Anda di halaman 1dari 9

Nama : Muhklas Abror Tahir

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041942657

Mata Kuliah : HKUM4311 (Hukum Pidana Ekonomi)

Fakultas : Ilmu Hukum

UPBJJ : Gorontalo

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA
2024
1. ALOR - Dua pelaku investasi bodong, sebesar Rp15 miliar ditangkap polisi. Uang,
emas batangan, dan barang bukti lainnya berhasil disita dari tas milik salah satu pelaku.
AL dan SB ditangkap Satuan Reskrim Polres Alor, di sebuah kapal tol laut tujuan Pulau
Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu 28 Februari 2021. Kedua pelaku ini,
diduga akan mencari lokasi baru tepatnya di daerah Flores, untuk menjalankan aksi
investasi bodong. Kapolres Alor, AKBP Agustinus Christmas mengatakan, kedua pelaku
melakukan aksinya dengan cara meminjam uang dari korbannya untuk modal, dengan
iming-iming bunga 40 % hingga 100 %. “Alasan investasi dengan jasa event organizer
wedding ini, mereka telah membawa uang dari para korban di beberapa daerah di
Kalimantan sebesar Rp15 miliar,” kata Agustinus. Dari tangan kedua pelaku, setelah
digeledah isi koper bawaan polisi menemukan uang tunai sebesar Rp165 juta, emas
batangan seberat 200 gram. “Kedua pelaku sudah ditahan,” sambungnya. Sementara
uang, emas batangan, cincin dan handphone pelaku telah disita sebagai barang bukti.
Sumber : https://news.okezone.com/read/2021/03/01/340/2370462/2-pelaku-investasi-
bodong-rp15-miliar-ditangkap-polisi
Berdasarkan berita diatas, uraikan analisis Saudara apakah termasuk kategori
tindak pidana ekonomi dan uraikan tentang pertanggungjawaban pidana atas
tindak pidana yang terjadi.

Jawaban

ancaman pidana bagi pelaku investasi bodong yang terbukti bersalah tidak dapat
disepelekan. Ancaman bagi pelaku investasi bodong adalah sebagai berikut:

1. Ancaman bagi pribadi dari pelaku investasi bodong


Pelaku investasi bodong adalah setiap orang yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau
kedudukan palsu, menggunakan tipu muslihat atau rangkaian kata bohong,
menggerakkan orang supaya menyerahkan suatu barang, memberi utang, membuat
pengakuan utang, atau menghapus piutang. Bagi pribadi dari pelaku investasi bodong
dapat mendapat ancaman berupa:

a. Hukuman penjara
Pelaku investasi bodong dapat di pidana karena penipuan dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat tahun) sebagaimana diatur dalam pasal 378 KUHP.

b. Hukuman denda
Pasal 492 UU Nomor 1 Tahun 2023 (UU 1/2023), pelaku investasi bodong dapat
dipidana karena penipuan dengan pidana penjara paling lama lama 4 (empat tahun)
atau pidana denda paling banyak kategori V. Sebagai penjelasan lebih lanjut, pidana
denda kategori V tertera dalam Pasal 79 UU Nomor 1 Tahun 2023, dimana untuk
kategori tersebut ditetapkan sebesar lima ratus juta rupiah.

2. Ancaman bagi pelaku investasi bodong yang bergerak sebagai korporasi.


Berdasarkan Pasal 20 Perma 13/2016, kerugian yang dialami oleh korban akibat tindak
pidana yang dilakukan oleh korporasi dapat dimintakan ganti rugi melalui mekanisme
restitusi menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau melalui gugatan
perdata. Namun, penggantian rugi ini hanya dapat diterapkan kepada kasus investasi
bodong apabila investasi bodong tersebut dilakukan oleh individu beralaskan hubungan
kerja atau hubungan lain dan bertindak untuk dan atas nama korporasi.

Penggantian kerugian dapat dilakukan apabila para korban:


a. Mengajukan mekanisme restitusi
Mekanisme restitusi diatur pada Perma No. 1 Tahun 2022 (Perma 1/2022) tentang Tata
Cara Penyelesaian Permohonan dan Pemberian Restitusi dan Kompensasi kepada
Korban Tindak Pidana. Bentuk restitusi yang diberikan kepada korban tindak pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Perma 1/2022 dalah:
1) Ganti kerugian atas kehilangan kekayaan dan/atau penghasilan;
2) Ganti kerugian, baik materiil maupun imateriil, yang ditimbulkan akibat penderitaan
yang berkaitan langsung sebagai akibat tindak pidana;
3) Penggantian biaya perawatan medis dan/atau psikologis; dan/atau
4) Kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat tindak pidana, termasuk biaya
transportasi dasar, biaya pengacara, atau biaya lain yang berhubungan dengan proses
hukum.

b.Mengajukan ganti kerugian secara perdata


Tiap perbuatan yang melanggar hukum yang dapat membawa kerugian merugikan
orang lain dan mengharuskan pelaku bertanggung jawab atas kerugian tersebut untuk
menggantinya sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata. Dasar dari gugatan
adalah wanprestasi atas atas perjanjian investasi tertulis antara korban dengan
korporasi selaku pelaku investasi bodong sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUH
Perdata.

Korban investasi bodong yang biasanya berjumlah cukup banyak orang, dapat
mengajukan permohonan ganti kerugian dengan gugatan perwakilan kelompok (class
action).

2. PPATK: Berantas Pidana Ekonomi tanpa TPPU Sulit Buat Jera


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) Dian Ediana Rae mengatakan sulit untuk memberantas tindak
pidana yang terkait ekonomi tanpa diikuti tindak pidana pencucian uang (TPPU). Dian
meyakini, penindakan TPPU setelah tindak pidana asal, akan lebih memberi efek jera
kepada pelaku kejahatan ekonomi, baik itu terkait korupsi, narkoba, terorisme, maupun
lainnya. "Selama itu kesenjangan tindak pidana asal dan TPPU masih belum match, di
seluruh dunia itu masih sulit untuk memberantas tindak pidana ekonomi," ujar Dian saat
menghadiri Web Seminar Sosialiasi PPTAK secara virtual, Rabu (4/11).Hal ini, kata Dian,
tak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain. "Bahkan negara maju
sekalipun belum mampu menyelesaikan persoalan terkait tindak pidana ekonomi ini
tanpa diikuti dengan TPPU," ujar Dian.Ia mencontohkan, kasus korupsi maupun narkoba
besar di Indonesia yang masih ada hingga saat ini. Kendati sudah ada lembaga penegak
hukum yang khusus menindak kasus tersebut, kata Dian, tak membuat jumlah kejahatan
menurun."KPK sudah 18 tahun apakah ini menjadi menurun? bisa dikatakan tidak, masih
tetap marak, narkoba? apakah narkoba jadi membaik karena BNN? nggak juga, malah
makin masif," kata dia.Ia menilai, persoalan paling penting dalam memberantas tindak
pidana bermotif ekonomi, selain hukuman pidana juga aliran uang dari kejahatan
tersebut. Hal ini juga yang menjadi fokus lembaga seperti PPATK di negara lain dan juga
Indonesia.Ia mengatakan, jika aparat penegak hukum menindak pelaku kejahatan maka
PPATK ada untuk mengejar uang hasil kejahatan. "Selama antara penjahat dengan duit
penjahat belum paralel ditindak, akan sulit kita berhasil karena tidak ada faktor penjera,
nah ini persoalan sangat kritikal kita bicarakan," kata dia.Apalagi, Dian mengatakan
anomali di beberapa kasus pidana di Indonesia, tidak dikuti TPPU, seperti kasus korupsi
e-KTP. "Kasus ini sudah jelas TPPU tapi kemudian oleh KPK tindak pidana asalnya saja
ditindak 15 tahun tapi TPPU masih dipikirkan sampai hari ini, ini yang tidak akan jera dari
kerugian 2,3 triliun, yang berhasil disita hanya 400 miliar nah ini sisanya lari kemana,"
katanya.Karena itu, ia menekankan yang terpenting saa ini bagaiamana memastikan
TPPU tidak lagi menjadi alternatif tatapi harus dilakukan bersamaan dengan tindak
pidana asal. Karena sebenarnya tindak pidana berbasis ekonomi pasti terdapat unsur
TPPU.
Berdasarkan berita diatas uraikan analisis anda karakteristik tindak pidana
ekonomi sehingga harus dikaitkan dengan tindak pidana lainnya.

Jawaban

KPK dan PPATK dilahirkan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih melalui tata
kelola keuangan yang baik agar tidak terjadi berbagai kejahatan ekonomi, utamanya
terkait korupsi dan pencucian uang. Meskipun banyak hal yang perlu dievaluasi terkait
pengenaan pasal TPPU selama ini, namun kedepan kita harus sama-sama berbenah
agar semuanya dapat terakomodir dengan baik,“ kata Ketua KPK. Mengamini pernyataan
tersebut, Kepala PPATK menyampaikan urgensi pengenaan pasal TPPU dalam proses
penegakan hukum tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh KPK. “Para pelaku tindak
kejahatan ekonomi tentu berusaha untuk menjauhkan, menyembunyikan, serta
menyamarkan asal usul harta hasil kejahatannya agar tidak terdeteksi oleh siapapun.
Oleh sebab itu, potensi adanya TPPU dalam korupsi sangat besar, dan unsur TPPU
sudah bisa dipastikan ada,” ujarnya. Ia melanjutkan bahwa dalam praktik kejahatan
keuangan seperti korupsi, uang atau harta kekayaan masih merupakan tujuan utama
seseorang melakukan aksinya. Uang atau harta kekayaan hasil kejahatan merupakan
sumber penghidupan bagi kriminal suatu organisasi kriminal, sehingga pendekatan
dengan pasal-pasal TPPU dan penggunaan metode follow the money menjadi layak
untuk diterapkan. “Pemberantasan korupsi itu memerlukan penanganan yang sistematis
dan terintegrasi, dimulai dari peraturan perundang-undangan, supervisi, dan penindakan.
Penanganan tindak pidana pencucian uang dari hasil korupsi merupakan bagian yang
sangat penting dalam memberikan efek jera kepada pelaku dan deterrent effect bagi
calon pelaku,” pungkasnya. Kedekatan PPATK dan KPK memang sudah terjalin sejak
lama. Kedua lembaga yang merupakan anak kandung reformasi tersebut telah menjalin
sinergi yang erat dalam berbagai pengungkapan kasus korupsi dan pencucian uang.
Dalam lawatannya ke PPATK pada awal tahun silam, tanpa ragu jajaran Pimpinan
PPATK menyebut KPK sebagai ‘saudara kandung’. Karena itulah, kunjungan jajaran
Pimpinan PPATK kali ini membawa nilai strategis bahwa penegakan hukum perkara
korupsi akan terus berjalan, dengan komitmen untuk memperkuat semangat anti-
pencucian uang dalam tiap perkara yang diusut KPK.

Pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia dimulai sejak 17 April


2002 dengan berlakunya Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang. Sesungguhnya, tahapan pencegahan pencucian uang sudah dilakukan
sebelum undang-undang tersebut lahir, namun lingkupnya hanya terbatas pada bank.
Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisa bagaimana penegakan hukum terhadap
pelanggaran ekonomi dalam tindak pidana pencucian uang. Metode yang digunakan
adalah studi literatur dari perpustakaan dan internet. Hasil kajian menyimpulkan bahwa
penegakan hukum pencucian uang atau rezim anti-pencucian uang berbeda dengan
penegakan hukum tindak pidana konvensional. Pengungkapan tindak pidana dan pelaku
tindak pidana pencucian uang lebih merujuk pada penelusuran aliran sehingga tidak
kelihatan sebenarnya dana tersebut semula berasal dari tindakan dana/uang haram. Saat
ini, pemberantasan pencucian uang di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(UU 8/2010). UU 8/2010 tersebut menggantikan undang-undang sebelumnya yang
mengatur tentang pencucian uang, yaitu UndangUndang Nomor 15 Tahun 2002
sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2003. Sanksi
tindak pidana pencucian uang berupa pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling
lama 15 tahun dan denda paling sedikit Rp. 5.000.000.000,00 dan paling banyak Rp.
15.000.000.000,00.

3. Berkas Penyidikan Kasus Pidana Pajak PT GSG Dinyatakan Lengkap

TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menyatakan berkas hasil penyidikan
pada kasus pidana perpajakan korporasi PT GSG sudah lengkap atau P-21. Dalam kasus
pidana pajak ini, potensi kerugian pendapatan negara akibat tindak pidana ini kurang
lebih Rp 9 Miliar. “Indikasi fraud atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak
(WP) ini dapat dideteksi dari sistem pengawasan terintegrasi yang ada di Ditjen Pajak,”
kata Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Jakarta Barat, Erna Sulistyowati, dalam
keterangannya di Jakarta, Senin, 10 Februari 2020.Awalnya, penyidik Kanwil Ditjen Pajak
Jakarta Barat telah melakukan pemeriksaan bukti permulaan terhadap PT GSG. Menurut
Erna, PT GSG dengan sengaja menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) menggunakan Faktur Pajak TBTS (Tidak Berdasarkan Transaksi Sebenarnya)
dan selanjutnya diajukan permohonan restitusi PPN. Dari hasil penyelidikan Kanwil Ditjen
Pajak, PT GSG diduga telah melanggar ketentuan dalam Pasal 39A huruf a dan/atau
Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara PerpajakanDalam aturan ini, pelaku dapat dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun. Kemudian, denda
paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan. Jumlahnya paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang
dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. Erna mengatakan,
Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Barat akan terus meningkatkan sinergi dengan Kepolisian
Daerah Metropolitan Jakarta Raya dan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta. Sehingga, upaya
penegakan hukum terhadap WP yang tidak menjalankan kewajiban perpajakannya bisa
terus dilakukan. “Terutama WP yang melakukan tindak pidana di bidang perpajakan,”
kata dia.
Sumber : https://bisnis.tempo.co/read/1305608/berkas-penyidikan-kasus-pidana-pajak-
pt-gsg-dinyatakan-lengkap/full&view=ok

Setelah membaca berita diatas, uraikan dan berikan analisis anda mengapa
tindak pidana yang terjadi digolongkan sebagai tindak pidana korporasi? serta
berikan analisis anda keterkaitan Ditjen Pajak dengan Kepolisian dan Kejaksaan.

Jawaban

Korporasi mempunyai peranan penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara,


dimana korporasi mempunyai pengaruh atas pertumbuhan yang luar biasa dari aset
kegiatan usaha korporasi sehingga dapat menghasilkan keuntungan dan menjadikan
korporasi sebagai pemilik kekuasaan atas ekonomi, sosial, dan politik. Tetapi dalam
perkembangannya korporasi juga melakukan tindak kejahatan yang seringkali
merugikan, tidak hanya kepada masyarakat bahkan juga negara dirugikan karena tindak
kejahatan yang dilakukan oleh korporasi. Salah satu tindak kejahatan yang dilakukan
oleh korporasi yaitu pencucian uang. Tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh
korporasi sulit untuk ditanggulangi dikarenakan sulitnya untuk mengusut dan menjerat
para pelaku tindak pidana pencucian uang. Hal itu disebabkan karena korporasi sebagai
subyek tindak pidana masih merupakan hal baru yang tercantum di dalam perundang-
undangan, yang kemudian proses penegakan hukumnya masih sangat lambat. Karena
berkembangnya kejahatan yang dilakukan oleh korporasi sebagai subyek tindak pidana,
maka diperlukan adanya pandangan baru tentang pertanggungjawaban pidana korporasi
yang melakukan tindak pidana, khususnya dalam penanggulangan dan penegakan
tindak pidana pencucian uang.

Tahapan Penanganan Perkara Pidana Korporasi

Proses pidana yang subjek hukumnya korporasi pada dasarnya telah diatur secara
spesifik dalam PERMA 13/2016 dan Perjagung 28/10/2014 Untuk mempermudah
pemahaman Anda, kami merangkum proses pidana tersebut sebagai berikut:
- Tahapan Pemeriksaan dan Pemanggilan
Tahapan pemanggilan terhadap korporasi ditujukan kepada korporasi ke alamat tempat
kedudukan korporasi atau alamat tempat korporasi beroperasi. Dalam hal alamat
korporasi tidak diketahui, maka pemanggilan disampaikan melalui alamat tempat tinggal
salah satu pengurus. Namun, jika alamat pengurus juga tidak diketahui, maka
disampaikan surat panggilan melalui media massa cetak atau elektronik dan ditempelkan
pada tempat pengumuman di gedung pengadilan yang berwenang mengadili perkara
tersebut.
- Tahapan Penyelidikan dan Penyidikan
Pemeriksaan terhadap korporasi sebagai tersangka pada tingkat penyidikan diwakili oleh
pengurus. Lalu, penyidik yang melakukan pemeriksaan akan memanggil korporasi yang
diwakili pengurus dengan surat panggilan yang sah. Kemudian, pengurus wajib hadir
dalam pemeriksaan korporasi. Jika korporasi telah dipanggil secara patut dan
pengurusnya tidak hadir, menolak hadir atau tidak menunjuk pengurus untuk mewakili
korporasi dalam pemeriksaan, maka penyidik menentukan salah seorang pengurus untuk
mewakili korporasi dan memanggil sekali lagi dengan perintah kepada petugas untuk
membawa pengurus tersebut secara paksa.
Sebagai informasi, jaksa dapat melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
korporasi yang melakukan Tindak Pidana Korupsi (“Tipikor”), Tindak Pidana Pencucian
Uang (“TPPU”), atau tindak pidana lain berdasarkan undang-undang. Penyelidikan dan
penyidikan terhadap Tipikor dan tindak pidana lain berdasarkan undang-undang
terhadap korporasi dapat dilakukan secara bersama-sama dengan subjek hukum
perseorangan.
Selain itu, penyidik wajib melakukan penyitaan terhadap Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga korporasi atau akta lain dalam hal korporasi sebagai tersangka.
Tahapan Penuntutan
Sebelum melakukan penuntutan ke pengadilan, jaksa yang ditunjuk sebagai penuntut
umum melakukan tahapan pra penuntutan terlebih dahulu. Penuntut umum yang ditunjuk,
meneliti kelengkapan berkas perkara antara lain:
Akta Pendirian Korporasi
Akte Perubahan Korporasi
Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengenai pengesahan Akta
Pendirian/Perubahan Korporasi
Bentuk korporasi
Hubungan korporasi dan pengurus yang mewakili korporasi
Surat Kuasa korporasi kepada yang mewakili
Surat, dokumen, pembukuan dan barang bukti yang terkait dengan tindak pidana yang
disangkakan
Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana serta keuntungan yang
diperoleh Korporasi
Data keuangan dan perpajakan baik Korporasi maupun pengurus korporasi
Keterangan Ahli apabila diperlukan
Hal-hal lain yang sehubungan dengan perkara
Setelah berkas perkara lengkap, maka tahapan berikutnya adalah penyusunan surat
dakwaan terhadap korporasi. Surat dakwaan terhadap korporasi merujuk pada KUHAP
khususnya Pasal 143 ayat (2) dengan penyesuaian isi surat dakwaan sebagai berikut:
nama korporasi, tempat, tanggal pendirian dan/atau nomor anggaran dasar/akta
pendirian/peraturan/ dokumen/perjanjian serta perubahan terakhir, tempat kedudukan,
kebangsaan korporasi, jenis korporasi, bentuk kegiatan/usaha dan identitas pengurus
yang mewakili; dan
uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan
dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.
Adapun korporasi yang dapat dituntut meliputi:[
Korporasi;
Korporasi yang dipindahtangankan atau diambil alih;
Korporasi kelompok yang merupakan kumpulan orang atau badan yang satu sama lain
mempunyai kaitan dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan/atau hubungan keuangan;
dan/atau
Korporasi yang masih dalam proses kepailitan.
Kemudian, penting untuk diketahui bahwa terhadap korporasi hanya dapat dituntut
pidana denda dan pidana tambahan dan/atau tindakan tata tertib.[Anda dapat membaca
penjelasan selengkapnya mengenai tahapan penuntutan korporasi pada Bab IV
Lampiran PERJAGUNG 28/10/2014.
Tahapan Persidangan
Pada tahapan ini, pengurus yang mewakili korporasi pada tingkat penyidikan wajib pula
hadir pada pemeriksaan korporasi dalam sidang pengadilan.
Jika pengurus tidak hadir karena berhalangan sementara atau tetap, hakim/ketua sidang
memerintahkan penuntut umum agar menentukan dan menghadirkan pengurus lainnya
untuk mewakili korporasi sebagai terdakwa dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.
Lalu, dalam hal pengurus yang mewakili korporasi sebagai terdakwa telah dipanggil
secara patut tidak hadir dalam pemeriksaan tanpa alasan yang sah, hakim/ketua sidang
menunda persidangan dan memerintahkan kepada penuntut umum agar memanggil
kembali pengurus yang mewakili untuk hadir pada hari sidang berikutnya. Kemudian, jika
pengurus tidak hadir pada persidangan berikutnya, hakim/ketua sidang memerintahkan
penuntut umum supaya pengurus tersebut dihadirkan secara paksa pada persidangan
berikutnya.
Tahapan Putusan dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan
Tahapan ini dibagi menjadi penjatuhan pidana, putusan, dan pelaksanaan putusan.
Berkaitan dengan penjatuhan pidana, hakim dapat menjatuhkan pidana terhadap
korporasi atau pengurus, atau korporasi dan pengurus yang didasarkan pada masing-
masing undang-undang mengenai ancaman pidana terhadap korporasi dan/atau
pengurus. Penjatuhan pidana tersebut tidak menutup kemungkinan penjatuhan pidana
terhadap pelaku lain yang terbukti terlibat.
Kedua, putusan pemidanaan terhadap korporasi dibuat sesuai dengan KUHAP. Lalu,
hakim dapat menjatuhkan pidana terhadap korporasi berupa pidana pokok (denda),
dan/atau pidana tambahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Terakhir, pelaksanaan putusan dilakukan berdasarkan putusan pengadilan yang
memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht). Dalam hal pidana denda yang dijatuhkan
kepada korporasi, maka diberikan jangka waktu 1 bulan sejak putusan inkracht untuk
membayar denda. Jangka waktu dapat diperpanjang paling lama 1 bulan. Lalu, jika
terpidana korporasi tidak membayar denda, maka harta benda korporasi dapat disita oleh
jaksa dan dilelang.[
Kemudian, dalam hal pidana denda dijatuhkan kepada pengurus, maka diberikan jangka
waktu 1 bulan sejak putusan inkracht untuk membayar denda. Jangka waktu juga dapat
diperpanjang paling lama 1 bulan. Namun, jika denda tidak dibayar sebagian atau
seluruhnya, pengurus dijatuhkan pidana kurungan pengganti denda yang dilaksanakan
setelah berakhirnya hukuman pidana pokok.

Sumber :
Modul HKUM4311 Hukum Pidana Ekonomi
https://www.hukumonline.com/klinik/a/prosedur-penanganan-tindak-pidana-korporasi-
lt524e812eb78c5/
ASPEK HUKUM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANAKORUPSI OLEH KORPORASI
DALAM BIDANG PERPAJAKAN (LegalAspect of Eradication of Corruption CriminalAct
in Taxation) Marulak Pardede Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum
Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG Oleh : Marco Parasian Tambunan
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG Oleh : Marco Parasian Tambunan
https://www.ppatk.go.id/siaran_pers/read/1081/siaran-pers-tingkatkan-pengenaan-
pasal-tppu-ppatk-perkuat-sinergi-dengan-kpk.html
https://www.ksplaw.co.id/Publication/KSP-LEGAL-ALERT/hati-hati-investasi-bodong-ini-
ancaman-bagi-
pelaku.html#:~:text=Pasal%20492%20UU%20Nomor%201,1%20Tahun%202023%2C
%20dimana%20untuk

Anda mungkin juga menyukai