Anda di halaman 1dari 2

TRAGEDI TRISAKTI 1998

Analisa kasus
Pada Mei 1998 terjadi demonstrasi besar-besaran yang merenggut
nyawa mahasiswa. Peristiwa bersejarah itu dikenal dengan nama
Tragedi Trisakti. Tragedi Trisakti ini menimpa mahasiswa saat sedang
berdemonstrasi menuntut Soeharto untuk turun dari jabatannya.

Kejadian mengenaskan ini menewaskan empat orang mahasiswa


Universitas Trisakti. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri
Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Keempat pemuda
tersebut tewas tertembak di dalam kampus.

Awal tahun 1998, perekonomian di Indonesia tengah terganggu. Hal ini


dipengaruhi oleh adanya krisis finansial Asia sepanjang tahun 1997
sampai 1999. Mahasiswa kemudian melakukan aksi demonstrasi
besar-besaran ke Gedung Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas
Trisakti.

Para mahasiswa melakukan aksi damai dari Kampus Trisakti menuju


Gedung Nusantara pukul 12.30. Sayangnya, aksi mereka dihalangi
oleh Polri yang disusul dengan kedatangan militer. Beberapa
mahasiswa kemudian mencoba untuk bernegosiasi dengan pihak Polri.
Akhirnya pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur. Pergerakan
ini diikuti dengan majunya aparat keamanan.

Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru mereka ke arah


para mahasiswa. Karena panik, mereka tercerai berai, sebagian besar
melarikan diri dan berlindung di Universitas Trisakti. Aparat keamanan
tidak berhenti melemparkan tembakan peluru mereka. Satu per satu
korban mulai berjatuhan dan dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras.
Baca juga: Perang Saudara Amerika: Penyebab, Jalannya
Pertempuran, dan Dampak

Penembakan yang terjadi terhadap mahasiswa diketahui tidak hanya


dilakukan oleh aparat keamanan yang berada di hadapan para
demonstran. Dalam berbagai dokumentasi televisi, juga terlihat adanya
tembakan yang berasal dari atas fly over Grogol dan jembatan
penyebrangan. Aparat keamanan tidak hanya menembaki mereka
dengan peluru karet, tetapi juga menggunakan peluru tajam. Wakil
Ketua Komnas HAM, Marzuki Darusman, yang turut hadir di kampus
Trisakti menyatakan adanya serangan terhadap kemanusiaan dalam
menangani massa. Mahasiswa yang menjadi korban dilarikan ke
Rumah Sakit Sumber Waras. Suasana memilukan pun sangat terasa di
Unit Gawat Darurat RS Sumber Waras. Dari aksi penembakan ini
terdapat enam korban yang tewas. Kemudian beberapa hari kemudian
dipastikan ada empat mahasiswa Trisakti yang juga menjadi korban.

Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, ditemukan serpihan peluru


kaliber 5,56 mm di tubuh salah satu korban mahasiswa Universitas
Trisakti, Hery Hertanto. Hasil otopsi Tim Pencari Fakta ABRI juga
mengungkapkan hasil yang sama. Namun, Kapolri yang menjabat saat
itu, Jenderal Pol Dibyo Widodo membantah jika anak buahnya
menggunakan peluru tajam. Kapolda Metro Jaya Hamami Nata juga
menyatakan bahwa polisi hanya menggunakan tongkat pemukul,
peluru kosong, peluru karet, dan gas air mata. Persidangan terhadap
enam terdakwa beberapa tahun kemudian juga tidak dapat menjawab
siapa yang menjadi pelaku di balik peristiwa nahas tersebut. Misteri
penembakan ini masih terus menyelimuti sejarah kelam 12 Mei 1998.
Akan tetapi, empat mahasiswa yang tewas dalam Tragedi 12 Mei 1998
in dikenang sebagai Pahlawan Reformasi oleh pihak kampus. Nama
empat mahasiswa itu diabadikan menjadi nama jalan di Kampus
Usakti, Nagrak, dan Bogor.

solusi : pemerintah, aparat, dan masyarakat Indonesia harus


menjunjung tinggi hak asasi manusia

Dan membuat ubdang undang tentang pengadilan ham.

Kasus tragedi trisakti termasuk kasus pelanggaran ham berat

Alasannya : karena aparat yang menembak 4 mahasiswa tersebut


sudah melanggar hak asasi manusia untuk hidup dan hak
kemerdekaan pikiran. Sebagaimana sudah

Anda mungkin juga menyukai