Pengertian PPIC
Production Planning and Inventory Control (umumnya disingkat dengan PPIC) adalah bagian dari
kegiatan manajemen produksi dan persediaan. Tujuan dari kegiatan PPIC adalah untuk dapat
melakukan perencanaan produksi dan persediaan. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka
pemanfaatan sumber secara efektif serta dapat melakukan pengendalian produksi dan
persediaan dengan melakukan penyesuaian dari perencanaan yang telah dibuat dengan
Permasalahan yang harus dihadapi dalam PPIC antara lain adalah : penyesuaian apa (dilakukan
pada level sistem manufaktur), berapa banyak, kapan, siapa serta bagaimana penyesuaian harus
Bedworth menggambarkan PPIC sebagai aliran material dan informasi fungsi pengendalian
Kegiatan PPIC dimulai dari kegiatan Perencanaan Produksi yang telah mempertimbangkan
Perencanaan Produk dan Penjualan, Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya dan Perencanaan
Finansial. Kegiatan ini umumnya dilakukan pada awal perusahaan mulai melakukan kegiatannya
dalam berproduksi untuk mengetahui strategi berproduksi yang sesuai untuk diterapkan
dimiliki perusahaan termasuk rencana penjualan dan produk yang dilakukan perusahaan.
Kegiatan Perencanaan Produksi ini akan dilakukan peninjauan kembali apabila terjadi perubahan
cukup radikal dari rencana produk dan penjualan perusahaan ataupun kondisi finansial dan
- Fungsi perencanaan
- Fungsi pengendalian
Alat manajemen untuk memastikan bahwa pelaksanaan telah sesuai dengan rencana
PPIC Sebagai Fungsi Perencanaan
1. Perencanaan produksi
Yang terkait langsung dengan proses produksi (bahan awal, produk ruahan dan produk
Tugas PPIC
- Menerima order dari marketing dan membuat rencana produksi sesuai order yang
diterima
produksi, personalia dan keuangan agar bekerja dengan baik sehingga dapat
- Permintaan sales
- Informasi order
1. Bagian produksi
- Kapasitas produksi
- Standar yield
- Waktu proses
- Ketersediaan bahan/kontinuitas
3. Bagian pengiriman
- Ketepatan waktu
5. Bagian personalia
6. Bagian keuangan
- Standar cost
- Ketersediaan
1. Sistem Perencanaan
jumlah bahan (kg, liter, meter, biji) waktu pengadaan dan pemakaian, pembelian
- Berdasarkan sumber bahan: local, impor, nilai atau jumlah stock minimum,
Agar stock minimal tidak terlalu besar atau terlalu kecil perlu ditentukan skala indeks
2. Sistem Pengadaan
Persediaan dapat dibedakan atas lima kategori yaitu bahan mentah (raw material), komponen,
barang setengah jadi (work in process), bahan pembantu dan barang jadi (finished good)
mentah. Persediaan ini dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para
Supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi
selanjutnya.
barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain,
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen
barang jadi.
e. Persedian barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah
selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim
kepada pelanggan.
- Ketat : untuk barang-barang yang harganya mahal, cek pemakaian barang, jumlah
- Normal : untuk barang-barang yang harganya tidak terlalu mahal dilakukan secara
- Periodik : untuk barang yang harganya murah dilakukan secara periodic dengan
4. Sistem Pengendalian
- Mengumpulkan data dan analisa kegiatan produksi, hasil produksi, kapasitas dan
perkiraan inventory
5. Sistem Pengadministrasian
- Secara perorangan
Untuk keperluan diwork shop masing-masing missal hasil untuk memasukkan data,
- Secara gabungan
Entry data di work shop masing-masing, hasil proses digabung secara otomatis oleh
komputer pusat data sehingga tampilan data bias dilihat atau dikontrol.
Effesiensi produksi dapat ditingkatkan dengan melalui pengendalian persediaan. Effesiensi ini
dapat dicapai bila fungsi persediaan dapat dioptimalkan. Beberapa fungsi persediaan diantaranya
fungsi independensi, fungsi ekonomis, fungsi antisipasi, dan fungsi fleksibilitas (Baroto, 2002 :
53).
memenuhi permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar tidak dapat diduga
dengan tepat, demikian pula pasokan dari pemasok. Agar proses proses produksi dapat
berjalan tanpa tergantung pada kedua hal (independen), maka persediaan harus
mencukupi.
produksi tertentu (lot) akan lebih ekonomis daripada memproduksi secara berulang atas
sesuai permintaan. Jumlah produksi optimal ditentukan oleh biaya set up dan biaya
c. Fungsi antisipasi. Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan permintaan atau
dan diramalkan berdasarkan pengalaman data masa lalu, yaitu permintaan musiman.
inventories). Disamping itu, perusahaan sering menghadapi ketidak pastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan akan barang selama periode tertentu. Dalam hal ini
(safety stock) .
d. Fungsi Fleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri dari beberapa tahapan proses
operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka akan
diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan untuk
sementara waktu. Sediaan barang setengah jadi pada situasi ini akan merupakan faktor
Biaya Persediaan
Persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan. Biaya persediaan
didasarkan pada parameter ekonomis yang relevan dengan jenis biayanya, meliputi biaya
pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan, dan biaya kekurangan persediaan (Yamit,2005
: 8).
Biaya pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari luar, atau biaya produksi
per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi
bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per
unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang
diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja,
b. Biaya Pemesanan (Order Cost/ Setup Cost) Biaya pemesanan adalah biaya yang
berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (setup cost )
apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan
Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan
proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi dan biaya
pengecekan kualitas.
c. Biaya Simpan (Carrying Cost/Holding Cost) Biaya simpan adalah biaya yang
sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya dapat berupa : biaya modal, pajak,
asuransi, pemindahan persediaan, keusangan atau kerusakan dan semua biaya yang
konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan.
Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat terpenuhi.
Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi
kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa backorder,
dengan item lain atau membatalkan pengiriman. Dalam situasi seperti ini bukan
kerugian penjualan yang terjadi tetapi penundaan dalam pengiriman. Untuk mengatasi
masalah ini secara khusus perusahaan melakukan pembelian darurat atas item
tersebut dan perusahaan akan menanggung biaya tambahan (extra cost) untuk
pesanan khusus yang dapat berupa biaya pengiriman secara cepat dan tambahan
biaya pengepakan.
- CDI (Coverage in Days Inventory) yaitu besarnya persediaan yang dapat untuk
mengover kebutuhan industri (dalam satuan hari kerja). CDI = (Jumlah persediaan x
jumlah hari kerja dalam 1 bulan) / omset penjualan perbulan. Semakin kecil nilai CDI
- Servis level (%), yaitu prasentase pemenuhan permintaan obat jadi (penjualan) oleh
bagian produksi. Servis level = (jumlah pesanan) / jumlah yang diproduksi x 100%.
Semakin tinggi nilai level (100%) PPIC = kinerja semakin baik karena dapat memenuhi
Semua bahan yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang berubah maupun tidak
Bahan (zat) tambahan adalah bahan baku zat aktif yang berfungsi :
Kadaluarsa
Pemeriksaan laboratorium
Prosedur penerimaan bahan baku dan bahan kemas yaitu Bagian PPIC mengirim
saat pengiriman barang dari pemasok, surat jalan yang dibawa oleh supplier diperiksa
kesesuaiannya oleh pihak gudang dengan PO yang berisi jenis, jumlah, dan tanggal
kebutuhan barang dan suplai yang disetujui. Jika sesuai, maka barang yang diterima
akan disimpan digudang karantina dan diberi label karantina yang berwarna kuning dan
dibuatkan BPB yang mencantumkan nama barang, nomor kontrol, nomor kode, jumlah
barang dan nama pemasok. BPB terdiri dari 4 rangkap, yang asli diberikan kepada bagian
Accounting untuk proses pembayarannya. BPB juga diserahkan ke bagian QC, setelah
QC menerima BPB dari gudang, maka QC akan melakukan sampling dan menganalisa
sampel. Setelah itu baru didapatkan hasi apakah barang yang masuk tersebut akan
direlease (berwarna hijau) yang kemudian disimpan digudang bahan baku atau bahan
kemas atau direject(berwarna merah) yang kemudian disimpan di ruang tertenti sebelum
a. Pengimporan bahan baku obat hanya dapat dilakukan oleh Pedagang Besar Farmasi
Penyalur Bahan Baku Obat yang memiliki ijin impor.
b. Yang berhak memasukkan bahan baku obat ke dalam wilayah Indonesia adalah
Industri farmasi atau Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi yang memiliki ijin sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pemasukan bahan baku obat oleh Industri Farmasi atau Pedagang Besar Bahan
baku Farmasi selain harus mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di bidang impor, juga harus mendapat persetujuan pemasukan bahan
baku obat dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
d. Persetujuan pemasukan bahan baku obat diberikan atas dasar permohonan
e. Setiap permohonan hanya berlaku untuk satu kali pemasukan.
f. Permohonan diajukan oleh Industri Farmasi atau Pedagang Besar Bahan Baku
Farmasisecara tertulis kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
g. Proses persetujuan pemasukan bahan baku obat diberikan dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) hari kerja.
h. Permohonan impor bahan baku, harus dilengkapi dengan:
- Surat permohonan yang ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab
- Sertifikat analisa yang sah dari produsen untuk setiap bets bahan baku obat yang
dimasukkan
i. Semua pemasukan bahan baku obat harus didokumentasikan dengan baik sehingga
mudahdilakukan pemeriksaan dan penelusuran kembali serta setiap saat dapat
diperiksa oleh petugas Badan Pengawas Obat dan Makanan dan/atau Balai
Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan sesuai dengan format Pedoman Cara
Distribusi Obat yang Baik berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor HK.00.05.3.2522 Tahun 2003.
Pemeriksaan Bahan baku oleh PPIC
Pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
1. Bahan Baku.
b. Hanya bahan baku yang memenuhi syaratyang dapat digunakan untuk proses
produksi.
c. Bahan baku yang tidak memenuhi syarathendaklah dipisahkan penyimpanannya
2. Uji Sifat Fisika Kimia yang terdiri dari Pemerian, Kelarutan, pH , Titik didih dan titik
lebur
3. Uji Mikroba
Uji mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di dalam
semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga sediaan jadi, dan
untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba
tertentu.
4. Uji Strerilitas
Uji ini dapat digunakan untuk menetapkan apakah bahan baku steril memenuhi
persyaratan seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Mengingat
kemungkinan adanya bahan kontaminan dari lingkungan.
5. Uji Batas
a. Aluminium
Prosedur ini disediakan untuk menunjukkan bahwa kandungan dari aluminium (Al)
tidak melebihi batas yang diberikan dalam monografi. zat diberi label dimaksudkan
untuk digunakan dalam hemodialisis.
b. Arsen (As)
Prosedur ini dimaksudkan untuk menentukan adanya sesepora arsen. Kandungan
arsen pada bahan baku tidak boleh melebihi batas yang tertera dalam masing-
masing monografi.
c. Besi (Fe)
Uji batas besi digunakan untuk menunjukan bahwa kandungan besi, dalam bentuk
besi (III) atau besi (II) tidak melebihi dari batas besi yang tertera pada masing-
masing monografi.
d. Dioksin
Uji batas berikut diberikan sebagai prosedur umum, bila tertera pada monografi
masing-masing. Untuk penetapan cemaran 1,4-dioksin secara kromatografi gas.
Uji batas Cl dan S merupakan prosedur umum menetapkan batas klorida dan
sulfat yang tertera pada masing-masing monografi.
f. Logam Berat
Pengujian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa cemaran logam dengan ion
sulfide menghasilkan warna pada kondisi penetapan dan tidak melebihi batas
logam berat yang tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam %
(bobot) timbal dalam bahan yang diuji.
g. 4-Epianhidro-tertrasiklin
Fenol kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Vaksin dan imunoserum yang
mengandung fenol sebagai pengawet tidak lebih dari 0,25%, Formaldehida bebas
tidak lebih dari 0,02%, bila ditetapkan dengan prosedur dalam Farmakope.
Bahan baku yang sudah diuji kelengkapan dokumen dan sudah dinyatakan sesuai,
maka dilakukan pencatatan proses pengujian ulang terhadap bahan baku. Proses
pengujian yang dilakukan sesuai dengan pengujian yang dilakukan pada sampel bahan
baku. Untuk menghindari tercampurnya bahan baku maka perlu dilakukan proses
dokumentasi dan pelabelan mengenai status bahan baku yang mencakup data sebagai
berikut:
(CPOB, 2012)
Setelah sampel bahan baku lolos uji, unit pelayanan melakukan pembelian skala
besar sesuai kebutuhan Industri. Pada proses penerimaan bahan baku skala besar
perlu adanya pendokumentasian bahan yang datang, meliputi:
a. Nama Perusahaan
c. Nomer Batch
d. Tanggal penerimaan
e. Jumlah Bahan
f. Nama Pemasok
c. Pemeriksaan secara visual kualitas kemasan, produk (utuh, warna, dan bau),
memastikan tidak terjadi perubahan selama proses pengiriman.
g. Produk yang akan diproses ulang harus diberi penandaan dan ditempatkan di area
karantina sampai mendapatkan persetujuan dari Bagian Pengawasan Mutu.
h. Produk yang ditolak harus diberi tanda “DITOLAK” dan diawasi untuk dilakukan
pemusnahan.
Nama Industri :
KARANTINA
Nama Bahan :
Nama Industri :
SEDANG DIUJI
Nama Bahan :
LULUS UJI
Paraf Penguji
DITOLAK
Paraf Penguji
2. Bahan Pengemas.
b. Cacat fisik yang kritis dan yang berdampak besar terhadap kualitas produk
hendaklah diperhatikan.
Setelah hasil pengujian didapat, unit pengadaan harus melakukan pengecekan hasil
uji dengan buku acuan standar yang berlaku sesuai dengan Negara masing- masing.
Untuk Indonesia, salah satu acuan yang biasa digunakan yaitu Farmakope Indonesia.
Unit pengadaan juga harus melakukan pencatatan pencatatan hasil pengujian dan
e. tanggal pengujian;
h. pernyataan yang jelas tentang pelulusan atau penolakan atau status lain, tanggal
dan tanda tangan dari personil penanggung jawab.
4. Produk Jadi.
a. Tiap bets produk hendaklah dilakukan pengujian sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan.
b. Bets produk yang tidak memenuhi spesifikasi produk jadi yang ditetapkan diberi
penandaan “DITOLAK”.
dan penyebab kegagalan harus ditentukan. Proses lebih lanjut harus mendapatkan
d. Produk yang akan diproses ulang harus diberi penandaan dan ditempatkan di area
e. Produk hasil proses ulang harus memenuhi semua spesifikasi dan persyaratan
f. Produk yang ditolak harus diberi tanda “DITOLAK” dan diawasi untuk dilakukan
pemusnahan.
Bahan baku tradisional adalah bahan berasal dari alam seperti tumbuhan, mineral
dan hewan yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. sedangkan bahan baku sintetik adalah bahan baku yang diolah secara
3. Pemasok telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB dan ISO 9000
4. Pemasok memiliki reputasi yang baik
5. Pemasok dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggung jawab PBF tidak
sedang dalam proses pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan profesi
kefarmasian
6. Pemasok selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemasok
bahan baku
Pengendalian stok bahan yang ada digudang dilakukan oleh PPIC. Setiap produk
yang diproduksi telah memiliki bill of material tersendiri sebagai dokumen yang
mengandung informasi bahan-bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan untuk
proses produksi untuk setiap produk. Berdasarkan bill of material tersebut dibuat suatu
laporan yang mengandung informasi tentang jenis bahan yang akan dibeli (laporan
requirement), jumlah dari bahan tersebut dan waktu disaat bahan tersebut dibutuhkan.
Laporan tersebut akan ditinjau oleh purchasing akan dibuat ratingnya berdasarkan
kualitas dan harga dari bahan. Hasil tinjauan tersebut akan diberikan kembali
kedepartemen PPIC dan berdasarkan hasil rating maka PPIC akan membuat
permohonan pembelian (PP) dan purcashing akan membuat purcashing order (PO)
kepemasok.
Bahan awal berupa zat aktif maupun zat tambahan yang datang dari pemasok
diterima oleh petugas gudang. Pihak gudang akan memeriksa kelengkapan dokumen
a. surat jalan,
c. sertifikat analisis bahan (CoA) dari bahan awal tersebut serta tampilan fisik,
Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah
memenuhi syarat, maka gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan Barang). BPB
terdiri dari 4 rangkap yang kesemuanya diberikan kepada QC untuk dilakukan analisa
dan untuk setiap bahan awal dibuat nomor kontrol oleh warehouse. Pada nomor kontrol
terdapat kode RA (Raw Active) untuk zat aktif dan RT (Raw Tambahan) untuk eksipien.
Nomor kontrol itu sendiri merupakan nomor BPB sesuai dengan urutan bahan yang
datang pada bulan tersebut. Setelah bahan awal dianalisa dan mendapatkan status dari
departemen QC, maka rangkap ketiga dari BPB akan diberikan kepada departemen QC.
Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuain antara BPB dengan label bahan
awal, kesesuaian antara CoA dengan label bahan awal dan kesesuain antara CoA yang
didokumentasikan pada form checklist kedatangan barang. Jika disetujui maka QC bahan
awal mengeluarkan form pengambilan sampel.Bila dokumen yang telah lengkap tersebut
diterima dan disetujui, maka pihak QC akan melakukan analisa mutu terhadap bahan
tersebut.
Izin Produksi (PMK No.006 ttg Industri dan Usaha Obat Tradisonal)
Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah industri yang membuat semua
bentuk sediaan obat tradisional. Untuk memperoleh izin pendirian IOT diperlukan persetujuan
prinsip yang diberikan oleh Direktur Jenderal. Persetujuan prinsip diberikan kepada pemohon
pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui dan
Persetujuan prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun atau
Persyaratan untuk memperoleh persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 terdiri
dari:
a. surat permohonan;
b. fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
l. Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu pada pemenuhan CPOTB dan disetujui
Kepala Badan;
m. asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Apoteker penanggung jawab;
o. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); dan p. jadwal rencana pendirian bangunan
a. surat permohonan;
b. persetujuan prinsip;
e. diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat tradisional dan ekstrak
g. rekomendasi pemenuhan CPOTB dari Kepala Badan dengan melampirkan Berita Acara
2) Dalam hal terjadi perubahan data setelah persetujuan prinsip diterbitkan, maka perubahan
data tersebut harus disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau Kepala Badan yang
1. Permohonan izin produksi diajukan oleh pemohon kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas, dan Kepala Balai setempat
2. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima tembusan, Kepala Dinas setempat
3. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima tembusan, Kepala Balai setempat
4. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah evaluasi terhadap pemenuhan
Kepala Badan.
6. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima analisis hasil pemeriksaan, Kepala
7. Apabila dalam 30 (tigapuluh) hari kerja setelah tembusan surat permohonan diterima
oleh Kepala Balai dan Kepala Dinas setempat, tidak dilakukan pemeriksaan/evaluasi,
8. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima rekomendasi dari
Kepala Dinas dan Kepala Badan atau setelah menerima surat pernyataan , Direktur
Verifikasi
data ID PRODUK (tanda terima permihonon pengajuan
kembali permohonan notifikasi
No Notifikasi
(Berlaku tiga
tahun)
Notifikasi
kembali
Keterangan :
N: kode notifikasi,
A: kode benua,
19:tahun produksi,
01801: no registrasi
No batch :190901198
Ket :
19:tahun produksi,
Expired Date
produsen pada wadah dan label dari produk obat yang menunjukkan jangka waktu
kekuatan, kualitas, dan kemurnian jika disimpan di bawah kondisi yang ditentukan pada
digunakan, didasarkan pada studi ilmiah stabilitas yang dilakukan oleh produsen dan
biasanya dinyatakan dalam bulan dan tahun sebagaimana tercantum pada label pada
wadah produsen. Ini berarti bahwa produk tersebut dapat digunakan atau disalurkan
sampai hari terakhir dari bulan dantahun yang dinyatakan, jika persyaratan penyimpanan
Tujuan dari penentuan tanggal kadaluarsa adalah untuk menjamin bahwa produk/
obatyang diproduksi oleh suatu industri itu masih memenuhi dari segi keamanan dan
dari stabilitas obat dalam penyimpanan. Stabilitas obat merupakan kemampuan suatu
produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan
dan penggunaan. Kestabilan obat dapa tdilihat dari beberapa hal dengan suatu
perubahan dalam penampilan fisik seperti warna, bau, rasadan tekstur. Sedangkan
dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak bisa dibuktikan sendiri dan hanya
III.6 Pengemasan
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan tidak akan
berarti apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan tersebut. Hal ini
dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor fisik (penyimpanan)
maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada umumnya pengemasan berfungsi
untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar produk tidak
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang
dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk
berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka
sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
kemasan):
a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
demikian pula persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu
Memiliki permeabilitas terhadap udara (oksigen dan gas lain) yang baik
Harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi
kimia yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan
Harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan
Harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik dan
penjualan.
Sediaan krim dikemas sama seperti sediaan salep yaitu dalam botol atau tube
III.7 PRODUKSI
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tahap produksi sediaan kapsul
antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan
produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi
pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur tertulis.
3. Semua pengeluaran bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
4. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan
oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan.
keragu-raguan, maka hanya bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terkait dari
satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam area penyerahan. Setelah penimbangan,
penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk antara dan produk ruahan hendaklah
diangkut dan disimpan dengan cara yang benar sehingga keutuhannya tetap terjaga sampai
6. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap wadah bahan awal hendaklah diperiksa
7. Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah sesuai
identitas dan jumlah bahan yang ditimbang atau diukur oleh dua orang personil yang
10. Kegiatan penimbangan dan penyerahan hendaklah dilakukan dengan memakai peralatan
11. Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang
kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum dikirim ke area produksi.
12. Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan untuk tiap bets hendaklah disimpan dalam satu
PENGOLAHAN
1. Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai.
2. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau berurutan
di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadi campur baur atau kontaminasi
silang.
3. Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu
berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Sebelum kegiatan
pengolahan dimulai hendaklah diambil langkah untuk memastikan area pengolahan dan
peralatan bersih dan bebas dari bahan awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan
4. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum digunakan.
5. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Tiap
6. Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara dan produk
ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan jenisnya untuk melindungi
8. Semua produk antara dan produk ruahan hendaklah diberi label dengan benar dan
10. Hasil nyata tiap tahap pengolahan bets hendaklah dicatat dan diperiksa serta dibandingkan
11. Dalam semua tahap pengolahan perhatian utama hendaklah diberikan kepada masalah
kontaminasi silang.
12. Batas waktu dan kondisi penyimpanan produk dalam-proses hendaklah ditetapkan.
13. Untuk sistem komputerisasi yang kritis hendaklah disiapkan sistem pengganti manakala
terjadi kegagalaN.
1. Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan kontaminasi silang yang terjadi pada saat
penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain,
pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila laik hendaklah dipakai sistem
2. Sistem penghisap udara yang efektif hendaklah dipasang dengan letak lubang pembuangan
sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasi dari produk atau proses lain. Sistem
penyaringan udara yang efektif atau sistem lain yang sesuai hendaklah dipasang untuk
menyaring debu. Pemakaian alat penghisap debu pada pembuatan tablet dan kapsul sangat
dianjurkan.
3. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap kontaminasi
serpihan logam atau gelas. Pemakaian peralatan gelas sedapat mungkin dihindarkan.
Ayakan, punch dan die hendaklah diperiksa terhadap keausan atau kerusakan sebelum dan
setelah pemakaian.
4. Hendaklah dijaga agar tablet, kapsul atau partikel serbuk tidak ada yang terselip atau
tertinggal tanpa terdeteksi di mesin, alat penghitung atau wadah produk ruahan.
1. Obat tradisional yang mengandung komponen dengan khasiat terapeutik yang diketahui
sering kali distandardisasi (yakni ditetapkan terhadap kandungan tertentu dari komponen
2. Jika ditambahkan bahan lain untuk mencapai tujuan standardisasi perlu menspesifikasi
jumlah yang ditambahkan dalam suatu rentang. Pencampuran suatu bahan dari beberapa
bets yang berbeda (contoh: sebelum ekstraksi) atau pencampuran beberapa lot sediaan
sejenis boleh dilakukan. Untuk menjamin penelusuran kembali maka catatan hendaklah
dan, bila berlaku, bets campuran hendaklah diperiksa kesesuaiannya terhadap spesifikasi
yang telah ditentukan. Pencampuran bets hendaklah hanya dilakukan bila homogenitas
3. Bets obat tradisional yang hasil ujinya di luar spesifikasi hendaklah tidak dicampur dengan
bets lain dengan tujuan untuk pemenuhan spesifikasi kecuali untuk standardisasi kandungan
dipastikan bahwa setiap bets dibuat dengan menggunakan proses yang ditetapkan,
masingmasing telah diuji memenuhi spesifikasi yang ditetapkan dan ditemukan memenuhi
(misalnya bulk density dan tap density) yang kemungkinan terpengaruh oleh proses
pencampuran.
6. Mesin pencampur, pengayak dan pengaduk hendaklah dilengkapi dengan sistem pengendali
7. Parameter operasional yang kritis (misalnya waktu, kecepatan dan suhu) untuk tiap proses
Induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta dicatat dalam Catatan Bets.
8. Kantong filter yang dipasang pada mesin pengering fluid bed tidak boleh dipakai untuk produk
yang berbeda tanpa pencucian lebih dahulu. Untuk produk yang berrisiko tinggi atau yang
dapat menimbulkan sensitisasi hendaklah digunakan kantong filter khusus bagi masing-
masing produk. Udara yang masuk ke dalam alat pengering ini hendaklah disaring.
Hendaklah dilakukan tindakan pengamanan untuk mencegah kontaminasi silang oleh debu
9. Pembuatan dan penggunaan larutan atau suspensi hendaklah dilaksanakan sedemikian rupa
1. Cangkang kapsul hendaklah diperlakukan sebagai bahan awal. Cangkang kapsul hendaklah
disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan dan kerapuhan atau efek lain yang
2. Persyaratan Mesin hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang efektif dan
ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindari campur baur antar produk. Tiap mesin
hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin tersebut digunakan untuk
produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara yang tertutup maka dapat
1. Hendaklah diberikan perhatian khusus untuk menghindari campur baur selama proses
penandaan tablet salut dan kapsul. Bilamana dilakukan penandaan pada produk atau bets
yang berbeda dalam saat yang bersamaan hendaklah dilakukan pemisahan yang memadai.
2. Tinta yang digunakan untuk penandaan hendaklah yang memenuhi persyaratan untuk bahan
makanan.
4. Bahan awal
4.1. Air
Air merupakan salah satu bahan baku yang utama di dalam industri kosmetik. Oleh
karena itu air harus mendapat perhatian khusus baik dalam sistem pembuatan,
Sumber Air dapat diperoleh dari Air tanah (sumur) ataupun Perusahaan pengolahan air
bersih. Air dari kedua sumber di atas harus diproses lebih lanjut agar dapat digunakan
Pencucian dan sanitasi peralatan yang digunakan dalam sistem pemrosesan air,
haruslah dilaksanakan secara rutin dengan suatu Prosedur Operasional Baku (POB). Hal
kualitas air. Pemilihan cara sanitasi sangat tergantung dari jenis instalasi yang ada dan
dapat dilakukan dengan menggunakan uap panas (steam) atau dengan bahan kimiawi.
Bila digunakan suatu bahan kimiawi, haruslah diupayakan agar sisa bahan kimiawi tidak
Kualitas Air air yang dipergunakan tergantung dari peruntukannya yaitu dapat
sesuai POB yang ada. Hendaklah dilakukan juga pemeriksaan air setiap akan digunakan,
untuk monitoring. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri atau dengan laboratorium
eksternal. Selain itu, pembersihan tangki penyimpan dan sistem perpipaan dilakukan
secara berkala sesuai dengan POB yang ada. Setiap terjadi penyimpangan terhadap
sistem yang ada, harus segera ditindaklanjuti serta dilakukan koreksi dan pencegahan.
Khusus untuk parameter mikrobiologi dilakukan pemeriksaan rutin secara kuantitatif dan
kualitatif.
aluminium).
mikron.
kation, resin penukar anion atau gabungan antara resin penukar anion dan kation
(mixed beds).
5. Sistem distilasi dilakukan dengan cara pemanasan dan kondensasi uap air.
permeabel.
Setiap bahan awal harus memiliki spesifikasi yang jelas baik dari segi keamanan,
diverifikasi secara fisik, identitas pemasok, jenis dan jumlah kemasan, kondisi kemasan
(bocor, rusak, kotor, dan lain-lain, tersedianya sertifikat analisis dari produsen bahan
awal. Bahan awal harus dikarantina segera setelah kedatangan sampai bahan tersebut
diluluskan untuk dipergunakan dalam proses produksi. Setiap Bahan awal harus diberi
penandaan identitas/status pada setiap kemasan bahan awal agar dapat memudahkan
Semua bahan yang diterima harus mempunyai catatan yang lengkap yaitu nama
bahan awal, nama produsen bahan awal, nama pemasok, tanggal penerimaan, jumlah
bahan awal, nomor bets, nama penerima, tanggal kedaluwarsa (bila ada), nomor faktur
dan lokasi penempatan di gudang. Wadah dari bahan awal yang sudah dilakukan
pengambilan contoh, harus diberi penandaan yang berisi antara lain: tanggal
Tahap awal dari produksi sediaan krim antiaging ekstrak propolis dengan sistem
penghantaran fitosom dimulai dengan penyiapan bahan baku. Manager produksi akan
memberikan dokumen catatan pengolahan bahan baku (CPB) serta bon Permintaaan
diteruskan supervisor gudang bahan baku dengan menyertakan Bon Permintaaan Bahan
Baku Intern (BPBI). Selanjutnya, gudang bahan baku akan menyiapkan bahan-bahan
penimbangan).
2. Selalu dalam keadaan bersih, kering dan terawat, sebelum,selama dan setelah
aktivitas penimbangan.
3. Disediakan alat pengumpul debu (dust collector), alat pengisap debu (vacuum
cleaner) atau alat lain (bahan penyerap khusus) untuk mengatasi pencemaran bila
penimbangan.
dan ketelitian yang sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang dan timbangan yang
digunakan selalu dalam kondisi baik dan bersih. Timbangan harus dikalibrasi secara
berkala dan diberi label status Kalibrasi serta instruksi kerja penimbangan yang berisi
TOLEDO BBA236 dengan kapasitas, ketepatan serta ketelitian yang beragam dengan
Gambar Spesifikasi Timbangan yang digunakan di PT. BOSS Pharm yaitu Timbangan
METTLER TOLEDO BBA236
Pada saat proses penimbangan, bahan baku yang boleh berada di ruang
penimbangan adalah bahan baku yang akan ditimbang. Bahan baku yang akan ditimbang
harus mempunyai label identitas yang jelas serta sudah berstatus diluluskan.
Penimbangan dilakukan sesuai dengan POB Penimbangan dan hanya dilakukan oleh
personil yang terlatih dan berkompeten serta diberi tugas untuk melakukan penimbangan.
kondisi dan jenis bahan baku. Untuk setiap penimbangan harus dilakukan pembuktian
kebenaran, ketepatan identitas dan jumlah bahan yang ditimbang oleh personil yang
berbeda. Hasil penimbangan bahan baku untuk satu bets, hendaklah diletakkan di atas
satu kelompok palet dan diberi penandaan identitas nama produk dan nomor bets yang
jelas.
dan sifat dari bahan yang ditimbang. Untuk bahan yang rentan terhadap kontaminasi
mikroba hendaklah digunakan peralatan dan wadah yang sudah disanitasi. Penggunaan
wadah antara (wadah untuk menampung sebagian bahan dari drum untuk diambil guna
digunakan harus bersih dan tertutup serta diberi label identitas dan status yang sama
dengan aslinya. Wadah penimbangan harus bersih dan diberi label identitas. Didalam
melakukan semua aktivitas penimbangan harus dicatat. Hasil penimbangan harus dicek
ulang oleh personil yang berbeda sebelum proses pencampuran dimulai. Bila di dalam
satu bets produksi digunakan beberapa nomor bets bahan baku, hendaklah dicatat setiap
Bahan yang sudah ditimbang harus diberi label identitas yang jelas dan lengkap
yang berisi antara lain : nama bahan baku/kode, nomor bets bahan baku, berat netto,
tara, tanggal penimbangan, paraf penimbang, paraf personil lain yang melakukan cek
ulang dan bila diperlukan simbol keamanan untuk bahan baku berbahaya dan beracun.
Gambar Proses Penimbangan Bahan di PT. BOSS Pharms : (A) Pengambilan Bahan
Baku dari Gudang, (B) Penyiapan Bahan Baku dan (C) Penimbangan Bahan Baku.
6. Prosedur dan Pengolahan
CE
K
IPC
dipastikan telah mempunyai label yang jelas. Bila suatu label hilang atau tidak jelas, maka
bahan baku tersebut hendaklah diidentifikasi oleh Bagian Pengawasan Mutu sebelum
digunakan. POB Pengolahan dibuat untuk ukuran bets dan alat produksi yang tertentu
yang disetujui oleh Bagian Produksi dan Bagian Pengawasan Mutu. Kondisi ruang
produk atau dokumen yang tidak diperlukan dan semua peralatan hendaklah diperiksa
sebelum digunakan. Operator hendaklah memahami semua tahapan kegiatan yang akan
produksi dan atau pengawasan mutu. Semua kegiatan pengawasan selama pengolahan,
pengontrolan suhu, homogenitas, pH, kekentalan dan lain-lain harus dicatat pada
ekstrak etanol propolis, dimana tahap-tahap yang dilakukan akan diuraikan sebagai
berikut :
Pembuatan Ekstrak
didalam extractor dengan bantuan agitator untuk mempercepat proses ekstraksi. Proses
ini dilakukan selama 6 jam. Selanjutnya ekstrak etanol propolis dipindahkan dari extractor
Gambar Alat-alat yang digunakan dalam proses ekstraksi propolis : (A) Extractor 600 to
1300 Idco, (B) Agitator Cyanabloc VMI, (C) Storange Tank
Planetary Mixer Miralles. Kemudian Ekstrak Etanol Propolis dan Fosfatidilkolin yang telah
dilarutkan dengan aseton tersebut dicampurkan didalam spray drying selama 1 jam
hingga berbentuk koloidal. Didapatkan hasil Fitosom Ekstrak Etanol Propolis sebanyak
10200 g. Artinya dalam hal kesetaraan kandungan ekstrak propolis dengan Fitosom
Pada pembuatan formula dengan sistem penghantaran fitosom, hal lain yang perlu
diperhatikan adalah nilai efisiensi penjerapan (EP). Nilai EP menunjukkan berapa jumlah
bahan obat yang dapat terjerap dalam vesikel fitosom. Nilai EP dapat dihitung dengan
cara :
Fitosom Ekstrak Etanol Propolis (FEP) setara dengan 100 mg ekstrak propolis tidak lagi
sesuai karena jumlah ekstrak yang terjerap dalam vesikel fitosom tidak 100 %.
Sehingga, untuk mengetahui jumlah FEP yang didalamnya terjerap 100 mg ekstrak
97,1
X mg FEP = x Y mg = 100 mg EP
100
97,1
X mg FEP = 100
x 103,4 mg = 100 mg EP
1. Peleburan Fase Minyak (stearil alkohol, asam stearat, setil alkohol, propil paraben,
2. Pelarutan Fase Cair (metil paraben, propilenglikol dan gliserin) dengan heating
tank
sebelum digunakan, ditandai dengan adanya label bersih. Sebelum digunakan, lini
pengemasan harus dibersihkan dari bahan pengemas dan produk sebelumnya misalnya
label/etiket, wadah, produk jadi ataupun barang-barang lain yang tidak ada kaitannya
dengan proses pengemasan yang akan dilakukan. Hal ini untuk mengurangi kontaminasi
silang dan campur baur. Selama proses pengemasan dan pelabelan harus dilakukan
pengambilan contoh secara acak untuk pemeriksaan bobot dan penampilan serta untuk
Contoh yang diambil hendaklah mewakili satu periode pengemasan yang dilaksanakan,
Setelah terbentuk massa krim, massa krim tersebut kemudian ditimbang dan
dikirim ke ruang karantina untuk dilakukan pengujian oleh bagian quality control (QC).
Setelah bagian QC, menyatakan massa krim telah lulus pengujian akan dibuat Dokumen
Massa Krim yang telah kedalam Wadah Pot krim kemudian dikirim ke ruang
karantina sebagai produk ruahan dan dilakukan cek IPC oleh bagian quality control (QC).
Setelah bagian QC, menyatakan telah lulus pengujian, supervisor pengemasan akan
sekunder untuk produk sediaan krim antiaging ektrak propolis oleh PT. BOSS Pharm
BROSUR
Produk yang telah dimasukkan ke dalam wadah akhir tetapi belum diberi label
hendaklah dipisahkan dan diberi tanda untuk menjaga agar tidak tercampur dengan
produk lain. Pada akhir pengemasan dan pelabelan, hendaklah dilakukan penghitungan
kembali (rekonsiliasi) produk akhir yang diperoleh, sisa komponen wadah dan tutup,
pembungkus dan lain-lain. Rekonsiliasi ini dicatat pada Catatan Pengemasan Bets.
Hanya produk yang berasal dari satu bets pengemasan saja yang boleh ditempatkan
pada satu palet. Sisa bahan pengemas dikembalikan ke gudang, disertai catatan
perincian jumlah yang dipakai ataupun ditolak. Untuk yang ditolak hendaklah diproses
lebih lanjut sesuai dengan POB. Setiap bahan yang sudah diberi kode bets, tetapi tidak
menunggu pelulusan dari Bagian Pengawasan Mutu yang selanjutnya akan disimpan
Produk Jadi, Karantina, dan Pengiriman ke Gudang Produk Jadi. Semua label
yang berkaitan dengan produk jadi harus kelihatan dengan jelas. Produk yang sudah
diluluskan oleh Bagian Pengawasan Mutu dicatat pada kartu stok produk jadi. Bila
produk tidak lulus uji, harus segera diberi tanda sebagai produk ditolak dan