1
PELANGGARAN HAM
9
TRAGEDI
TRISAKTI 9
8
PENYEBAB TERJADINYA
TRAGEDI TRISAKTI
Tragedi Trisakti disebabkan oleh aksi penembakan oleh pihak
militer akibat demonstrasi besar-besaran yang berujung pada
tindak anarkis melawan pihak militer yang mewakili
pemerintah.
Ekonomi :
Krisis ekonomi dan juga Tragedi Trisakti yang melanda Indonesia
menyebabkan banyak warga yang merasa hak ekonominya hilang
karena kemerosotan perekonomian Indonesia
Politik :
Para Aparat telah mengambil hak berserikat dan hak
mengeluarkan pendapat dari Para Mahasiswa
Sosial-Budaya :
Pelaksanaan politik yang represif dan demokratis menyebabkan
konflik antara Etnis dan Agama, Semua itu menyebabkan hak hidup
dari beberapa etnis diberbagai daerah juga diabaikan yang dilakukan
antar sesama warga
D A M PA K T R A G E D I T R I S A K T I
T E R H A D A P K E H I D U PA N
M A S YA R A K AT D A N N E G A R A
1) Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden
Tewasnya 4 mahasiswa Universitas Trisakti sangat mengejutkan dan
mengakibatkan simpati masyarakat pada pemerintah menjadi berkurang.
Akibatnya, desakan agar Soeharto mundur pun terjadi.
2) Transportasi Terganggu
Suasana mencekam akibat kerusuhan selain mengakibatkan masyarakat
dilanda ketakutan yang luar biasa -- terutama warga keturunan etnis
Tionghoa -- juga menyebabkan kelumpuhan kegiatan ekonomi dan sosial
secara nasional untuk beberapa hari.
3) Perdagangan Lumpuh
Ratusan warga keturunan meninggalkan Indonesia sebagai dampak dari
kerusuhan tersebut yang berdampak pada lumpuhnya jaringan distribusi
perdagangan. Karena jaringan tersebut sebagian besar dipegang oleh warga
keturunan.
D A M PA K T R A G E D I T R I S A K T I
T E R H A D A P K E H I D U PA N
M A S YA R A K AT D A N N E G A R A
ABOUT US
4) Sekolah libur
Sebagian besar sekolah di Jakarta memperpanjang keputusan
meliburkan kegiatan belajar mengajar bagi anak didiknya. Tindakan itu
diambil terutama karena pertimbangan keselamatan peserta didik,
menyusul kondisi keamanan yang rawan.
Menurut Kelompok
Kejadian Trisakti seharusnya menjadi pelajaran
untuk pemerintahan yang melakukan KKN.
Kejadian ini seharusnya dengan cara damai,
dimana para aparat pemerintah yang
bertanggung jawab meminta maaf dan
memberikan santunan kepada keluarga yang
ditinggalkan
Upaya Penyelesaian Tragedi Trisakti
menurut
Kelompok dan Undang Undang
yang berlaku
Menurut Undang Undang
6 Juni 1998
Tiga minggu setelah tragedi terjadi, pengadilan militer untuk kasus
tragedi Trisakti dimulai di Mahkamah Militer 11-08 Jakarta dengan
terdakwa Lettu Polisi Agustri Heryanto dan Letda Polisi Pariyo.
31 Maret 1999
Enam terdakwa kasus Trisakti dihukum 2-10 bulan.
18 Juni 2001
Kasus penembakan terhadap empat mahasisiwa Universitas Trisakti
kembali disidangkan di Mahkamah Militer II-08 Jakarta. Persidangan
kali ini mengajukan sebelas orang anggota Brimob Polri.
Upaya Penyelesaian Tragedi Trisakti
menurut
Kelompok dan Undang Undang
yang berlaku
Menurut Undang Undang
9 Juli 2001
Rapat paripurna DPR RI mendengarkan hasil laporan Pansus TSS,
disampaikan Sutarjdjo Surjoguritno
30 Juli 2001
Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM Trisakti Semanggi I dan II
dibentuk oleh Komnas HAM.
Januari 2002
Sembilan terdakwa kasus penembakan mahasiswa Trisakti di Pengadilan
Militer dihukum 3-6 tahun penjara.
Upaya Penyelesaian Tragedi Trisakti
menurut
Kelompok dan Undang Undang
yang berlaku
Menurut Undang Undang
21 Maret 2002
KPP HAM Trisakti menyimpulkan 50 perwira TNI/Polri diduga terlibat dalam
pelanggaran HAM berat.
11 Maret 2003
Kejaksaan Agung menolak melakukan penyidikan untuk kasus Trisakti Semanggi I dan II
karena tidak mungkin mengadili kasus sebanyak 2 kali (prinsip ne bis in idem).
30 Juni 2005
Komisi Hukum dan HAM DPR merekomendasikan kepada pimpinan DPR RI agar kasus
Trisakti Semanggi I dan II dibuka kembali. Putusan terhadap hal ini akan dinyatakan
dalam rapat paripurna DPR RI, 5 Juli 2005. Dukungan juga datang dari Fraksi-fraksi di
DPR, yaitu F PKS, F PDIP dan F PDS.
Upaya Penyelesaian Tragedi Trisakti
menurut
Kelompok dan Undang Undang
yang berlaku
Menurut Undang Undang
6 Juli 2005
Rapat Pimpinan DPR gagal mengagendakan pencabutan rekomendasi Pansus DPR 2001
yang menyatakan kasus TSS bukan pelanggaran HAM berat
5 Maret 2007
Rapat Tripartit antara Komnas HAM, Komisi III dan Kejaksaan Agung RI. Dalam rapat
ini Kejaksaan Agung tetap bersikukuh tidak akan melakukan penyidikan sebelum
terbentuk pengadilan HAM ad hoc. Selain itu, Komisi III juga memutuskan pembentukan
Panitia Khusus (PANSUS) orang hilang.
13 Maret 2007
Rapat Badan Musyawarah (Bamus) DPR RI memutuskan tidak akan mengagendakan
persoalan penyelesaian tragedi TSS ke Rapat Paripurna pada 20 Maret nanti. Artinya,
penyelesaian kasus TSS akan tertutup dengan sendirinya dan kembali ke rekomendasi
Pansus sebelumnya.
Upaya Penyelesaian Tragedi Trisakti
menurut
Kelompok dan Undang Undang
yang berlaku
Menurut Undang Undang
April 2015
Jaksa Agung HM Prasetyo menyatakan pemerintah akan membentuk Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliasi untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM, termasuk kasus
penembakan 12 Mei 1998. Komisi itu terdiri dari Kementerian Koordinator Politik,
Hukum, dan Keamanan; Kejaksaan Agung ; Kepolisian Negara RI, Tentara Nasional
Indonesia; Badan Intelijen Negara; serta Komnas HAM.
30 Januari 2017
Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran berat HAM
Tragedi Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II (kasus TSS) melalui jalur non-yudisial atau
rekonsiliasi. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM) Imdadun
Rahmat mengatakan, keputusan tersebut diambil berdasarkan sikap politik pemerintah
saat ini