Anda di halaman 1dari 6

TUGAS DISKUSI PEMBELAJARAN PKN DI SD

“PELANGGARAN HAM TRISAKTI”

MUHAMMAD RIFKI AFFANDI

858942089

UPBJJ UT JEMBER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2022
KASUS PELANGGARAN HAM
TRAGEDI TRISAKTI

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan terhadap mahasiswa yang tengah berdemonstrasi
menuntut Soeharto turun dari jabatan Presiden pada tanggal 12 Mei 1998.Mahasiswa korban Tragedi
Trisakti berjumlah 4 korban jiwa, yaitu Elang Mulia Lesmana (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Jurusan Arsitektur, 1978-1998), Hafidhin Royan (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik
Sipil,1977-1998), Hery Hartanto (Fakultas Teknik Industri, 1976-1998), dan Hendriawan Sie (Fakultas
Ekonomi, 1975-1998).
Keempat mahasiswa Universitas Trisakti tersebut tewas ditembak di dalam kampus, terkena peluru
tajam di kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti
ini digambarkan dengan detail dan akurat oleh penulis sastra dan jurnalis Anggie Dwi Widowati
dalam Langit Merah Jakarta, seperti dikutip dari laman Universitas Trisakti.

Latar Belakang dan Penyebab Tragedi Trisakti


Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung Nusantara, salah satu gedung
utama MPR/DPR RI di Jakarta. Termasuk di antaranya adalah mahasiswa Universitas Trisakti. Para
mahasiswa menuntut tanggung jawab pemerintah atas terjadinya krisis ekonomi Indonesia pada awal
1998 yang dipengaruhi krisis finansial Asia 1997-1999.
Para mahasiswa melakukan aksi damai dengan berjalan dari dari kampus Trisakti ke Gedung
Nusantara pada pukul 12.30 WIB. Namun, aksi mereka dihambat blokade Polri dan militer. Beberapa
mahasiswa lalu mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Mahasiswa pun akhirnya bergerak mundur pada pukul 17.15 WIB seiring aparat keamanan
bergerak maju. Aparat keamanan lalu menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Kerumunan mahasiswa
yang panik lalu berpencar, sebagian besar berlindung di kawasan Universitas Trisakti. Di saat ini, aparat
keamanan terus melakukan penembakan.
Korban tembak lalu berjatuhan dan dilarikan ke RS Sumber Waras. Satuan pengamanan di lokasi
pada saat itu adalah Brimob, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara
Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam, serta Pasukan Bermotor. Mereka
dilengkapi dengan tameng, gas air mata, rangkaian senapan Steyr, dan senapan serbu SS-1.
Tiga mahasiswa dipastikan tewas pada pukul 20.00 WIB, dan satu orang kritis. Pihak aparat keamanan
membantah telah menggunakan peluru tajam, tetapi hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan
peluru tajam. Hasil sementara saat itu memprediksi bahwa peluru tersebut hasil pantulan peluru tajam
dari tanah untuk tembakan peringatan.Untuk memperingati peristiwa Tragedi Trisakti tersebut,
Museum Tragedi 12 Mei 1998 lalu dibangun di Lobi Gedung Kampus A Universitas Trisakti, Jalan Kyai
Tapa, Grogol, Jakarta Barat.

Kronologi Tragedi Trisakti 12 Mei 1998


10.30 -10.45
Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti di pelataran parkir depan Gedung Syarif Thayeb
(Gedung M). Sekitar 6000 mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas, dan serta karyawan
dikumpulkan di depan mimbar.
10.45-11.00
Aksi mimbar bebas dimulai dengan penurunan bendera setengah tiang diiringi lagu Indonesia Raya.
Demonstran lalu mengheningkan cipta sebagai tanda keprihatinan atas kondisi bangsa dan rakyat.
11.00-12.25
Aksi orasi dan mimbar bebas diisi pembicara dari dosen, karyawan, dan mahasiswa dengan baik dan
lancar.
12.25-12.30
Massa mulai memanas karena dipicu kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi
mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untuk turun ke jalan (long march) dengan tujuan
menyampaikan aspirasi ke anggota MPR/DPR. Massa lalu menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S.
Parman.
12.30-12.40
Satgas mulai siaga penuh dengan berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang dan
mengatur massa agar tertib dan berbaris saat turun ke jalan.
12.40-12.50
Pintu gerbang dibuka, massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati
kampus Universitas Tarumanegara (Untar).
12.50-13.00
Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Wali Kota Jakarta Barat oleh
barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.
13.00-13.20
Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa dari Senat Mahasiswa
Universitas Trisakti bernegosiasi dengan pimpinan komando aparat, yakni Dandim Jakarta Barat, Letkol
(Inf) A Amril, dan Wakalpolres Jakarta Barat.
Sementara itu, massa terus ingin maju. Di sisi lain, massa yang terus tertahan tidak dapat dihadang
barisan satgas samping, bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Masyarakat juga mulai bergabung di
samping long march.
13.20-13.30
Tim negosiasi kembali dan menjelaskan hasil negosiasi, yaitu long march tidak diperbolehkan dengan
alasan kemungkinan kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa
karena merasa aksinya merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju, sementara tambahan
aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk datang.
13.30-14.00
Massa duduk. Aksi mimbar bebas spontan dilakukan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di
depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa.
Mahasiswa perempuan membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Tambahan aparat dari
Kodam Jaya dan satuan kepolisian lain berdatangan.
14.00-16.45
Negosiasi dilanjutkan dengan komandan baik Dandim dan Kapolres sambil mengupayakan
untukmenghubungi MPR/DPR. Mimbar berjalan diselingi teriakan yel-yel dan nyanyian kendati turun
hujan. Massa sedikit demi sedikit mulai berkurang dan menuju ke kampus. Polisi memasang police line,
mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
16.45-16.55
Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negosiasi, yaitu aparat dan mahasiswa sama-sama
mundur.Massa semula menolak, tetapi bergerak mundur setelah dibujuk setelah dibujuk Dekan Fakultas
Ekonomi, Fakultas Hukum, serta ketua Senat Mahasiswa Universitas Trisakti (SMUT).Mahasiswa
diusulkan agar kembali ke dalam kampus dalam pembicaraan dengan aparat. Mahasiswa bergerak
masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur
terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa dan menyatakan terima
kasih atas ketertiban mahasiswa. Mahasiswa dan aparat bergerak mundur pelan-pelan seiring hujan
turun deras.Namun, tiba-tiba seorang oknum bernama Mashud yang mengaku sebagai alumnus namun
tidak tamat berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Massa terpancing
bergerak karena mengiranya sebagai salah seorang anggota aparat yang menyamar.
17.00-17.05
Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan
aparat tersebut. Kejadian ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa.
Petugas Satgas, Ketua SMUT, serta Kepala Keamanan dan Ketertiban Kampus (Kamtibpus) Trisakti
menahan massa dan meminta untuk mundur, massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kepala
Kamtibpus bernegosiasi dengan Dandim serta Kapolres agar mahasiswa dan aparat sama-sama mundur.
17.05-18.30 Peristiwa Penembakan & Pelecehan Seksual pada Mahasiswa
Sejumlah aparat meledek, mentertawakan, dan mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga
sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan
bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi diredam satgas mahasiswa Universitas Trisakti.
Sementara itu, barisan aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan
pelemparan gas air mata. Massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus.
Aparat melakukan penembakan membabi buta, pelemparan gas air mata di hampir setiap sisi jalan,
pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual
pada mahasiswa perempuan.
Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa juga tertembak dua peluru karet di
pinggang sebelah kanan.
Pasukan bermotor dengan rompi bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus
dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Aparat lainnya lari mengejar massa mahasiswa,
menangkap, menganiaya, dan membiarkan tergeletak di tengah jalan.
Aparat melepaskan tembakan yang terarah ke depan gerbang Universitas Trisakti. Sementara itu, aparat
yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakan ke arah mahasiswa yang berlarian di
dalam kampus.
Sebagian aparat merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris dalam posisi
jongkok dan berdiri, lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Tembakan terarah
mengakibatkan korban luka dan korban jiwa.
Tiga mahasiswa korban jiwa tewas seketika di dalam kampus dan satu orang lainnya di rumah sakit. 15
korban luka-luka dan jatuh akibat embakan.
Aparat terus menembaki dari luar sementara anggota lainnya melemparkan gas air mata ke dalam
kampus.
18.30-19.00
Tembakan dari aparat mulai mereda, mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban menuju RS.
19.00-19.30
Mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan di
kawasan parkir utama dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun.
Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah, ruang organisasi mahasiswa, musala, dan
memadamkan lampu saat bersembunyi.
19.30-20.00
Mahasiswa mulai berani untuk keluar ruangan setelah dirasa lebih aman. Dekan FE berdialog untuk
memastikan pemulangan ke rumah masing-masing dengan Kol.Pol. Arthur Damanik. Hasilnya,
mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang 5 mahasiswa per tahap, lalu dijamin akan pulang dengan
aman.
20.00-23.25
Mahasiswa luka berat dilarikan ke RS Sumber Waras. Mahasiswa pulang kendati ketakutan dan trauma
melihat korban jiwa dan korban luka berjatuhan di kawasan kampus.Jumpa pers dilakukan pimpinan
kampus, anggota Komnas HAM datang ke lokasi.
01.30
Jumpa pers Tragedi Trisakti dilakukan Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoedin di Mapolda Metro
Jaya, dihadiri Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor
Trisakti Prof. Dr. R. Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang
W. Soeharto.

Anda mungkin juga menyukai