Anda di halaman 1dari 3

Rancangan Undang – Undang tentang Perampasan Aset Tindak Pidana memberikan efek jera

bagi Pejabat Pemerintahan Republik Indonesia?

Christian Arriel – 202105000030

Negara Kesatuan Republik Indonesia atau dikenal dengan Indonesia atau Nusantara ini
memiliki kekayaan sumber daya hayati baik dari laut dan darat. Terbentang dari Pulau
Sumatera sampai Papua, dan memiliki lebih dari 17.000 Pulau yang tersebar di seluruh
yuridiksi negara Indonesia. Seiring berjalannya kemerdekaan Indonesia, kita sering kali
melihat kasus Korupsi dari Pejabat Pemerintah yang berwenang di Negeri ini, seperti kasus
korupsi Bansos oleh Menteri Sosial; Kasus Korupsi Beni Lobster oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan, dan yang paling menggemparkan publik adalah Kasus Pejabat Dirjen Pajak
Kementerian Keuangan yang hidup terlalu mewah akibat kesalahan dari anaknya yang
menganiaya anak dari seorang mantan Pejabat dari Organisasi Masyarakat yaitu NU. Sehingga,
dari kasus tersebut terbongkarnya Kasus Transaksi menjanggalkan dari Pejabat kementerian
Keuangan sebesar 349 Triliun Rupiah sebagai Tindak Pidana Pencucian Uang.

Dalam mengatasi efek jera dari adanya kasus diatas. Maka, Pemerintah harus segera
membahas Undang – Undang mengenai Perampasan Aset kepada Dewan Perwakilan Rakyat
yang katanya sebagai ”Wakil Rakyat” di legislatif yang berguna dalam urgensi untuk
menyelamatkan keuangan negara dari para ”oknum” yang berbuat semena – mena atas
Keuangan Negara yang hasilnya itu bersumber dari Pajak Masyarakat Indonesia. Menurut
Yenti Ganarsih, yang menjabat sebagai Pakar Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU),
menyatakan bahwa Rancangan Undang – Undang yang diajukan oleh Pemerintah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat tidak hanya digunakan untuk merampas aset para koruptor, tapi
digunakan juga untuk pelaku tindak pidana ekonomi lainnya, seperti pengusutan perolehan
harta dalam kasus Rafael Alun sampai harta-harta yang didapatkan dari perdagangan
narkoba. Selain itu, dia juga menegaskan bahwa Undang – Undang adalah Asset Recovery
yang berkaitan juga dengan aset hasil kejahatan. Sehingga, semua hal yang berkaitan dengan
aset hasil kejahatan yang sedang diproses, diatur dan diawasi dengan baik melalui Undang -
Undang1

1
Tim Redaksi BBC Indonesia, Maret 2023 || Jurnal Berita Mengapa RUU Perampasan Aset penting ditengah
terungkapnya kekayaan fantastis pegawai Pemerintah? || Link Internet:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/c7287vzd8zko, diakses pada Hari Kamis, 20 April 2023. Pk. 10:20 WIB.
Selain itu, menurut Peneliti dari Indonesia Corruption Watch Lalola Ester, menyatakan
bahwa Rancangan Undang – Undang itu dapat diharapkan bisa membuat pengusutan perolehan
harta, yang hal ini seperti dalam kasus Rafael Alun agar tidak berbelit atau bahkan bisa tidak
akan terulang di masa yang akan datang, dan harapan dari adanya Rancangan Undang –
Undang ini supaya bisa menjembatani norma Illicit Enrichment (kekayaan yang diperoleh
dengan tidak sah) yang sebetulnya sudah ada di UNCAC [Konvensi Perserikatan Bangsa-
bangsa Melawan Korupsi], tapi belum ada dalam undang-undang negara kita.2

Pada kasus yang sedang terjadi sekarang, yaitu Kasus 349 Triliun dan kasus yang terjadi
pada Kementerian Keuangan yaitu Dirjen Pajak Rafael Alun, banyak pejabat dan kalangan
Pakar untuk mendorong Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko
Polhukam) Mahfud M.D. untuk segera mengesahkan RUU Perampasan Aset menjadi UU agar
kasus – kasus yang sedang terjadi seperti yang disebutkan diatas dapat diselesaikan. Bahkan,
menurut Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi / KPK Nawawi Pmolango agar segera
mendesak MenkoPolhukam untuk lebih aktif menyuarakan mengenai pengesahan Rancangan
Undang – Undang Perampasan Aset Tindak Pidana menjadi Undang – Undang.3 Selain itu, dari
adanya Undang – Undang ini, menurut Yenti Ganarsih, yang menjabat sebagai Pakar Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU), menyatakan bahwa RUU Perampasan Aset akan mengatur
mekanisme mulai dari penelurusan, penyitaan dan pemblokiran aset yang diduga hasil
kejahatan, sampai pengelolaan aset yang telah dirampas.4

Dalam kasus 349 Triliun, yang sedang diusut tuntas oleh DPR dan Pemerintah yang
diwakili oleh MenkoPolhukam dan sedang dirapatkan beberapa minggu lalu. Dalam rapat
tersebut Mahfud Md mendorong kepada DPR untuk segera membahas RUU Perampasan Aset
di Tingkat pertama dan mengesahkan RUU ini menjadi Undang – Undang oleh DPR. Lalu,
Mahfud Md juga menjelaskan mengenai RUU Perampasan Aset ini bisa menjadi senjata utama
untuk memberantas Korupsi maupun TPPU, dan Membantu Pemerintah maupun APH untuk
memiliki alat menangani tindak pencucian uang atau TPPU. selain itu tujuan dari adanya rapat
ini juga untuk mengklarifikasi Tindak Pidana Pencucian Uang senilai Rp. 349 T.5

2
Ibid
3
Mutmaimah J, Maret 2023 || Jurnal Berita Soal Keterlibatan Mahfud MD dalam Kasus Rp. 349 T, KPK: Lebih Pas Support RUU
Perampasan Aset || Jakarta, Link Internet: https://kediri.jatimtimes.com/baca/286384/20230326/045000/soal-keterlibatan-mahfud-md-
dalam-kasus-rp-349-t-kpk-lebih-pas-support-ruu-perampasan-aset Diakses pada Hari Kamis, 20 April 2023, Pk. 10:40 WIB
4
Ibid
5
Barri Zilhaq Vindia, April 2023 || Jurnal Berita Usut Tuntas TPPU 349 T, Mahfud MD Siap Kirim RUU Perampasan Aset Kepada DPR RI:
Sudah Didukung Jokowi || Jakarta. Link Internet: https://www.zonajakarta.com/nasional/6738469734/usut-tuntas-tppu-349-t-mahfud-md-
siap-kirim-ruu-perampasan-aset-kepada-dpr-ri-sudah-didukung-jokowi?page=2 Di Akses pada hari Kamis, 20 April 2023, Pk. 11:30 WIB.
Selain itu dari adanya kasus Pencucian Uang senilai 349 Triliun ini, DPR melalui
Anggota Komisi III Arsul Arsani dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, menyetujui dari
adanya pengesahan Rancangan Undang – Undang Perampasan Aset Tindak Pidana sebagai UU,
karena RUU Perampasan Aset Tindak Pidana diperlukan agar proses-proses pengembalian
kerugian negara bisa di maksimalisasi lebih baik dan lebih cepat. Dan, RUU Perampasan Aset
Tindak Pidana tidak hanya terkait dengan tindak pidana korupsi (tipikor) saja, tetapi bisa juga
dimanfaatkan untuk mengembalikan kerugian negara dalam tindak kriminal lainnya. Yang
dimaksud dengan Tindak kriminal, yaitu tindak pidana narkotika, pajak, kepabeanan dan cukai,
lingkungan hidup, illegal logging, hingga terorisme. 6

Rancangan Undang – Undang Perampasan Aset dalam kasus diatas memberikan


manfaat yang luas untuk masyarakat dan pejabat ”oknum” Pemerintahan, yaitu dapat
memberikan efek jera kepada para Pelaku Korupsi, karena dari adanya Undang – Undang yang
lain, misalnya Undang – Undang Tindak Pidana Korupsi tidak memberikan cukup efek jera
kepada ”oknum” baik mereka yang sudah bebas maupun yang masih berada didalam penjara,
Contohnya saja Setya Novanto dari Mega Korupsi E-KTP, dan kasus korupsi jenderal polisi
Djoko Susilo, yang melakukan peninjauan kembali terhadap perampasan aset setelah dia
dinyatakan bersalah dalam kasus korupsi simulator SIM. Mahkamah Agung mengabulkan
permohonan peninjauan kembali (PK) Djoko Susilo terhadap perampasan asetnya, tapi dia
tetap mendapatkan hukuman pidana 18 tahun penjara. Hasilnya, kekayaan yang didaparkan
Djoko Susilo sebelum kasus korupsi dikembalikan. 7

Namun, yang paling ditakuti oleh para Koruptor adalah mereka dimiskinkan dan segala
hal ditarik kembali menjadi aset milik negara. Selain itu, dari adanya Undang – Undang ini
adalah Menyita dan merampas hasil tindak pidana dari pelaku tindak pidana yang tidak saja
memindahkan sejumlah harta kekayaan dari pelaku kejahatan kepada masyarakat, tetapi juga
akan memperbesar kemungkinan masyarakat untuk mewujudkan tujuan bersama yaitu
terbentuknya keadilan dan kesejahteraan bagi semua anggota masyarakat.8

6
Dwi Nur Hayati, April 2023 || Jurnal Berita Polemik Penolakan RUU Perampasan Aset Tindak Pidana, Arsul
Sani: Kami Setuju Ada UU Ini || Jakarta. Link Internet
https://nasional.kompas.com/read/2023/04/01/17273701/polemik-penolakan-ruu-perampasan-aset-tindak-
pidana-arsul-sani-kami-setuju Diakses pada Hari Kamis, 20 April 2023, Pk. 12:10 WIB
7
Ibid
8
Admin DPR, April 2023 || Laporan Program Legislasi Nasional / Prolegnas RUU Perampasan Aset || Jakarta.
Link Internet: https://www.dpr.go.id/uu/detail/id/72 diakses pada Hari Kamis, 20 April 2023, Pk. 12:30 WIB

Anda mungkin juga menyukai