Anda di halaman 1dari 31

Pelanggaran HAM di Indonesia

Kasus 1 : Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap
mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini
menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia serta puluhan
lainnya luka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 -
1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998). Mereka tewas
tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala,
tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti ini juga
digambarkan dengan detail dan akurat oleh seorang penulis sastra dan jurnalis, Anggie Dwi
Widowati dalam karyanya berjudul Langit Merah Jakarta.[1][2][3]

Latar belakang dan kejadian

Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis
finansial Asia sepanjang 1997-1999. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-
besaran ke Gedung Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti. Mereka melakukan
aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi
mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa
mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak
majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah
mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di
Universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun
berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras. Satuan pengamanan yang berada di lokasi
pada saat itu adalah Brimob, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan
Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam serta Pasukan
Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Steyr, dan SS-1.

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang
dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan
peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara
diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.
Rentang waktu

10.30 -10.45 : Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran
parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap
civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta
karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.

10.45-11.00 : Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah
tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar
bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan
terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.

11.00-12.25 : Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari
dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan
lancar.

12.25-12.30 : Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat
keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untuk turun (long
march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian
massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.

12.30-12.40 : Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu
gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk
tetap tertib pada saat turun ke jalan.

12.40-12.50 : Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju
Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.

12.50-13.00 : Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Wali Kota
Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri
dua lapis barisan.

13.00-13.20 : Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa
(Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando
aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat).
Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak
massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari
jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.

13.20-13.30 : Tim negosiasi kembali dan menjelaskan hasil negosiasi di mana long march
tidak diperbolehkan dengan alasan kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat
menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut
merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Di lain pihak pada saat yang
hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
13.30-14.00 : Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai
mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa
ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga
mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya
dan satuan kepolisian lainnya.

14.00-16.45 : Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan
pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan
dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun
massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu.
Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.

Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.

16.45-16.55 : Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan


adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tetapi
setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta ketua
SMUT massa mau bergerak mundur.

16.55-17.00 : Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar


kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa
menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim
Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena
mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan
tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.

Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang
oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat)
berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing
massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang
menyamar.

17.00-17.05 : Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa
mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan
massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti
menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk
tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta
Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama
mundur.

17.05-18.30 : Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara
barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada
mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang
mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat
diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.

Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan
tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian
menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang
membabi buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan
pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para
mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara aparat dan massa mahasiswa
tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.

Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan
URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan
layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga
menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja
mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan
dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat
yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang
berlarian di dalam kampus.

Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan
membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah
mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut
mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia
seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang
dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas
orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.

18.30-19.00 : Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu
mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.

19.00-19.30 ; Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian
gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih
dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa
ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan
lampu untuk sembunyi.

19.30-20.00 : Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar
adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan
mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur
Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara
keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan
aman.

20.00-23.25 : Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh
korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.

Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan
universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi.

01.30 : Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya.
Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda
Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Trisakti Prof. Dr. R. Moedanton Moertedjo, dan dua
anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.

sumber: Siaran Pers Senat Mahasiswa Trisakti dan Arsip berita Kompas 13 Mei 1998

HAK YANG DI LANGGAR


Salah satu hak yang dilanggar dalam peristiwa tersebut adalah hak dalam kebebasan
menyampaikan pendapat. Hak menyampaikan pendapat adalah kebebasan bagi setiap warga
negara dan salah satu bentuk dari pelaksanan sistem demokrasi pancasila di Indonesia.
Peristiwa ini menggoreskan sebuah catatan kelam di sejarah bangsa Indonesia dalam hal
pelanggaran pelaksanaan demokrasi pancasila.. Dari awal terjadinya peristiwa sampai
sekarang, pengusutan masalah ini begitu terlunta-lunta. Sampai sekarang, masalah ini belum
dapat terselesaikan secara tuntas karena berbagai macam kendala. Sebenarnya, beberapa saat
setelah peristiwa tersebut terjadi, Komnas HAM berinisiatif untuk memulai untuk mengusut
masalah ini.

Komnas HAM mengeluarkan pernyataan bahwa peristiwa ini adalah pelanggaran


HAM yang berat. Masalah ini pun selanjutnya dilaporkan ke Kejaksaan Agung untuk
diselesaikan. Namun, ternyata sampai sekarang masalah ini belum dapat diselesaikan bahkan
upayanya saja dapat dikatakan belum ada. Belum ada satupun langkah pasti untuk
menyelesaikan masalah ini. Alasan terakhir menyebutkan bahwa syarat kelengkapan untuk
melakukan siding belum terpenuhi sehingga siding tidak dapat dilaksanakan. Seharusnya jika
pemerintah benar-benar menjunjung tinggi HAM, seharusnya masalah ini harus diselesaikan
secara tuntas agar jelas agar segala penyebab terjadinya peristiwa dapat terungkap sehingga
keadilan dapat ditegakan.

PENYELESAIAN
Agar masalah ini dapat cepat diselesaikan, diperlukan partisipasi masyarakat
untuk ikut turut serta dalam proses penuntasan kasus ini. Namun, sampai sekarang yang
masih berjuang hanyalah para keluarga korban dan beberapa aktivis mahasswa yang masih
peduli dengan masalah ini. Seharusnya masyarakat dan mahasiswa tidak tinggal diam karena
pengusutan kasus ini yang belum sepenuhnya selesai. Walaupun sulit untuk menuntaskan
kasus tersebut secara sepenuhnya, tetapi jika masyarakat dan mahasiswa ingin bekerjasama
dengan pihak terkait seharusnya masalah bisa diselesaikan, dengan catatan stakeholder yang
bersangkutan harus jujur dalam memberikan informasi. Di luar itu semua, ada hal lain yang
sebenarnya bisa diambil oleh masyarakat dan mahasiswa dalam peristiwa tersebut, yaitu
semangat melawan pemerintahan yang tidak adil dan tidak sesuai dengan kehendak rakyat.
Walaupun bisa dibilang bahwa Indonesia dari tahun ke tahun terus membaik dan berkembang
dari segi pembangunan, tetapi tetap banyak masalah yang sebenarnya bisa terlihat jika kita
berbicara dari tentang pemerintahan. Beberapa contoh masalah-masalah pemerintahan yang
ada, yaitu korupsi, perebutan kekuasaan untuk kepentingan golongan, berbagai praktik
kecurangan dalam menapai kekuasaan, dan masalah lainnya. Dari masalah-masalah tersebut,
seharusnya masyarakat dan mahasiswa banyak mengambil peran dalam pengarahan dan
evaluasi kepemimpinan. Untuk peran mahasiswa tak dapat dipungkiri akan semakin besar
karena di pundak mereka ada sebuah beban tanggung jawab dimana para mahasiswa dituntut
harus membentuk pemimpin-pemimpin yang cakap untuk mengelola Indonesia yang lebih
baik di masa depan. Agar peristiwa ini tak kembali terulang, Hak kebebasan berpendapat
setiap warga negara benar-benar harus ditegakan.

Kasus 2 : Pelanggaran HAM Penindasan pada Marsinah


PENYEBAB
Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa yang
aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi unjuk rasa
tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana unjuk rasa pada
tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin Sidoarjo. 3 Mei 1993, para buruh mencegah
teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun tangan
mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12
tuntutan, termasuk perusahaan harus menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari
menjadi Rp 2.250. Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka perjuangkan dan bisa
diterima, termasuk oleh buruh yang absen.Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993,
Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk rasa dan
perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15 orang perwakilan
karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan.

Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk
rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka
dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap
dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim
Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil
pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.Mulai tanggal
6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya
ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.
HAK YANG DI LANGGAR

Kasus pembunuhan Marsinah merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat.
Alasannya adalah karena telah melanggar hak hidup seorang manusia. Dan juga karena sudah
melanggar dari unsur penyiksaan dan pembunuhan sewenang-wenang di luar putusan
pengadilan terpenuhi. Dengan demikian, kasus tersebut tergolong patut dianggap kejahatan
kemanusiaan yang diakui oleh peraturan hukum Indonesia sebagai pelanggaran HAM berat.

Jika merujuk pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD NRI 1945), jelas bahwa tindakan pembunuhan merupakan upaya berlebihan dalam
menyikapi tuntutan marsinah dan kawan-kawan buruh. Jelas bahwa tindakan oknum
pembunuh melanggar hak konstitusional Marsinah, khususnya hak untuk menuntut upah
sepatutnya. Hak tersebut secara tersurat dan tersirat ditegaskan dalam Pasal 28D ayat (2)
UUD NRI tahun 1945, bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

PENYELESAIAN

Hak Asasi setiap manusia harus dihargai oleh manusia yang lain yang dalam kasus ini
adalah hak asasi berpendapat dan hak untuk hidup. Selain itu, kasus marsinah yang tak
kunjung usai ini diakibatkan oleh kurangnya transparansi dan kredibilitas para penyidik.
Seharusnya kredibilitas dan transparansi penyidikan lembaga terhadap suatu kasus haruslah
dijaga oleh para penegak hukum sehingga tercipta keadilan dan ketentraman masyarakat
Indonesia (Sumber: Kamtoboys Cancers)

Kasus 3 : Peristiwa Pembunuhan Munir


PENYEBAB

Delapan tahun silam, tepatnya pada 2004, Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya
seorang aktivis HAM, Munir Saib Thalib. Kematianya menimbulkan kegaduhan politik yang
menyeret Badan Intelijen Negara (BIN) dan instituti militer negeri ini. Berdasarkan hasil
autopsi, diketahui bahwa penyebab kematian sang aktivis yang terkesan mendadak adalah
karena adanya kandungan arsenik yang berlebihan di dalam tubuhnya. Munir meninggal
ketika melakukan perjalanan menuju Belanda. Ia berencana melanjutkan studi S2 Hukum di
Universitas Utrecht, Belanda, pada 7 September 2004. Dia menghembuskan nafas
terakhirnya ketika pesawat sedang mengudara di langi Rumania.

HAK YANG DILANGGAR

Hak yang di langgar dalam kasus munir yaitu karena telah menghilangkan nyawa
dengan sengaja atau sudah melanggar hak untuk hidup. Banyak orang yang terlibat dalam
kejadian itu. Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan
akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan, terungkap
bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu ia membuat surat
tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi pembunuhan Munir
semakin terkuat tatkala Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar berpindah tempat duduk
dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon
dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20
Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara. Meskipun sampai
saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir, berbagai alat bukti
dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal. Namun, timbul pertanyaan,
untuk apa Pollycarpus membunuh Munir. Apakah dia bermusuhan atau bertengkar dengan
Munir. Tidak ada historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua.
Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi Pollycarpus dari
agen Intelinjen Senior adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni Mayor Jenderal (Purn)
Muchdi Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah menduduki jabatan sebagai
Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang ditinggali Prabowo Subianto (pendiri Partai
Gerindra). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia

PENYELESAIAN

Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia. Kasus


Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat
otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar
meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter k arena setiap manusia atau warga Negara
memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak
atas rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan
demokrasi yang seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.

Sumber: Kamtoboys Cancers

Kasus 4 : Peristiwa Tanjung Priok

KRONOLOGI

Abdul Qadir Djaelani adalah salah seorang ulama yang dituduh oleh aparat keamanan
sebagai salah seorang dalang peristiwa Tanjung Priok. Karenanya, ia ditangkap dan
dimasukkan ke dalam penjara. Sebagai seorang ulama dan tokoh masyarakat Tanjung Priok,
sedikit banyak ia mengetahui kronologi peristiwa Tanjung Priok. Berikut adalah petikan
kesaksian Abdul Qadir Djaelani terhadap peristiwa Tanjung Priok 12 September 1984, yang
tertulis dalam eksepsi pembelaannya berjudul “Musuh-musuh Islam Melakukan Ofensif
terhadap Umat Islam Indonesia”.

Tanjung Priok, Sabtu, 8 September 1984

Dua orang petugas Koramil (Babinsa) tanpa membuka sepatu, memasuki Mushala as-
Sa’adah di gang IV Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menyiram pengumuman
yang tertempel di tembok mushala dengan air got (comberan). Pengumuman tadi hanya
berupa undangan pengajian remaja Islam (masjid) di Jalan Sindang. Tanjung Priok, Ahad, 9
September 1984 Peristiwa hari Sabtu (8 September 1984) di Mushala as-Sa’adah menjadi
pembicaran masyarakat tanpa ada usaha dari pihak yang berwajib untuk menawarkan
penyelesaan kepada jamaah kaum muslimin. Tanjung Priok, Senin, 10 September 1984
Beberapa anggota jamaah Mushala as-Sa’adah berpapasan dengan salah seorang petugas
Koramil yang mengotori mushala mereka. Terjadilah pertengkaran mulut yang akhirnya
dilerai oleh dua orang dari jamaah Masjid Baitul Makmur yang kebetulan lewat. Usul mereka
supaya semua pihak minta penengahan ketua RW, diterima. Sementara usaha penegahan
sedang.berlangsung, orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak ada urusannya
dengan permasalahan itu, membakar sepeda motor petugas Koramil itu. Kodim, yang diminta
bantuan oleh Koramil, mengirim sejumlah tentara dan segera melakukan penangkapan. Ikut
tertangkap 4 orang jamaah, di antaranya termasuk Ketua Mushala as-Sa’adah.

Tanjung Priok, Selasa, 11 September 1984

Amir Biki menghubungi pihak-pihak yang berwajib untuk meminta pembebasan


empat orang jamaah yang ditahan oleh Kodim, yang diyakininya tidak bersalah. Peran Amir
Biki ini tidak perlu mengherankan, karena sebagai salah seorang pimpinan Posko 66, dialah
orang yang dipercaya semua pihak yang bersangkutan untuk menjadi penengah jika ada
masalah antara penguasa (militer) dan masyarakat. Usaha Amir Biki untuk meminta keadilan
ternyata sia-sia.

Tanjung Priok, Rabu, 12 September 1984

Dalam suasana tantangan yang demikian, acara pengajian remaja Islam di Jalan
Sindang Raya, yang sudah direncanakan jauh sebelum ada peristiwa Mushala as-Sa’adah,
terus berlangsung juga. Penceramahnya tidak termasuk Amir Biki, yang memang bukan
mubalig dan memang tidak pernah mau naik mimbar. Akan tetapi, dengan latar belakang
rangkaian kejadian di hari-hari sebelumnya, jemaah pengajian mendesaknya untuk naik
mimbar dan memberi petunjuk. Pada kesempatan pidato itu, Amir Biki berkata antara lain,
“Mari kita buktikan solidaritas islamiyah.

Kita meminta teman kita yang ditahan di Kodim. Mereka tidak bersalah. Kita protes
pekerjaan oknum-oknum ABRI yang tidak bertanggung jawab itu. Kita berhak membela
kebenaran meskipun kita menanggung risiko. Kalau mereka tidak dibebaskan maka kita harus
memprotesnya.” Selanjutnya, Amir Biki berkata, “Kita tidak boleh merusak apa pun! Kalau
adayang merusak di tengah-tengah perjalanan, berarti itu bukan golongan kita (yang
dimaksud bukan dan jamaah kita).” Pada waktu berangkat jamaah pengajian dibagi dua:
sebagian menuju Polres dan sebagian menuju Kodim.

Setelah sampai di depan Polres, kira-kia 200 meter jaraknya, di situ sudah dihadang oleh
pasukan ABRI berpakaian perang dalam posisi pagar betis dengan senjata otomatis di tangan.
Sesampainya jamaah pengajian ke tempat itu, terdengar militer itu berteriak, “Mundur-
mundur!” Teriakan “mundur-mundur” itu disambut oleh jamaah dengan pekik, “Allahu
Akbar! Allahu Akbar!” Saat itu militer mundur dua langkah, lalu memuntahkan senjata-
senjata otomatis dengan sasaran para jamaah pengajian yang berada di hadapan mereka,
selama kurang lebih tiga puluh menit. Jamaah pengajian lalu bergelimpangan sambil menjerit
histeris; beratus-ratus umat Islam jatuh menjadi syuhada. Malahan ada anggota militer yang
berteriak, “Bangsat! Pelurunya habis. Anjing-anjing ini masih banyak!” Lebih sadis lagi,
mereka yang belum mati ditendang-tendang dan kalau masih bergerak maka ditembak lagi
sampai mati.

Tidak lama kemudian datanglah dua buah mobil truk besar beroda sepuluh buah dalam
kecepatan tinggi yang penuh dengan pasukan. Dari atas mobil truk besar itu dimuntahkan
peluru-peluru dan senjata-senjata otomatis ke sasaran para jamaah yang sedang bertiarap dan
bersembunyi di pinggir-pinggir jalan. Lebih mengerikan lagi, truk besar tadi berjalan di atas
jamaah pengajian yang sedang tiarap di jalan raya, melindas mereka yang sudah tertembak
atau yang belum tertembak, tetapi belum sempat menyingkir dari jalan raya yang dilalui oleh
mobil truk tersebut. Jeritan dan bunyi tulang yang patah dan remuk digilas mobil truk besar
terdengarjelas oleh para jamaah umat Islam yang tiarap di got-got/selokan-selokan di sisi
jalan.

Setelah itu, truk-truk besar itu berhenti dan turunlah militer-militer itu untuk mengambil
mayat-mayat yang bergelimpangan itu dan melemparkannya ke dalam truk, bagaikan
melempar karung goni saja. Dua buah mobil truk besar itu penuh oleh mayat-mayat atau
orang-orang yang terkena tembakan yang tersusun bagaikan karung goni.

Sesudah mobil truk besar yang penuh dengan mayat jamaah pengajian itu pergi, tidak lama
kemudian datanglah mobil-mobil ambulans dan mobil pemadam kebakaran yang bertugas
menyiram dan membersihkan darah-darah di jalan raya and di sisinya, sampai bersih.

Sementara itu, rombongan jamaah pengajian yang menuju Kodim dipimpin langsung oleh
Amir Biki. Kira-kirajarak 15 meter dari kantor Kodim, jamaah pengajian dihadang oleh
militer untuk tidak meneruskan perjalanan, dan yang boleh meneruskan perjalanan hanya 3
orang pimpinan jamaah pengajian itu, di antaranya Amir Biki. Begitu jaraknya kira-kira 7
meter dari kantor Kodim, 3 orang pimpinan jamaah pengajian itu diberondong dengan peluru
yang keluar dari senjata otomatis militer yang menghadangnya. Ketiga orang pimpinan
jamaah itu jatuh tersungkur menggelepar-gelepar. Melihat kejadian itu, jamaah pengajian
yang menunggu di belakang sambil duduk, menjadi panik dan mereka berdiri mau melarikan
diri, tetapi disambut oleh tembakan peluru otomatis. Puluhan orang jamaah pengajian jatuh
tersungkur menjadi syahid. Menurut ingatan saudara Yusron, di saat ia dan mayat-mayat itu
dilemparkan ke dalam truk militer yang beroda 10 itu, kira-kira 30-40 mayat berada di
dalamnya, yang lalu dibawa menuju Rumah Sakit Gatot Subroto (dahulu RSPAD).

Sesampainya di rumah sakit, mayat-mayat itu langsung dibawa ke kamar mayat, termasuk di
dalamnya saudara Yusron. Dalam keadaan bertumpuk-tumpuk dengan mayat-mayat itu di
kamar mayat, saudara Yusron berteriak-teriak minta tolong. Petugas rumah sakit datang dan
mengangkat saudara Yusron untuk dipindahkan ke tempat lain.

Sebenarnya peristiwa pembantaian jamaah pengajian di Tanjung Priok tidak boleh terjadi
apabila PanglimaABRI/Panglima Kopkamtib Jenderal LB Moerdani benar-benar mau
berusaha untuk mencegahnya, apalagi pihak Kopkamtib yang selama ini sering sesumbar
kepada media massa bahwa pihaknya mampu mendeteksi suatu kejadian sedini dan seawal
mungkin. Ini karena pada tanggal 11 September 1984, sewaktu saya diperiksa oleh
Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya, saya sempat berbincang-bincang dengan
Kolonel Polisi Ritonga, Kepala Intel Kepolisian tersebut di mana ia menyatakan bahwa
jamaah pengajian di Tanjung Priok menuntut pembebasan 4 orang rekannya yang ditahan,
disebabkan membakar motor petugas. Bahkan, menurut petugas-petugas satgas Intel Jaya, di
saat saya ditangkap tanggal 13 September 1984, menyatakan bahwa pada tanggal 12
September 1984, kira-kira pukul 10.00 pagi. Amir Biki sempat datang ke kantor Satgas Intel
Jaya.

PENYEBAB

1. Petugas koramil menyiram pengumuman yang tertempel di tembok mushala dengan


air got (comberan)
2. Pembakaran motor anggota koramil oleh orang tidak dikenal yang menyebabkan
pihak koramil tidak terima.

HAK YANG DILANGGAR

Dibunuhnya jamaah-jamaah pengajian oleh pasukan ABRI

PENYELESAIAN

1. Warga seharusnya tidak melakukan demonstrasi karena bisa berakibat pada


kerusuhan.
2. Jika melakukan demonstrasi, seharusnya kedua belah pihak yaitu ABRI dan warga
menahan emosi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Pelaku pembunuhan (ABRI) wajib diadili dengan seadil-adilnya agar menimbulkan
efek jera.

Kasus 5 : Peristiwa 27 Juli 1996 (KUDATULI)

Peristiwa 27 Juli 1996, Disebut Sebagai Peristiwa Kudatuli (Akronim Dari KERUSUHAN
DUA PULUH TUJUH JULI) Atau Peristiwa Sabtu Kelabu (Karena Memang Kejadian
Tersebut Terjadi Pada Hari Sabtu), Adalah Peristiwa Pengambilalihan Secara Paksa Kantor
DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat Yang Saat Itu
Dikuasai Pendukung Megawati Soekarnoputri. Penyerbuan dilakukan oleh massa pendukung
Soerjadi (Ketua Umum versi Kongres PDI di Medan) serta dibantu oleh aparat dari
kepolisian dan TNI.

Peristiwa ini meluas menjadi kerusuhan di beberapa wilayah di Jakarta, khususnya di


kawasan Jalan Diponegoro, Salemba, Kramat. Beberapa kendaraan dan gedung terbakar.
Pemerintah saat itu menuduh aktivis PRD sebagai penggerak kerusuhan. Pemerintah Orde
Baru kemudian memburu dan menjebloskan para aktivis PRD ke penjara. Budiman
Sudjatmiko mendapat hukuman terberat, yakni 13 tahun penjara.

Laporan Komnas HAM

Hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia: 5 orang meninggal dunia,
149 orang (sipil maupun aparat) luka-luka, 136 orang ditahan. Komnas HAM juga
menyimpulkan telah terjadi sejumlah pelanggaran hak asasi manusia.

Dokumen dari Laporan Akhir Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyebut
pertemuan tanggal 24 Juli 1996 di Kodam Jaya dipimpin oleh Kasdam Jaya Brigjen Susilo
Bambang Yudhoyono. Hadir pada rapat itu adalah Brigjen Zacky Anwar Makarim, Kolonel
Haryanto, Kolonel Joko Santoso, dan Alex Widya Siregar. Dalam rapat itu, Susilo Bambang
Yudhoyono memutuskan penyerbuan atau pengambilalihan kantor DPP PDI oleh Kodam
Jaya.

Dokumen tersebut juga menyebutkan aksi penyerbuan adalah garapan Markas Besar
ABRI c.q. Badan Intelijen ABRI bersama Alex Widya S. Diduga, Kasdam Jaya
menggerakkan pasukan pemukul Kodam Jaya, yaitu Brigade Infanteri 1/Jaya
Sakti/Pengamanan Ibu Kota pimpinan Kolonel Inf. Tri Tamtomo untuk melakukan
penyerbuan. Seperti tercatat di dokumen itu, rekaman video peristiwa itu menampilkan
pasukan Batalion Infanteri 201/Jaya Yudha menyerbu dengan menyamar seolah-olah massa
PDI pro-Kongres Medan. Fakta serupa terungkap dalam dokumen Paparan Polri tentang
Hasil Penyidikan Kasus 27 Juli 1996, di Komisi I dan II DPR RI, 26 Juni 2000.[1]

Latar belakang

Soeharto dan pembantu militernya merekayasa Kongres PDI di Medan dan ingin
mendudukkan kembali Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Rekayasa pemerintahan Orde
Baru untuk menggulingkan Megawati itu dilawan pendukung Megawati dengan menggelar
mimbar bebas di Kantor DPP PDI.

Mimbar bebas yang menghadirkan sejumlah tokoh kritis dan aktivis penentang Orde
Baru, telah mampu membangkitkan kesadaran kritis rakyat atas perilaku politik Orde Baru.
Sehingga ketika terjadi pengambilalihan secara paksa, perlawanan dari rakyat pun terjadi.

Garis waktu

01:00

Di Markas PDI ada sekitar 300 orang yang berjaga—suatu kebiasaan dilakukan sejak
Kongres Medan lalu. Di luar pagar, ada sekitar 50 orang. Satgas dan simpatisan Megawati
mulai terlelap dan sebagian ada yang bermain catur di pinggir pelataran kantor dan juga di
Jalan Diponegoro dengan beralaskan terpal.

03:00

Para pendukung Mega mulai mencium sesuatu bakal terjadi, setelah patroli mobil polisi
berkali-kali melintas. Sebagian dari mereka mencoba memantau keadaan dari jembatan
kereta api Cikini.

05:00

Serombongan pasukan berbaju merah, kaus PDI, bergerak menuju Diponegoro 58. Konon
mereka diangkut dengan delapan truk.

06:15

Pasukan berkaus merah tadi akhirnya sampai di depan Kantor PDI dan kedatangan mereka
disambut para pendukung Mega dengan lemparan batu. Pasukan merah tadi pun membalas
dengan batu dan lontaran api. Maka, spanduk yang menutupi hampir semua bagian depan
Kantor PDI terbakar ludes. Bentrok fisik pun tak terhindarkan. Sebuah sumber mengatakan
ada 4 orang tewas, tapi angka ini belum dikonfirmasi.
Semua jalan menuju ke arah Diponegoro sudah diblokir oleh kesatuan polisi. Perempatan
Matraman menuju ke Jalan Proklamasi ditutup dengan seng-seng Dinas Pekerjaan Umum
yang sedang dipakai dalam pembangunan jembatan layang Pramuka-Jalan Tambak.
Massa sudah berkumpul di depan Bank BII Megaria. Sedang di samping pos polisi sudah
bersiap dua mobil anti huru-hara dan empat mobil pemadam kebakaran persis di depan DPP
PDI. Polisi anti huru-hara terlihat ketat di belakang mobil anti huru-hara dan di depan Kantor
PDI.

09:15

Di samping Kantor PDI (dan PPP) terlihat massa—yang tampaknya bukan dari PDI—sedang
baku lempar batu dengan ABRI yang bertameng dan bersenjatakan pentungan. Massa terus
melawan dengan melempar batu.

09:24

Massa di belakang Gedung SMPN 8 dan 9, di samping Kantor PDI dan PPP, mulai terdesak
mundur ketika ada bantuan pasukan yang tadinya hanya berjaga-jaga di bawah jembatan
kereta api. Mereka dipukul mundur sampai di belakang Gedung Proklamasi. Tiga wartawan
foto mulai membidik massa yang lari tunggang langgang, Sedang salah seorang wartawan
foto mendekati pasukan loreng dan berusaha mengambil gambar. Tiba-tiba seorang wartawan
foto—yang belakangan diketahui bernama Sukma dari majalah Ummat—terlihat dipukuli
pasukan loreng dan diseret bajunya (Lihat berita KOMPAS, 29 Juli 1996). Dari sana
Sukma—dengan menarik bajunya—dibawa ke belakang Gedung SMP 8 dan 9 Jakarta,
tempat pasukan loreng berkumpul yang berjarak 300 meter dari tempat pertama pemukulan.

09:35

Massa di depan Megaria yang diblokade pasukan polisi anti huru-hara, melempar batu ketika
mobil ambulans dari Sub Dinas Kebakaran Jakarta yang meluncur dari kantor DPP PDI
mencoba menerobos kerumanan massa dan polisi di depan Bank BII di pertigaan Megaria.
Massa yang berada di depan gedung bioskop Megaria dan Bank BII, berteriak-teriak dan
bernyanyi, "Mega pasti menang, pasti menang, pasti menang".

09:45

Wartawan dalam dan luar negeri, yang sedari pagi berkumpul di depan pos polisi, mulai
dihalau oleh pasukan anti huru-hara menuju kerumunan massa di depan Bank BII.
Saat itu juga terlihat kepulan asap hitam membubung dari DPP PDI. Salah seorang satgas
PDI pro Mega mengatakan bahwa sebagian Kantor PDI sempat dibakar dan arsip-arsip di
dalam kantor sudah dimusnahkan. Korban tewas dari PDI pro Megawati yang berada di DPP
diperkirakan empat orang. Sekitar 300 orang luka parah, 50 orang diantaranya dari cabang-
cabang Jawa Timur yang tengah berjaga-jaga di Kantor PDI.
Jalan Diponegoro di depan DPP PDI mulai dibersihkan dari batu-batu dan bekas kebakaran.
Seonggok bangkai mobil dan motor yang terbakar juga disiram dan berada persis di depan
pintu masuk Kantor PDI.

11:30

Ribuan massa terus bertambah dan terpisah letaknya di 3 tempat. Yaitu di depan Bioskop
Megaria, di depan BII, serta di depan Telkom, persis di depan jalan tempat Proyek
Apartemen Menteng. Mereka menjadi satu kerumunan besar di pos polisi di bawah jembatan
kereta api layang. Belum lagi massa dari arah Selatan di bawah jembatan layang kereta api
yang sebelumnya dipukul mundur, sudah mulai bergerak maju dan menjadi satu kembali
dengan massa besar tadi.
Mimbar bebas pun digelar. Helikopter polisi terus memantau massa yang mulai mengadakan
mimbar bebas. Dipandu aktivis pemuda, mimbar bebas menjadi ajang umpatan pada aparat
keamanan, dan sanjungan untuk Mega. "Mega pasti menang, pasti menang, pasti
menang.....," terus terdengar. Massa yang masih di dalam pagar lintasan kereta api mulai
merobohkan pagar besi, lantas menyatu dengan massa peserta mimbar bebas.

11:40

Massa yang berada di dalam pagar lintasan kereta api mulai melempar batu ke arah aparat
yang sudah berjaga-jaga di depan SMP 8 dan 9 Jakarta. Terdengar dari kejauhan massa di
mimbar bebas terus berteriak mengecam aparat berseragam loreng. Batu-batu yang
beterbangan membuat wartawan berlindung di belakang blokade polisi dan sebagian lagi
menyelamatkan diri dengan berlindung di mobil anti huru-hara.
Pihak kepolisian Jakarta Pusat berusaha menenangkan massa yang melempari pasukan dari
Yon Kavaleri VII dan Yon Armed 7 Jayakarta. Massa yang terus bergerak membuat pasukan
berseragam loreng bertahan di sekitar Jalan Pegangsaan Timur.
Di depan pos polisi, massa yang terus bertambah jumlahnya memenuhi pentas mimbar bebas.
Massa di depan bioskop Megaria merobohkan pagar besi pembatas jalan dan bergabung
menyaksikan mimbar bebas. Salah seorang tampak berdiri di tengah lingkaran massa dengan
membawa tongkat berbendera Merah Putih yang dikibarkan setengah tinggi tongkat. Dia
berteriak, "Kita di sini menjadi saksi sejarah. Kawan-kawan kita mati di dalam Kantor PDI.
Kita harus menunggu komando langsung dari Ibu Mega," teriaknya lantang. Yang lain
menyanyikan, "Satu komando..... satu tindakan." Kemudian ada doa bersama untuk mereka
yang tewas.

12:40

Pihak keamanan meminta utusan mimbar bebas untuk bersama-sama pihak keamanan masuk
melihat situasi di dalam Kantor PDI. Lima orang akhirnya dipilih, sementara mimbar bebas
terus berjalan.

12:45

Bantuan polisi dari satuan Sabhara Polda Metro Jaya mulai berdatangan memenuhi jalan
depan Kantor PDI. Sedang lima orang utusan di bawah pimpinan Drs. Abdurrahman Saleh,
bekas pengurus Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, masuk ke dalam kantor DPP
yang porak poranda. Sekitar lima menit berada di dalam Kantor PDI, lima utusan tadi ke luar.
Salah seorang wakil utusan, ketika ditanya TEMPO Interaktif tentang bagaimana kondisi di
dalam kantor DPP, mengatakan, "Di dalam tidak ada apa-apa; darah berceceran di semua
ruangan." Orang ini bercerita sambil menahan tangis; matanya sarat air mata, sambil
membawa jaket merah PDI bernama dada Nico Daryanto, mantan Sekretaris Jenderal PDI,
dan satu spanduk merah.
Kelima utusan tersebut didaulat naik ke atas mobil anti huru-hara untuk melaporkan keadaan
di dalam gedung. Baru beberapa kata terucap dari utusan tadi, sebuah batu melayang entah
darimana dan mengenai tangan seorang utusan yang berdiri di atas mobil anti huru-hara.
Akhirnya, laporan keadaan Kantor PDI berhenti sampai di situ.

13:52

Pengacara Megawati, RO Tambunan, berpidato di depan Kantor PDI. Dia mengatakan, "Kita
menduduki Kantor DPP karena Megawati adalah pimpinan yang syah. Negara ini adalah
negara hukum, jadi tunggu proses hukum selesai," katanya keras. Yang dimaksud Tambunan
adalah proses hukum berupa tuntutan Megawati ke alamat Soerjadi dan sejumlah pejabat
pemerintah di pengadilan yang sampai kini masih disidangkan, sehingga status Kantor PDI
belum diputuskan.
Menurut RO Tambunan, Kapolres Jakarta Pusat sudah berjanji tidak seorang pun
diperkenankan masuk, termasuk kubu Soerjadi. Barang-barang tak satu pun boleh keluar dari
dalam kantor; pihak pengacara akan mendaftar barang-barang DPP. "Ini negara hukum, kita
harus turuti perintah hukum," ujar Tambunan.

14:05

Soetardjo Soerjogoeritno, salah satu pimpinan DPP PDI yang pro Megawati, tiba-tiba terlihat
berjalan mendekati Kantor PDI. Sesaat kemudian Soerjogoeritno bicara dengan Kapolres
Jakarta Pusat soal status Kantor PDI.
Massa yang mencoba mendekati Soerjogoeritno dihalau anggota Brimob yang bersiaga
dengan anjing pelacak. Tapi, melihat ribuan orang, dua anjing herder itu tak berani bergerak
mengejar massa. Massa makin berani. "Kami ini manusia, kok dikasih anjing," kata
seseorang marah. Siang itu pula setumpuk koran Terbit yang memberitakan Kantor DPP PDI
Diserbu, ramai-ramai dirobek-robek.

14:29

Hujan batu terjadi. Massa yang di berada depan pos polisi melempari barikade polisi anti
huru-hara. Satuan anti kerusuhan itu terpaksa mundur dan berlindung dari hujan batu. Mobil
anti huru-hara yang tetap nongkrong di bawah jembatan layang dilempari batu bertubi-tubi.
Dua lapis barisan polisi dan tentara bergerak maju. Dengan tameng dan tongkat mereka
merangsek maju menghalau massa. Maka, ribuan orang itu beringsut mundur ke arah
Salemba.
Ada sekitar 100 orang yang berlindung di dalam gedung Kedutaan Besar Palestina, persis di
depan Kantor PDI. Di samping Kantor PDI, di Kantor PPP, terlihat puluhan wartawan
berkumpul. Sementara itu, polisi dan tentara mengejar massa sampai di depan Rumah Sakit
Cipto (RSCM). Beberapa orang terlihat dipentung dengan rotan. Seorang siswa STM 1
Jakarta, menangis di depan bioskop Megaria—lengannya patah ketika menangkis pukulan
dan pentungan petugas. Di depan Megaria itu suasananya gaduh, ambulans meraung-raung
terus menerus. Korban-korban yang bocor kepalanya dan luka-luka diseret ke depan Kantor
PDI dan menjadi bidikan foto wartawan.

15:00

Enam buah panser mulai berdatangan di depan pos polisi Megaria. Persis di depan Rumah
Sakit Cipto (RSCM), sebuah bus tingkat dibakar massa. Tak jauh dari bus yang terbakar, satu
lagi bus PPD nomor trayek 40, disiram bensin dan dibakar dengan sebuah korek api.
Terbakarlah bus jurusan Kampung Rambutan-Kota itu.

15:37

Persis di depan Fakultas Kedokteran UI Salemba, sebuah bus Patas PPD nomor trayek 2,
habis terbakar. Ribuan massa mulai mencabuti rambu-rambu lalu lintas dan menghancurkan
lampu lalu-lintas di pertigaan Salemba. Asrama Kowad—yaitu gedung Persit Kartika Candra
Kirana—merupakan gedung pertama yang diamuk massa. Pertama-tama dengan lemparan
batu dari luar, kemudian massa masuk ke halaman, dan membakar gedung tersebut. Sebuah
kendaraan jip yang diparkir di halaman dibakar massa, menimbulkan api yang besar.
Wisma Honda yang terletak di sebelah Barat gedung Persit, tak luput dari lemparan batu.
Tapi, beberapa jam kemudian, gedung Honda itu pun habis dilalap si jago merah. Massa
kemudian bergerak ke arah Selatan dan membakar Gedung Departemen Pertanian yang
berlantai delapan. Sebuah sedan Mercy juga dibakar habis.

15:55

Massa terus bergerak ke arah Matraman. Maka, beberapa gedung pun jadi korban amukan api
yang disulut massa. Pertama-tama gedung Bank Swansarindo Internasional. Api yang berasal
dari karpet lantai dan korden jendela kaca itu dengan cepat merambat ke atas gedung
berlantai lima ini. Show room Auto 2000 yang berada disebelahnya juga tidak luput dari
amukan massa dan dibakar beserta mobil yang dipamerkan di dalamnya. Selanjutnya Bank
Mayapada juga dibakar massa.
Ribuan massa terus bergerak ke arah Matraman. Dengan tembakan ke udara, massa mulai
tercerai-berai. Sebagian ke arah Pramuka, sebagian lagi ke arah Proyek Perdagangan Senen.
Sebelumnya, seorang polisi kelihatan memegangi kepalanya yang bocor kena lemparan batu.
Dia berkata kepada seorang rekannya yang berseragam loreng, "Bapak yang bawa senjata ke
depan saja Pak."

16:19

Massa rupanya melempari Bank BHS di Jalan Matraman. Kelihatan api mulai menyala di
samping gedung BHS, tetapi tidak sampai menyentuh gedung bank itu karena sepasukan
tentara berbaret hitam dengan tronton pengangkut pasukan segera tiba.
Sedangkan jalan Salemba Raya terlihat gelap. Asap hitam tebal dari gedung Bank Mayapada
dan Auto 2000 membubung ke udara. Massa yang bergerak ke arah Salemba inilah yang
kemudian membakar gedung Darmex, Gedung Telkom, terus sampai ke arah Senen. Namun
mereka dihalau panser tentara dan gagal mencapai Senen.

16:33

Tiga panser didatangkan ke perempatan Matraman. Panser ini berhasil membubarkan massa
yang merusak semua rambu-rambu lalu lintas.

19:00

Massa di Jalan Proklamasi mulai berkerumun. Tak lama kemudian mereka membakar toko
Circle K, Studio SS Foto, dan beberapa bangunan lagi. Aksi dikabarkan berlangsung sampai
pukul 01.00 dinihari.[2]

Komnas HAM melalui Keputusan Sidang Paripurna 5 Agustus 2015, menyatakan 4 (empat)
tindak pelanggaran HAM pada Peristiwa Tolikara 17 Juli 2015 dan mendesak kehadiran
negara untuk mencegah berulangnya peristiwa serupa di masa mendatang. Hal ini
disampaikan oleh Ketua Tim Penyelidikan Peristiwa Tolikara Drs. Manager Nasution, MA
pada jumpa pers yang di Komnas HAM, Jl. Latuharhary, Jakarta, Senin (10/8/2015).

“Sidang Paripurna telah memutuskan hasil penyelidikan Tim dan menyatakan adanya tindak
pelanggaran HAM para Peristiwa Tolikara”, ujar Manager yang pada kesempatan tersebut
didampingi oleh Ketua Komnas HAM Nur Kholis, Koordinator Subkomisi Pemantauan dan
Penyelidikan Siane Indriani dan Anggota Subkomisi Mediasi Prof. Dr. Hafid Abbas.

Tim Penyelidikan peristiwa Kerusuhan Tolikara melaksanakan pemantauan dan penyelidikan


di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, pada 22-25 Juli 2015. Sejumlah pihak telah
dimintai keterangannya yaitu Ketua DPRP Papua, Penasihat Majelis Muslim Papua (MMP),
MUI Papua, PW Muhammadiyah Papua, PW NU Papua, Presiden GIDI, Bupati Tolikara,
Pimpinan DPRD Tolikara, Kapolres Tolikara, Badan Pekerja Wilayah GIDI dan Tokoh Adat
dan Pemuda Tolikara, Imam/Pimpinan Muslim Tolikara/mewakili korban Muslim, dan
korban tembak Tolikara.

Tindak pelanggaran HAM yang dimaksud dalam kasus ini adalah Pertama, Kasus Intoleransi,
berupa pelanggaran terhadap hak atas kebebasan beragama seperti dijamin dalam Pasal 22
ayat (1) dan (2) UU 39 Tahun 1999 tentang HAM. Faktanya, (1) Bupati Tolikara, Usman
Wanimbo, mengakui sudah menandatangani bersama dua fraksi DPRD Tolikara (2013) Perda
tentang pelarangan dan pembatasan agama dan pengamalan agama tertentu di Tolikara. Perda
itu dalam perspektif HAM dinilai diskriminatif. Bupati Tolikara berjanji akan memberikan
dokumen Perda 2013 itu ke Komnas HAM. Fakta (2) Adanya surat dari Gereja Injili Di
Indonesia (GIDI) Badan Pekerja Wilayah Toli nomor 90/SP/GIDI-WT/VII/2015 yang
ditandatangani oleh Ketua Wilayah Toli, Pdt Nayus Wenda, S.Th dan Sekretaris, Pdt Marthen
Jingga, S.Th, MA.

Surat yang ditujukan kepada umat Islam se-Kabupaten Tolikara ini dengan tembusan kepada
berbagai instansi/lembaga itu memberitahukan adanya kegiatan Seminar dan Kebaktian
Kebangkitan Ruhani (KKR) Pemuda GIDI tingkat Internasional pada 13-19 Juli 2015. Dalam
surat itu juga berisi poin-poin LARANGAN, sebagaimana teks aslinya: (a) Acara membuka
lebaran tanggal 17 Juli 2015, kami tidak mengijinkan dilakukan di wilayah Kabupaten
Tolikara, (b) Boleh merayakan hari raya di luar Kabupaten Tolikara (Wamena) atau Jayapura,
dan (c) Dilarang Kaum Muslimat memakai pakai Yilbab.

Surat tersebut juga sudah dikonfirmasi kepada Presiden GIDI, Pdt. Dorman Wandikbo, S.Th.,
juga kepada BPW GIDI Tolikara dan kemudian mereka mengatakan sudah meralat. Fakta (3)
Terjadinya gerakan yang massa yang menyebabkan bubarnya orang beibadah, shalat Idul
Fitri 1436 H, 17 Juli 2015 pada rakaat pertama takbir ketujuh.

Kedua, Pelanggaran terhadap Hak untuk Hidup, sebagaimana dijamin dalam pasal 9 ayat (1)
UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM. Faktanya ada korban pemembakan yang
menyebabkan seorang meninggal dunia an. Enis Wanimbo dan 11 orang luka tembak, yaitu
Aitelur Yanengga, Endi Wanembo, Emison Pagawak, Aleri Wenda, Ailes Kogoya, Yulianus
Lambe, Amaten Wenda, Perenus Wanimbo, Erendinus Jokwa, Keratus Kogoya, dan Gaubuli
Jikwa.

Ketiga, pelanggaran terhadap Hak atas Rasa Aman, sebagaimana dijamin dalam pasal 9 ayat
(2), 29 ayat (1), 30 dan Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM.
Faktanya, peristiwa Tolikara tersebut telah mengakibatkan syiar ketakutan yang
mengakibatkan hilangnya rasa aman warga negara, khususnya warga Muslim dan warga
pendatang di Tolikara. Kekhawatiran itu semakin massif terutama dengan kemungkinan akan
terjadinya bentrokan susulan. Apalagi pasca kejadian, warga setempat sempat membuat
tulisan dan simbol-simbol tertentu, salib, agar rumah atau kiosnya tidak dirusak/dibakar.
Bupati Tolikara mengakui itu dan telah memerintahkan untuk menghapusnya beberapa saat
setelah peristiwa.

Keempat, pelanggaran terhadap Hak atas Kepemilikan, sebagaimana dijamin dalam Pasal 36
UU 39 tahun 1999 tentang HAM. Faktanya adanya pembakaran yang menyebabkan
terbakarnya kios/sentra ekonomi warga, rumah ibadah Muslim, dan rumah warga/properti.

Atas pelanggaran - pelanggaran HAM yang terjadi, Komnas HAM merekomendasikan hal -
hal sebagai berikut :

Pertama, mendesak seluruh elemen Negara, baik Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Papua dan Kabupaten Tolikara, maupun pihak kepolisian untuk menjamin ketidakberulangan
(guarantees of non-recurrence) peristiwa serupa di Tolikara pada masa yang akan datang;

Kedua, mendesak Negara khususnya Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Agama
serta pihak keamanan untuk memastikan adanya jaminan kebebasan beragama di masa yang
akan datang di Tolikara sebagaimana dijamin pasal 28 E (1), 28E (2) dan 29 UUD 1945 serta
pasal 22 ayat (1) dan (2) UU nomor 39 tahun 1999 tentang HAM serta pasal 18 Komentar
Umum 22 ICCPR. Faktanya tidak ada jaminan tertulis bahwa Pemerintah Kabupaten Tolikara
akan memperbaiki Perda 2013 yang diskriminatif itu. Di samping itu, pihak GIDI Tolikara
juga masih berkeyakinan bahwa Tolikara adalah wilayah GIDI;

Ketiga, mendesak Negara khususnya Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah
(Pemerintah Kabupaten dan DPRD Tolikara) untuk hadir mengharmonisasi Perda 2013
Tolikara agar sesuai dengan perspektif HAM.

Keempat, mendesak Negara, khususnya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi
Papua dan Kabupaten Tolikara) sebagai penanggung jawab utama perlindungan, pemajuan,
penegakan dan pemenuhan HAM untuk menunaikan kewajiban konstitusional dan hukumnya
sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28I ayat (4) UUD 1945 dan pasal 8 UU nomor 39 tahun
1999 tentang HAM;

Kelima, mendesak Negara khususnya Menkopolhukam untuk memerintahkan Kapolri untuk


penegakan hukum dengan menangkap dan mengadili siapapun inisiator, provokator dan aktor
pelaku dalam peristiwa Tolikara secara adil, terbuka dan mandiri. Negara harus tunduk
kepada konstitusi dan hukum. Negara tidak boleh tunduk kepada siapapun, apalagi terhadap
aktor non-state.

Keenam, mendesak Negara khususnya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Provinsi
Papua dan Kabupaten Tolikara) untuk membiayai seluruh pengobatan korban tembak,
membangun kembali rumah ibadah, kios/sentra ekonomi, rumah warga/properti, recovery
fisik dan non fisik pengungsi terutama perempuan dan anak-anak, dan juga melakukan
rekonsiliasi untuk keguyuban sosial masyarakat Tolikara supaya masyarakat Tolikara bisa
hidup hidup rukun dan harmonis sebagai keluarga besar NKRI.
Pelanggaran HAM di Dunia

1. Kekejaman Rezim Adolf Hitler

Adolf Hitler merupakan pimpinan partai NAZI yang memenangkan pemile Jerman. Hitler
dianggap orang paling kejam di eranya. Terdapat banyak kasus pelanggaran HAM, sikap
otoriternya membawa pada penangkapan dan pengasingan terhadap sejumlah musuh politik
yang menentang kebijakannya, melakukan pembunuhan massal dan pengusiran bangsa
Yahudi dari Jerman, pembantaian di Cekoslovakia dan Austria untuk menduduki negara
tersebut. Adolf Hitler merupakan satu tokoh pemicu perang dunia ke II. Hitler ditemukan
meninggal dunia dalam bungker bersama Istrinya karena bunuh diri.

Pelanggaran pada sila Pancasila :

-Kemanusiaan yang adil dan beradab

-Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan peradilan

Alasan :

Kemanusiaan yang adil dan beradab disini berarti bahwa pada hakikatnya setiap keputusan
yang dipilih seorang pemimpin harus mengacu pada segi kemanusiaan dan kemasyarakatan,
tidak membedakan ras, suku, agama, dan sebagainya, pada kasus diatas, Hitler telah menelan
banyak korban jiwa karena sikap ambisius dan membuang rasa keadilan sebagai sesama
manusia. Sedangkan pada sila Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan peradilan, bahwasanya ketegasan seorang pemimpin memang benar
dibutuhkan. Namun, peran rakyat tidak dapat dihindarkan begitu saja, Hitler tidak akan bisa
menang pemilu tanpa adanya dukungan rakyat. Pembantaian dan pengusiran adalah contoh
nyata pelanggaran yang dilakukan Hitler pada sila ini.

Solusi :

Ada solusi yang dapat diberikan pada kasus diatas, yaitu dengan

1. Penindakan tegas oleh Liga Bangsa-Bangsa


2. Liga Bangsa-Bangsa yang saat itu bertugas menjaga kedamaian dan keserasian dunia,
memiliki hak untuk menumpas segala bentuk kejahatan kemanusian yang dapat
menyebabkan meletusnya perang dan hal-hal lain yang dianggap membahayakan
stabilitas dunia.
2. Bentrok Oposisi dan Pemerintah Mesir

Bentrok antara pihak oposisi dan pemerintah sempat terjadi di negara Mesir. Bermula
pada berhentinya rezim presiden Hosni Mubarak yang sudah bertahan selama 4 dekade.
Selama beberapa minggu, ratusan ribu warga Mesir turun ke jalan dan menyerukan
pencopotan Mubbarak dari jabatannya sebagai presiden Mesir. Hal ini disebabkan karena
adanya krisis ekonomi dan politik yang dialami Mesir. Sebagian warga menganggap presiden
Mubarak sebagai presiden yang baik karena selalu memperhatikan rakyat kecil. Namun
sebagian lain menganggap presiden Mubarak bersifat sikap glamor dan otoriter dan tidak
menghendaki Mubbarak memimpin Mesir lagi. Bentrok antara dua kubu pun tidak
terhindarkan. Selama berminggu-minggu ratusan warga menjadi korban, banyak dari mereka
yang akhirnya meninggal dunia. Konflik antara pemerintah dan pihak oposisi pun makin
meluas. Tak lama Hosni Mubbarak yang terkepung oleh ratusan warga Mesir dan
bersembunyi di dalam selokan ditemukan warga dan akhirnya meninggal di tangan rakyat
yang pernah ia pimpin sendiri. Peristiwa ini menjadi salah lembar hitam sejarah di Mesir.

Pelanggaran pada sila Pancasila :

-Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan peradilan

-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Alasan :

Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan peradilan


disini berarti bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan, pemimpin sebagai ”abdi rakyat”
tidak dapat menghindari bahwa rakyat adalah pondasi dari pemerintahan itu sendiri. Dilihat
dari kasus diatas, sikap pemimpin yang tidak kredibel dapat memicu ledakan protes oleh
rakyat dikarenakan pada saat ini, hak berpendapat telah mendapat pengakuan penuh sebagai
bagian dari hak asasi manusia. Sedangkan pada sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, berarti bahwa setiap masyarakat diberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk
menjalankan roda pemerintah. Sikap otoriter yang diperlihatkan oleh presiden Mubbarak
mencerminkan sedikitnya kesempatan yang diberikan kepada rakyat untuk menentukan nasib
negaranya sendiri.

Solusi :

Diadakan pemilu ulang namun dengan syarat presiden Mubbarak harus mundur dari
jabatannya. Pemilu ulang adalah jalan yang dapat dipilih untuk menentukan pemimpin baru,
namun dalam kasus diatas, pemilu tidak dapat dilakukan secara terbuka karena terlalu
kuatnya pengaruh presiden Mubbarak yang berkuasa saat itu, perlu adanya sikap ”legowo”
dalam diri presiden Mubbarak agar tidak ada korban jiwa dan tidak melemahkan Mesir di
mata dunia.
3. Pelanggaran Israel dan Palestina

Israel merupakan wilayah yang terbentuk dari perkumpulan orang-orang Yahudi yang
mengungsi ke wilayah Palestina. Orang-orang yahudi diterima baik oleh banga Palestina,
namun kemudian membentuk sebuah negara bernama Israel. Israel sedikit demi sekidt mulai
memperluas wilayahnya dengan mengusir penduduk asli. Dengan bantuan Amerika Serikat,
Israel kini dapat menguasai sebagian besar dari wilayah Palestina, sedangkan palestina kini
hanya wilayah kecil yang terletak ditengah negara Israel. Israel selalu melakukan
penyerangan langsung terhadap Palestina. Terdapat ribuan warga Palestina menjadi korban.
Bahkan relawan yang membantu ikut menjadi korban. Palestina kini berjuang untuk
mendapatkan pengakuan PBB sebagai suatu negara, namun diakuinya palestina tidak
menghentingkan peperangan tersebut, sampai-sampai banyak hukum internasional yang
dilanggaran oleh Israel. namun tidak ada ketegasan PBB.

Pelanggaran pada sila Pancasila :

-Kemanusiaan yang adil dan beradab

Alasan :

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab menempatkan hak setiap warga negara pada
kedudukan yang sama dalam hukum serta serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama
untuk mendapat jaminan dan perlindungan undang-undang. Namun dalam kasus diatas, PBB
sebagai ”pengayom dunia” hanya duduk manis melihat korban jiwa berjatuhan dari pihak
Palestina. Jelas telah terjadi pelanggaran yang dilegalkan oleh badan pemerhati dunia
tersebut.

Solusi :

PBB menindak tegas Israel terlepas dari AS sebagai penyokong utama. Bila dilihat kembali
sejarah pembentukan PBB, Amerika Serikat adalah salah satu pionir dalam pembentukan
badan pengayom dunia ini. Namun dalam perjalanannya, legalitas yang diberikan PBB
kepada Amerika Serikat untuk menginvasi berbagai daerah di belahan dunia dengan embel-
embel ”bantuan” telah melampaui batas. Seharusnya, sebagai badan yang mengayomi negara-
negara di dunia, PBB bersikap independen dan tidak memihak. Dengan cara ini, hukum
internasional bisa ditegakkan dengan sebenar-benarnya dan tidak menimbulkan kekacauan
yang lebih banyak di wilayah Palestina.
4. Penembakan di kota Christchurch oleh Brenton Tarrant

Kronologi

Awalnya, polisi menerima laporan terkait penembakan di pusat Christchurch sekitar pukul
01.40 siang.

Polisi langsung menuju ke pusat lokasi kejadian.

Dalam hal itu, pihak kepolisian mengimbau warga setempat untuk tetap di dalam rumah atau
ruangan dan melaporkan segala kejadian ke nomor 111.

Kontak senjata

Dituliskan dalam unggahan akun tersebut, situasi serius terjadi saat polisi tiba di lokasi,
Telah terjadi perlawanan dari si pelaku dan kepolisian melakukan respon dengan aktif untuk
menguasai keadaan. Polisi merekomendasikan agar penduduk di seluruh Christchurch tetap
berlindung dan di dalam ruangan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Sekolah-sekolah di
Christchurch dikunci hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Polisi melakukan pengamanan dan penangkapan terukur terhadap pelaku penembakan. Satu
orang ditahan berhasil ditahan. Disampaikan bahwa insiden tersebut telah dalam penyelidikan
dan pihak kepolisian sedang bekerja untuk mengkonfimrasi fakta.

Kepolisian setempat membenarkan adanya korban tewas dalam kejadian tersebut.Namun


pihaknya belum dapat menghitung jumlah korban tewas lantaran masih dalam tahap
penanganan. Sejumlah warga juga dievakuasi lantaran terkena luka.

Dikutip dari Kompas.com, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Jumat
(15/3/2019), mengatakan, 40 orang tewas dan 20 lainnya luka parah dalam serangan teror di
masjid Al Noor di kota Christchurch.

“Amat jelas insiden ini adalah sebuah serangan teroris. Dari apa yang kami tahu, serangan ini
telah direncanakan dengan baik,” kata Ardern.

“Dua bahan peledak dipasang di kendaraan milik tersangka. Keduanya sudah ditemukan dan
dijinakkan,” tambah Ardern.

Sebelumnya, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyatakan peristiwa


penembakan ke masjid Al Noor di Christchurch telah mengejutkan seluruh wilayah di negara
itu.
Masjid ditutup sementara

Kepolisian meminta warga menutup sementara masjid di Christchurch. Lalu juga


menyebarkan kabar kepada warga lainnya agar tidak ada umat yang beraktivitas sementara
waktu, Polisi juga mendesak agar warga Selandia Baru waspada dan malaporkan setiap
perilaku yang mencurigakan. Patroli aparat juga dilakukan secara nasional serta bantuan
sedang dalam perjalanan.

Video penembakan dilarang keras disebarkan

Polisi menyadari ada rekaman video sadis, tragis dan menyedihkan terkait dengan
insiden di Christchurch beredar online. Kepolisian dengan tegas mendesak agar tautan video
tersebut tidak dibagikan. Kepolisian juga berupaya untuk melakukan penghapusan seluruh
video rekanan apapun terkait kejadian. Update terbaru, kepolisan melalui Komisaris Polisi
Mike Bush akan berbicara kepada media pukul 21.00 malam ini waktu setempat. Yakni
dengan tujuan untuk memberikan informasi terbaru mengenai insiden senjata api serius di
Christchurch. Media diminta untuk berkumpul di Royal Society, Turnbull Street, Thorndon,
Wellington.

Polisi belum mengumumkan secara resmi jumlah korban jiwa. Namun, laporan yang
dirilis NZ Herald, setidaknya 30 orang meninggal dunia karena serangan ini. Meski
demikian, seorang saksi mata, Mohan Ibrahim, kepada NZ Herald mengatakan setidaknya
ada 200 orang jamaah Salat Jumat di masjid Al Noor, ketika peristiwa itu terjadi. Ibrahim
mengaku, dia berhasil lolos dari serangan dengan cara kabur lewat jendela masjid.

Disiarkan Live

Pelaku, secara barbar menyiarkan serangan berdarah ini lewat livestreaming di sebuah akun
Facebook. Dalam video terlihat jelas, pelaku membantai jamaah masjid memakai senapan
mesin. Pelaku sempat kehabisan amunisi, tapi dengan tenang mengisi amunisi, dan kembali
menembaki jamaah masjid. Diperkirakan, penembakan terjadi selama lebih enam menit.
Saksi mata juga melihat, pelaku sempat kembali ke mobil untuk mengambil amunisi, lalu
masuk lagi ke masjid untuk kembali melakukan penembakan.

Kepolisian Christchurch mengatakan, pihaknya tengah berupaya dengan segala cara, untuk
menghapus semua video yang terlanjur beredar di media sosial itu.

Polisi belum merilis siapa pelaku penyerangan barbar itu. Tapi, dilansir New Zealand Herald,
juru bicara Kepolisian Christchurch, Mike Bush, mengatakan, pihaknya telah menangkap
empat orang terkait serangan ini. Mereka dikabarkan terdiri dari 3 pria dan satu wanita. Di
Twitter, beredar video seorang netizen yang merekam peristiwa polisi menangkap pelaku.
Polisi harus menabrakkan mobil patroli ke mobil pelaku, demi menghentikan pelaku. Dalam
video juga terlihat polisi mengamankan pelaku dengan memaksanya tiarap di jalanan.
Seorang saksi mata yang tinggal di sekitar lokasi penembakan, Robert Weatherhead, kepada
NZ Herald mengaku melihat pelaku. Menurut Robert, pelaku merupakan orang kulit putih
berambut blonde (pirang). Dia menaksir pelaku berusia 30 hingga 40 tahun. Pelaku memakai
seragam, tapi Weatherhead sulit menjelaskan rupa seragam tersebut. Weatherhead juga
mengatakan, pelaku menempelkan banyak magazin (kotak amunisi) ke kakinya.

Sebuah laporan menyebut pelaku berasal dari kelompok radikal sayap kanan Selandia baru.
Salah satu pelaku disebut merupakan warga Australia. Kelompok sayap kanan ini mengusung
propaganda anti-Islam dan anti-imigran. Polisi menyebut, serangan ini sepertinya
direncanakan dengan matang. “Jelas bahwa ini adalah sebuah serangan terorisme,” “Dari apa
yang kami tahu, serangan ini disiapkan secara terencana,”

“Polisi menemukan dua alat peledak yang dipasang di kendaraan pelaku, dan polisi sudah
menjinakkannya,” ujar Perdana Meneri Selandia Baru, Jacinda Ardern. (*)

Penembakan pertama berlangsung di Masjid Al Noor, di pusat kota Christchurch.Seorang


pria bersenjata yang menggunakan nama Brenton Tarrant menyiarkan secara langsung aksi
penembakan melalui Facebook dengan perangkat kamera yang dapat dipasang di kepala.
Tayangan menunjukkan pria itu menembaki pria, perempuan, dan anak-anak di dalam masjid
dari jarak dekat menggunakan senjata api semi-otomatis.Tayangan tersebut dimulai dari
kawasan industri di Leslie Hills Drive, sebelah barat Masjid Al Noor. Tampak dia
mengendarai mobil dari Mandeville Street dan Blenheim Road menuju pusat kota kemudian
berbelok ke utara menuju Deans Avenue. Beberapa menit kemudian dia memarkir mobil di
jalur sebelah masjid dan menempatkan kendaraan menghadap Deans Avenue. Sang tersangka
keluar dari mobil, memilih senjata dari dalam bagasi, dan berjalan menuju gedung sembari
melepaskan tembakan ke arah jemaah.

Ini terjadi sekitar pukul 13.40 waktu setempat (07.40 WIB)

Enam menit kemudian, dia mengemudi melintasi Deans Avenue, memutari Botanic Gardens
ke Bealey Avenue. Di sinilah tayangan kamera berhenti.

Serangan kedua berlangsung beberapa saat kemudian di Masjid Linwood, lima kilometer dari
Masjid Al Noor dan sebelah timur dari pusat kota.

Serangan 1: Masjid Al Noor, 41 meninggal dunia

Kepolisian menanggapi laporan penembakan di masjid saat salat Jumat sekitar pukul
13.40 waktu setempat.

Pada pukul 14.11 kepolisian mengonfirmasi terdapat "situasi berkembang" dan beberapa
menit kemudian sekolah-sekolah diperintahkan untuk ditutup.
Pada pukul 14.30 kepolisian mengonfirmasi insiden itu melibatkan seorang pria bersenjata.
Tayangan kamera yang dipasang pada kepala menunjukkan pria bersenjata berpindah dari
satu ke ruangan lainnya sembari menembaki orang-orang di dalam masjid.

Si penyerang menyasar baik ruangan pria maupun ruangan perempuan.

Sejumlah saksi mata mengatakan kepada media setempat bahwa mereka berlari
menyelamatkan diri dan melihat orang-orang berdarah terkapar di tanah di luar masjid.

"Tubuh-tubuh bergelimpangan," ujar seorang pria

Serangan 2: Masjid Linwood, delapan meninggal (seorang meninggal di rumah sakit


setelah mengalami cedera)

Keterangan soal serangan di Masjid Linwood, yang berada di pinggiran Kota Christchurch,
kurang terperinci.

Sejumlah penyintas mengatakan kepada media setempat, mereka melihat seorang pria
bersenjata memakai helm motor hitam melepaskan tembakan ke arah 100 jemaah yang
sedang salat.
Komisaris Polisi, Mike Bush, menilai kedua serangan "sangat terencana dengan baik

Beberapa senjata api ditemukan di kedua lokasi kejadian. Adapun dua bom rakitan ditemukan
di dalam mobil dan dijinakkan oleh militer, sebut keterangan polisi.

Brenton Harrison Tarrant, 28, yang berkewarganegaraan Australia telah ditahan dan
menghadiri sidang di Christchurch dengan dakwaan pembunuhan.

Orang bernama sama tampaknya telah merilis manifesto sebelum serangan berlangsung
dengan menjelaskan niatnya secara garis besar.

Dia menyebut dirinya merupakan seorang warga negara Australia berusia 28 tahun dan
melontarkan retorika haluan ekstrem kanan serta anti-imigran.

Dua pria lainnya dan seorang perempuan ditahan di dekat lokasi kejadian dan sejumlah
senjata api disita. Aparat tengah menyelidiki apakah mereka terlibat serangan.

Disusun oleh: Dominic Bailey, David Brown, Salim Qurashi, Debie Loizou, Lucy Rodgers
and Prina Shah.

5.Perang Saudara Irak (2014–sekarang)


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang Saudara Irak (bahasa Inggris: Iraqi Civil War), merupakan konflik bersenjata di
Timur Tengah yang berlangsung antara bulan Januari 2014 hingga Desember 2017. Pada
tahun 2014, pemberontakan di Irak meningkat menjadi perang saudara dengan ditaklukannya
Fallujah, Mosul, Tikrit dan wilayah-wilayah utama di Irak utara oleh Negara Islam Irak dan
Syam (ISIL, juga dikenal sebagai ISIS/NIIS atau IS). Peristiwa ini mengakibatkan
pengunduran diri paksa Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, serangan udara oleh Amerika
Serikat, Iran, Suriah, dan setidaknya dua belas negara lain,[68] keikutsertaan pasukan Iran[69]
serta bantuan militer dan logistik yang diberikan ke Irak oleh Rusia.[68]

Pihak yang berkonflik

Baik Angkatan Bersenjata Irak, Peshmerga Kurdistan dan berbagai kelompok dan
pasukan Muslim Turkmen, Kristen Asiria, Yazidi, Shabaki, dan Kristen Armenia menghadapi
Negara Islam Irak dan Syam dan Arab Saudi. Meskipun sekitar 35.000 pasukan Peshmerga
Kurdistan dimasukkan ke dalam Angkatan Bersenjata Irak, sebagian besar pasukan
Peshmerga beroperasi di bawah komando Presiden Kurdistan Irak di wilayah otonomi Kurdi,
Irak.[70][71][72] Kelompok dan pasukan Kristen Asiria terdiri dari; Dewan Militer Siria,
Pasukan Dataran Niniwe, Unit Perlindungan Dataran Niniwe, Komite Perlindungan
Qaraqosh, Dwekh Nawsha, dan lainnya.

Garis waktu

2014

Dalam kegiatan kampanye Anbar, militan NIIS menyita sedikitnya 70% dari Provinsi Anbar
pada bulan Juni 2014,[73] termasuk kota Fallujah,[74], Al Qaim,[73] Abu Ghraib[75] dan setengah
dari ibukota provinsi Ramadi[76]

Pada awal Juni 2014, setelah melakukan serangan besar-besaran di Irak, NIIS menguasai
Mosul kota terpadat kedua di Irak,[77] dekat kota Tal Afar[78] dan sebagian besar provinsi
Ninawa dan sekitarnya [79].NIIS juga merebut beberapa bagian dari Provinsi Kirkuk dan
Diyala,[80] dan pusat administrasi pemerintahan Kegubernuran Salahuddin Tikrit,[81] dengan
tujuan akhir dari merebut Baghdad.[82]. NIIS diyakini hanya mengerahkan 2.000-3.000
pejuang dalam kampanye Mosul, kekuatan yang secara jelas awalnya tidak diperhitungkan
oleh musuh mereka.[83] Selama kampanye ini dilaporkan juga bahwa terdapat sejumlah
kelompok Sunni di Irak yang menentang pemerintah dominasi Syiah di Irak telah bergabung
dengan NIIS, sehingga memperkuat jumlah mereka.[84] Namun disebagian besar wilayah
Kurdi (penganut Sunni di timur laut Irak) tidak mau dilibatkan ke dalam konflik, dan
dilaporkan pecah bentrokan di wilayah ini antara NIIS berhadapan dengan Kurdi
Peshmerga.[85][86]

Selama berlangsung kampanye ini NIIS diperkirakan telah mengeksekusi 1.700 tentara Irak
yang menyerah selama pertempuran itu dan merilis banyak gambar dari eksekusi massal yang
mereka lakukan melalui saluran mereka di Twitter dan berbagai situs.[87]

Hingga akhir Juni, militan NIIS merebut dua lintasan utama di Anbar, sehari setelahnya
mereka merebut pos lintas batas di Al-Qaim. Menurut analis, tujuan NIIS merebut lintasan ini
untuk membuka jalur suplai senjata dan peralatan untuk medan perang lainya.[88] Dua hari
kemudian, Angkatan Udara Suriah membom posisi NIIS di Irak. Perdana Menteri Irak Nouri
al-Maliki menyatakan: "Serangan ini tidak melibatkan koordinasi denganIrak, tapi Irak
menyambut aksi tersebut dan setiap serangan Suriah terhadap NIIS karena kelompok ini
menargetkan Irak dan Suriah"[89]

Pada saat yang sama, The Jerusalem Post melaporkan bahwa pemerintahan Obama telah
meminta anggaran US$ 500 juta dari Kongres AS untuk digunakan untuk melatih dan
mempersenjatai "kelompok moderat" dari kalangan pemberontak Suriah yang sedang
menentang pemerintah Suriah, Pihak AS melakukan hal itu dengan tujuan melawan ancaman
yang ditimbulkan oleh NIIS di Suriah dan Irak.[90]

Pada tanggal 29 Juni, NIIS mengumumkan pembentukan kekhalifahan baru di mana Abu
Bakr al-Baghdadi diangkat sebagai khalifah, serta kelompok secara resmi mengubah nama
menjadi Negara Islam.[91] Empat hari kemudian Abu Bakr al-Baghdadi, atas nama khalifah
memproklamirkan diri sebagai pemimpin Negara Islam yang baru, ia menyerukan bahwa
umat Islam harus bersatu untuk merebut Roma guna menguasai dunia.[92][93] Ia menyerukan
umat Islam di seluruh dunia untuk bersatu di belakangnya serta mengakui ia sebagai
pemimpin.[94]

Pada tanggal 24 Juli, NIIS meledakkan Masjid dan makam Nabi Yunus di Mosul,[95]
dilaporkan tidak ada korban yang jatuh dalam peristiwa itu.[96] Warga di daerah tersebut
mengatakan bahwa NIIS telah menghancurkan sepotong warisan sejarah Irak.[97] Beberapa
hari kemudian, NIIS juga meledakkan kuil Nabi Set di Mosul. Sami al-Massoudi, wakil
kepala badan wakaf Syiah yang mengawasi tempat-tempat suci, menegaskan kehancuran
tempat tersebut dan menambahkan bahwa NIIS telah memindahkan artefak dari kuil tersebut
ke lokasi yang tidak diketahui.[98]

Dalam serangan di bulan Agustus, NIIS merebut Sinjar dan sejumlah kota lainnya di utara
negara itu. Hampir 200.000 warga sipil sebagian besar dari etnis Yazidi berhasil melarikan
diri dari pertempuran di kota Sinjar,[99][100] sekitar 50.000 dari mereka melarikan diri ke
Pegunungan Sinjar.[100] di mana dilaporkan para pelarian ini terjebak tanpa makanan, air atau
perawatan medis,[101] menghadapi bencana kelaparan dan dehidrasi.[100] Selain itu mereka
juga dilaporkan telah diancam akan dibunuh jika mereka menolak konversi ke Islam. Seorang
wakil PBB mengatakan bahwa "tragedi kemanusiaan sedang berlangsung di Sinjar"[102]
Sampai akhir bulan, NIIS dilaporkan telah membantai 5.000 orang Yazidi, dan terus
melakukan pembunuhan di ratusan di desa-desa yang berbeda.[103] Selain itu, dalam serangan
terbaru Negara Islam berhasil maju hingga 30 km dari ibukota Kurdi Irak Erbil di Irak
utara.[104][105]

Menanggapi pengepungan dan pembunuhan Yazidi, pada tanggal 7 Agustus, Presiden AS


Obama memerintahkan dilancarkannya serangan udara menargetkan NIIS di Irak, bersamaan
dengan menjatuhkan bantuan dari udara.[106] Sementara Inggris menawarkan bantuan kepada
AS dengan pengisian bahan bakar, dan ikut merencanakan suplai udara bantuan kemanusiaan
kepada pengungsi Irak.[107] Amerika Serikat menegaskan bahwa penghancuran sistematis
terhadap orang Yazidi oleh Negara Islam adalah genosida.[108] Liga Arab juga menuduh
Negara Islam telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.[109][110]

Pada 13 Agustus, serangan udara pasukan AS yang dibantu oleh pasukan Kurdi berhasil
memecahkan pengepungan Gunung Sinjar oleh NIIS.[111][112][113] Lima hari kemudian,
pasukan darat Kurdi Peshmerga dengan bantuan Pasukan Khusus Irak dan kampanye udara
AS, menargetkan posisi NIIS di dam Mosul.[114][115]
2015

Pada akhir bulan Januari, pasukan Irak merebut kembali seluruh provinsi Diyala dari
ISIS.[116] Juga menandai awal Serangan Mosul, dimana pasukan Peshmerga berhasil
mengontrol sejumlah besar wilayah di sekitar Mosul.[117]

Pada tanggal 2 Maret, Pertempuran Kedua Tikrit dimulai[118] dan setelah lebih dari satu bulan
pertempuran sengit, pasukan pemerintah dan milisi Syiah pro-Iran mampu mengatasi militan
ISIS dan mengambil alih Tikrit. Keberhasilan ini di luar dugaan pada akhir bulan Mei, oleh
penangkapan ISIS atas Ramadi ibu kota Anbar.

Pada tanggal 17 Juli, seorang pengebom bunuh diri meledakkan sebuah bom mobil di pasar
yang ramai di kota Khan Bani Saad saat perayaan Idul Fitri, menewaskan 120 hingga 130
orang dan melukai 130 orang lainnya. Dua puluh lebih orang dilaporkan hilang sejak
peristiwa tersebut.[119][120]

Pada tanggal 13 Agustus, seorang pengebom bunuh diri meledakkan sebuah bom truk di
pasar yang ramai di Kota Sadr, Baghdad, menewaskan sedikitnya 75 orang dan melukai 212
lainnya.[121]

Pada tanggal 27 Agustus, seorang pengebom bunuh diri membunuh Jenderal Abdel Rahman
Abu Ragheef, wakil komandan operasi di provinsi Anbar, dan Brigadir Amanen Abdel
Majeed, seorang komandan divisi.[122]

Pasukan ISIS kehilangan Sinjar pada tanggal 13 November ke tangan pasukan Kurdi.[123]

Pada tanggal 16 hingga 17 Desember, pasukan ISIS melancarkan sebuah serangan besar-
besaran di arah timur laut Mosul dari posisi pasukan Kurdi namun berhasil digagalkan.[124]

Mulai dari tanggal 22 Desember, Angkatan Darat Irak memulai sebuah kampanye untuk
merebut kembali Ramadi. Pada tanggal 28 Desember, Irak mengumumkan bahwa Ramadi
berhasil dibebaskan dari militan ISIS dan berada di bawah kendali pemerintah Irak.[125]

2016
Artikel utama: Garis waktu Perang Irak (2016)

Pasukan Irak kembali menguasai Hīt dan Ar-Rutbah dalam sebuah operasi serangan pada
tahun 2016, dan kemudian Fallujah dalam Pertempuran Ketiga Fallujah yang berakhir pada
bulan Juni 2016.

Pada tanggal 16 Oktober 2016, Pertempuran Mosul dimulai.

2017

 Angkatan Darat Irak, dengan bantuan Pasukan Mobilisasi Umum, meluncurkan


serangan di Niniwe Barat.
 Pasukan Angkatan Darat Irak mengambil alih Mosul pada tanggal 10 Juli.
 Angkatan Darat Irak meluncurkan serangan di Tal Afar pada tanggal 20 Agustus.
 Pertempuran Tal Afar berakhir pada tanggal 31 Agustus dengan kemenangan besar
Angkatan Darat Irak.
 Angkatan Darat Irak meluncurkan serangan di Hawija pada tanggal 20 September.
 Angkatan Darat Irak menyatakan kemenangan dalam serangan di Hawija pada tanggal
5 Oktober.
 Angkatan Darat Irak meluncurkan sebuah serangan di Kirkuk yang diduduki
Peshmerga pada tanggal 15 Oktober.
 Angkatan Darat Irak menguasai Kirkuk sepenuhnya pada tanggal 16 Oktober setelah
Pershmerga menarik diri.
 Angkatan Darat Irak menguasai Sinjar sepenuhnya pada tanggal 17 Oktober dari
pasukan Peshmerga.
 Angkatan Darat Irak menguasai Al-Qa'im sepenuhnya pada tanggal 3 November,
selama kampanye di Irak Barat.
 Angkatan Darat Irak menguasai Rawah sepenuhnya pada tanggal 17 November.[126]
 Angkatan Darat Irak secara resmi mengontrol seluruh wilayah negara pada tanggal 9
Desember setelah mengambil alih benteng pertahanan terakhir yang diduduki militan
di gurun al-Jazira yang berbatasan dengan Suriah, sekaligus mengakhiri Perang
Saudara Irak.[127]
 Militan ISIS melanjutkan perang gerilya setelah mereka dikalahkan di Irak.

Hak asasi manusia

Hampir sekitar 19.000 warga sipil telah terbunuh di Irak dalam kekerasan yang terkait dengan
ISIS antara bulan Januari 2014 hingga Oktober 2015.[128] ISIS mengeksekusi hingga 1.700
kadet Angkatan Laut Irak yang beragama Islam Syiah dari Camp Speicher di dekat Tikrit
pada tanggal 12 Juni 2014.[129] Genosida Yazidi oleh ISIS telah mengakibatkan terjadinya
pengusiran, pelarian dan pengasingan yang secara efektif berdampak buruk terhadap orang-
orang Yazidi dari tanah leluhur mereka di Irak utara.[130]

Menurut Newsweek, Amnesty International mengklaim bahwa "pasukan pemerintah Irak dan
milisi paramiliter telah menyiksa, menahan dengan sewenang-wenang, dan secara paksa
melenyapkan dan membunuh ribuan warga sipil yang telah lari meninggalkan kekuasan
kelompok militan ISIS".[131] Laporan tersebut, yang berjudul ‘Dihukum atas kejahatan
Daesh’, menuduh bahwa ribuan pria dan anak laki-laki Islam Sunni Irak secara paksa
dilenyapkan oleh pasukan pemerintah Irak dan milisi.[132]

Anda mungkin juga menyukai