Namun saat tiba di depan pintu masuk kantor walikota Jakarta Barat, massa diadang
oleh dua lapis barikade aparat yang membawa tameng dan pentungan. Lalu dilakukan
negosiasi antara beberapa wakil mahasiswa (SMUT) dengan pimpinan komando aparat
(Dandim & Wakapolres Jakarta Barat). Anggota aksi lain mencoba bergerak maju, dan
elemen masyarakat sipil lain mulai bergabung.
Mahasiswa kecewa sebab aparat tetap melarang long march dengan alasan
mengganggu lalu lintas. Di saat yang sama datang tambahan aparat Pengendalian Massa
(Dal-Mas) sejumlah 4 truk dan aparat dari Kodam Jaya serta dari satuan kepolisian.
Mahasiswa tetap melanjutkan orasi di jalan yang disertai dengan aksi membagikan bunga
mawar kepada aparat, meneriakkan yel-yel, dan bernyanyi. Hujan deras yang turun tak
menyurutkan semangat massa aksi untuk bertahan di lokasi.
Mendekati pukul 17.00, negosiasi tercapai yakni mahasiswa dan aparat akan sama-
sama mundur. Awalnya massa menolak, tapi kemudian menurut setelah dibujuk oleh
seorang Dekan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum serta ketua SMUT. Massa pun
perlahan bergerak mundur.
Ketegangan lain muncul sebab di antara barisan aparat ada yang meledek dan
mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor. Sejumlah mahasiswa yang sedang
mundur pun berbalik ke lokasi dan tiga lainnya yang ingin menyerang aparat bisa diredam
oleh satgas mahasiswa Trisakti.
Tanpa diketahui pemicunya, aparat keamanan tiba-tiba menyerang mahasiswa
dengan tembakan dan gas air mata. Rombongan mahasiswa pun panik dan berlarian
menuju kampus. Penembakan semakin membabi buta dan melibatkan sejumlah penembak
jitu. Peluru karet maupun peluru tajam berhamburan.
Bayak dari para mahsiswa yang mengalami luka ringan,sedang, dan bahkan
mangakibatkan hilangnya empat nyawa mahasiswa trisakti. Para korban di larikan ke RS
Sumber Waras.
Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brimob, Batalyon
Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri
202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam serta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan
tameng, gas air mata, Steyr, dan SS-1.
Analisis
Dari serentetan peristiwa yang terjadi dalam kasus trisakti dikatakan sebagai
pelanggaran ham besar karena:
Peristiwa kelam serta bersejarah ini samapai sekarang masih di abadikan untuk
mengenang para korban yang terlah meninggal.