NAPAK TILAS PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) DI INDONESIA
1. Kasus Kerusuhan Tanjung Priok 1984
Peristiwa kerusuhan yang terjadi pada 12 September 1984 di
Tanjung Priok, Jakarta, mengakibatkan sejumlah korban tewas dan luka luka serta sejumlah gedung rusak terbakar. Sekelompok massa melakukan defile sambil merusak sejumlah gedung dan akhirnya bentrok dengan aparat yang kemudian menembaki mereka. Setidaknya 9 orang tewas terbakar dalam kerusuhan tersebut dan 24 orang tewas oleh tindakan aparat. Pada tahun 1985, sejumlah orang terlibat dalam defile tersebut lalu diadili dengan tuduhan tindakan subversif. Tahun 2004 aparat militer diadili dengan tuduhan pelanggaran HAM. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh dorongan pemerintah orde baru agar semua ormas menggunakan azas tunggal Pancasila. Penyebab Peristiwa ini adalah Perampasan brosur yang mengkritik pemerintah di salah satu masjid di kawasan Tanjung Priok dan penyerangan oleh massa kepada aparat.
2. Operasi Militer Indonesia di Aceh 1990-1998
Operasi Jaring Merah adalah operasi kontra-pemberontakan
yang diluncurkan pada awal 1990-an sampai 22 Agustus 1998 melawan gerakan separatis Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh. Selama periode tersebut, Aceh dinyatakan sebagai daerah operasi Militer (DOM) dimana TNI diduga melakukan pelanggaran HAM dalam skala besar dan sistematis terhadap pejuang GAM maupun rakyat sipil Aceh. Operasi ini ditandai sebagai perang paling kotor di Indonesia yang melibatkan eksekusi sewenang- wenang, penculikan penyiksaan, penghilangan, dan pembakaran desa. Operasi ini berakhir dengan penarikan hampir seluruh personil TNI yang terlibat atas perintah Presiden BJ Habibie pada tanggal 22 Agustus 1998 setelah jatuhnya presiden Soeharto dan berakhirnya orde baru.
3. Tragedi Penembakan Mahasiswa Trisakti
Peristiwa Penembakan pada tanggal 12 Mei 1998 terhadap
Mahasiswa Trisakti pada saat demonstrasi menuntut Soeharto untuk segera turun dari jabatannya. Kejadian ini mengakibatkan tewasnya 4 mahasiswa Universitas Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin, Royan, Hendriawan Sie, mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dada dan puluhan lainnya luka-luka. Ekonomi Indonesia mulai goyah sehingga mahasiswa melakukan aksi demonstrasi (aksi damai) dari Trisakti menuju gedung Nusantara, namun aksi mereka di hambat oleh Polri dan militer yang mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa dan banyak korban lain yang ikut berjatuhan.
4. Tragedi Semanggi 1 (11-13 November 1998) Masa Transisi
Indonesia
Pemerintah Transisi Indonesia mengadakan sidang Istimewa
untuk menentukan pemilu berikutnya dan membahas agenda agenda pemerintahan yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena mereka tidak mengakui pemerintahan Bachruddin Jusuf Habibie dan tidak percaya dengan anggota MPR/DPR orde baru. Masyarakat dan mahasiswa menolak sidang istimewa MPR 1998 dan juga menentang dwifungsi ABRI/TNI. Setiap hari mahasiswa dan rakyat bergabung melakukan demonstrasi ke jalan-jalan di Jakarta 13 November 1998, mahasiswa dan rakyat sudah bergabung mencapai daerah Semanggi di Universitas Atma Jaya. Aparat sudah bersiaga mencoba membubarkan massa dan akhirnya muncul penembakan membabibuta oleh aparat saat mahasiswa sedang duduk di jalan. (beberapa mahasiswa tertembak dan meninggal di jalan).
5. Tragedi Semanggi 2 (24 September 1998)
Menyebabkan tewasnya seorang mahasiswa dan 11 orang lainnya
di seluruh Jakarta serta 217 korban lainnya luka-luka. Untuk kesekian kalinya tentara melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa. Kala itu adanya pendesakan oleh pemerintahan transisi untuk mengeluarkan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya (UU PKB) yang materinya menurut banyak kalangan sangat mmeberikan keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan Negara sesuai kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB. Mahasiswa dari Universitas Indonesia, Yun Hap meninggal dengan luka tembak di depan Universutas Atma Jaya.
6. Kasus Marsinah
Marsinah (lahir di Nglundo, 10 April 1969 adalah seorang
aktivis dan buruh pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang diculik dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 (usia 24 tahun) setelah menghilang selama 3 hari. Latar belakang pembunuhan Marsinah adalah Unjuk rasa dari Karyawan Perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji/ upah dari Rp. 1700 menjadi Rp.2250 dikarenakan surat permohonan kenaikan gaji tidak dihiraukan oleh PT. CPS, Marsinah pun geram dan berjanji akan membawa kasus ini ke pengadilan. Mayat Marsinah ditemukan di hutan dusun Jegong, desa Wilangan dengan tanda bekas penyiksaan berat berdasar otopsi 1 san 2 dari Haryono (Pegawai kamar jenazah RSUD Nganjuk) dan Prof. Dr. Haroen Atmodirono (kepala bagian Forensik RSUD Dr. Soetomo).
7. Petrus (Penembakan Misterius)
Penembakan Misterius / Petrus (Operasi Clurit) adalah suatu
operasi rahasia dari pemerintahan Suharto (1980-an) untuk menanggulangi tingkat kejahatan yang sangat tinggi. Secara umum, operasi ini adalah operasi penangkapan dan pembunuhan orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat Jakarta dan dan Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas dan tak pernah tertangkap, oleh karena itu dekenal dengan Petrus (Penembakan Misterius). 1983, 532 orang tewas, 367 orang tewas akibat luka tembakan 1984, 107 orang tewas, 15 orang tewas akibat luka tembakan 1985, 74 orang tewas, 28 orang tewas akibat luka tembakan