XI MIPA 1
ANNISA NUR FIRDAUSI
01/09/2019
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga
orang dekat Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra,
ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir.
Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya.Namun demikian,
pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas. Vonis ini sangat
kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau ulang, serta 3 hakim yang
memvonisnya bebas kini tengah diperiksa.
E. KASUS KONFLIK SAMPIT
A ) kasus marsinah
Kasus pembunuhan Marsinah, jelas melanggar Pasal 28D ayat (2) UUD
1945. Dinyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Berkumpul ataupun
berkelompok dengan tujuan melakukan tindakan pemogokan dan unjuk rasa pun
telah mendapat perlindungan hukum. Tentu dengan syarat bahwa kumpulan massa
tersebut tidak melakukan tindakan anarkis. Dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan setiap orang berhak untuk berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat untuk maksud-maksud yang damai. Selain
itu, kasus pembunuhan Marsinah juga melanggar Pasal 28A UUD 1945. Dalam
Pasal 28A dinyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dam kehidupannya. Kasus pembunuhan Marsinah di atas
merupakan pelanggaran HAM berat. Karena, ada unsur penyiksaan dan
pembunuhan sewenang-wenang didalamnya. Dalam UUD 1945, jelas bahwa
tindakan pembunuhan merupakan upaya berlebihan dalam menyikapi tuntutan
Marsinah dan kawan-kawan buruh.
B) TRAGEDI SEMANGGI
Tragedi Semanggi merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dinyatakan setiap orang berhak untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Hak menyampaikan pendapat
adalah kebebasan bagi setiap warga negara dan salah satu bentuk dari pelaksanan
sistem demokrasi pancasila di Indonesia. Selain itu, tragedi Semanggi juga
merupakan pelanggaran terhadap Pasal 28A UUD 1945, yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dari kehidupannya.
Dalam tragedi Semanggi, terjadi kerusuhan yang memakan korban jiwa.
C ) KASUS TRISAKTI
Kasus penembakan mahasiswa Trisakti adalah salah satu pelanggaran
terhadap Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 dan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945
tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan setiap orang berhak untuk berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Hak menyampaikan pendapat adalah
kebebasan bagi setiap warga negara dan salah satu bentuk dari pelaksanan sistem
demokrasi pancasila di Indonesia. Dalam kasus Trisakti, para mahasiswa melakukan
demo agar Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden Indonesia. Tapi, aparat
kepolisian malah membubarkan mereka dengan cara yang nggak nyantai. Selain itu,
kasus penembakan terhadap mahasiswa Trisakti merupakan pelanggaran terhadap
Pasal 28A UUD 1945. Dinyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dalam kasus Trisakti, terjadi
kerusuhan yang memakan korban jiwa dengan tewasnya 4 mahasiswa.
D ) KASUS MUNIR
Kasus pembunuhan Munir, termasuk dalam pelanggaran
terhadap 28A UUD 1945. Dinyatakan bahwa setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak mempertahankan hidup dari kehidupannya. Dalam
kasus Munir, terlihat adanya usaha dari pihak tertentu untuk
menyingkirkan Munir dengan cara menghilangkan nyawanya.
E ) KONFLIK SAMPIT
Menurut analisis kami, Perang Sampit merupakan pelanggaran
terhadap Pasal 28B ayat (2) UUD 194, yang menyatakan setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminsi. Dalam Perang
Sampit, pastilah ada korban yang masih anak-anak, yang tewas dalam
perang tersebut. Selain itu, Perang Sampit juga merupakan pelanggaran
terhadap Pasal 28H ayat (1) 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Dalam Perang Sampit, masyarakat
yang tinggal di sana merasa tidak aman dan tidak nyaman. Perang
Sampit juga merupakan pelanggaran terhadap Pasal 28A UUD 1945,
karena didalamnya terdapat pembantaian terhadap suatu etnis.