Anda di halaman 1dari 13

Kasus tipikor yang merugikan Indonesia triliun rupiah

DOSEN PEMBIMBING

Mhd Alang khairun Nizar

Disusun oleh

Nama : Sindy Amelia

Npm : 20110202

MANAJEMEN D SORE
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BINA KARYA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Tindak Pidana Korupsi Tipikor merupakan kejahatan yang mempunyai


akibat sangat kompleks dan sangat merugikan keuangan Negara, dan di Indonesia
sendiri korupsi telah menjadi masalah serius bagi bangsa Indonesia, karena telah
merambah ke seluruh lini kehidupan masyarakat yang dilakukan secara sistematis,
sehingga memunculkan stigma negatif bagi negara dan bangsa Indonesia didalam
pergaulan masyarakat Indonesia1 Bahkan berbagai kalangan menilai bahwa
korupsi telah menjadi bagian dari kehidupan, menjadi suatu sistem dan menyatu
dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara.2Di Indonesia, didirikan satu
lembaga khusus menangani korupsi yang dinilai sebagai Extra Ordinary Crime
yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Seiring dengan semakin sulitnya
menangani korupsi, sejarah mencatat Indonesia mengatur mengenai tindak pidana
korupsi sebagai pidana khusus yang detailnya diatur didalam Undang-Undang
terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dengan Undang-
Undang No. 31 tahun 1999 dan kemudian mengalami perubahan dengan Undang-
Undang No. 20 tahun 2001. Pengaturan ini tentunya dibuat secara lebih khusus dan
sistematis serta disesuaikan dengan keadaan masyarakat, jika dibandingkan dengan
yang diatur didalam KUHP warisan belanda. Undang-Undang menyiratkan bahwa
delik tipikor adalah delik formil yang berarti bahwa tipikor cukup dibuktikan
dengan adanya potensi kerugian negara (Potential Loss), dan tidak perlu kerugian
nyata (Actual Loss).3 Hal ini menimbulkan potensi terjadinya kriminalisasi
kebijakan, karena ada perbedaan pemaknaan kata ―dapat‖ dalam unsur merugikan
keuangan Negara oleh aparat penegak hukum, sehingga seringkali menimbulkan
persoalan mulai perhitungan jumlah kerugian Negara sesungguhya, hingga
lembaga manakah yang berwenang menghitug kerugian Negara. Ini menyebabkan
ketidakpastian hukum dan bertentangan dengan Pasal 28G Ayat (1) UUD 1945.
Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan atas perkara dengan register
No.25/PUU-XIV/2016 yang pada intinya mengabulkan permohonan tujuh Aparat
Sipil Negara (ASN) yang merasa hak konstitusionalnya dilanggar, dengan
keberadaan kata ―dapat‖ pada norma Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 UU No.20
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Dengan keputusan ini, status tindak
pidana Korupsi yang selama ini merupakan Tindak Pidana Formil kemudian
beralih status menjadi Tindak Pidana Materil, yang mensyaratkan adanya unsur
kerugian keuagan Negara yang harus dihitung secara nyata atau pasti. Dalam
putusannya mahkamah menilai kedua Ayat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2001 tersebut kini harus bergeser dan menitikberatkan dirinya pada adanya akibat,
sehigga unsur merugikan keuangan Negara tidak lagi dipahami sebagai perkiraan
(“Potential Loss”) tetapi harus dipahami benar-benar sudah terjadi atau nyata.

ada umumnya orang awam beranggapan bahwa para kepala daerah yang pernah
tersandung kasus korupsi sudah pasti telah menyebabkan kerugian Negara karena
memiliki niat untuk mencuri uang Negara dan memperkaya diri sendiri, tetapi
setelah mahkamah konstitusi mengeluarkan putusan yang merubah Undang-
Undang Tipikor, masyarakat baru memahami lebih dalam bahwa selama ini, orang
dapat ditangkap karena dituduh melakukan tindak pidana korupsi, hanya karena
tindakannya ―berpotensi‖ menimbulkan kerugian negara. Ini juga mulai
menyadarkan masyarakat betapa besar kemungkinan dan dan betapa mudahnya
seorang kepala daerah di kriminalisasi.

Satu kata dapat ini bahkan ternyata menciptakan situasi penindakan tipikor
menjadi kacau balau pada kenyataannya. Bagaimana tidak, tanpa mengetahui
dengan jelas seluk beluk penyaluran anggaran, semua pihak, bahkan yang tidak
menyelidiki dengan teliti dan tidak memiliki kapasitas dan kualitas sebagai auditor
negara seperti lembaga swadaya masyarakat, orang awam, lawan politik, dan
bahkan penyidik dari kepolisian atau kejaksaan yang tidak dipersiapkan matang
untuk menguasai ilmu keuangan dan penyaluran anggaran misalnya, dapat
mengajukan laporan dugaan tindak pidana korupsi atas hasil investigasi sendiri,
terhadap kepala daerah atau pihak lain yang terlibat dalam penyaluran keuangan
Negara.

Tindakan korupsi merupakan salah satu masalah yang banyak dihadapi di berbagai
negara terutama di negara berkembang. Berbagai kerjasama dilakukan antar
lembaga di dalam negeri baik dalam bidang hukum hingga pendidikan guna
mengurangi penigkatankasus korupsi.

Alas an pemilihan judul:


Kasus korupsi ini sangat merugikan Negara dengan jumlah mencapai triliun
1.2Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah :

1.Bagaimanakah penerapan hukum terhadap putusan Mahkamah Konstitusi perihal


Kerugian Negara yang menganut prinsip Actual Loss dalam penghitungan
Kerugian Negara, pada tindak pidana korupsi di Indonesia?
2.Bagaimana penentuan kerugian Negara oleh BPK terhadap suatu tindak pidana
korupsi didasarkan pada hasil audit investigasi BPK?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum terhadap putusan Mahkamah
Konstitusi perihal Kerugian Negara yang menganut prinsip Actual Loss dalam
penghitungan Kerugian Negara, pada tindak pidana korupsi di Indonesia
2.Untuk mengetahui bagaimana penentuan kerugian Negara oleh BPK terhadap
suatu tindak pidana korupsi didasarkan pada hasil audit investigasi BPK.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut :

1.Kegunaan Teoritis
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam disiplin Ilmu Hukum, khususnya
mengenai tindak pidana korupsi dan perkembangan penanganannya. Selain itu,
penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.

2.Kegunaan Praktis
Selain kegunaan teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pedoman dan inspirasi pengembangan penanganan tindak pidana korupsi di
Indonesia.
BAB ii
A.Tindak Pidana korupsi
Kata korupsi berasal dari kata latin corruptionatau corrupt. Kemudian
muncul dalam berbagai bahasa Eropa seperti Prancis yaitu corruption. Bahasa
Belandacorruptiedan muncul pula dalam pembenahaan bahasa Indonesia dengan
istilah korupsi.Arti secara harafiah korupsi adalah kebusukan, keburukan,
kejahatan,ketidakjujuran,dapat di suap, penyimpangan dari kesucian, kata-kata
yang bernuansamenghina atau memfitnah, penyuapan, dalam bahasa Indonesia
kata korupsiadalah perbuatan buruk, seperti penggelapan uang penerimaan, uang
sogok dansebagainya. Kemudian arti kata korupsi telah diterima dalam
pembendaharaanbahasa Indonesia dalam kamus besar Indonesia yaitu kecurangan
dalammelakukankewajiban sebagai pejabat.Tindak pidana korupsi merupakan
tindak pidana khusus karena dilakukan orangyang khusus maksudnya subyek dan
pelakunya khusus dan perbuatannyayangkhusus akibat yang ditimbulkan oleh
adanya tindak piidana korupsi harus ditangani serius dan khusus untuk itu perlu di
kembangkan peraturan-peraturan khusus sehingga dapat menjangkau semua
perbuatan pidana yang merupakan indak pidana korupsi karena hukum pidana
umumnya tidak sanggup untuk menjangkaunya.Tindak pidanakorupsi menurut
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 meliputi perbuatan cukup luas
cakupannya. Sumber perumusan tindak pidana korupsidalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 dapat di golongkan dalam duagolongan :
1)Perumusan yang di buat sendiri olehpembuat Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001
2)Pasal KUHP yang ditarik kedalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

Adapun mengenai pengertian tindak pidanakorupsi menurut Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2001, yaitu :
1)Setiap orang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
Negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 ayat (1)).
2)Setiap orang yang dengan tujuan mengungtungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang
ada padaaya karena jabatan, atau keduduksn yang dapat merugikan keuangan
Negara atau perekonomian Negara (Pasal 3).
3)Setiap orang yang memberihadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji di anggap melekat pada jabatan
atau kedudukan tersebut (Pasal 13).
4)Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat
untuk melakukan tindak pidana korupsi (Pasal 15).
5)Setiap orang di luar Wilayah Republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi (Pasal
16).
Memperhatiakan Pasal 2 ayat (1) di atas maka akan di temukan unsur-unsur
sebagai berikut :
a.Melawan hukum.
b.Memperkaya diri sendiri atau orangg lain atau suatu korporasi.
c.Dapat merugikan keuangan Negara dan perekonomian Negara

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, unsur melawan hukum


di mencakup perbuatan tersebut di anggap tercela karena tidak sesuai dengan
rasakeadilan dan norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat maka
perbuatantersebut dapat dipidana.

Adapun yang di maksud dengan perbuatanmemperkaya dirisendiri adalah


perbuatan yang dilakukan untuk menjadi lebih kaya lagi dengan cara yang tidak
benar. Perbuatan ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, perbuatan
yang di makasud dala Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun
2001disebutkan bahwa untuk memperkaya diri sendiri tersebut tidak hanya
diperuntukkan bagi orang lain suatu korporasi.
Tindak pidana korupsi dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 dibedakan menjadi :

a.Tindak pidana korupsi murni, yaitu perbuatan-perbuatan yang merupakanmurni


perbuatan korupsi, perbuatan-perbuatan tersebut dalam Bab II Pasal 2sampain
Pasal 20 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.

b.Tindak pidana korupsi tidak murni, yaitu perbuatan-perbuatan yangberkaitan


dengan setiap orangyang mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara
langsung atau tidak langsung, penyidik, penuntut,danpemeriksa di sidang
pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa maupunpaara saksi ddalam perkara
korupsi. Perbuatan tersebut di atur dalam Bab IIPasal 21 sampaai dengan Pasal 2
dan 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun1999.

Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 mempunyai unsur-unsur


sebagaiberikut :

a.Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;

b.Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya


karena jabatan atau kedudukannya;
c.Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara.Pengertian tindak
pidana korupsi menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999apabila dilihat dari
sumbernya dapat di bagi menjadi dua, yaitu ;

a.Bersumber dari perumusan pembuatan Undang-Undang tindak pidana


korupsiyaitu pada Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai Pasal 16.
b.Bersumber dari pasal-pasal KUHP yang di tari menjadi Undang-Undang tindak
pidana korupsi yaitu Pasal 209, Pasal210, Pasal 387, Pasal 388, Pasal415 sampai
dengan Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, dan Pasal 435 KUHP.
BAB III
PEMBAHASAN

Jakarta, CNN Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan


Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Supian Hadi sebagai tersangka kasus dugaan
suap terkait izin usaha pertambangan (IUP) di Kabupaten Kotawaringin Timur,
Kalimantan Tengah. Izin itu dipersiapkan untuk tiga perusahaan yang berbeda.
Atas penerbitan IUP itu KPK menduga Supian yang juga kader PDIP tersebut telah
merugikan negara hingga Rp5,8 triliun dan US$711 ribu (setara Rp9,9 miliar
dengan asumsi kurs Rp14 ribu). Kerugian negara itu mengalahkan kerugian negara
pada kasus korupsi e-KTP sebesar Rp2,3 triliun dan korupsi SKL BLBI sebesar
Rp4,58 triliun. "Setara bila dibandingkan dengan kasus lain yang pernah ditangani
KPK seperti KTP Elektronik (Rp2,3 triliun) dan BLBI (Rp4,58 triliun)," kata
Wakil Ketua KPK, Laode M Syarif di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (1/2).
Besaran dugaan kerugian negara dalam kasus yang menerpa Supian ini hanya
dikalahkan oleh kerugian negara akibat dugaan korupsi kasus pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dan penetapan Bank Century sebagai bank gagal
berdampak sistemik. Pada kasus Century, ditengarai negara mengalami kerugian
sebesar Rp7,4 triliun.

Terlepas dari jumlah kerugian negara, Supian kembali menambah panjang kepala
daerah yang menjadi pesakitan di KPK. Padahal dia tengah menjalani periode
keduanya sebagai orang nomor satu di Kabupaten Kotawaringin Timur. Periode
pertamanya, yakni 2010-2015.
Berdasarkan informasi yang diperoleh CNNIndonesia.com dari sejumlah sumber,
pada periode pertama, setelah dilantik Supian langsung mengangkat teman-teman
dekatnya yang juga menjadi bagian dari tim suksesnya sebagai Direktur dan
Direktur Utama PT Fajar Mentaya Abadi. Kolega Supian itu mendapat masing-
masing mendapat jatah saham perusahaan sebesar 5%. Perusahaan yang diduduki
koleganya itu kemudian diberikan IUP seluas 1.671 hektar.
Hal itu tertuang dalam SK IUP yang diterbitkan Supian pada Maret 2011.
Izin itu keluar dari Supian meski dirinya mengetahui bahwa PT Fajar Mentaya
Abadi belum memiliki sejumlah dokumen perizinan, di antaranya Izin lingkungan
atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Pada November 2011,
PT Fajar Mentaya Abadi dapat melakukan kegiatan operasi produksi bauksit dan
melakukan ekspor ke China.

Pada November 2011, Gubernur Kalimantan Tengah, Agustin Teras Narang


melayangkansurat kepada Supian agar menghentikan seluruh kegiatan usaha
pertambangan oleh PTFajar Mentaya Abadi. Surat itu tidak diindahkan dan PT
Fajar Mentaya Abadi tetapmelakukan kegiatan pertambangan hingga 2014.Selain
itu, Supian juga diketahui memenuhi permohonan PT Billy Indonesia
denganmenerbitkan SK IUP ekspolorasi pada Desember 2010. SK IUP itu
diberikan tanpamelalui proses lelang Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP).
PT Billy Indonesia jugadiketahui tidak memiliki kuasa pertambangan. Pada April
2011, Supian juga menerbitkan SK IUP eksplorasi kepada PT Aries IronMining.
Penerbitan IUP ini pun tanpa melalui proses lelang WIUP. Padahal, seperti
halnyaPT Billy Indonesia, PT Aries Iron Mining tidak memiliki kuasa
pertambangan. HasilnyaPT Aries Iron Mining melakukan eksplorasi yang merusak
lingkungan.Tak berhenti di situ pada Februari 2013 Supian menerbitkan SK IUP
tentangPersetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi mejadi Izin
UsahaPertambangan Operasi kepada PT Billy Indonesia. Penerbitan SK IUP itu
tanpakelengkapan dokumen AMDAL dari PT Billy Indonesia.Pada April 2013
Supian turut menerbitkan keputusan izin tentang izin lingkungankegiatan usaha
pertambangan bijih bauksit dan keputusan tentang kelayakan lingkunganrencana
kegiatan pertambangan bijih bauksit oleh PT Billy Indonesia. Berdasarkan
izintersebut PT Billy Indonesia melakukan ekspor bauksit.KPK pun membongkar
permasalahan tersebut. KPK pun menetapkan Supian sebagaitersangka karena
diduga menerima suap dan gratifikasi atas perizinan proyek tambangyang dia
keluarkan berupa mobil Toyota Land Cruiser, Hummer H3 dan uang sebesar
500juta. Atas izin-izin yang dikeluarkan untuk tiga perusahaan berbeda itu, KPK
jugamenduga telah terjadi kerugian negara mencapai Rp5,8 triliun dan US$711
ribu.Melihat sepak terjangnya, Supian Hadi menjadi bupati Kotawaringin Timur
untukkedua kalinya bersama wakilnya M. Taufik Mukri. Dia menjabat pada
periode 2010-2015dan 2016-2021. Pada periode pertama menjabat, dia menjadi
bupati termuda yang saat ituumurnya 34 tahun.Berdasarkan situs resmi pemerintah
kabupaten Kotawaringin Timur, sebelum menjadibupati dia juga pernah menjabat
sebagai Ketua DPRD Kab Kotim. Supian merupakankader PDI Perjuangan. Atas
terseretnya Supian dalam perkara ini, PDIP meminta agarkadernya tersebut
mundur dari partai.

Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dirilis


KPKmencatat, Supian terakhir kali melaporkan LHKPN pada 29 Maret 2018.
Supian tercatatmemiliki harta senilaiRp1,58 miliar, memilikiempat bidang tanah
dan bangunan diKotawaringin Timur senilai Rp1.060.667.693 dan kas senilai
Rp519.594.480. Supian tidakmemiliki kendaraan maupun surat berharga. Harta
Supian ini tercatat meningkat drastisdibandingkan LHKPN yang dilaporkan pada
27 juli 2015 sebesar Rp907.925.028.

Menurut pegiat anti korupsi dari Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson
Yuntho, dugaan korupsi di lakukan Supian terjadi karena ada ceruk untuk meraup
keuntungan dari kekayaan sumber daya alam di daerahnya. Namun sumber daya
alam yang kaya kerap berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi masyarakat
yang hidup miskin.

Dalam perkara ini, Supian diduga menerima suap dari tiga perusahaan tambang
yakni PT Fajar Mentaya Abadi (FMA), PT Billy Indonesia (BI), dan PT Aries Iron
Mining (AIM) pada periode 2010-2012. Supian diduga menerima suapa sebesar
Rp500 juta, mobil Toyota Land Cruiser senilai Rp710 juta dan mobil Hummer H3
senilai Rp1,35 miliar.

Setelah dilantik sebagai Bupati Kotawaringin Timur periode 2010-2015, Supian


mengangkat teman-teman dekat juga tim sukses sebagai direktur dan direktur
utama FMA. Menurut Wakil Ketua KPK Laode M Syarief, mereka masing-masing
mendapatkan jatah saham 5%. Supian kemudian memberikan surat keputusan izin
usaha pertambangan kepada FMA untuk operasi produksi seluas 1.671 hektar.
Parahnya, kata Laode, izin di dalam kawasan hutan tanpa ada Amdal, izin
lingkungan dan persyaratan lain. Berkat izin tersebut, tambah Laode, PT FMA bisa
memproduksi pertambangan bauksit dan melakukan ekspor ke Cina. Perusahaan
tetap menambang sampai 2014, meski Gubernur Kalimatan Tengah Agustin Teras
Narang pada 2011 telah melarang. Selain itu, Supian diduga menerbitkan izin IUP
Eksplorasi untuk PT BI dan PT AIM tanpa melalui proses lelang Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP). Padahal sebelumnya PT BI dan PT AIM tidak
memiliki Kuasa Pertambangan (KP). Supian disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1
atau Pasal 3 UU Nomor 31/1999, sebagaimana diubah jadi UU 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP. Ia
diduga menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi dengan
meyalahgunakan kewenangannya selaku kepala daerah.
Daftar pustaka

https://tirto.id/dfNs

Cara penyelesaian kasus korupsi Kotawaringin Timur - Penelusuran Google

Kasus Bupati Kotawaringin Timur, KPK Geledah Sebuah Rumah di Tanjungpinanga

Jejak Suap Bupati Kotim yang Rugikan Negara Rp5,8 Triliun

Anda mungkin juga menyukai