Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN PERKARA KEJAHATAN INVESTASI BODONG

OLEH SUBDIT FISKAL, MONETER DAN DEVISA


DIREKTORAT RESKRIMSUS
POLDA BENGKULU.

Oleh :
BUDHI HARTANTO1

Abstrak

Untuk menangani kejahatan investasi bodong, maka dalam hal ini Polri sebagai
pihak pertama dalam sistem peradilan pidana yang menangani laporan dari
masyarakat harus dapat bertindak cepat dalam menyelesaikan kasus-kasus yang
dilaporkan. Salah satu satuan khusus yang dibentuk Polri untuk menangani
kejahatan dibidang Perekonomian adalah Subdit Fiskal, Moneter, dan Devisa
(Fismondev). Tujuan Penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui Penanganan
Perkara Investasi Bodong oleh Subdit Fiskal, Moneter dan Devisa Direktorat
Reskrimsus Polda Bengkulu.(2). Untuk mengetahui dan menganalisis faktor
penghambat Subdit Fiskal, Moneter dan Devisa Direktorat Reskrimsus Polda
Bengkulu dalam penanganan perkara kejahatan investasi bodong diwilayah
hukum Polda Bengkulu. Jenis Penelitian ini adalah penelitian Yuridis Empiris.
Hasil Penelitian ini Menunjukan : (1). Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan dapat dijelaskan bahwa pihak Kepolisian sudah menerapkan hukum
yang berdasarkan peran fungsi dan wewenang Kepolisian dalam melaksanakan
penyelesaian perkara Kejahatan Investasi Bodong di wilayah Hukum Polda
Bengkulu serta mengacu terhadap perundang-undangan yang berlaku (2). Faktor
Penghambat dalam Penyelesaian Perkara Kejahatan Investasi Bodong oleh Subdit
Fismondev Polda Bengkulu adalah : Banyaknya saksi korban yang sebaran tempat
tinggalnya jauh dari Kantor Subdit Fismondev sehingga memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menghadirkan seluruh saksi korban untuk dimintai keterangan.
.
Kata Kunci : Fismondev, Investasi Bodong

1
Mahasiswa Prodi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Terbuka. NIM. 031212587, Email : Budhihartanto@gmail.com
Pendahuluan
Praktek investasi saham ilegal yang sering dikenal sebagai investasi
bodong sering dilakukan dengan menjanjikan imbal hasil atau keuntungan
yang tidak masuk akal kepada masyarakat tanpa adanya izin terlebih dahulu
dari Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga tertinggi dalam pengaturan dan
pengawasan sektor jasa keuangan.2 Tentu bagi masyarakat yang tidak faham
investasi dan prinsip berinvestasi yang aman akan banyak yang tertipu oleh
iming-iming return yang begitu tinggi.
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan harta.3 Semua investasi bertujuan untuk
mendapatkan manfaat di masa mendatang, namun tidak semua investasi dapat
mencapai tujuan tersebut karena adanya ketidakpastian atau resiko dalam
mencapai tujuan tersebut.4
Kegiatan investasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
nilai tambah dari suatu dana atau uang yang dimiliki seorang investor
(penanam/pemilik uang) ke suatu bidang usaha atau bisnis yang dijalankan
oleh penawar atau investasi (emiten) dengan menanamkan dana yang
dimilikinya ke sebuah bidang usaha atau bisnis seorang investor berhak atas
sejumlah laba yang telah ditentukan dalam suatu perjanjian, sedangkan dari
sisi pelaku bisnis baik berupa perusahaan ataupun perorangan dana dari para
investor sangat berguna sebagai sumber pembiayaan eksternal yang sangat
bermanfaat untuk meningkatkan produksinya.5 Orang yang menginvestasikan
uangnya berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Dari sedemikian banyak
orang yang menginvestasikan uangnya, beragam pula tujuan mereka
berinvestasi. Tujuan utama ingin meraih keuntungan atau paling tidak

2
Agus Anita Sari, "Analisis Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Mengawasi Investasi
Lampung dalam Perspektif Ekonomi Islam" (Skripsi--UIN Raden Intan, Lampung, 2018), hlm 9.
3
Mardhiyah Hayati, "Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam", Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam, Vol. I, No. I (Mei, 2016), hlm 67
4
Aziz Asya'ari, "Pelaksanaan Kerjasama Investasi UD Kemitraan Tinjauan Yuridis dan
Hukum Islam di Triadi Sleman Daerah Istimewa Rogyakarta" (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2015), hlm 12.
5
M.Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Penyelesaian Perkara Investasi BodongJakarta,2004,
hlm ix.
mempertahankan kekayaan mereka kepada pelaku bisnis, baik berupa
perorangan maupun perusahaan, namun tidak semuanya dapat mencapai
tujuan tersebut, banyak dari mereka yang tidak memperoleh keuntungan
tetapi malah menjadi korban penipuan oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Kasus penipuan berkedok investasi terus berulang bahkan
sekarang ini yang terjadi adalah semakin lama semakin banyak terjadi kasus
penipuan berkedok investasi dengan modus-modus yang semakin canggih.
Era globalisasi menyebabkan semakin canggihnya teknologi informasi
sehingga telah membawa pengaruh terhadap munculnya berbagai bentuk
kejahatan yang sifatnya modern dan berdampak lebih besar daripada
kejahatan konvensional.6 Seperti yang terjadi dalam kasus di bawah ini:
BENGKULU, iNews.id – Siswi SMA di Kabupaten Bengkulu Utara
berinisial DS (18) diduga telah menipu ratusan korban dengan total kerugian
mencapai Rp2,6 miliar. Setelah kasus dugaan penipuan investasi bodong yang
dijalankan enam bulan lalu, siswi kelas 3 SMA itu menghilang dan tidak
diketahui keberadaannya. Kapolres Bengkulu Utara, AKBP Anton Setyo
Hartanto mengatakan, masih mendalami dugaan investasi bodong yang
dilakukan pelaku DS hingga membuat ratusan korban rugian miliaran rupiah.
Kasus di atas merupakan satu dari sekian banyak kasus penipuan
berkedok investasi yang ditangani Dit Reskrimsus Polda Bengkulu. Melihat
banyaknya jumlah korban yang berhasil ditipu dan besarnya jumlah kerugian
yang dilarikan maka tindak pidana penipuan berkedok investasi ini
memerlukan penanganan yang lebih serius dalam rangka menanggulangi
tindak pidana penipuan berkedok investasi khususnya di Provinsi Bengkulu.
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan bagian dari
administrasi pemerintahan yang mempunyai fungsi untuk memelihara
keteraturan serta ketertiban dalam masyarakat, menegakkan hukum, dan
mendeteksi kejahatan serta mencegah terjadinya kejahatan. Polisi juga
memiliki fungsi sebagai pengayom masyarakat dari ancaman dan tindak

6
Budi Suhariyanto, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime): Urgensi Pengaturan
dan Celah Hukumnya, Raja Grafindo : Jakarta, 2012, hlm 12
kejahatan yang mengganggu rasa aman serta merugikan secara kejiwaan dan
material, dengan cara memelihara keteraturan dan ketertiban sosial,
menegakkan hukum atau lebih tepatnya menegakkan keadilan dalam
masyarakat berdasarkan hukum.7
Untuk menangani kejahatan atau Tindak Pidana Khusus, maka dalam
hal ini Polri sebagai pihak pertama dalam sistem peradilan pidana yang
menangani laporan dari masyarakat harus dapat bertindak cepat dalam
menyelesaikan kasus-kasus yang dilaporkan. Salah satu satuan khusus yang
dibentuk Polri untuk menangani kejahatan perbankan dan investasi adalah
Subdit Fiskal, Moneter, dan Devisa (Fismondev). Subdit Fiskal, Moneter dan
Devisa sendiri telah dibentuk di beberapa Polda di Indonesia dengan bentuk
dan nama yang berbeda sesuai kebutuhan di setiap Polda masing-masing.
Namun Subdit-Subdit tersebut tetap memiliki persamaan, yaitu khusus
menangani kejahatan yang berkaitan dibidang ekonomi, dimana salah satu
kejahatan yang khusus ditangani adalah kejahatan atau Tindak Pidana
Investasi Bodong yang kerap terjadi di Wilayah Hukum Polda Bengkulu.

Masalah

1. Bagaimana Penanganan Perkara Kejahatan Investasi Bodong oleh Subdit


Fiskal, Moneter dan Devisa Direktorat Reskrimsus Polda Bengkulu?
2. Apa saja faktor penghambat Subdit Fiskal, Moneter dan Devisa Direktorat
Reskrimsus Polda Bengkulu dalam penanganan perkara kejahatan Investasi
Bodong diwilayah hukum Polda Bengkulu?

Pembahasan
1. Penanganan Perkara Kejahatan Investasi Bodong oleh Subdit Fiskal,
Moneter dan Devisa Direktorat Reskrimsus Polda Bengkulu.
Pelaksanaan penyelesaian perkara Tindak Pidana Perekonomian
khususnya pada kejahatan Investasi Bodong oleh Subdit Fismondev Polda

7
Markas Besar Kepolisian Negara Repulik Indonesia Sekolah Staf dan Pimpinan, Polmas
Sebagai Implementasi Comunity Policing Bagaimana Menerapkannya?, hlm 3-4.
Bengkulu berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat dijelaskan
bahwa pihak Kepolisian sudah menerapkan hukum yang berdasarkan peran
fungsi dan wewenang Kepolisian dalam melaksanakan penyelesaian perkara
pidana dengan mengacu pada Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Polri menyebutkan bahwa ”untuk kepentingan umum
pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri”. 8 Selanjutnya
dalam ayat (2) disebutkan bahwa ”pelaksanaan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat
perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik
Profesi Polri”. Pengertian ”bertindak menurut penilaiannya sendiri”, dalam
penjelasan Pasal 18 Undang-undang ini, disebutkan sebagai suatu tindakan
yang dapat dilakukan oleh anggota Polri yang dalam bertindak harus
mempertimbangkan manfaat dan risiko serta biaya dan keuntungan dari
tindakannya yang benar-benar untuk kepentingan umum.
Selain kewenangan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Polri, penyidik di dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a angka 4 dan Pasal 7 ayat (1)
huruf j Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) diberi kewenangan untuk mengadakan tindakan lain menurut hukum
yang bertanggung jawab, yaitu merupakan tindakan dari kepolisian
(penyelidik/penyidik) untuk kepentingan penyelidikan/penyidikan dengan
syarat: (a) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum, (b) selaras dengan
kewajiban hukum yang mengharuskan dilakukannya tindakan jabatan, (c)
tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam lingkungan
jabatannya, (d) atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang
memaksa, dan (e) menghormati Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Asepsyah Mulyana Panit 1 Unit
Fismondev Polda Bengkulu pada tanggal 05 Oktober 2022, mengatakan Dalam
Penanganan Perkara Tindak Pidana Investasi Bodong yang dilakukan oleh DS

8
Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri
di Bengkulu Utara, Kami Dari Subdit Fismondev sudah menerapkan hukum
yang berdasarkan peran fungsi dan wewenang Kepolisian dalam melaksanakan
penyelesaian perkara pidana dengan mengacu pada Peraturan Perundang-
Undangan yang berlaku yakni berdasarkan Undang-Undang nomor 11 tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, karena Pada saat melakukan
Tindak Pidana/Kejahatan Penipuan investasi bodong Pelaku masih dibawah
umur.
Lebih lanjut Bapak Asepsyah mengatakan: meski saat ini DS sudah
termasuk kategori dewasa, namun penyidik masih melakukan penyelidikan
dengan sistem peradilan anak. Lantaran saat melakukan tindak pidana penipuan
investasi bodong dengan total anggota yang mengikuti investasi bodong
sebanyak 180 orang dengan total kerugian mencapai Rp 2,3 Miliar tersebut,
tersangka masih di bawah umur.
“Pada saat melakukan dia masih usia di bawah umur, namun saat ini
usianya sudah dewasa. Tetapi kami kembali lagi, bahwasanya kami melihat
mengacu kepada kapan tindak pidananya itu dilakukan oleh tersangka,
makanya kami tidak melakukan penahanan,”9
Subdit Fiskal Moneter dan Devisa Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda
Bengkulu, pada hari Jumat (31/7/2021) telah menetapkan D-S owner investasi bodong
sebagai tersangka. Panit 1 unit Fismondev Polde Bengkulu Bapak Asepsyah Mulyana
mengatakan, D-S yang merupakan pelajar SMA di Bengkulu Utara ditetapkan
tersangka lantaran terbukti melakukan penipuan dengan modus investasi bodong yang
telah menelan korban hingga 180 orang dengan total kerugian mencapai Rp. 2.3
miliar. Selain itu, Tersangka DS juga telah melanggar Pasal 46 Undang-Undang
nomor 7 tahun 1992 jo Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang
Perbankan, serta melanggar ketentuan Pasal 59 Undang-Undang nomor 21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan dikualifikasikan sebagai kejahatan.
Dugaan kasus investasi bodong masuk ke dalam Pasal tindak pidana
penipuan, yang didasarkan tindakan mengiming-imingi kepada pihak tertentu
untuk menanamkan saham atau sejumlah uang. Pelaku bisa diancam 4 tahun

9
Wawancara dengan Bapak Asepsyah Mulyana Panit 1 Unit Fismondev Polda Bengkulu
pada tanggal 5 Oktober 2022 pukul 10 : 00 WIB
penjara. Berdasarkan (Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945) maka setiap tindak pidana yang terjadi akan diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang sudah ada, berkenaan dengan kasus
penipuan berkedok investasi bodong ini, diberlakukan peraturan perundang-
undangan yang ada seperti pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam
Pasal 378 atau Pasal 372. Dalam pasal 378 dijelaskan kriteria tentang penipuan
serta ancaman hukum bagi pelakunya. Kriteria penipuan tersebut antara lain
tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara
melawan hukum, memakai nama palsu atau martabat palsu, tipu muslihat,
rangkaian kebohongan, membujuk orang lain untuk menyerahkan barang
sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan piutang.
Ancaman hukumannya paling lama 4 tahun penjara bagi mereka yang terbukti
melakukan penipuan. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 372
dijelaskan kriteria tentang penggelapan serta ancaman hukuman bagi
pelakunya. Kriteria penggelapan tersebut antara lain yaitu tindakan yang
dilakukan dengan sengaja dan melawan hukum mengaku sebagai milik sendiri
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan. Ancaman
hukumannya paling lama 4 tahun penjara bagi mereka yang melakukan
penggelapan. Berdasarkan Pasal-Pasal tersebut di atas dapat dipahami bahwa
Negara Indonesia sebagai negara hukum maka setiap tindak pidana apapun
bentuknya dan bagaimanapun motivasinya akan ditindak lanjuti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan oleh aparat penegak hukum yang berwenang
berkaitan dengan masalah tersebut. Namun dalam Perkara Penipuan Investasi
Bodong Oleh Tersangka DS Penyidik juga mesti memperhatikan ketentuan
Undang-Undang tentang Peradilan anak, mengingat pada saat melakukan
tindak Pidana DS belum berusia 18 tahun.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak pasal 1 angka 1 mengatakan, anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dalam pasal 1 disebutkan: angka 2:
anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan
hukum, anak yang menjadi tindak pidana anak, dan anak yang menjadi saksi
tindak pidana; angka 3: anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya
disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
belum berumur 18 (delapan belas) yang diduga melakukan tindak pidana.
Undang-Undang yang digunakan dalam hal pidana anak adalah Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
(SPPA). Dalam hal pidana anak dikenal dengan istilah diversi yaitu pengalihan
penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar
peradilan pidana. Diversi dapat dilakukan atas persetujuan korban dan ancaman
pidananya dibawah 7 (tujuh tahun) dan bukan merupakan pengulangan pidana
(UU SPPA pasal 7 ayat 2), tetapi apabila korban tidak menghendaki diversi
maka proses hukumnya akan terus berlanjut. Hasil Kesepakatan Diversi dapat
berbentuk (pasal 11): perdamaian dengan atau tanpa ganti rugi; penyerahan
kembali kepada orang tua/wali; keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan
di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) bulan; atau pelayanan
masyarakat. pasal 20 disebutkan dalam hal tindak pidana dilakukan oleh anak
sebelum genap berumur 18 (delapan belas) tahun dan diajukan ke sidang
pengadilan setelah Anak yang bersangkutan melampaui batas umur 18
(delapan belas) tahun, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun,
anak tetap diajukan ke sidang anak. pasal 21 ayat 1 dijelaskan bahwa dalam hal
Anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan
tindak pidana, penyidik, pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial
Profesional mengambil keputusan untuk menyerahkan kembali kepada orang
tua/wali; atau mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan,
dan pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang
menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah,
paling lama 6 (enam) bulan. Pasal 32 menjelaskan bahwa penahanan terhadap
anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang
tua/Wali dan atau lembaga bahwa anak tidak melarikan diri, tidak akan
menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi
tindak pidana. Penahanan terhadap anak hanya dapat dilakukan dengan syarat
sebagai berikut: a. anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan b.
diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh)
tahun atau lebih. pasal 69 ayat 1 menjelaskan bahwa anak hanya dapat dijatuhi
pidana atau dikenai tindakan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang
Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Ayat 2 menjelaskaskan bahwa anak
yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan. pasal
70 menjelaskan bahwa ringannya perbuatan, keadaan pribadi anak, atau
keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang terjadi kemudian dapat
dijadikan dasar pertimbangan hakim untuk tidak menjatuhkan pidana atau
mengenakan tindakan dengan mempertimbangkan segi keadilan dan
Kemanusiaan.

2. Faktor penghambat Subdit Fiskal, Moneter dan Devisa Direktorat


Reskrimsus Polda Bengkulu dalam penanganan perkara kejahatan
Investasi Bodong diwilayah hukum Polda Bengkulu.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Asepsyah Mulyana Panit 1 Unit
Fismondev Polda Bengkulu pada tanggal 05 Oktober 2022, mengatakan Dalam
Proses penanganan Perkara Penipuan Investasi Bodong dengan Tersangka DS
sejauh ini tidak terdapat kendala yang begitu berarti yang dapat menghambat
proses penyelesaiannya diranah Kepolisian hanya saja kami sedikit terkendala
untuk mengumpulkan saksi atau pelapor yang jumlahnya cukup banyak dan
tersebar diberbagai daerah di Provinsoi Bengkulu.
Dari sebanyak 180 orang Korban, ada yang berasal dari Kota Bengkulu
dan ada juga dari daerah lain seperti Kabupaten Lebong. Karena Faktor jarak
dan sebaran tempat tinggal korban, ini sedikit menjadi hambatan sehingga
membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk memanggil para saksi korban
untuk dimintai keterangan.
Penutup

1. Kesimpulan
Dalam Penanganan Perkara Tindak Pidana Investasi Bodong yang
dilakukan oleh DS di Bengkulu Utara, Subdit Fismondev sudah menerapkan
hukum yang berdasarkan peran fungsi dan wewenang Kepolisian dalam
melaksanakan penyelesaian perkara pidana dengan mengacu pada Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku yakni berdasarkan Undang-Undang nomor
11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, karena Pada saat
melakukan Tindak Pidana/Kejahatan Penipuan investasi bodong Pelaku masih
dibawah umur.
Hambatan dalam proses penyelesaian perkara investasi bodong oleh
Subdit Fismondev Polda Bengkulu adalah lamanya waktu untuk pemanggilan
saksi korban untuk dimintai keterangan karena Dari sebanyak 180 orang
Korban, ada yang berasal dari Kota Bengkulu dan ada juga dari daerah lain
seperti Kabupaten Lebong. Karena Faktor jarak dan sebaran tempat tinggal
korban, ini sedikit menjadi hambatan sehingga membutuhkan waktu sedikit
lebih lama untuk memanggil para saksi korban untuk dimintai keterangan.
2. Saran
Untuk Pihak Kepolisian khusnya Subdit Fismondev agar lebih
menggiatkan tindakan-tindakan preventif yang sifatnya mencegah dengan cara
mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang modus-modus operandi
tindak pidana terkait investasi bodong, sehingga masyarakat dapat lebih paham
dan mengerti dan tidak menjadi korban tindak pidana investasi bodong
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Agus Anita Sari, 2018, Analisis Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam
Mengawasi Investasi Lampung dalam Perspektif Ekonomi Islam
Lampung, Skripsi--UIN Raden Intan.

Aziz Asya'ari, 2015, Pelaksanaan Kerjasama Investasi UD Kemitraan


Tinjauan Yuridis dan Hukum Islam di Triadi Sleman Daerah Istimewa
Rogyakarta, Yogyakarta, Skripsi--UIN Sunan Kalijaga.

Budi Suhariyanto, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime):


Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta, Raja Grafindo.

Mardhiyah Hayati, 2016, Investasi Menurut Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal


Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. I, No. I.

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2006, Polmas Sebagai


Implementasi Comunity Policing Bagaimana Menerapkannya.

M.Irsan Nasarudin dan Indra Surya, 2004, Aspek Hukum Pasar Modal, Jakarta,
Kencana.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang R e p u b l i k I n d o n e s i a Nomor 8 Tahun 1981


tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem


Peradilan Pidana Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1992 jo Undang-Undang


Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

Anda mungkin juga menyukai