Nama :
NIM : 15
Tanda Tangan :
Setiap orang dapat melakukan pungutan liar, tak hanya pejabat negara maupun
pegawai swasta. Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pungli antara lain
seperti birokrasi yang berbelit, pengumpulan dana yang tidak dilindungi oleh Undang-
Undang, wewenang yang tidak terkendali serta motivasi kepentingan pribadi untuk
memperkaya diri.
Pada dasarnya pungli dan korupsi merupakan kegiatan yang sama dimana kedua
kegiatan tersebut menggunakan kekuasaan untuk tujuan memperkaya diri dengan cara
melawan hukum. Sehingga, secara tersirat dapat ditemukan dalam rumusan korupsi
pada Pasal 12 huruf e UU No. 20 Tahun 2001 berasal dari Pasal 423 KUHP yang
dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No.3 Tahun 1971, dan Pasal 12 UU No.31
Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU
No.20 Tahun 2001
Pungutan liar sudah terlalu lama dibiarkan menjadi budaya tersendiri dalam
pelayanan masyarakat. Tak ingin hal tersebut semakin meluas, Presiden Jokowi
menegaskan kepada jajarannya di daerah utnuk menyelaraskan langkah dengan
pemerintah pusat dalam upaya pemberantasannya di Indonesia. Hasilnya pun sangat
signifikan setelah Perpres itu disahkan dan dilaksanakan, puluhan ribu laporan dan atau
pengakuan masuk ke pemerintahan terkait adanya pungli, dan banyak juga yang
tertangkap tangan dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh petugas saber pungli
yang dibentuk.
Di wilayah hukum Kepolisian Jakarta Utara usai adanya perintah dari Presiden
Jokowi menangkap pelaku pungli di kawasan Tanjung Priok Jakarta Utara. Hasil dari
penangkapan polisi ini, terungkap bahwa uang yang didapatkan para pungli mencapai
16 M. Mereka meminta dari para sopir yang bongkar muat, modusnya bagi yang
membayar para pemungut pungli akan didahulukan bongkar muatnya. Bagi para sopir
tidak ada pilihan lain, karena sistem bongkar muat tidak jelas, sehingga waktu tunggu
mereka bisa lama. Disisi lain mereka dikejar oleh waktu, semakin cepat bongkar muat
semakin cepat pula mendapatkan uang hasil. Semakin lama, maka semakin terkuras
uangnya untuk operasional di pelabuhan.
Setelah tertangkapnya pelaku pungli ini, suasana aktivitas bongkat muat justru
sepi karena operator crane kontainer diduga bermalas-malasan lantaran tidak adanya
pungli. Hal itu menandakan tidak adanya sistem bongkar muat yang jelas dan resmi.
Jadi, pemberantasann pungli sejatinya dilanjutkan dengan penerapan sistem bongkar
muat yang jelas dan resmi, tak lupa sistem punish and reward bagi pekerja lapangan.
Reward bisa berupa tambahan insentif sesuai beban kerja, sehingga para pekerja jadi
semangat.
Dengan adanya penangkapan kepada pelaku pungli, maka akan ada efek jera
serta adanya edukasi hukum pada masyarakat bahwa pungli dilarang hidup dan
berkembang di Indonesia. Di seluruh Indonesia pihak kepolisian harus tegas terhadap
aksi pungli ini. Tentu masih banyak aksi pungi yang terjadi di Indonesia yang harus
dibersihakan dan diproses oleh hukum secara bijak dan tegas. Keadilan dan
kemanfaatan hukum bagi masyarakat harus diutamakan. Masyarakat adalah objek yang
wajib dilindungi dan diberikan hak-haknya untuk bebas dari pungli.