Anda di halaman 1dari 4

Marselina Sesaria Pratiknjo

X MiA 5 /17

NAPAK TILAS PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI INDONESIA

1. Kasus Kerusuhan Tanjung Priok 1984

Peristiwa kerusuhan yang terjadi pada 12 September 1984 di


Tanjung Priok, Jakarta, mengakibatkan sejumlah korban tewas
dan luka luka serta sejumlah gedung rusak terbakar.
Sekelompok massa melakukan defile sambil merusak sejumlah
gedung dan akhirnya bentrok dengan aparat yang kemudian
menembaki mereka. Setidaknya 9 orang tewas terbakar dalam
kerusuhan tersebut dan 24 orang tewas oleh tindakan aparat.
Pada tahun 1985, sejumlah orang terlibat dalam defile
tersebut lalu diadili dengan tuduhan tindakan subversif.
Tahun 2004 aparat militer diadili dengan tuduhan pelanggaran
HAM. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh dorongan pemerintah
orde baru agar semua ormas menggunakan azas tunggal
Pancasila. Penyebab Peristiwa ini adalah Perampasan brosur
yang mengkritik pemerintah di salah satu masjid di kawasan
Tanjung Priok dan penyerangan oleh massa kepada aparat.

2. Operasi Militer Indonesia di Aceh 1990-1998

Operasi Jaring Merah adalah operasi kontra-pemberontakan


yang diluncurkan pada awal 1990-an sampai 22 Agustus 1998
melawan gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh.
Selama periode tersebut, Aceh dinyatakan sebagai daerah
operasi Militer (DOM) dimana TNI diduga melakukan pelanggaran
HAM dalam skala besar dan sistematis terhadap pejuang GAM
maupun rakyat sipil Aceh. Operasi ini ditandai sebagai perang
paling kotor di Indonesia yang melibatkan eksekusi sewenang-
wenang, penculikan penyiksaan, penghilangan, dan pembakaran
desa. Operasi ini berakhir dengan penarikan hampir seluruh
personil TNI yang terlibat atas perintah Presiden BJ Habibie
pada tanggal 22 Agustus 1998 setelah jatuhnya presiden
Soeharto dan berakhirnya orde baru.

3. Tragedi Penembakan Mahasiswa Trisakti

Peristiwa Penembakan pada tanggal 12 Mei 1998 terhadap


Mahasiswa Trisakti pada saat demonstrasi menuntut Soeharto
untuk segera turun dari jabatannya. Kejadian ini
mengakibatkan tewasnya 4 mahasiswa Universitas Trisakti yaitu
Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin, Royan,
Hendriawan Sie, mereka tewas tertembak di dalam kampus,
terkena peluru tajam di tempat tempat vital seperti kepala,
tenggorokan, dada dan puluhan lainnya luka-luka. Ekonomi
Indonesia mulai goyah sehingga mahasiswa melakukan aksi
demonstrasi (aksi damai) dari Trisakti menuju gedung
Nusantara, namun aksi mereka di hambat oleh Polri dan militer
yang mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa dan banyak
korban lain yang ikut berjatuhan.

4. Tragedi Semanggi 1 (11-13 November 1998) Masa Transisi


Indonesia

Pemerintah Transisi Indonesia mengadakan sidang Istimewa


untuk menentukan pemilu berikutnya dan membahas agenda agenda
pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali
karena mereka tidak mengakui pemerintahan Bachruddin Jusuf
Habibie dan tidak percaya dengan anggota MPR/DPR orde baru.
Masyarakat dan mahasiswa menolak sidang istimewa MPR 1998 dan
juga menentang dwifungsi ABRI/TNI. Setiap hari mahasiswa dan
rakyat bergabung melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di
Jakarta 13 November 1998, mahasiswa dan rakyat sudah
bergabung mencapai daerah Semanggi di Universitas Atma Jaya.
Aparat sudah bersiaga mencoba membubarkan massa dan akhirnya
muncul penembakan membabibuta oleh aparat saat mahasiswa
sedang duduk di jalan. (beberapa mahasiswa tertembak dan
meninggal di jalan).

5. Tragedi Semanggi 2 (24 September 1998)

Menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan 11 orang lainnya


di seluruh Jakarta serta 217 korban lainnya luka-luka. Untuk
kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan kepada
aksi-aksi mahasiswa. Kala itu adanya pendesakan oleh
pemerintahan transisi untuk mengeluarkan UU Penanggulangan
Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak
kalangan sangat mmeberikan keleluasaan kepada militer untuk
melakukan keadaan Negara sesuai kepentingan militer. Oleh
karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk
bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB. Mahasiswa dari
Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak
di depan Universutas Atma Jaya.

6. Kasus Marsinah

Marsinah (lahir di Nglundo, 10 April 1969 adalah seorang


aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong,
Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan
terbunuh pada 8 Mei 1993 (usia 24 tahun) setelah menghilang
selama 3 hari. Latar belakang pembunuhan Marsinah adalah
Unjuk rasa dari Karyawan Perusahaan untuk menuntut kenaikan
gaji/ upah dari Rp. 1700 menjadi Rp.2250 dikarenakan surat
permohonan kenaikan gaji tidak dihiraukan oleh PT. CPS,
Marsinah pun geram dan berjanji akan membawa kasus ini ke
pengadilan. Mayat Marsinah ditemukan di hutan dusun Jegong,
desa Wilangan dengan tanda bekas penyiksaan berat berdasar
otopsi 1 san 2 dari Haryono (Pegawai kamar jenazah RSUD
Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (kepala bagian
Forensik RSUD Dr. Soetomo).

7. Petrus (Penembakan Misterius)

Penembakan Misterius / Petrus (Operasi Clurit) adalah suatu


operasi rahasia dari pemerintahan Suharto (1980-an) untuk
menanggulangi tingkat kejahatan yang sangat tinggi. Secara
umum, operasi ini adalah operasi penangkapan dan pembunuhan
orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan
ketentraman masyarakat Jakarta dan dan Jawa Tengah.
Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, oleh karena
itu dekenal dengan Petrus (Penembakan Misterius).
1983, 532 orang tewas, 367 orang tewas akibat luka tembakan
1984, 107 orang tewas, 15 orang tewas akibat luka tembakan
1985, 74 orang tewas, 28 orang tewas akibat luka tembakan

Anda mungkin juga menyukai