unjuk rasa, mereka menuntut untuk menaikkan upah buruh pada
tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Dia aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Masalah
memuncak ketika Marsinah menghilang dan tidak diketahui oleh rekannya,
dan sampai akhirnya pada tanggal 8 Mei 1993 Marsinah ditemukan
meninggal dunia. Mayatnya ditemukan di sebuah hutan di Dusun Jegong,
Kecamatan Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur dengan tanda-tanda bekas
penyiksaan berat. Menurut hasil otopsi, diketahui bahwa Marsinah
meninggal karena penganiayaan berat.
e. Pembantaiaan Rawagede
Peristiwa ini dikira menjadi inspirasi dari sajak terkenal Chairil Anwar
berjudul Antara Karawang dan Bekasi, tetapi ternyata dugaan tersebut tidak
terbukti.
2. PELANGGARAN HAM DI SEKOLAH
a. Kasus Mutilasi 3 Siswi SMU POSO
Mutilasi 3 siswi SMA Poso adalah sebuah aksi terorisme yang terjadi
pada tahun 2005. Pada tanggal 30 Oktober 2005, Theresia Morangke (15),
Alfita Poliwo (17) dan Yarni Sambue (17) dipenggal oleh para teroris
Muslim di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia; sebuah
daerah yang pernah dilanda konflik sektarian pada tahun 2001.[1] Tiga orang
pelaku merencanakan aksi ini setelah kunjungan mereka ke Filipina.
Kepolisian menetapkan Hasanuddin, Irwanto Irano, dan Lilik Purwanto
sebagai para tersangka dan ketiganya ditangkap pada tahun 2006, dan baru
didakwa setahun setelahnya. Hasanuddin dipenjara selama 20 tahun dan yang
lainnya dipenjara 14 tahun.
"Dari data pendampingan yang diperoleh WCC Jombang tercatat tahun 2011
terdapat 81 pengaduan," kata Palupi Pusporini, Direktur WCC Jombang,
dalam rilis yang diterima okezone, Senin (2/1/2012). Jumlah tersebut disusul
dengan kekerasan dalam pacaran (KDP) sebanyak 18 kasus, perkosaan
sebanyak 15 Kasus, pelecehan seksual (PS) sebanyak 6 kasus, dan kekerasan
dalam keluarga (KDK) sebanyak 5 kasus. Kemudian disusul trafficking 2
kasus, serta violence dan no-violence masing-masing 4 kasus.
Kekerasan seksual pada anak seakan tak pernah berhenti. Bersama sang
ibu korban kekerasan seksual oleh ayah kandungnya sendiri mendatangi
Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) di Jakarta Timur. Itu
adalah upaya terakhir yang dilakukan sang ibu demi melindungi sang anak
yang masih di bawah umur. Komnas PA menjadi tempat berlindung dari
ancaman yang dilakukan oleh mantan Bupati Pasaman Sumatera Barat.
Beberapa kali sang ibu dan anaknya mendapat ancaman dari mantan suami
jika melaporkan kasus asusila tersebut kepada polisi atau Komnas PA.
Terduga pelaku adalah mantan Bupati Pasaman, Padang, Sumatera Barat,
periode 1990-2000. Ibu korban juga sudah melaporkan kasus tersebut ke
Polres Jakarta Selatan, dengan menyertakan bukti visum korban
Para pelaku di JIS memang sudah ditangkap dan ditahan polisi. Namun
yang tak kalah penting adalah bagaimana kita bisa melindungi dan
mengembalikan trauma korban dari ingatan kejahatan seksual di masa lalu.
(Ein)
d. Bayi 9 bulan korban kekerasan seks dimakamkan keluarga
Salah satu orang tua korban kerusuhan 1998, Maria Sanu, meminta
pemerintah menuntaskan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Dia
mengatakan anaknya dibakar hidup-hidup dan jenazahnya tak pernah
diketahui keberadaannya.
Hal itu disampaikan Maria dalam ‘Diskusi Publik: Deklarasi Korban dan
Masyarakat Sipil’ di Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (2/7/2023). Maria
merupakan ibu kandung dari Stefanus Sanu, yang diduga tewas dalam
kerusuhan Mei 1998.
Dari banyak kasus yang melanggar hak asasi manusia di atas dapat
Di ambil pelajaran untuk jangan sampai kita melakukan hal hal
Seperti itu agar tidak terkena delik pidana,lebih baik hidup tenang
Harmonis dengan melaksanakan kepunyaan mendasar yang kita
Punya dan jangan lupa kita juga mengingatkan kepada orang yang
Sering kita jumpai akan hak yang kita miliki sebagai manusia,agar
Kita menjadi manusia yang beradab dan bermartabat.