Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH PKN

NAMA : FERDI ARDIANSYAH


NPM : 41185009210004
SEMESTER 2 (dua)
 Pengertian HAM
Menurut C. de Rover dalam buku Hukum Hak Asasi Manusia
oleh A. Widiada Gunakaya, pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah
tindakan atau kelalaian oleh negara terhadap norma yang belum
dipidana dalam Hukum Pidana Nasional, tetapi merupakan norma
HAM yang telah diakui secara Internasional.
Sementara menurut UU No. 266/2000 tentang Pengadilan HAM,
pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja ataupun tidak sengaja
atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang atau sekelompok orang
yang dijamin oleh undang-undang tersebut. Singkatnya, pelanggaran
HAM erat kaitannya dengan pelanggaran terhadap asas-asas dan kaidah
hukum HAM.
Secara umum, pelanggaran HAM dapat disebabkan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut erat kaitannya
dengan rendahnya tingkat kesadaran HAM. Hal itu berpotensi
meningkatkan pelanggaran atas hak orang lain.

 Jenis pelanggaran HAM


Peristiwa TRISAKTI
1. Sejarah tragedi TRISAKTI
Tragedi Trisakti merupakan peristiwa penembakan yang terjadi pada tanggal 12
Mei 1998, terhadap sejumlah mahasiswa saat melakukan demonstrasi menuntut
Presiden Soeharto turun dari jabatannya.
Kala itu pemerintahan masa Orde Baru sudah berlangsung selama 32 tahun,
tepatnya dari tahun 1966 hingga 1998. Pemerintahan yang dipimpin oleh
Presiden Soeharto memiliki berbagai kebijakan yang baik untuk kelangsungan
Bangsa Indonesia. Namun, ada juga kebijakan yang dianggap tidak memihak
pada rakyat.
Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di
Jakarta,Indonesia serta puluhan lainnya luka. Mereka yang tewas adalah Elang
Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin Royan
(1976 - 1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1998).
Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-
tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan
empat mahasiswa Universitas Trisakti ini juga digambarkan dengan detail dan
akurat oleh seorang penulis sastra dan jurnalis, Anggie Dwi Widowati dalam
karyanya berjudul Langit Merah Jakarta.
2. Latar belakang tragedi TRISAKTI
Tragedi Trisakti dilatar belakangi oleh beberapa ontro seperti krisis politik,
krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan krisis hukum.
Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh
krisis finansial Asia sepanjang 1997-1999. Pemerintahan Presiden Soeharto
juga dinilai otoriter dan tidak menerima kritikan. Selain itu, kekuasaan
kehakiman berada dibawah ontrol dan campur tangan Presiden Soeharto.
Latar belakang krisis yang banyak terjadi di Indonesia pada masa Orde
Baru inilah yang menimbulkan krisis kepercayaan hingga membuat para
mahasiswa dan masyakarat melakukan demonstrasi besar-besaran di bulan Mei
1998.
3. Kronologi peristiwa tragedi TRISAKTI
Tragedi Trisakti terjadi tanggal 12 Mei 1988. Kala itu mahasiswa pun
melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung Nusantara, termasuk
mahasiswa Universitas Trisakti.
Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara
pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan
militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan
pihak Polri.
Akhirnya, pada pukul 17.15, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti
bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai
menembakkan peluru ke arah mahasiswa.
Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di
Universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan.
Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.Satuan
pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brimob, Batalyon
Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad,
Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam serta Pasukan
Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Steyr, dan SS-1.
Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak
dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan
membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan
kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut
hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan.
Peristiwa tersebut kemudian menyulutkan semangat mahasiswa hingga
adanya demonstrasi yang lebih besar pada 13-14 Mei 1998.Kondisi bangsa
yang semakin tidak terkendali akhirnya memaksa Soeharto untuk meletakkan
jabatannya di depan Mahkamah Agung pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 10.00
pagi. Pada saat yang sama, Soeharto kemudian menunjuk wakilnya B.J.
Habibie untuk menggantikan posisinya.
4. Pasal tragedi TRISAKTI
Dalam pasal 28A tersebut jelas diterangkan bahwa pasal tersebut menjamin hak
seseorang untuk hidup. Tetapi, dalam kasus Tragedi Trisakti 1998, para anggota
polisi dan militer/TNI yang terlibat dalam kasus itu telah merenggut hak hidup
mahasiswa Universitas Trisakti dengan cara menginjak, memukuli, dan
menembak mahasiswa secara brutal
5. Solusi tragedi TRISAKTI

Pertama, pemerintah melalui Komnas HAM, harus menyelidiki dengan


seksama tentang apa yang terjadi pada saat itu, penyebab timbulnya masalah,
dan siapa saja pelaku yang berperan serta dalam masalah itu.

Kedua, jika ternyata Komnas HAM dan pemerintah tidak sanggup


melakukan penegakan hak asasi manusia di Indonesia, maka kita harus
meminta lembaga yang lebih tinggi, yaitu PBB.

Hal ini bertujuan untuk mengambil alih kasus ini sebelum kasus ini
kadaluarsa dan ditutup. 
Ketiga, menghargai hak-hak asasi dari warga negara Indonesia, dengan
mengusahakan secara maksimal agar hak kita untuk hidup dijunjung tinggi,
begitu pula hak asasi lain seperti hak kita untuk memperoleh penghidupan yang
layak, perekonomian yang baik, kebebasan mengemukakan pendapat,
perlakuan yang sama dihadapan hukum, dan lain sebagainya.

Keempat, pemerintah yang berwenang harus menegakkan/menegaskan


hukum yang berlaku yang berkaitan dengan jaminan hak asasi manusia di
Indonesia, serta memberikan sanksi yang berat dan tegas bagi pelaku
pelanggaran hak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai