Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andini Nurul Allivah

NPM : 6051901155
Nomor Ujian : 000

“Korupsi, Dampak Kolateral dan Langkah Inovatif untuk Mengatasinya.”

Perilaku korup juga tidak luput dalam kehidupan sehari-hari, sejatinya seperti yang
kita ketahui perilaku korup bahkan mulai tumbuh sejak usia remaja seperti korupsi waktu,
kegiatan memberikan sejumlah hadiah kepada guru dengan maksud untuk mendapatkan nilai
yang bagus, ataupun hal kecil seperti dengan memberikan sejumlah uang pada saat kita
berhadapan dengan aparat kepolisian pada saat kita melanggar ketentuan lalu lintas dengan
maksud agar dimudahkannya penyelesaian perkara tanpa perlu mengikuti ketentuan terkait
tata cara yang ada di UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Tindakan Korupsi yang terjadi di Indonesia semakin meningkat, dapat dilihat dengan
banyaknya kasus korupsi yang terjadi dalam kurun waktu beberapa tahun ke belakang, mulai
dari Kasus Rafael Alun Trisambodo yang menjabat sebagai Kepala Bagian Umum DJP Kanwil
Jakarta Selatan, kasus Yana Mulyana yang menjabat sebagai Wali Kota Bandung yang di duga
menerima dana sebagai bentuk suap dari proyek Bandung Smart City, Kasus e-KTP yang
dilakukan oleh Setya Novanto yang merupakan Ketua DPR RI periode jabatan 2014-2019 yang
diperkirakan negara mengalami kerugian hingga Rp 2,3 T dan masih banyak lagi kasus-kasus
yang terjadi yang menegaskan bahwa Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) di Indonesia semakin
meningkat selain itu peningkatan tersebut menjadi tidak terkendali mengingat semakin
canggihnya teknologi yang menjadikan semakin banyaknya peluang bagi seseorang untuk
dapat melakukan Korupsi. Menurut Romli Atmasasmita menyatakan bahwa korupsi di
Indonesia sudah merupakan virus flu yang menyebar ke seluruh tubuh oemerintahan sejak
tahun 1960-an serta Langkah-langkah pemberantasan korupsi yang masih cukup sulit
dilakukan1. Meskipun demikian Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan terkait
Pemberantasan Korupsi dengan mengesahkan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Selanjutnya disebut UU TIPIKOR) dengan urgensi

1
Romli Atmasasmita. 2004. Sekitar Masalah Korupsi, Aspek Nasional dan Aspek Internasional. Bandung:
Mandar Maju. Hal. 1
Pemerintah menganggap bahwa Korupsi sangat merugikan keuangan negara atau
perekonomian dnegara serta menghambat pembangunan nasional, sehingga harus
dilakukannya pemberantasan guna mewujudkan masyarakat yang adil dan Makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Lebih lanjut, UU TIPIKOR merumuskan tindak pidana
korupsi dalam Pasal 2 UU TIPIKOR sebagai tindakan seseorang secara sengaja melakukan
perbuatan yang melawan hukum dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya ataupun
orang lain, dimana atas tindakan tersebut negara mengalami kerugian serta juga berdampak
pada perekonomian negara. Sehingga dapat dilihat dengan ketidaksadaran seseorang terkait
sikap korup, menjadikan kurangnya antisipasi untuk menghindari sikap korup tersebut.
Mengingat korupsi dalam skala global sendiri tidak hanya merugikan negara ataupun
perekonomian negara melainkan juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi
masyarakat sehingga berakibat pada keterhambatannya pertumbuhan dan kelangsungan
pembangunan nasional. Penyelenggaraan negara yang bersih yang menganut prinsip the
good government law menjadi sangat diperlukan untuk menghindari praktek korupsi di
Indonesia sebab peran serta kesadaran pejabat pemerintahan atas segala bentuk kerugian
yang timbul dari praktek korupsi tersebut, bahkan tidak jarang pejabat beranggapan bahwa
korupsi akan dianggap tindakan yang berbahaya jika tertangkap oleh KPK seperti contohnya
dalam merencanakan kegiatan proyek pemerintah, tidak jarang kita menemukan proposal
dengan estimasi dana lebih dari jumlah yang seharusnya.

Tekait pengenaan sanksi Pelaku Tindak pidana korupsi di Indonesia menurut UU


TIPIKOR dapat dikenakan sanksi dengan minimal 4 (empat) tahun penjara dengan maksimal
20 (dua puluh) tahun, Adapun denda paling kecil Rp. 200.000.000,00,- (dua ratus juta rupiah)
atau dengan maksimal denda terbesar Rp. 1.000.000.000 (satu milyar rupiah). Namun dengan
pemberian sanksi tersebut tidak cukup memberikan efek jera bagi para oknum untuk
melakukan praktek korupsi. Untuk itu Langkah inovatif yang dapat diambil sebagai langkah
pemberantasan tindak korupsi ialah dengan mengsahkan RUU Perampasan Aset dengan
tujuan memiskinkan koruptor pada saat akan di adili, sebab sampai saat ini pemerintah belum
memiliki wewenang yang cukup untuk dapat mengambil tindakan eksekusi terhadap harta
koruptor sebelum adanya putusan dari pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Sehingga
hal ini menjadikan pelaku tersebut dapat menyimpan ataupu memanipulasi harta
kekayaannya sehingga terhadapnya walaupun telah dikenakan denda koruptor tersebut tidak
akan merasakan kemiskinan. Sehingga dengan perampasan seluruh asset menurut saya, akan
menjadikan upaya yang dapat memberikan efek jera bagi seseorang sebelum melakukan
tindakan korupsi.

Anda mungkin juga menyukai