WINDRO AKBAR P
LATAR BELAKANG
dari kejahatan ekonomi sosial, tindak pidana umum dan khusus selalu merugikan
perkara korupsi yang masuk pengadilan tipikor di seluruh indonesia pada tahun
mewabah dan terus meningkat dari tahun ke tahun bak jamur di musim hujan,
maka banyak orang memandang bahwa masalah ini bisa merongrong kelancaran
tugas-tugas pemerintah dan merugikan ekonomi Negara. Rakyat kecil yang tidak
memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan sanksi pada
umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap
rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-
telah dilakukan, akan tetapi hal itu belum juga dapat menggeser kasta
sudah pada tahun keenam perayaan hari antikorupsi ternyata masih jalan ditempat
mengurus korupsi belum memiliki dampak yang menakutkan bagi para koruptor,
bahkan hal tersebut turut disempurnakan dengan pemihakan-pemihakan yang
hukuman yang setengah-setengah sudah tidak mempan lagi. Mulainya dari mana
juga merupakan masalah besar, karena boleh dikatakan semuanya sudah terjangkit
penyakit birokrasi. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan
hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak
korupsi. Maka dari itu, di sini kami akan membahas tentang korupsi di Indonesia
Terdakwa korupsi juga tidak sedikit yang bebas oleh karena kurangnya
materiil terhadap tindak pidana korupsi yang merupakan tindak pidana formiil,
dan asset yang dimilikinya juga tidak dapat dirampas oleh negara. Hal ini
Aset hasil tindak pidana korupsi yang diambil oleh para koruptor banyak
menjadi sulit. Ringannya sanksi hukum yang selama ini diterapkan kepada pelaku
tindak pidana korupsi, hanya dikenakan sanksi pidana penjara badan beberapa
tahun dan tidak ada keharusan mengembalikan harta yang mereka korup. Hal
tersebut dikarenakan para pelaku tindak pidana korupsi dengan pintarnya bisa
mengatasnamakan keluarganya atas aset yang mereka peroleh dari tindak pidana
korupsi. Sanksi yang demikian ringan tidak membuat para pelaku tindak pidana
korupsi merasa jera, bahkan setelah bebas dari penjara mereka bisa menikmati
Sampai saat ini belum ada obat yang ampuh untuk menghentikan wabah
tertinggal 17 tahun. Sebab, jika merujuk pada Konvensi Antikorupsi PBB (United
menyampaikan kepada DPR dalam Rapat pada 29 Maret 2023 adaynya dugaan
segera mengesahkan aturan tersebut. Ketua Komisi III DPR Bambang Wiryanto
RUMUSAN MASALAH
Dari tinjauan dan isu diatas agar permasalah yang akan dibahas menjadi
jelas dan penelitian hukum mencapai tujuan yang diinginkan, maka permasalahan
TUJUAN PENELITIAN
Efektifitas Pengesahan RUU Perampasan Aset untuk menekan angka korupsi dan
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Efektifkah RUU Perampasan Aset untuk memberikan efek jera kepada koruptor?
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an
Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa
Agung, belum membuahkan hasil nyata. Pada era Orde Baru, muncul Undang-
kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih dan rumit sehingga
Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara
rezim Orde Baru menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan
Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas
dari KKN.
keadilan dan kemaslahatan bagi negara dan masyarakat adalah perampasan aset
yang sejalan dengan paradigma keadilan restoratif yakni pengembalian aset hasil
tindak pidana korupsi oleh penegak hukum dan mengembalikan keadaan seperti
dapat kembali kepada keadaan semula seperti sebelum terjadi tindak pidana.
Dalam konteks ini, korban dari tindak pidana korupsi ini adalah negara, karena
negara dapat menderita kerugian yang besar dan memperlambat laju
“benda” sebagai padanan aset. Hal tersebut dicantumkan dalam Pasal 39 tentang
bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak
peradilan. Lebih lanjut, dalam RUU KUHP, kata aset juga tidak secara jelas
dipadankan dengan kata “barang”, yang dicantumkan dalam Pasal 165 RUU
“barang” adalah benda berwujud termasuk air dan uang giral, dan benda tidak
berwujud termasuk aliran listrik, gas, data dan program komputer, jasa termasuk
aset dalam sistem hukum di Indonesia, terdapat dalam Pasal 10 (b) KUHP,
sebagai salah satu bentuk dari pidana tambahan. Berdasarkan ketentuan tersebut,
maka perampasan dilakukan atas dasar putusan pengadilan atau penetapan dari
limitatif sesuai dengan ketentuan yang ada didalam KUHP, yaitu barang-barang
yang dimiliki oleh terpidana yang diperoleh dari kejahatan atau disengaja
paling lama 6 bulan. Pada tahun 2014, Kejaksaan Agung membentuk Pusat
dunia. Selain itu, persamaan sistem hukum yang digunakan di Indonesia dan
Belanda juga merupakan faktor lain dalam kerjasama pembentukan PPA tersebut.
Rampasan dan Sita Eksekusi yang sudah ada di kejaksaan sejak 2010.
Tindakan tersebut merupakan bagian dari sanksi pidana sehingga dapat dilakukan
berdasarkan suatu putusan peradilan pidana. Jaksa dalam hal ini harus
membuktikan bahwa aset yang akan dirampas merupakan hasil atau sarana dari
sebuah tindak pidana. Selain itu, permohonan perampasan aset harus diajukan
bersamaan dengan berkas penuntutan oleh penuntut umum. Jenis perampasan aset
perdata, Non-Conviction Based (NCB) Asset Forfeiture. Inti dari perampasan aset
terhadap orang. Mekanisme ini merupakan tindakan terpisah dari proses peradilan
pidana dan membutuhkan bukti bahwa suatu properti telah tercemar oleh tindak
pidana.
dilakukan dengan prioritas utama bukan melalui proses hukum yang panjang.
pada aset tanpa melalui proses pidana yang fokus pada pengejaran in persona.
Perampasan yang dilakukan ialah dengan cara mengejar aset negara yang
dicuri dari negara. Konsep utama dari perwujudan keadilan restoratif adalah
dilihat dari segi tujuannya yakni untuk memulihkan keadaan seperti semula akibat
timbulnya tindak pidana di mana dalam konteks ini adalah tindak pidana korupsi,
sehingga perampasan aset ialah proses hukum yang tepat untuk memulihkan
Indonesia saat ini dapat dilaksanakan semata-mata terbatas hanya jika pelaku
melakukan tindak pidana oleh putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap (inckracht) atau dengan kata lain perampasan aset dilakukan dengan putusan
negeri dan bahkan pelakunya bisa saja melarikan diri ke luar negeri dan tidak
terdakwa Djoko S. Candra atau bahkan kasus yang paling menghebohkan dalam
tindak pidana secara “in rem” dan bukan kepada orangnya (in personam). Dengan
demikian putusan yang telah berkekuatan hukum tetap terhadap pelaku kejahatan
terdiri dari 7 bab dan 68 pasal. Dalam Pasal 2 RUU Perampasan Aset bahwa
perampasan aset tidak didasarkan pada penjatuhan pidana terhadap pelaku tindak
perampasan aset dilakukan meski tidak ada kasus pidananya atau putusan
pemrintah kepada DPR, ini sesuatu yang belum diatur sama sekali di dalam
Aset, setidaknya ada empat kondisi sejauh mana perampasan aset dapat dilakukan.
Pertama, tersangka atau terdakwa meninggal, melarikan diri, sakit permanen, atau
tidak diketahui keberadaannya. Kedua, terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan
telah diputus bersalah oleh pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap di kemudian hari diketahui terdapat aset yang belum dirampas. perampasan
aset yang diatur dalam RUU nanti tidak hanya berkaitan dengan tindak pidana
korupsi, tetapi juga tindak pidana umum. Asalkan tindak pidana tersebut memiliki
ancaman pidana penjara 4 tahun atau lebih. Kemudian, terdapat nilai nominal
perundang undangan sebelumnya yang sudah berlaku dirasa kurang efektif untuk
RUU Perampasan aset dengan tujuan Asset Recovery atau pengembalian aset yang
sudah diambil tidak dengan haknya oleh koruptor. Dengan disahkannya RUU
penyitaan terhadap aset berharga yang telah diambil oleh koruptor sebelum
adanya putusan pengadilan, dan juga mengambil seluruh aset dan sumber daya
yang dimiliki koruptor agar setelah menjalani hukuman tidak bisa lagi melakukan
tindak pidana korupsi karena masih memiliki aset berharga atau sumber daya yang
negara kedepannya.
KESIMPULAN
hukum yang lain, delik hukum yang menyangkut korupsi di Indonesia masih
sudah divonis oleh hakim, tetapi selalu bebas dari hukuman. Itulah sebabnya
kalau hukuman yang diterapkan tidak drastis, dan pemberantasan korupsi dapat
diperbaharui agar penegak hukum lebih leluasa untuk menguasai harta atau aset
dari koruptor agar Recovery Asset atau pengembalian aset kepada negara bisa
lebih efisien.
SARAN
sebagai negara hukum dan RUU Perampasan Aset adalah alat hukum yang masih
memberantas kasus korupsi dan bisa memberikan efek jera kepada koruptor
DAFTAR PUSTAKA
TAP MPR IV/MPR/1999 GARIS GARIS BESAR HALUAN NEGARA TAHUN 1991-
2004
KUHAP PASAL 39
KUHAP PASAL 10
BUKU
Barbara Vettori, Tough on Criminal Weakth Exploring the Practice of Proceeds from
Pencemaran yang dimaksud disandarkan pada “Taint doctrine” dimana sebuah tindak
pidana dianggap menodai properti yang digunakan atau didapatkan dari tindak pidana.
Abrogation of Right and The Judicial Response: The Guilt of The Res, 28th Suffolk
Aset Forfeiture sebagai Upaya Pengembalian Kerugian Negara akibat Tindak Pidana
Korupsi”, Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS, Vol. V Nomor I (Januari-Juni 2017), h.111.
Jakarta.
INTERNET
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/05/10/ruu-perampasan-aset-tak-hanya-
mengincar-hasil-tindak-pidana-korupsi
https://www.academia.edu/31886777/
makalah_upaya_pemberantasan_korupsi_di_indonesia
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1948:kpk-dukung-ruu-perampasan-aset-
koruptor&catid=111:kilas-berita-hukum-dan-puu&Itemid=179&lang=en
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/04/14/menko-polhukam-pemerintah-siap-
kirimkan-surpres-ruu-perampasan-aset-ke-dpr