Anda di halaman 1dari 17

Muhammad Rafli Syahlani

XII- Kimia Analisis

KASUS KASUS YANG DITANGANI OLEH LEMBAGA PENEGAK


HUKUM

 Contoh kasus kasus kepolisian dari Jakarta, IDN Times

1. Pembunuhan berencana Brigadir oleh Ferdy Sambo


Kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J menjadi
kasus paling heboh di Mabes Polri. Sebab, kasus ini membuka kotak pandora keterlibatan pejabat Polri
di dalamnya, yakni Eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo bersama istrinya Putri Candrawathi.
Selain itu, pembunuhan itu juga melibatkan para ajudan Ferdy Sambo, yakni Bharada Richard Eliezer
alias Bharada E, Bripka Ricky Rizal, dan sang sopir keluarga, Kuat Ma’ruf.
Kasus ini terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo yang berada di Kompleks Polri, Duren Tiga,
Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022. Namun peristiwa berdarah ini baru terungkap pada 11 Juli 2022.
Saat itu, kasus mencuat dengan skenario polisi tembak polisi antara Yosua dan Bharada E yang dibuat
oleh Sambo. Yosua disebut dipergoki Bharada E setelah melakukan pelecehan seksual di kamar
pribadi Putri Candrawathi.
Keduanya pun terlibat baku tembak hingga menyebabkan Yosua tewas dengan luka tujuh tembakan
masuk dan enam tembakan keluar.
Skenario polisi tembak polisi ini pun terbongkar boroknya setelah Bharada E memutuskan
untuk menjadi justice collaborator dan mengungkap kasus sebenarnya yaitu pembunuhan Yosua oleh
Sambo.
Akibat peristiwa ini, Polri menetapkan kelimanya sebagai tersangka pembunuhan berencana dengan
ancaman Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 56 ke-
1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Saat ini kelimanya tengah menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan untuk
menghadapi dakwaan pidana maksimal hukuman mati, penjara seumur hidup atau selama-lamanya 20
tahun.

2. Obstruction of Justice pembunuhan berencana Yosua


Selain lima tersangka pembunuhan berencana Yosua, Polri juga menetapkan tujuh
tersangka obstruction of justice atau menghalangi penyidikan kasus kematian Brigadir J. Mereka
adalah Ferdy Sambo, Hendra Kurniawan, Agus Nurpatria, Chuck Putranto, Baiquni Wibowo, Arif
Rachman, dan Irfan Widyanto.
Tujuh terdakwa dalam kasus ini dijerat Pasal 49 Jo Pasal 33 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo Pasal 55
Ayat (1) ke-1 KUHP.
Keenam anggota polisi tersebut menuruti perintah Ferdy Sambo yang kala itu menjabat sebagai
Kepala Divisi (Kadiv) Propam Polri untuk menghapus CCTV di tempat kejadian perkara (TKP) lokasi
Brigadir J tewas.
Para tersangka ini juga dijerat dengan Pasal 48 Jo Pasal 32 Ayat (1) UU Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Selain itu, enam anggota polisi yang kala itu merupakan anak buah Ferdy Sambo dijerat dengan Pasal
221 Ayat (1) ke-2 Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
3. Kasus tambang ilegal Ismail Bolong
seret nama Kabareskrim Polri
Timur,
Setelah kasus pembunuhan
berencana Yosua, tak lama kemudian
timbul kasus tambang ilegal di Kalimantan
Timur yang melibatkan eks anggota Polres
Samarinda, Ismail Bolong. Kasus ini turut
mencoreng nama baik Polri yang sudah
tercoreng sebelumnya oleh kasus Yosua.
Sebab, berdasarkan laporan hasil
penyelidikan (LHP) Propam Polri, Ismail
mengaku menyuap Kabareskrim Polri,
Komjen Pol Agus Andrianto dalam rangka
membekingi tambang ilegal yang ia geluti bersama istri dan anaknya.
Dugaan suap Kabareskrim ini awalnya terungkap dari video testimoni Ismail. Namun Ismail
kembali mengunggah video testimoni yang membantah pengakuan sebelumnya.
Ia menyebut, saat itu mendapati tekanan ketika diinterogasi oleh Hendra Kurniawan yang saat itu
menjabat sebagai Karo Paminal Propam Polri.
Namun hingga kini Polri belum mengusut dugaan suap tambang ilegal Ismail Bolong kepada
Kabareskrim itu. Polri hanya menetapkan tiga tersangka dalam kasus itu, termasuk Ismail Bolong
dengan dua tersangka lainnya yakni Budi (BP) sebagai penambang batu bara tanpa izin dan Rinto (RP)
selaku Kuasa Direktur PT EMP.

4. Irjen Teddy Minahasa terlibat peredaran narkoba

Irjen Teddy Minahasa juga turut menyumbang daftar buruk kasus yang mencoreng nama baik
Polri. Ia diduga terlibat dalam mengendalikan peredaran narkoba.
Temuan pihak kepolisian, Irjen Teddy Minahasa disebut merupakan pengendali narkoba jenis sabu
seberat lima kilogram.
Berdasarkan keterangan A dan L, masih ada barang bukti yang disimpan oleh tersangka yang
juga seorang polisi, AKBP D. Kemudian pihak kepolisian mengusut AKBP D dan mendalami terkait
peredaran narkoba tersebut.
Dari pengakuan AKBP D, terungkaplah keterlibatan Irjen Teddy Minahasa dalam kasus narkoba jenis
sabu itu.
Namun hanya 3,3 kilogram sabu yang diamankan, sedangkan 1,7 kilogram sabu sudah dijual oleh
AKBP D. Adapun 1,7 kilogram sabu itu diedarkan di Kampung Bahari, Jakarta Utara.

5. Korupsi donasi Boeing oleh ACT


Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri menetapkan pendiri lembaga
filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin dan Presiden ACT, Ibnu Khajar, sebagai tersangka
dalam kasus dugaan korupsi dana sosial korban kecelakaan pesawat Lion Air Boeing JT-610 yang
terjadi pada 18 Oktober 2018.
Selain Ahyudin dan Ibnu Khajar, Bareskrim juga menetapkan dua anggota pembina ACT, HH
dan NIA, sebagai tersangka. Penetapan tersangka ini dilakukan setelah penyidik melakukan gelar
perkara pada Senin (25/7/2022).
“Keempatnya pada pukul 15.50 WIB telah ditetapkan sebagai tersangka,” kata Wadir Tipideksus,
Kombes Helfi Assegaf, di Mabes Polri.
Sebelumnya, Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, mengatakan, dana
sosial Rp138 miliar diduga digunakan untuk gaji dan fasilitas petinggi ACT.
“Sebagian dana sosial/CSR tersebut dimanfaatkan untuk pembayaran gaji ketua, pengurus, pembina,
serta staf pada Yayasan ACT dan juga digunakan untuk mendukung fasilitas serta
kegiatan/kepentingan pribadi Ketua Pengurus/Presiden (Ahyuddin) dan wakil Ketua Pengurus/Vice
President,” kata Ramadhan dalam keterangan tertulisnya, Minggu (10/7/2022).
Ramadhan menjelaskan, ACT dalam hal ini mengelola dana sosial atau CSR dari pihak
Boeing untuk disalurkan kepada ahli waris para korban kecelakaan pesawat Lion Air. Namun pada
pelaksanaan penyaluran dana sosial tersebut, para ahli waris tidak diikutsertakan dalam penyusunan
rencana dan pelaksanaan penggunaan dana sosial.
“CSR tersebut dan pihak Yayasan ACT tidak memberitahu kepada pihak ahli waris terhadap
besaran dana sosial/CSR yang mereka dapatkan dari pihak Boeing, serta pengunaan dana sosial/CSR
tersebut,” kata Ramadhan.

Adapun modus operandi yang dilakukan Ahyudin dan Presiden ACT, Ibnu Khajar, yakni diduga
melakukan penyimpangan sebagian dana sosial dari pihak Boeing tersebut untuk kepentingan pribadi
masing-masing, berupa pembayaran gaji dan fasilitas pribadi.
“Bahwa pasca-kejadian kecelakaan tersebut, para ahli waris korban dihubungi oleh pihak yang
mengaku dari ACT meminta untuk memberikan rekomendasi kepada pihak Boeing untuk penggunaan
dana CSR tersebut dikelola oleh pihak ACT, dimana dana sosial/CSR diperuntukkan membangun
fasilitas pendidikan sesuai dengan rekomendasi dari ahli waris para korban,” ujar Ramadhan.
Dalam kecelakaan pesawat Lion Air Boeing JT610, pihak Boeing memberikan dua jenis dana
kompensasi yaitu dana santunan tunai kepada ahli waris para korban masing-masing sebesar 144.500
dolar AS atau setara dengan Rp2.066.350.000.
Dana tersebut tidak dapat dikelola langsung oleh para ahli waris korban, melainkan harus
menggunakan lembaga atau yayasan yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak
Boeing. Salah satu persyaratan tersebut adalah lembaga/yayasan harus bertaraf internasional.
Akibat peristiwa ini, Ahyudin dan Ibnu Khajar dijerat pasal tindak pidana penggelapan dan
atau penggelapan dalam jabatan dan atau tindak pidana informasi dan transaksi elektronik dan atau
tindak pidana yayasan dan atau tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 372
KUHP dan atau; Pasal 374 KUHP dan atau; Pasal 45A Ayat (1) Jo Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dan atau;
Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) Jo Pasal 5 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagaimana telah
diubah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan dan atau; Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
“Dengan ancaman pidana paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,” kata
Ramadhan.
6. Robot trading Fahrenheit dengan kerugian korban ratusan
miliar
Kasus robot trading Fahrenheit dilaporkan terkait
perkara dugaan tindak pidana menawarkan produk tidak sesuai
janji, itikad iklan atau promosi, dan pelaku usaha distribusi.
Selain itu, robot trading itu juga diduga menerapkan sistem
skema piramida (ponzi) atau pelaku usaha yang melakukan
distribusi penjualan tanpa memiliki izin, serta tindak pidana
pencucian uang (TPPU) terkait penjualan paket robot trading
Fahrenheit.
Tindak pidana tersebut sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Perlindungan Konsumen, perdagangan dan
pelanggaran TPPU di wilayah Jakarta, Surabaya, dan sejumlah
wilayah lain di Indonesia.
Penyidik dari Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri
telah memeriksa sebanyak 31 orang saksi korban dalam kasus robot trading Fahrenheit. Para korban
kasus ini secara total mengalami kerugian sebanyak Rp127,9 miliar.
Akibat peristiwa ini, Polri menetapkan 10 orang tersangka, termasuk bos robot trading Fahrenheit,
Hendry Susanto. Dia resmi ditahan usai diperiksa pada Senin (21/3/2022) di Rumah Tahanan
Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.

8. Robot trading DNA PRO dengan kerugian korban Rp97 miliar/Istimewa)


Masih pada tahun yang sama, kasus robot trading DNA Pro juga sempat heboh. Kasus ini juga
dilaporkan ke Bareskrim Polri dengan total kerugian dari korban yang melapor diperkirakan mencapai
Rp97 miliar.
Modus penipuan DNA Pro adalah dengan menjadi pusat pendidikan dan pelatihan yang
memberikan nasehat dalam melakukan trading bagi para anggotanya. Namun, nyatanya
robot trading DNA Pro adalah perusahaan yang ilegal.
Pada 18 April 2022, Polri telah mengajukan penerbitan red notice untuk memburu 3 orang
tersangka atas kasus investasi bodong via robot trading DNA Pro yang diduga berada di luar negeri.
Sejauh ini, Polri telah menetapkan 12 tersangka. Keenam tersangka yang telah ditangkap di antaranya
adalah Robby Setiadi, Yosua, Russel, Stefanus Richard, Jerry Gunandar, dan Frankie.

7. Robot trading Net89 dengan kerugian korban Rp28 miliar

Sebanyak 230 korban penipuan investasi berkedok robot trading Net89 melaporkan sejumlah
publik figur ke Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus (Ditipideksus) Bareskrim Polri, Rabu
(26/10/2022).
Publik figur yang dilaporkan adalah Atta Halilintar, Taqy Malik, Kevin Aprilio, Adri Prakarsa, hingga
Mario Teguh. Kelimanya diduga mendapat aliran uang hasil tindak pidana pencucian uang (TPPU).
“Ada lima orang yang diduga publik figur memiliki peranan ikut serta terlibat,” kata pengacara
korban, Zainul Arifin di Mabes Polri.
Atta Halilintar diduga menerima hasil penipuan robot trading dari pendiri Net89, Reza Paten yang
berasal dari hasil lelang bandana milik selebgram itu sebesar Rp2,2 miliar.
“Kalau dibaca Pasal 5 itu kan mentransfer, menerima hibah itu bisa kena Pasal 5 TPPU. Nah ini kan
hasil uang yang dikasih oleh Reza Paten sebagai founder Net89 itu kepada Atta Halilintar,” ujar
Zainul.
“Bentuknya untuk membangun masjid, tepat ibadah sama dengan DNA Pro, bentuknya artis menerima
hasil kerja tapi kan hasil yang dia terima dari kejahatan makanya penting UU TPPU itu untuk
diterapkan pada perkara ini,” imbuhnya.
Sama seperti Atta, selebgram Taqy Malik juga diduga menerima aliran dana hasil TPPU sebesar
Rp700 juta dari hasil lelang sepeda Brompton.
Sementara itu, pianis group band Vierratale, Kevin Aprilio berperan sebagai brand
ambassador Net89. Ia diduga mempromosikan Net89 melalui media sosial.
Sama seperti Kevin, drumer grup band Nidji, Adri Prakarsa dan Mario Teguh juga berperan sebagai
duta merek Net89.
“Lima orang publik figur tersebut dapat dikenakan Pasal 5 ayat (1) Jo Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, dan
Pasal 45A ayat (1) Jo Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,” ujar Zainul.
Adapun kerugian yang dialami korban penipuan robot trading Net89 mencapai total Rp28
miliar. Kerugian yang dialami para korban juga berbeda-beda dari minimal Rp1,5 juta hingga
maksimal Rp1,8 miliar.
Para pelaku yang diduga melakukan perbuatan melawan hukum tersebut menggunakan modus
menawarkan paket investasi trading dengan skema ponzi dan investasi robot trading berkedok MLM.
Para pelaku menjanjikan keuntungan dari paket investasi tersebut sekitar 1 persen per hari atau 20
persen per bulan hingga 200 persen per tahun sebagai modus penipuan untuk menarik minat para
korban.
“Ada 134 para pelaku yang diduga melakukan kejahatan untuk menguntungkan diri sendiri
dan atau orang lain yang kami laporkan atau sampaikan kepada pihak tim penyidik Dittipideksus
Bareskrim Mabes Polri,” pungkas Zainul.
10. KSP Indosurya rugikan nasabah Rp106 triliun
Kasus KSP Indosurya juga sempat ditangani Mabes Polri lantaran merugikan ribuan nasabah Rp106
triliun. KSP Indosurya dalam modusnya, menjanjikan bunga tinggi 9 sampai 12 persen per tahun.
Nilai bunga itu bahkan lebih tinggi dari deposito bank konvensional yang berkisar antara 5 persen
sampai 7 persen. Kemudian terjadi gagal bayar yang dialami sejumlah nasabah pada 10 Februari 2020.
Sejumlah nasabah menerima surat dari KSP Indosurya yang menyatakan uang mereka yang berada di
deposito tidak bisa dicairkan pada 24 Februari 2020.
Setelah itu, para nasabah mulai mengeluh tidak bisa menarik simpanan pokok dan imbal hasil
yang dijanjikan KSP Indosurya.
Saat itu KSP Indosurya memberi syarat nasabah baru bisa mencairkan uang dalam jangka waktu 6
bulan sampai 4 tahun tergantung nilai asset under management (AUM).
Pada Maret 2020, para nasabah KSP Indosurya diberi tahu melalui pesan WhatsApp yang
menyatakan mereka bisa menarik tabungan dengan batas Rp1 juta per nasabah.
Sejak saat itu, para nasabah mulai resah. Beberapa nasabah kemudian mulai membuat laporan
ke polisi secara mandiri atau kolektif terkait dugaan penipuan KSP Indosurya.
Beberapa nasabah kemudian mulai membongkar permainan di KSP Indosurya. Salah satunya
adalah status mereka yang menanamkan uang di KSP Indosurya.
Ternyata untuk menjadi anggota KSP Indosurya para peserta harus menyetor simpanan wajib sebesar
Rp20 juta dan simpanan pokok sebesar Rp500 setiap bulan.
Selain itu, KSP Indosurya juga diduga memanipulasi informasi produk investasi yang dibuat
seolah-olah menyerupai deposito kepada peserta guna menarik nasabah. Padahal mereka berbentuk
koperasi.
Sejumlah nasabah yang tidak bisa menarik dana mereka akhirnya melaporkan KSP Indosurya
ke Bareskrim Polri. Penyidik Bareskrim Polri kemudian menangkap Henry Surya dan Cipta June
Indria pada akhir Februari 2022.
8. Polri tetapkan 6 tersangka tragedi Kanjuruhan
yang tewaskan ratusan orang

Kapolri, Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo,


mengumumkan penetapan enam tersangka dalam
insiden Stadion Kanjuruhan yang menewaskan
ratusan orang di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Keenam tersangka yaitu, AHL, Direktur PT LIB,
AH, ketua panitia penyelenggara dari pertandingan
di Stadion Kanjuruhan, SS, security office, Wahyu SS, Kabag Ops Polres Malang, H, Brimob Polda
Jatim, TSA, Kasat Samapta Polres Malang.
Para tersangka disangkakan dengan Pasal 359 KUHP dan Pasal 360 junto Pasal 103 juncto
pasal 52 UU RI Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.
Penetapan tersangka ini dilakukan usai terjadinya peristiwa kerusuhan saat pertandingan sepak bola
antara Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan Malang selesai digelar pada 1 Oktober 2022.
Berdasarkan data Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), peristiwa ini menimbulkan
korban sebanyak 712 orang, dengan rincian 132 orang meninggal dunia, 96 orang luka berat, dan 484
orang luka ringan atau sedang.

9. Anggota Polres Tana Toraja (Tator) Aipda Aksan ungkap korupsi mobil dinas atasannya

Polri mengirim sejumlah penyidik ke Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk menyelidiki kasus yang
diduga melibatkan sejumlah anggota Polri.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Komang Suartana, mengonfirmasi
kedatangan tim Mabes Polri. Dia mengatakan, tim yang dikirim bertugas menyelidiki pernyataan
Aipda Aksan, anggota Polres Tana Toraja (Tator) yang viral.
"Sudah, mereka (tim Mabes Polri) sudah ada dari kemarin di sini (Sulsel). Tim yang datang ini
dari Divisi Propam Paminal Mabes Polri," ungkap Kombes Komang kepada IDN Times Sulsel saat
dikonfirmasi, Rabu (7/12/2022).
Aipda Aksan, anggota Bhabinkamtibmas di Tator beberapa waktu lalu viral di media sosial, usai
videonya yang meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membersihkan institusi Polri
dari mafia yang bersarang di tubuh Polri.
Dalam video itu, salah satu poin yang dikatakan Aipda Aksan adalah saat ia masih bertugas di
Polres Palopo dan kini dipindahkan ke Polres Tator. Hal itu terjadi karena Aksan mengaku
membongkar dugaan korupsi mobil dinas yang dilakukan atasannya.
"Rekaman video itu opini negatif tentang institusi Polri dan kemudian tersebar, itu tidak dapat
dipertanggungjawabkan soal kebenarannya, karena tidak didukung data dan bukti-bukti," ujar Komang
beberapa waktu lalu kepada wartawan.
Video berdurasi 2 menit 13 detik itu juga menayangkan Aipda Aksan yang terlihat secara
yakin dan percaya diri, mengatakan Polri sudah tidak bagus. Pertama, masuk polisi harus bayar.
Kedua, mau pindah harus bayar. Ketiga, kalau mau jadi perwira harus bayar.
"Seperti yang saya alami, saya dimutasi dari Polres Palopo ke Tana Toraja, karena saya membongkar
perbuatan Kapolres (Palopo) AKBP Alfian Nurnas yaitu korupsi kendaraan dinas Polres Palopo,
BBM, dan sebagainya," kata Aipda Aksan.
Pernyataan Aipda Aksan itu, kata Komang, dipicu sikap keberatan dan kecewa setelah dirinya
dimutasi dari Polres Palopo ke Polres Tana Toraja karena ia dilaporkan telah mempreteli sepeda motor
dinasnya.
"Aipda A ini sebelumnya diperiksa Propam Polres Palopo karena dia telah mempreteli sepeda motor
dinas, tapi dia itu dimutasi ke Polres Tator sehingga kasus dan penanganan perkaranya dilimpahkan ke
Propam Polres Tator," jelas Komang.
"Sekarang Propam Polres Tator juga sudah melakukan sidang disiplin dengan putusan penundaan
pendidikan selama 6 bulan, itu hasil sidang di Polres Tator," lanjutnya.

9. Pemerasan korban jam tangan mewah Richard Mile oleh anggota Bareskrim Polri
Tony Sutrisno melalui kuasa hukumnya Heroe Waskito memberikan sebuah surat dari Divisi
Propam Polri yang isinya adalah pengembalian uang pemerasan.
Dalam surat tersebut, tertulis diduga pelaku pemerasan, yakni Kombes Rizal Irawan, sudah
mengembalikan uang sebesar 181.600 dolar AS. Pengembalian uang tercatat dalam surat itu pada 6
April 2022.
Selain Rizal, AKBP Ariawibawa juga tertulis telah mengembalikan sebesar Rp25.000.000.
Selanjutnya, Kompol Teguh mengembalikan sekitar Rp200 juta lebih, dengan rincian Rp195.000.000,
Rp19.100.000, dan 1.000 dolar Singapura. Terakhir, Ipda Adhi Romadhona mengembalikan sebesar
44.400 dolar AS kepada Tony sebagai korban.
Dalam dokumen Berita Acara Serah Terima Tahap 1 tertulis bahwa uang tersebut merupakan
barang bukti dalam perkara kode etik profesi Polri yang diserahkan dari pihak pertama kepada pihak
kedua dalam rangka keperluan tindak lanjut putusan sidang komisi kode etik. Dalam dokumen juga
tertera tanda tangan penyerahan uang.
Namun, uang yang dikembalikan belum mencukupi dari semua uang yang diserahkan Tony,
yakni Rp3,7 miliar. Uang itu diminta para polisi itu dalam menangani kasus penipuan oleh perusahaan
arloji ternama Richard Mille Jakarta yang diduga menggelapkan uang Tony sebesar Rp77 miliar.
"Uang itu masih ada beberapa yang tersisa, termasuk 19.000 dolar Singapura yang diambil Andi Rian
Djajadi (mantan Dirtipidum Bareskrim Polri). Kami ingin uang itu dikembalikan semua dan proses
hukum harus terus dilanjutkan," kata Heroe.
Para pelaku disebut telah menjalani sidang komisi kode etik Polri (KKEP) dan masing-masing
mendapat hukuman demosi. Hukuman itu dinilai belum cukup. Anggota polisi yang melakukan
pemerasan itu diharapkan juga dikenakan sanksi pidana agar kasus pemerasan di Korps Bhayangkara
tak terulang.
Kabareskrim Polri, Komjen Agus Andrianto, secara tidak langsung membenarkan adanya pemerasan
terhadap korban oleh anggotanya. Namun, dia tidak membeberkan detail bentuk pemerasan.
"Tanyakan ke Propam ya. Mereka yang periksa dan sudah menghukum, bahkan ada yang
mengembalikan," kata Agus saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.

10. Obat sirup berakibat gagal ginjal akut pada anak

Ratusan anak telah menjadi korban kasus gagal ginjal akut yang didiuga akibat konsumsi obat
sirup dengan bahan kimia di luar ambang batas dalam kurun waktu sebulan
Dalam kasus gagal ginjal akut pada anak, Bareskrim Polri menetapkan tiga tersangka. Dua di
antaranya merupakan korporasi dan sisanya perorangan.
Untuk tersangka korporasi yakni, CV Samudera Chemical dan PT Afi Farma. Dua perusahaan
farmasi itu dianggap melakukan tindak pidana memproduksi obat atau mengedarkan sediaan farmasi
yang tidak memenuhi standar, baik dari sisi keamanan hingga kemanfaatan.
Sementara untuk tersangka perorangan yakni pemilik CV Samudera Chemical berinisial E. Saat ini,
keberadaanya sedang diburu.

11. Peretasan situs pemerintah oleh Bjorka

Polri menetapkan satu orang sebagai tersangka kasus kebocoran data pemerintahan
oleh hacker atau peretas Bjorka, tersangka berinisial MAH usia 21 yang telah diamankan di wilayah
Madiun, Jawa Timur, pada Rabu (14/9/2022) lalu.
"MAH statusnya tersangka dan saat ini sedang diproses oleh Timsus," kata Juru Bicara Divisi
Humas Polri, Kombes Pol. Ade Yaya Suryana di Mabes Polri.
Meski telah ditetapkan tersangka, namun MAH tidak dilakukan penahanan oleh Tim Khusus (Timsus)
yang dibentuk oleh pemerintah yang terdiri dari beberapa lembaga yakni Polri, Kemenko Polhukam,
Kominfo, BSSN, dan BIN.
"Belum (ditahan) kan. (Statusnya) sedang diproses dan tidak dilakukan penahanan karena kooperatif,"
ujar Ade.
Adapun MAH diamankan oleh Timsus pada Rabu di Madiun, Jawa Timur. Dari hasil pendalaman
yang dilakukan, ia diketahui terlibat dengan peretas Bjorka.
Ade menjelaskan, MAH berperan sebagai penyedia kanal (akun) Telegram dengan 'Bjorkanism'.
"Akun Telegram tersebut digunakan untuk mengunggah postingan milik Bjorka yang ada di
website (laman)," ungkap Ade.
Dari hasil pemeriksaan, tersangka MAH pernah mengunggah sebanyak tiga kali di akun telegram
Bjorkanizem, yakni tanggal 8 September 2022 dengan tulisan 'stop being idiot'. Kemudian unggahan
tanggal 9 September dengan tulisan 'The next leak will come from the president of Indonesia'.

12. Bom Polsek Astana Anyar

Sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi di Polsek Astana Anyar, Bandung, Jawa Barat, Rabu
(7/12/2022) yang terjadi pukul 08.20 WIB.
Kapolri, Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, mengatakan, pelaku bom bunuh diri di Polsek Astana
Anyar protes soal Rancangan Undang-undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP)
yang disahkan menjadi UU pada rapat paripurna DPR RI, Selasa (6/12/2022).
“Ada belasan kertas yang bertuliskan protes penolakan terhadap rancangan UU KUHP yang
baru disahkan di dalamnya membahas masalah zinah dan sebagainya. Tentunya ini semua didalami,”
ujar Sigit dalam jumpa persnya, Rabu (7/12/2022).
Pelaku merupakan eks napi teroris yang baru bebas pada 2021. Ia teridentifikasi sebagai Agus Sujarno
alias Agus Muslim.
“Yang bersangkutan pernah ditangkap karena bom Cicendo. Sempat dihukum empat tahun,
September 2021 lalu bebas,” kata Kapolri.
Agus terafiliasi dengan kelompok Jemaah Anshorut Daulah (JAD) Bandung, Jawa Barat.
“Tim bekerja menuntaskan peristiwa yang terjadi,” ujar Kapolri.
Akibat peristiwa ini, pelaku tewas di tempat. Satu polisi pun dinyatakan kritis dan meninggal
dunia, serta 11 orang alami luka-luka.
“10 anggota dan 1 masyarakat yang luka. Satu anggota dalam keadaan kritis meninggal dunia,” ujar
Kapolri.

 Contoh kasus kasus kejaksaan dari detik.com


1. Kasus Jiwasraya
Pertama, kasus yang mendapatkan perhatian publik adalah kasus Jiwasraya. Kejagung menetapkan
enam tersangka, yaitu Benny Tjokro, Komisaris PT Hanson International Tbk; Heru Hidayat, Presiden
Komisaris PT Trada Alam Minera (Tram); Hendrisman Rahim, mantan Direktur Utama PT Asuransi
Jiwasraya (Persero); Hary Prasetyo, mantan Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero);
Syahmirwan, mantan Kepala Divisi Investasi dan Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (Persero); serta
terakhir Direktur PT Maxima Integra bernama Joko Hartono Tirto.

Mereka juga telah didakawa oleh jaksa penuntut umum di Pengadilan Tipikor Jakarta. Para petinggi
Jiwasraya didakwa memperkaya diri dengan merugikan negara senilai Rp 16 triliun.
Raih WTP, Kejagung Diminta Lanjutkan Kasus Jiwasraya & Djoko Tjandra
Sementara untuk pengusaha Benny Tjokro didakwa memperkaya diri melalui transaksi pembelian dan
penjualan saham dengan pejabat Jiwasraya sehingga menimbulkan kerugian negara Rp 16 triliun.
Selain itu, Benny juga didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Hingga saat ini Kejagung masih mengembangkan kasus korupsi Jiwasraya ini. Mereka juga sudah
memanngil seujumlah pihak seperti pejabat OJK dan beberapa karyawan Jiwasraya. Kejagung
menyelidiki ada keterlibatan orang lain atau tidak dalam kasus ini.
2. Kasus Djoko Tjandra yang menyeret Jaksa Pinangki
Djoko Tjandra terpidana kasus pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali sempat menjadi buron sebelum
ditangkap oleh Bareskrim Polri dan penyidik dari Kejaksaan. Kaburnya Djoko Tjandra ternyata
melibatkan sejumlah pihak di pusaran Kejagung.
Salah satunya adalah Jaksa Pinangki. Saat ini jaksa Pinangki dicopot dari jabatan Kepala Sub
Bagian Pemantauan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda Pembinaan, kini Jaksa
Pinangki ditahan karena diduga menerima suap dari Djoko Tjandra, dan Kejagung sedang menyelidiki
hal itu.
Kejagung menduga Pinangki mendapat suap sekitar USD 500 ribu atau sekitar Rp 7 miliar. Namun,
angka itu belum pasti, saat ini Kejagung masih memeriksa sejumlah saksi dan Pinangki.
Kasus Djoko Tjandra, Pinangki Dapat Bantuan Hukum dari Persatuan Jaksa
Pinangki dinilai menerima suap terkait pengajuan peninjauan kembali (PK) kasus cessie Bank Bali
yang menjerat Djoko Tjandra. Pinangki juga diduga membantu Djoko Tjandra keluar masuk Indonesia
jaka masih berstatus buronan.
Pinangki juga disebut melakukan pertemuan dengan terpidana Djoko Tjandra di Malaysia
bersama-sama dengan pengacara Djoko Tjandra, Anita Kolopaking. Pada pertemuan itulah diduga
untuk keperluan koordinasi dan pengkondisian keberhasilan PK terpidana Djoko Soegiarto Tjandra
dijanjikan hadiah atau pemberian sebanyak USD 500.000.
Kini Pinangki merupakan penghuni Rutan Salemba. Kasusnya juga hingga saat ini masih terus
berjalan dan dialami penyidik Kejagung.

3. Kasus TPPU Danareksa Sekuritas


Kejagung juga mengusut kasus tindak pidana pencucian uang (TPPU) dalam kasus dugaan
korupsi pemberian fasilitas pembiayaan dari PT Danareksa Sekuritas ke PT Evio Sekuritas tahun
2014-2015. Dalam kasus ini 3 orang sudah ditetapkan tersangka terkait tindak pidana korupsi
pemberian fasilitas pembiayaan.
Kejagung menduga ada tindakan korupsi pemberian fasilitas pembiayaan di PT Danareksa Sekuritas.
Tindakan korupsi ini menimbulkan kerugian keuangan negara lebih dari Rp 105 miliar.
Kejagung Periksa 3 Tersangka Terkait Kasus TPPU Danareksa Sekuritas
Mereka adalah Direktur PT Evio Sekuritas Rennier AR Latief sebagai tersangka tindak pidana
pencucian uang (TPPU) dalam kasus dugaan korupsi pemberian fasilitas pembiayaan dari PT
Danareksa Sekuritas ke PT Evio Sekuritas tahun 2014-2015.
Sejumlah saksi juga sudah diperiksa oleh Kejagung salah satunya adalah Wapresdir Freeport dan juga
sejumlah pengusaha lainnya. Pejabat PT Danareksa Sekuritas juga diperiksa dalam kasus ini.

4. Kasus Importasi Tekstil


Lalu ada juga kasus dugaan korupsi importasi tekstil pada Dirjen Bea dan Cukai pada 2018-2020.
Dalam kasus ini Kejagung menetapkan ma tersangka terkait kasus dugaan penyalahgunaan wewenang
dalam importasi tekstil pada Dirjen Bea dan Cukai 2018-2020.
Keempat tersangka merupakan pejabat di Bea-Cukai Batam dan satu lagi berlatar belakang pengusaha.
Kejagung menyebut kerugian perekonomian negara atas kasus ini mencapai Rp 1,6 triliun.
Kejagung Sebut Kerugian Negara Akibat Kasus Impor Tekstil Rp 1,6 T.Kelima tersangka diduga
melanggar Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat (1) KUHP juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP subsider Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

 Contoh kasus kasus MK dari detik.com


1.Putusan MK soal Presidential Threshold
MK menggebrak awal 2021 dengan tidak menerima permohonan Rizal Ramli. Dalam putusan
yang diketok pada 14 Januari 2021 itu, MK enggan mengadili pokok permohonan Rizal Ramli yang
meminta presidential threshold atau ambang batas presiden dihapus. Menurut MK, permasalahan
berapa banyak jumlah orang yang bisa ikut capres, bukanlah masalah konstitusionalitas. Presidential
threshold adalah kebijakan politik terbuka, bukan masalah konstitusionalitas. Rizal Ramli mengklaim
pernah didukung oleh parpol untuk menjadi capres. Tapi hal itu tidak terwujud karena terbentur
presidential threshold.
"Seandainya memang benar didukung parpol atau gabungan parpol, Pemohon I mestinya
menunjukkan dukungan dalam batas penalaran yang wajar menunjukkan bukti dukungan itu ke MK,"
ujar hakim MK Arief Hidayat.
"Para hakim di MK tidak memiliki bobot intelektual, kedewasaan akademik, dan argumen
hukum yang memadai untuk mengalahkan pandangan kami," kata Rizal Ramli kepada wartawan,
Minggu (18/1/2021).
Kini, permohonan serupa kembali diajukan. Salah satunya oleh mantan Panglima TNI Gatot
Nurmantyo yang meminta Presidential Theshold dari 20 persen menjadi 0 persen.
2. Putusan MK Soal UU KPK
Lahirnya revisi UU KPK menuai banyak protes sehingga berujung ke MK. Akhirnya, MK
mengetok putusan uji materi UU KPK diketok MK pada 4 Mei 2021. MK memutuskan untuk
mengabulkan sebagian permohonan uji materil UU KPK yang diajukan oleh sejumlah akademisi.
Mereka terdiri dari Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid, Dekan
Fakultas Hukum UII Abdul Jamil, Direktur Pusat Studi HAM UII Yogyakarta Eko Riyadi, dan
Direktur Pusat Studi Kejahatan Ekonomi FH UII Yogyakarta Ari Wibowo.
"Mengabulkan permohonan para pemohon untuk sebagian," kata Ketua MK Anwar Usman.
MK memutuskan di antaranya:
1. Pasal 12B Ayat 1 UU KPK mengenai izin tertulis Dewan pengawas KPK dalam proses
penyadapan. MK menyatakan kewenangan institusi penegak hukum tidak boleh diintervensi
serta tidak boleh ada lembaga yang bersifat ekstra yudisial. Sebab, intervensi akan menjadi
ancaman bagi independensi penegak hukum dan dapat melemahkan prinsip negara hukum.
Izin tertulis Dewan Pengawas untuk melakukan penggeledahan dapat mengesankan bahwa
pimpinan KPK merupakan subordinat. MK menyatakan penyadapan tidak lagi memerlukan
izin, namun pimpinan KPK hanya perlu memberitahukan informasi kepada Dewan Pengawas.
"Mahkamah menyatakan tindakan penyadapan yang dilakukan Pimpinan KPK tidak
memerlukan izin dari Dewan Pengawas namun cukup dengan memberitahukan kepada Dewan
Pengawas yang mekanismenya akan dipertimbangkan bersama-sama," kata Aswanto.
2. Soal izin terkait penggeledahan dan penyidaan dari Dewan Pengawas. Ketentuan ini diatur
dalam Pasal 47 ayat (1) UU KPK. MK menyatakan enggeledahan dan penyitaan oleh KPK
merupakan bagian dari tindakan pro justitia. Sedangkan, Dewan Pengawas tidak termasuk
unsur aparat penegak hukum. Dengan demikian, ketentuan izin terkait penggeledahan dan
penyitaan dari Dewan Pengawas KPK tidak tepat.
3. Putusan MK soal TWK KPK
KPK Watch Indonesia mengajukan judicial review UU KPK dan meminta MK menyatakan
tes wawasan kebangsaan (TWK) inkonstitusional. Pemohon juga meminta MK
memerintahkan BKN dan KPK mempekerjakan kembali pegawai KPK yang diberhentikan
karena tidak lulus TWK. Namun apa kata MK?
"Permohonan adalah tidak beralasan menurut hukum. Konklusi. Pokok permohonan tidak
berdasar menurut hukum. Amar putusan, mengadili, menolak permohonan pemohon untuk
seluruhnya," ujar Ketua MK Anwar Usman.
MK memutuskan Pasal 69B ayat 1 dan Pasal 69C UU KPK tidak bertentangan dengan UUD
1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional)
"Menurut MK, Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 tidak dimaksudkan untuk menjamin seseorang yang telah
menduduki jabatan apa pun tidak dapat diberhentikan dengan alasan untuk menjamin dan melindungi
kepastian hukum. Kepastian hukum yang dimaksud adalah kepastian hukum yang adil serta adanya
perlakukan yang sama dalam arti setiap pegawai yang mengalami alih status mempunyai kesempatan
yang sama menjadi ASN dengan persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan,"
ujar hakim konstitusi Deniel Foekh membacakan putusan.
"Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 69B ayat 1 dan Pasal 69C UU KPK bukan hanya berlaku bagi
pemohon, in casu pegawai KPK yang tidak lolos TWK, melainkan juga untuk seluruh pegawai KPK,"
ucap Daniel.
3. Putusan MK Soal Perppu Corona
(MK) mengoreksi UU Nomor 2 Tahun 2020 atau yang dikenal dengan Perppu Corona. Salah satu
alasannya, MK menilai tak boleh ada impunitas hukum bagi pejabat negara. Putusan ini dibacakan di
gedung MK dan disiarkan di channel YouTube MK, Kamis (28/10/2021).
Koreksi dilakukan terhadap Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020, menjadi:
Biaya yang telah dikeluarkan Pemerintah dan/atau lembaga anggota KSSK dalam rangka pelaksanaan
kebijakan pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang perpajakan, kebijakan belanja negara
termasuk kebijakan di bidang keuangan daerah, kebijakan pembiayaan, kebijakan stabilitas sistem
keuangan, dan program pemulihan ekonomi nasional, merupakan bagian dari biaya ekonomi untuk
penyelamatan perekonomian dari krisis dan bukan merupakan kerugian negara sepanjang dilakukan
dengan itikad baik dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan',
Koreksi juga berlaku di Pasal 27 ayat 3:
Sebelum koreksi:
(3) Segala tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang ini bukan merupakan objek gugatan yang dapat diajukan kepada peradilan tata usaha
negara.
Setelah koreksi:
(3) Segala tindakan termasuk keputusan yang diambil berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang ini bukan merupakan objek gugatan yang dapat diajukan kepada peradilan tata usaha
negara sepanjang dilakukan terkait dengan penanganan pandemi Covid-19 serta dilakukan dengan
itikad baik dan sesuai peraturan perundang-undangan.
"Ketentuan Pasal 27 Lampiran UU 2/2020 juga berpotensi memberikan hak imunitas bagi pihak-pihak
yang telah disebutkan secara spesifik dalam Pasal 27 ayat (2) Lampiran UU 2/2020 yang pada
akhirnya berpotensi menyebabkan impunitas dalam penegakan hukum," demikian pertimbangan MK
dalam putusan yang dikutip dari website MK, Jumat (29/10/2021).
MK juga memutuskan pemerintah harus mengumumkan status pandemi COVID-19 pada akhir tahun
kedua sejak status itu dibuat. Bila status dilanjutkan, anggaran COVID sesuai dengan UU Nomor 2
Tahun 2020 (atau yang dikenal dengan Perppu Corona) harus dengan persetujuan DPR.
"Peraturan pemerintah pengganti undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan dan
harus dinyatakan tidak berlaku lagi sejak Presiden mengumumkan secara resmi bahwa status pandemi
COVID-19 telah berakhir di Indonesia dan status tersebut harus dinyatakan paling lambat akhir tahun
ke-2. Dalam hal secara faktual pandemi COVID-19 belum berakhir, sebelum memasuki tahun ke-3
UU a quo masih dapat diberlakukan, namun pengalokasian anggaran dan penentuan batas defisit
anggaran untuk penanganan Pandemi COVID-19, harus mendapatkan persetujuan DPR dan
pertimbangan DPD," kata Ketua MK Anwar Usman dalam sidang.
4. Putusan Soal UU Cipta Kerja
Gebrakan MK di penghujung tahun diketok saat mengadili UU Cipta Kerja. Di mana MK
memutuskan UU Cipta Kerja inkonstitusuonal bersyarat, sehingga UU ini menjadi beku hingga
dilakukan perbaikan dalam kurun maksimal 2 tahun sejak putusan MK dibacakan.
Putusan MK itu diketok pada 26 November 2021. Putusan itu tidak bulat. 5 Hakim MK memutuskan
UU Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat, sedangkan 4 hakim MK menilai tidak cacat formil. Berikut
amar putusan MK soal UU Cipta Kerja:
1. Menyatakan permohonan Pemohon I dan Pemohon II tidak dapat diterima;
2. Mengabulkan permohonan Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V, dan Pemohon VI untuk
sebagian;
3. Menyatakan pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai "tidak
dilakukan perbaikan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak putusan ini diucapkan";
4. Menyatakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6573) masih tetap berlaku sampai dengan dilakukan perbaikan pembentukan sesuai dengan tenggang
waktu sebagaimana yang telah ditentukan dalam putusan ini;
5. Memerintahkan kepada pembentuk undang-undang untuk melakukan perbaikan dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak putusan ini diucapkan dan apabila dalam tenggang waktu
tersebut tidak dilakukan perbaikan maka Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573) menjadi inkonstitusional secara permanen;
6. Menyatakan apabila dalam tenggang waktu 2 (dua) tahun pembentuk undang-undang tidak dapat
menyelesaikan perbaikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573) maka undang-undang atau pasal-pasal atau materi muatan undang-undang yang telah
dicabut atau diubah oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573) dinyatakan berlaku kembali;
7. Menyatakan untuk menangguhkan segala tindakan/kebijakan yang bersifat strategis dan berdampak
luas, serta tidak dibenarkan pula menerbitkan peraturan pelaksana baru yang berkaitan dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana
mestinya;
9. Menolak permohonan para Pemohon untuk selain dan selebihnya.

 Contoh kasus kasus MA dari detik.com


1.Djoko Tjandra
MA menurunkan lima hakim agungnya saat mengadili PK Djoko Tjandra, setelah terungkap Djoko
Tjandra menyuap Jaksa Pinangki hingga Irjen Napoleon Bonaparte. Majelis PK itu adalah Andi
Samsan Nganro, Suhadi, Surya Jaya, Sri Murwahyuni, dan Eddy Army.
Dalam putusan akhir, Eddy Army menyatakan dissenting opinion dan menilai Djoko Tjandra layak
dilepaskan. Apakah alasan tersebut menjadikan MA menambah 3 hakim agung menjadi 5 hakim
agung? Tidak disebutkan alasan penambahan majelis tersebut dalam putusan PK itu.
Mengapa kasus Djoko spesial hingga MA menurunkan 5 haki agungnya? Sebab Djoko menyuap
sejumlah nama hingga membuat KTP palsu. Berikut ini daftar hukuman yang dijatuhkan kepada
komplotan tersebut:
1. Djoko Tjandra, dihukum 2,5 tahun penjara di kasus surat palsu dan 4,5 tahun penjara di kasus
korupsi menyuap pejabat. Selain itu, Djoko harus menjalani hukuman korupsi 2 tahun penjara di kasus
korupsi cessie Bank Bali. MA juga memerintahkan agar dana yang disimpan di rekening dana
penampungan atau Bank Bali sebesar Rp 546 miliar dikembalikan kepada negara. Total yang harus
dijalani Djoko adalah 9 tahun penjara.
2. Jaksa Pinangki hanya dituntut oleh sesama jaksa selama 4 tahun penjara saja. Awalnya Pinangki
dihukum 10 tahun penjara tapi disunat oleh Pengadilan Tinggi Jakarta menjadi 4 tahun penjara.
Anehnya, jaksa tidak kasasi atas putusan itu. Pinangki sudah bebas.
3. Irjen Napoleon divonis 4 tahun penjara. Irjen Napoleon juga dipidana karena pemukulan sesama
tahanan.
4. Brigjen Prasetijo divonis 3,5 tahun penjara.
5. Tommy Sumardi divonis 2 tahun penjara.
6. Andi Irfan divonis 6 tahun penjara.
7.Pengacara Anita Kolopaking, dihukum 2,5 tahun penjara.
2. Akbar Tanjung
Mantan Ketua DPR yang juga mantan Ketua Partai Golkar, Akbar Tanjung juga diadili oleh 5 hakim
agung di tingkat kasasi. Pangkalnya, Akbar Tanjung terlilit kasus korupsi dan dihukum 3 tahun
penjara di tingkat pertama dan banding.
Akbar Tanjung yang mengajukan kasasi membuat MA menurunkan 5 hakim agungnya yaitu Paulus E
Lotulung, Parman Soeparman, Abdul Rachman Saleh, Arbijoto dan Muchsin. Pada 12 Februari 2004,
MA membebaskan Akbar Tanjung.
Dalam perkara itu, MA hanya menyalahkan dan menghukum terdakwa II dan III yaitu Dadang
Sukandar dan Winfried Simatupang. MA menilai perbuatan Akbar Tanjung selaku Mensesneg tidak
bisa dimintai pertanggungjawaban pidana sehingga harus bebas.
Dalam sidang, Abdul Rahman Saleh dissenting opinion dan menyatakan Akbar Tanjung terbukti
korupsi.
4. Pollycarpus
Pollycarpus didakwa atas kasus kematian Munir dalam rangkaian perjalanan dari Indonesia ke
Belanda. Mantan pilot Garuda, Pollycarpus diadili oleh 5 hakim agung dalam sidang PK yang
diajukan jaksa. Yaitu Ketua MA Bagir Manan, Paulus E Lotulung, Joko Sarwoko, Parman Soeparman
dan Harifin Tumpa. Hasilnya, kelimanya memperberat hukuman Pollycarpus menjadi 20 tahun
penjara.
Belakangan, Pollycarpus yang mengajukan PK dan dikabulkan. MA mengubah hukuman menjadi 14
tahun penjara seperti lamanya hukuman di tingkat PN Jakpus. Pollycarpus kini sudah meninggal
dunia.
5. Ayin
Arthalyta Suryani alias Ayin didakwa menyuap jaksa Urip Tri Gunawan dalam kasus BLBI. Awalnya
Ayin dihukum 5 tahun penjara dan mengajukan PK.
MA lalu membentuk majelis yang terdiri dari 5 orang yaitu Djoko Sarwoko, Hatta Ali, Krisna
Harahap, Imam Harjadi dan Sophian M. Hasilnya, MA menyunat hukuman Ayin menjadi 4,5 tahun
penjara. Dalam putusan itu, Krisna Harahap mengajukan dissenting opinion dan menilai PK Ayin
harusnya ditolak. Baik Ayin maupun Urip Tri Gunawan kini sudah bebas.
6. Antasari Azhar
MA juga menurunkan 5 hakim agung saat mengadili Antasari Azhar. Yaitu Ketua MA Harifin Tumpa,
Djoko Sarwoko, Komariah Emong Sapardjaja, Imron Anwari dan Hatta Ali. Hasilnya MA menolak
PK Antasari Azhar dan tetap dijatuhi hukuman 18 tahun penjara. Antasari Azhar bebas lebih cepat
karena mendapatkan grasi dari Presiden Jokowi.
Apa Kata MA Soal Formasi 5 Hakim Agung?
MA menyatakan jumlah 5 hakim agung dalam mengadili perkara merupakan hal yang lazim dan
sesuai UU.
"Mahkamah Agung memeriksa dan memutus perkara dengan sekurang-kurangnya 3 orang hakim
dengan mengacu pada Pasal 40 ayat (1) UU Mahkamah Agung,. Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal
40 ayat (1) UU MA dijelaskan bahwa, apabila Majelis bersidang dengan lebih dari 3 orang hakim
jumlahnya harus selalu ganjil. Hal yang senada juga dapat dilihat pada Pasal 11 ayat (1) dan (2)UU
Kekuasaan Kehakiman," kata Kepala Biro Hukum dan Humas MA, Sobandi dalam keterangan
persnya, baru-baru ini.
Berdasarkan ketentuan Pasal 40 ayat (1)UU Mahkamah Agung beserta Penjelasannya, MA dapat
memeriksa dan memutus sebuah perkara. Baik pada tingkat kasasi maupun Peninjauan Kembali,
dengan jumlah majelis Hakim Agung lebih dari 3 orang hakim agung dan harus berjumlah ganjil.
"Oleh sebab itu, penunjukan susunan Majelis Hakim Agung yang lebih dari 3 (tiga) orang Hakim
Agung merupakan sebuah hal yang lazim dan diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku," kata Sobandi menegaskan.
Sobandi tidak menjelaskan pertimbangan membuat siaran pers di atas dan dalam konteks terkait
peristiwa apa. Namun, press release itu disebar usai MA membentuk majelis kasasi Ferdy Sambo yang
berjumlah 5 orang. Kelima hakim agung itu adalah Suhadi, Desnayeti, Suharto, Jupriyadi, dan
Yohanes Priyana. Suhadi didapuk menjadi ketua majelis, yang sehari-hari juga Ketua Muda MA
Bidang Pidana.
Suhadi dan Desnayeti adalah hakim agung yang kerap menjatuhkan hukuman mati. Keduanya
menjatuhkan hukuman mati kepada Zuraida Hanum, yang membunuh suaminya, hakim Pengadilan
Negeri (PN) Medan, Jamaluddin.
Suhadi dan Desnayeti juga menjatuhkan hukuman mati kepada mantan anggota Brimob,
Kusdarmanto. Sebab, Kusdarmanto menembak mati tiga pengawal mobil uang pada 2009 di
Magelang, Jawa Tengah.
Desnayeti juga menjatuhkan hukuman mati kepada M Nurhadi dan Sari Murni Asih. Pasangan suami
istri itu merupakan pembunuh Abdullah Fithri Setiawan alias Dufi. Mayat Dufi dimasukkan ke dalam
drum dan dibuang.
Di majelis lain, Suhadi pernah menjatuhkan hukuman mati kepada Muslimin alias Limin di tingkat
PK. Muslimin adalah dukun pengganda uang yang membunuh tiga korbannya.
Sedangkan Suharto pernah duduk di majelis kasasi kasus Rizieq Syihab. Baru-baru ini, Suharto,
Suhadi, dan Jupriyadi mengubah hukuman bebas bos Indosurya, Henry Surya, menjadi hukuman 18
tahun penjara. Nama Jupriyadi mulai dikenal publik saat mengadili Ahok di PN Jakut.
Susunan majelis di atas juga yang mengadili istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat Ma'ruf, dan
Ricky Rizal Wibowo.

 Contoh kasus kasus advokat dari suara.com


Portofolio kasus yang pernah ditangani Arifin Purwanto:
Dampingi seorang tersangka korupsi pupuk
Arifin Purwanto diketahui merupakan seorang advokat asal Madiun, Jawa Timur dan tercatat sebagai
Sekretaris Partai Buruh kota Madiun. Arifin sempat menjadi pendamping hukum dari Mantan Pejabat
Pemkab Madiun, Suyatno. Tepatnya pada 2019 silam, Suyatno ditetapkan sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi pupuk bersubsidi yang merugikan negara hingga Rp 1 miliar.
Atas keputusan yang membuat Suyatno menjadi jaksa, ia melalui kuasa hukumnnya menggugat
Kejaksaan Negeri Kabupaten Madiun, Jawa Timur, di Pengadilan Negeri Kabupaten Madiun.
Siapa Arifin Purwanto? Gugat UU LLAJ ke MK Minta SIM Berlaku Seumur Hidup
Klien Arifin tersebut merasa dituduh berperan aktif dalam kasus tindak pidana korupsi penyaluran
pupuk bersubsidi.
Jaksa juga menilai Suyatno abal-abal dalam membuat rencana defenitif kebutuhan kelompok tani
(RDKK) sehingga bermuatan unsur korupsi.
Suyatno melalui Arifin juga membela diri atas tuduhan Jaksa yang menuding bahwa sang pejabat
Pemkab Madiun membuat usulan kuota pupuk tidak berdasarkan RDKK sekaligus tanpa melalui
proses verifikasi dan validasi.
Arifin memakai kartu as untuk menggugat Kejari Madiun yakni tak adanya surat keputusan
pengangkatan jaksa sebagai penyidik dalam kasus tersebut. Dampingi warga dan LSM gugat Bupati
dan DPRD Kab Madiun.
Arifin juga sempat dipercayai warga Madiun melalui LSM Pentas Gugat Indonesia menggugat Bupati
dan DPRD Kabupaten Madiun yang meneken aturan parkir berlangganan.
Kasus ini terjadi pada 2019 lalu. Adapun kala itu, warga diwakili Rudy Hartoko dan Tohari merasa
dirugikan atas kebijakan tersebut. Kini berani gugat MK
Berbekal ilmu hukum dan beberapa kasus yang ia tangani, Arifin datang ke MK demi menggugat
Pasal 85 ayat (2) Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) tentang SIM. Bagi Arifin,
rakyat dirugikan atas aturan SIM yang tak berlaku seumur hidup. Arifin juga menilai bahwa
pembuatan dan tes uji SIM tak memiliki dasar hukum yang kuat.
"Setiap perpanjangan SIM, misalnya 5 tahun yang lalu saya mendapatkan SIM setelah itu 5 tahun
habis saya akan memperpanjang kedua," kata Arifin mengutip laman resmi MK pada Jumat
(12/5/2023).

 Contoh kasus kasus KPK dari dw.com


1.Kasus proyek simulator ujian surat izin mengemudi
Kasus yang menimpa bekas kepala korps lalu lintas Polri ini banyak dikutip setelah calon Kapolri
Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka. Serupa dengan Gunawan, Djoko Susilo yang
terjerembab lantaran kasus korupsi dalam proyek simulator ujian surat izin mengemudi itu sempat
melawan KPK yang kemudian memicu perang Cicak versus Buaya jilid pertama. Namun begitu, Irjen
Djoko Susilo dijebloskan ke penjara selama 18 tahun oleh Tipikor.
2.Kasus kuota impor daging
Luthfi Hasan Ishaaq dijemput dan ditahan KPK pada tanggal Januari 2013 dengan dugaan menerima
hadiah atau janji terkait dengan pengurusan kuota impor daging pada Kementerian Pertanian. Pria
yang saat ditangkap menjabat sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini divonis 16 tahun
penjara.
3.Kasus suap Kepala Satuan Kerja Khusus Migas
Penangkapan Rudi dianggap sebagai sebuah pukulan, mengingat mantan Kepala Satuan Kerja Khusus
Migas ini dikenal sebagai pribadi yang bersih dan jujur. Nyatanya Rudi menerima suap dari Kernel Oil
senilai US$ 400 ribu.
4.Kasus pengadaan alat kesehatan dan dugaan suap terkait penanganan sengketa pilkada
Ratu Atut asal Banten merupakan fokus dari kasus ini,ia sedang menancapkan kekuasaannya yang
menggurita di provinsi Banten ketika KPK mengubah statusnya menjadi tersangka. Sang gubernur
terjungkal kasus pengadaan alat kesehatan dan dugaan suap terkait penanganan sengketa pilkada
Lebak, Banten. Politisi muda Golkar ini dovinis empat tahun penjara.
5.Kasus suap cek pelawat buat anggota DPR
Perempuan ambisius yang sudah malang melintang di Bank Indonesia ini resmi menjadi tersangka
pada Januari 2012 dalam kasus suap cek pelawat buat anggota DPR. Duit tersebut dikucurkan selama
berlangsungnya pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Periode 2004. Miranda kemudian
divonis menginap tiga tahun di balik jeruji besi.
6.Kasus penggunaan dana YLPPI
Bekas Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah dinyatakan bersalah oleh Pengadilan
Tipikor karena menggunakan dana milik Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia
(YLPPI) senilai Rp 100 miliar untuk bantuan hukum lima mantan pejabat BI, penyelesaian kasus
BLBI, dan amandemen UU BI. Ia divonis lima tahun penjara. Kasus ini juga menyeret Aulia Pohan
(besan mantan Presiden Susilo Bambang Yuhoyono), yang kemudian dijatuhi vonis 4 tahun enam
bulan.
7.Kasus Suap di Kejaksaan Agung
Urip Tri Gunawan, bekas orang kuat di Kejaksaan Agung, tertangkap tangan oleh KPK saat menerima
duit 610.000 dolar AS dari Arthalita Suryani di rumah obligor BLBI Syamsul Nursalim. Urip divonis
20 tahun penjara.
8.Kasus proyek Wisma Atlet SEA Games
Nazaruddin ditangkap saat menjabat Bendahara Umum Partai Demokrat. Ia terjerat kasus suap proyek
Wisma Atlet SEA Games. Setelah sempat melarikan diri, Nazaruddin akhirnya dibekuk di Cartagena,
Kolombia. Dalam perkembangan kasusnya, pria yang kemudian divonis empat tahun sepuluh bulan
penjara ini ikut menyeret nama-nama yang terlibat.

9.Kasus Hambalang
Penangkapan terhadap Anas antara lain berhasil berkat "nyanyian" Nazaruddin. Pria yang kala itu
masih menjabat Ketua Umum Partai Demokrat tersebut kemudian divonis delapan tahun penjara oleh
pengadilan. Tapi ia bukan petinggi Demokrat terakhir yang dijerat oleh KPK terkait kasus Hambalang.
10.Kasus pencucian uang terkait kasus sengketa Pilkada
Setelah menjadi tersangka menerima suap Rp. 3 miliar dari bupati Gunung Mas dan tindak pidana
pencucian uang terkait kasus sengketa Pilkada, mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar,
resmi dijemput oleh KPK. Ia adalah satu-satunya terpidana korupsi yang mendapat vonis seumur
hidup dari Tipikor.
11.Korupsi penyelenggaraan ibadah haji
Bekas Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali ditetapkan sebagai
tersangka kasus dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji. Penetapan tersebut diumumkan di
tengah sengitnya masa kampanye jelang Pemilihan Umum Kepresidenan 2014.

Anda mungkin juga menyukai