Uang, emas
batangan, dan barang bukti lainnya berhasil disita dari tas milik salah satu pelaku. AL dan SB
ditangkap Satuan Reskrim Polres Alor, di sebuah kapal tol laut tujuan Pulau Flores, Nusa
Tenggara Timur (NTT), pada Minggu 28 Februari 2021. Kedua pelaku ini, diduga akan mencari
lokasi baru tepatnya di daerah Flores, untuk menjalankan aksi investasi bodong. Kapolres Alor,
AKBP Agustinus Christmas mengatakan, kedua pelaku melakukan aksinya dengan cara
meminjam uang dari korbannya untuk modal, dengan iming-iming bunga 40 % hingga 100 %.
“Alasan investasi dengan jasa event organizer wedding ini, mereka telah membawa uang dari
para korban di beberapa daerah di Kalimantan sebesar Rp15 miliar,” kata Agustinus. Dari tangan
kedua pelaku, setelah digeledah isi koper bawaan polisi menemukan uang tunai sebesar Rp165
juta, emas batangan seberat 200 gram. “Kedua pelaku sudah ditahan,” sambungnya. Sementara
uang, emas batangan, cincin dan handphone pelaku telah disita sebagai barang bukti.
Sumber : https://news.okezone.com/read/2021/03/01/340/2370462/2-pelaku-investasi-
bodong-rp15-miliar-ditangkap-polisi
Berdasarkan berita diatas, uraikan analisis Saudara apakah termasuk kategori tindak pidana
ekonomi dan uraikan tentang pertanggungjawaban pidana atas tindak pidana yang terjadi !
Jawab: Tindak pidana di bidang ekonomi dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai semua
tindak pidana di luar Undang-Undang Darurat No. 7 Tahun 1955 yang bercorak atau bermotif
ekonomi atau yang dapat mempunyai pengaruh negatif terhadap kegiatan perekonomian dan
keuangan Negara yang sehat. Ruang lingkup kejahatan ekonomi meliputi bidang yang sangat
luas. Seperti kejahatan di bidang perbankan, money laundering, kejahatan komputer, kejahatan
korporasi, dan lain-lain.
Investasi bodong merupakan investasi yang meminta sejumlah uang kepada investor untuk
menanamkan modal pada bisnis atau kegiatan tertentu yang sebenarnya tidak pernah ada.
Nantinya uang dari investor akan dibawa kabur oleh oknum tersebut. Tindakan ini termasuk
kedalam tindak pidana penipuan, tindak pidana penipuan, apapun kedok yang digunakan,
termasuk kedok investasi, diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(“KUHP”) yang berbunyi: ‘’Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang,
diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.’’
Menaikkan harga (over pricing) serta melebihi harga faktur (over invoicing), juga
mengekspor dan mengimpor barang-barang dibawah standar dan bahkan hasil-hasil
produksi yang membahayakan (export and import of substandard and even dangerously
unsafe products):
Penyimpangan perbankan, yaitu penipuan uang muka, pemalsuan L/C, promes dan
wesel, pemalsuan uang, penyimpangan dalam pengiriman uang, dan lain-lain. •
Penyimpangan perdagangan, yaitu kepailitan, kejahatan perdagangan, perubahan aset
perusahaan dan pemalsuan kontrak.
Penyimpangan pembayaran perdagangan eceran, cek palsu, kredit palsu, cek kosong.
Penyimpangan yang berkaitan dengan investasi, surat-surat berharga, saham dan
obligasi palsu, masnipulasi pasar. Penyimpangan perusahaan.
Maka Jelaslah Bahwa investasi bodong dalam kasus diatas merupakan kategori tindak pidana
ekonomi.
Pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk untuk menentukan apakah seorang tersangka
atau terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana yang telah terjadi. Dengan kata
lain pertanggungjawaban pidana adalah suatu bentuk yang menentukan apakah seseornag
tersebuut dibebasakn atau dipidana. Apabila tindak pidana penipuan tersebut dilakukan oleh
orang berdasarkan hubungan kerja, atau berdasarkan hubungan lain, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama yang bertindak untuk dan atas nama korporasi di dalam maupun di luar
lingkungan korporasi, merupakan tindak pidana oleh korporasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan
Perkara Tindak Pidana oleh Korporasi. Selanjutnya, sanksi atau hukum yang dapat dijatuhkan
terhadap korporasi menurut Pasal 25 ayat (1) PERMA 13/2016 adalah pidana pokok dan/atau
pidana tambahan. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi adalah pidana denda.
Sedangkan pidana tambahan yang dijatuhkan terhadap korporasi sesuai yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Ganti Kerugian atas Tindak Pidana Korporasi Kerugian yang
dialami oleh para investor yang telah menyerahkan uangnya dapat diminta ganti kerugian
sebagaimana diatur dalam Pasal 20 PERMA 13/2016 yang berbunyi: ‘’Kerugian yang dialami
oleh korban akibat tindak pidana yang dilakukan oleh Korporasi dapat dimintakan ganti rugi
melalui mekanisme restitusi menurut ketentuan perundang- undangan yang berlaku atau
melalui gugatan perdata.’’ Jika jumlah korban yang menderita kerugian tidak hanya beberapa
orang saja, melainkan meliputi banyak orang yang masing-masingnya telah membuat perjanjian
secara tertulis dengan pihak korporasi. Oleh karenanya, permohonan ganti kerugian dapat
didasarkan pada gugatan wanprestasi atau cidera janji yang menimbulkan kewajiban bagi
debitur (korporasi) untuk mengganti biaya kerugian akibat telah dinyatakan lalai memenuhi
perikatan seperti yang diatur dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH
Perdata”) yang berbunyi: Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan lalai, tetap lalai untuk
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat
diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.
Permohonan ganti kerugian ini dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan perwakilan
kelompok (class action).
Berdasarkan berita diatas uraikan analisis anda karakteristik tindak pidana ekonomi sehingga
harus dikaitkan dengan tindak pidana lainnya!
Jawab: Kejahatan ekonomi memiliki karakteristik sebagai white collar crimes sehingga
penanggulangan dan pemberantasannya memerlukan sarana-sarana khusus sesuai dengan
karakteristiknya sebagai white collar crimes. Dengan demikian hukum pidana ekonomi memiliki
dasar pembenaran teoretis yang kuat sebaga hukum pidana khusus.
Ehmund Kitch mengemukakan Ada Tiga karakteristik atau features of economic crime yaitu:
Tindak pidana ini memerlukan penanganan atau pengendalian secara khusus dari
aparatur penegak hukum.
Dibandingkan dengan kejahatan tradisional yang lain, khususnya kejahatan terhadap harta
benda, kejahatan ekonomi mempunyai karakteristik khusus. Kejahatan ekonomi lebih banyak
tergantung pada sistem ekonomi dan tingkat pembangunan suatu masyarakat. Dengan
demikian sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis ataupun sistem gabungan
masing-masing akan memiliki pengaturan tersendiri tentang apa yang dinamakan kejahatan
ekonomi. Berkaitan dengan tindak pidana ekonomi ini Muladi mengemukakan bahwa yang
paling mendasar adalah pemahaman bahwa tindak pidana di bidang perekonomian merupakan
bagian dari hukum ekonomi yang berlaku di suatu bangsa, sedangkan hukum ekonomi yang
berlaku di suatu negara tidak terlepas dari sistem ekonomi yang dianut oleh bangsa tersebut.
White collar crime sebagai suatu istilah yang menggambarkan kejahatan yang dilakukan oleh
orang-orang terhormat dalam pekerjannya, di sisi lain telah mematahkan anggapan masyarakat
yang telah stereotipe bahwa sebab-sebab kejahatan adalah faktor-faktor patologis yang bersifat
individual seperti kemiskinan, kebodohan dan sebagainya. Tegasnya apa yang disebut sebagai
kejahatan ternyata tidak hanya dilakukan oleh kalangan bawah, tetapi juga banyak dilakukan
oleh lapisan masyarakat tingkat atas dengan beragam modus operandi. Ruang lingkup
kejahatan ekonomi meliputi bidang yang sangat luas. Seperti kejahatan di bidang perbankan,
money laundering, kejahatan komputer, kejahatan korporasi, dan lain-lain. Dalam kejahatan
ekonomi seringkali terdapat batas yang sempit antara legalitas, illegalitas dan kriminalitas
(mala prohibita) dan bukan “mala in se”. Memiliki karakteristik khusus karena tergantung pada
sistem ekonomi dan tingkat pembangunan suatu masyarakat. Pengaturan hukum pidana dalam
kejahatan ekonomi harus memperhatikan berbagai kepentingan, jangan sampai menjadi over
criminalization yang justru kontra produktif.
Sementara Money laundering dapat diistilahkan dengan pencucian uang atau pemutihan uang.
Kata money dalam money laundering diistilahkan secara beragam. Ada yang menyebutnya
dengan dirty money, hot money, illegal money atau illicit money. Dalam istilah Indonesia juga
disebut secara beragam yaitu, uang kotor, uang haram, uang panas atau uang gelap. Istilah
money laundering sendiri sudah merupakan istilah yang lazim dipergunakan secara
internasional. Belum ada definisi yang komprehensif dan universal tentang money laundering,
karena berbagai pihak seperti institusi investigasi, kalangan pengusaha, negara-negara dan
organisasi lainnya memiliki definisi-definisi sendiri. Secara singkat money laundering adalah
perbuatan yang bertujuan mengubah suatu perolehan dana secara tidak sah supaya terlihat
diperoleh dari dana yang sah.
TEMPO.CO, Jakarta - Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta menyatakan berkas hasil penyidikan pada
kasus pidana perpajakan korporasi PT GSG sudah lengkap atau P-21. Dalam kasus pidana pajak
ini, potensi kerugian pendapatan negara akibat tindak pidana ini kurang lebih Rp 9 Miliar.
“Indikasi fraud atas pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak (WP) ini dapat dideteksi
dari sistem pengawasan terintegrasi yang ada di Ditjen Pajak,” kata Kepala Kantor Wilayah
(Kanwil) Jakarta Barat, Erna Sulistyowati, dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 10 Februari
2020.Awalnya, penyidik Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Barat telah melakukan pemeriksaan bukti
permulaan terhadap PT GSG. Menurut Erna, PT GSG dengan sengaja menyampaikan SPT Masa
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan Faktur Pajak TBTS (Tidak Berdasarkan Transaksi
Sebenarnya) dan selanjutnya diajukan permohonan restitusi PPN. Dari hasil penyelidikan Kanwil
Ditjen Pajak, PT GSG diduga telah melanggar ketentuan dalam Pasal 39A huruf a dan/atau
Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara PerpajakanDalam aturan ini, pelaku dapat dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun. Kemudian, denda paling sedikit 2 kali jumlah
restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. Jumlahnya
paling banyak 4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan
yang dilakukan. Erna mengatakan, Kanwil Ditjen Pajak Jakarta Barat akan terus meningkatkan
sinergi dengan Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya dan Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta.
Sehingga, upaya penegakan hukum terhadap WP yang tidak menjalankan kewajiban
perpajakannya bisa terus dilakukan. “Terutama WP yang melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan,” kata dia.
Sumber : https://bisnis.tempo.co/read/1305608/berkas-penyidikan-kasus-pidana-pajak-pt-gsg-
dinyatakan-lengkap/full&view=ok
Setelah membaca berita diatas, uraikan dan berikan analisis anda mengapa tindak pidana yang
terjadi digolongkan sebagai tindak pidana korporasi ! serta berikan analisis anda keterkaitan
Ditjen Pajak dengan Kepolisian dan Kejaksaan!
Jawab: Peran korporasi sebagai aktor sosial sangat besar dan penting seiring dengan semakin
kompleks dan majunya kehidupan masyarakat. Namun saat ini terdapat ketidakjelasan
mengenai konsep korporasi sebagai subjek hukum pidana dan entitas apa saja yang bisa
dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana. Disamping itu, pengaturan mengenai
pembebanan pertanggungjawaban pidana bagi korporasi masih sangat minim, terutama
mengenai pemisahan pertanggungjawaban pidana korporasi dan pengurus (subjek manusia)
ketika terjadi suatu tindak pidana di dalam korporasi.
Korporasi, dalam hal ini sesuai dengan kasus diatas adalah PT GSG yang terlibat kasus pidana
perpajakan telah melakukan pemeriksaan bukti permulaan terhadap PT GSG. Menurut Erna, PT
GSG dengan sengaja menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menggunakan
Faktur Pajak TBTS (Tidak Berdasarkan Transaksi Sebenarnya)
Kejahatan korporasi itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh badan hukum, perseroan,
perserikatan orang, yayasan atau organisasi-organisasi yang dapat dijatuhi sanksi (hukuman)
oleh Negara berdasarkan hukum administrasi Negara, hukum perdata dan hukum pidana. Hal ini
merupakan pengertian normative. Sedangkan secara sosiologis, kriminologis dan viktimologis,
kejahatan korporasi dapat diartikan sebagai praktek-praktek yang bertentangan dengan nilai-
nilai dalam masyarakat dan dengan skala korban yang cukup luas, yang kadang-kadang belum
terjangkau oleh hukum.
Menghindari pajak;
Sehubungan dengan kasus tersebut diatas, Ditjen pajak memiliki keterikatan khusus dengan
Kepolisian (polri) Dan Kejaksaan agung, Dimana dalam proses penyelesaian sengketa atau
kasus tindak pidana perpajakan perlu adanya kerjasama dari Ketika Pihak tersebut.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak melakukan kerja sama dengan Polri dan Kejaksaan Agung
(Kejagung) untuk mengoptimalkan penerimaan negara. Dengan Badan Reserse Kriminal Polri,
kolaborasi terjalin melalui penandatanganan terkait penegakan hukum di bidang perpajakan.
Sedangkan bersama Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung, dihasilkan
penandatanganan perjanjian kerja sama tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana di
bidang perpajakan.
Ditjen Pajak dan Kejagung RI sepakat untuk melakukan koordinasi dalam rangka penyelarasan
kebijakan serta penanganan tindak pidana di bidang perpajakan dan TPPU yang asalnya dari
tindak pidana di bidang perpajakan. Sedangkan bersama Polri, Ditjen Pajak melakukan kerja
sama dalam penegakan hukum meliputi pertukaran data dan informasi, penyelidikan dan
penyidikan, koordinasi dan pengawasan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta
pemanfaatan sarana dan prasarana. Selain itu, DJP dan Kejagung juga bersinergi dalam
melakukan pertukaran data dan informasi, pengembangan kapasitas sumber daya manusia,
serta koordinasi pencegahan tindak pidana yang menjadi kewenangan masing-masing pihak.