Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan
untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Selama tindakan perbaikan,
perlu adanya monitoring untuk memastikan bahwa hal tersebut berjalan sesuai dengan
rencana dan tujuan yang diinginkan tercapai, serta perlunya suatu mekanisme untuk
mencegah masalah tersebut terulang kembali di kemudian hari. Inspeksi diri
hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari
perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi diri
dilakukan secara rutin dan disamping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal
terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur
dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak
lanjut yang efektif.
Aspek-aspek
dalam
inspeksi
diri
Personalia
Bangunan termasuk fasilitas untuk personil
Perawatan bangunan dan peralatan
Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi
Peralatan
Pengolahan dan pengawasan-selama-proses
Pengawasan Mutu
Dokumentasi
Sanitasi dan higiene
Program validasi dan re-validasi
Kalibrasi alat atau sistem pengukuran
Prosedur penarikan kembali obat jadi
Penanganan keluhan
Pengawasan label; dan
Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
meliputi
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program yang telah
disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian Mutu.
Tim inspeksi diri adalah sebuah tim yang ditunjuk oleh perusahaan untuk melakukan
inspeksi diri. Tim ini terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan dibidangnya
masing-masing minimal 3 orang. Anggota tim sebaiknya berasal dari orang-orang
yang berkompeten dalam bidang bagian-bagian produksi, pengawasan mutu,
pemastian mutu, penelitian & pengembangan serta teknik. Selain kompeten, mereka
juga harus memiliki kesadaran tinggi bahwa betapa pentingnya pemastian mutu dalam
proses pembuatan obat serta harus memahami isi dari CPOB secara keseluruhan.
Anggota tim bisa berasal dari perusahaan atau bisa juga dari luar perusahaan. Anggota
dari luar memnugkinkan akan memberikan penilaian yang objektif. Hal terpenting
anggota haruslah independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi.
Jenis inspeksi/audit
- Audit Internal (dilakukan oleh perusahaan)
- Audit Eksternal (vendors)
- Audit oleh konsumen
- Audit oleh Badan Regulatory
INTERNAL AUDIT
Internal audit dilakukan oleh suatu organisasi terhadap sistem, prosedur dan
fasilitas yang dimilikinya. Peraturan di Eropa mensyaratkan suatu perusahaan farmasi
melaksanakan secara berulang self-inspections sebagai bagian dari sistem QA, untuk
mengawasi pelaksanaan dan kesesuaian dengan CPOB dan melakukan berbagai
tindakan perbaikan yang diperlukan. Di samping merupakan suatu persyaratan legal,
internal audit merupakan sesuatu yang vital dalam kegiatan bisnis. Sama pentingnya
dengan pengawasan terhadap status compliance terhadap peraturan yang berlaku,
pelaksanaan internal audit yang baik akan membantu menginformasikan dan
memberikan pengertian bahwa kualitas merupakan tanggung jawab setiap orang
sehingga akan memicu perbaikan yang berkelanjutan.
Internal audit terdiri dari tiga tingkat pendekatan :
Tingkat pertama dilaksanakan oleh staff dari bagian atau departemen itu sendiri.
Audit ini bersifat pendek dan terbatas dalam ruang lingkup, fokus terhadap masalah,
seperti rumah tangga dan dokumentasi.
Tingkat kedua dipimpin oleh bagian QA, terdiri dari staff independen selama
audit. Audit ini lebih panjang/lama, tetapi lebih jarang dilakukan, dan lebih
memperhatikan terhadap sistem daripada rumah tangga.
Tingkat ketiga dilakukan oleh corporate compliance group. Sebagai alternatif,
mungkin dapat digunakan eksternal konsultan. Audit ini sering dilakukan untuk
mengukur kesiapan terhadap regulatory audit, namun dapat juga dilakukan untuk
menemukan suatu masalah yang kompleks pada suatu aktifitas spesifik yang kritis.
EKSTERNAL AUDIT
Eksternal audit adalah audit yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap
vendors atau subcontractors. Tidak ada persyaratan legal untuk melaksanakan audit
ini, namun audit ini mutlak diperlukan, karena perusahaan perlu untuk mengenal
supplier dengan jelas. Apalagi jika proyek yang ada dikerjakan oleh kontraktor dari
luar, perusahaan harus menyakinkan bahwa kontraktor tersebut kompeten untuk
menyelesaikannya, dan compliance terhadap CPOB. Dengan melaksanakan audit ini
terdapat beberapa keuntungan bisnis yang penting:
1. Membangun pengetahuan dan kepercayaan dalam perencanaan hubungan kerja
(partnership).
Frekuensi inspeksi
Inspeksi diri yang menyeluruh meliputi semua bagian produksi,pengawasan
mutu,teknik dan gudang. Inspeksi diri yang dilakukan menyeluruh sebaiknya
dilakukan minimal setahun sekali. Inspeksi diri nantinya juga akan dilakukan perbagian sesuai kebutuhan perusahaan. Misalnya pada bagian produksi seperti produksi
sediaan steril,inspeksi akan lebih sering dilakukan namun kembali lagi sesuai
kebutuhan. Frekuensi pelaksanaan inspeksi diri ini nantinya harus tercantum dalam
prosedur tetap inspeksi diri dan bisa dilakukan tiap triwulan, setengah
tahunan,tahunan, insidentil. Frekuensi pelaksanaan inspeksi diri yang teratur akan
sedikit banyak mempengaruhi mutu obat yang diproduksi.
Audit mutu
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu
dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu.
Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim
yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
Kesimpulan
1. Inspeksi diri merupakan cara untuk mengevaluasi tata kerja.
2. Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi aspek produksi dan pengawasan mutu.
3. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
4. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan Penilaian sistem manajemen mutu.
Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan,
proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan
dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan.
Tujuan validasi adalah : Mengidentifikasi parameter yang kritis , Menerapkan batas
toleransi yang dapat diterima (acceptable criteria) dari masing-masing proses kritis
dan Memberi cara / metode pengawasan terhadap parameter proses yang kritis.
Kualifikasi :
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi.
Kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di industri
farmasi.
DQ : Kualifikasi Desain/ Design Qualification (DQ)
Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas,
sistem atau peralatan baru.
IQ : Kualifikasi Instalasi/ Instalation Qualification (IQ)
Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang
dimodifikasi, mencakup:
a. Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang hendaklah sesuai dengan spesifikasi
dan gambar teknik yang didesain.
b. Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan
dari pemasok.
c. Ketentuan dan persyaratan kalibrasi.
d. Verifikasi bahan konstruksi
OQ : Kualifikasi Operasional/ Operational Qualification (OQ)
Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai dilaksanakan,
dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional hendaklah mencakup:
- Kalibrasi
- Prosedur pengoperasian dan pembersihan
- Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif.
PQ : Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ)
sehingga semakin besar nilai akurasi dan semakin kecil nilai standar deviasi
relative maka metode analisa tersebut semakin baik.
b. Validasi proses produksi
Tujuan validasi produksi adalah :
1. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku
dan digunakan dalam proses produksi rutin, senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara terus-menerus.
2. Mengidentifikasi dan mengurangi problem yang terjadi selama proses produksi
dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang.
3. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi.
Jenis-jenis validasi dalam proses produksi:
Validasi prospektif, dilakukan untuk produk-produk baru yang belum
pernah diproduksi dan dilakukan pada 3 batch pertama. Produk yang
dihasilkan dalam validasi prospektif dapat dijual untuk komersialisasi.
Validasi konkruen, dialkukan untuk produk yang sudah diproduksi dan
terjadi perubahan pada parameter kritis seperti peralatan, cara pembuatan,
spesifikasi bahan baku, cara pengujian yang dapat mempengaruhi mutu
dan spesifikasi produk.
Validasi retrospektif, dilakukan untuk produk-produk yang sudah lama
diproduksi dan belum divalidasi, namun memerlukan data validasi sperti
pada saat registrasi ulang. Validasi ini dilakukan melalui penelusuran data
produksi yang sedang berjalan dari batch record minimum 10-20 batch.
Interpretasi hasil didasarkan pada hasil rata-rata, simpangan baku
relatif dan hasil uji ANAVA. Kriteria penerimaan bila proses produksi
dapat dinyatakan memenuhi persyaratan jika secara statistic menunjukkan
konsistensi hasil pada setiap batchnya dan seluruh parameter uji memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan pada spesifikasi produk yang
bersangkutan.
c. Validasi proses pengemasan
Validasi pengemasan perlu dilakukan karena sebagian besar kesalahan ada di
bagian proses pengemasan, kesalahan di bagian pengemasan sangat sulit dideteksi
dan ada anggapan bahwa proses pengemasan bukan proses yang penting sehingga
pengawasan sering diabaikan. Kemasan strip atau blister yang harus divalidasi
meliputi: jumlah tablet yang dikemas terhadap jumlah tablet yang dihasilkan,
penandaan (No.Batch, Mfg. Date, Exp.Date pada strip, dus, dan karton), tes
kebocoran strip/blister, jumlah tablet dalam strip/blister, jumlah strip/blister dalam
dus, jumlah dus dalam karton, kelengakapan (etiket, brosur, penandaan), kerapian.
Untuk kemasan botol (likuid) yang divalidasi meliputi: jumlah botol terhadap
jumlah likuid yang diproduksi, volume per botol, kebocoran (tutup), jumlah botol
dalam dus, jumlah dus dalam karton, kelengkapan (etiket, brosur, penandaan), dan
kerapian.
Tujuan validasi proses pengemasan adalah: