Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB 4 “BAGAIMANA NILAI DAN NORMA


KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN
KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI BAWAH UUD?”

Disusun Oleh :
Nama : Stevanda Kasenda
NIM : 21501014
Prodi : Ilmu Kimia

Universitas Negeri Manado


Fakultas Matematika Dan IPA
Tugas BAB 4

1. Bagaimana nilai dan norma konstitusional UUD NRI 1945 dan


konstitusionalitas ketentuan perundang-undangan di bawah UUD?

 Asal kata konstitusi dalam bahasa Perancis adalah constituer yang berarti
membentuk atau pembentukan. Yang dimaksud dengan membentuk di sini
adalah membentuk suatu negara. Oleh karena itu, konstitusi berarti menjadi
dasar pembentukan suatu negara. Dengan demikian dapat dikatakan tanpa
konstitusi, negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi menempati posisi
yang sangat krusial dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Hamid S.
Attamimi, berpendapat bahwa pentingnya suatu konstitusi atau Undang-
Undang Dasar adalah sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas,
sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan.
Dalam negara modern, penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan
berdasarkan hukum dasar (konstitusi). Dengan demikian konstitusi
mempunyai kedudukan atau derajat supremasi dalam suatu negara. Yang
dimaksud dengan supremasi konstitusi adalah konstitusi mempunyai
kedudukan tertinggi dalam tertib hukum suatu negara.
UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki kedudukan
sebagai hukum tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum tertinggi
negara, UUD NRI 1945 menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang
norma hukum di Indonesia. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945
merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-
undangan di bawahnya.
Jenjang norma hukum di Indonesia terwujud dalam tata urutan peraturan
perundang undangan. Dalam sejarah politik hukum di Indonesia, tata urutan
peraturan perundang-undangan ini mengalami beberapa kali perubahan,
namun tetap menempatkan UUD NRI 1945 sebagai hukum tertinggi.
Sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi negara, maka peraturan
perundangan di bawah UUD NRI 1945, isinya bersumber dan tidak boleh
bertentangan dengannya. Misal isi norma suatu pasal dalam undang undang,
tidak boleh bertentangan dengan UUD NRI. Dengan demikian UUD NRI
1945 sebagai konstitusi negara menjadi batu uji apakah isi peraturan di
bawahnya bertentangan atau tidak. Undang-undang pada dasarnya adalah
pelaksanaan daripada norma-norma yang terdapat dalam undang-undang
dasar.
Oleh karena secara normatif undang-undang tidak boleh bertentangan
dengan UUD NRI 1945, maka jika ditemukan suatu norma dalam undang
undang bertentangan dengan UUD NRI 1945 dapat melahirkan persoalan
konstitusionalitas undang-undang tersebut terhadap UUD NRI 1945.
Dalam sistem hukum di Indonesia, lembaga negara yang berwenang menguji
konstitusionalitas undang-undang terhadap UUD NRI 1945 adalah
Mahkamah Konstitusi. Pengujian konstitusionalitas undang-undang adalah
pengujian mengenai nilai konstitusionalitas undang-undang itu baik dari segi
formal ataupun material terhadap UUD.
Uji material menyangkut pengujian UU yang berkenaan dengan materi
muatan dalam ayat, pasal, dan/atau bagian UU yang dianggap bertentangan
dengan UUD NRI 1945.
Uji formal menyangkut pengujian UU yang berkenaan dengan proses
pembentukan UU dan hal-hal lain yang tidak termasuk pengujian material.
Warga negara baik secara perseorangan atau kelompok dapat mengajukan
pengujian konstitusionalitas suatu undang-undang yang dianggap
bertentangan dengan UUD NRI 1945 ke Mahkamah Konstitusi.
Kesimpulannya adalah UUD NRI 1945 menempati urutan tertinggi dalam
jenjang norma hukum di Indonesia. Berdasar ketentuan ini, secara normatif,
undang-undang isinya tidak boleh bertentangan dengan UUD. Jika suatu
undang-undang isinya dianggap bertentangan dengan UUD maka dapat
melahirkan masalah konstitusionalitas undang-undang tersebut.
1. Berikan 2 kasus yang pernah terjadi atau boleh terjadi dan berikan solusi
terhadap kasus tersebut

 Kasus Pertama (Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam kehidupan Berbangsa-


Negara)
Kasus pertama yang saya angkat adalah kasus mengenai pajak.
“Bos Rokok di Malang Jadi Tersangka Penggelapan Pajak, Kerugian Negara
Capai Rp 2,1 Miliar”
Seorang pengusaha rokok di Malang Jawa Timur (Jatim) menjadi tersangka
kasus penggelapan pajak dengan kerugian negara mencapai Rp 2,1 miliar.
Bos perusahaan rokok itu berinisial CA. Kini ia telah ditetapkan tersangka
oleh Penyidik Direktorat Jenderal Pajak (DJP) pada Kantor Wilayah
(Kanwil) DJP Jawa Timur III.
Seperti dijelaskan Humas Kanwil DJP Jatim III, Idham Budiarso, tersangka
CA diduga kuat secara sengaja tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).
"Direktorat Jenderal Pajak menganut asas ultimum remedium, yakni
pemidanaan sebagai upaya terakhir dari tahapan penegakan hukum pajak,"
katanya seperti dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com,
Selasa (21/12/2021).
Sebelum dilakukan penegakan hukum, telah dilaksanakan langkah persuasif
dengan mengingatkan tersangka untuk melakukan pemenuhan kewajiban
perpajakannya," katanya menegaskan.
Sampai akhirnya tersangka ditahan sebab dinilai melanggar Pasal 39 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
(UU KUP) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2021 tentang Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU
HPP). Selain itu, tersangka juga diduga kuat tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagaimana
dimaksud pada Pasal 39 ayat (1) huruf c UU KUP, dalam kurun masa pajak
Agustus 2015 sampai dengan Desember 2016. Nilai kerugian negara yang
diakibatkan dari perbuatan tersangka CA mencapai Rp 2,1 miliar. Idham
menegaskan, perbuatan tersangka tersebut merupakan perbuatan pidana di
bidang perpajakan dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar.
Idham menyebut tersangka CA sebagai pemilik Pabrik Rokok (PR) JR
dilakukan secara sengaja karena yang bersangkutan telah mengetahui dan
memahami pemenuhan kewajiban perpajakan berupa menyetorkan PPN
serta kewajiban menyampaikan SPT PPN.
Atas perbuatannya tersebut, tersangka beserta barang bukti telah diserahkan
ke Kejaksaan Negeri Blitar sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
penegakan hukum di bidang perpajakan. Sebelumnya, Kanwil DJP Jawa
Timur III juga telah menyerahkan DP selaku Direktur PT SD sebagai
tersangka tindak pidana di bidang perpajakan kepada Kejaksaan Negeri
Pasuruan pada 2 Februari 2021 dan AB yang merupakan komisaris PT AMK
yang bergerak dibidang konstruksi ke Kejaksaan Negeri Kota Malang pada
25 Februari 2021 dengan perkiraan kerugjan negara sekitar Rp 855 juta.
Selain itu, Kanwil DJP Jawa Timur III juga telah menyerahkan tersangka
DEAL yang merupakan Direktur PT EAT, perusahaan yang bergerak dalam
bidang konstruksi kepada Kejaksaan Negeri Banyuwangi. Perbuatan
tersangka DEAL tersebut diperkirakan telah merugikan negara sebesar Rp
465 juta. Ia melanjutkan, upaya persuasif telah dilakukan DJP sejak Februari
2017 dan kepada wajib pajak telah diberikan kesempatan melunasi utang
pajaknya hingga Maret 2018. Pada saat dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan atau penyelidikan dan sebelum dilakukan tindakan penegakan
hukum penyidikan.
"Penyerahan tersangka tindak pidana perpajakan oleh Kanwil DJP Jawa
Timur III merupakan peringatan bagi para pelaku lainnya," katanya.
Bahwa DJP dengan dukungan Polri dan Kejaksaan RI akan terus melakukan
penegakan hukum di bidang perpajakan untuk mengamankan penerimaan
negara demi tercapainya pemenuhan pembiayaan negara dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Penegakan hukum di bidang perpajakan diharapkan dapat memberikan efek
jera kepada wajib pajak lain sehingga tidak lagi bermain dengan hukum
perpajakan di Indonesia," ujarnya menegaskan.
Solusi yang bisa dilakukan adalah:
1) Para pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri
mereka masing-masing untuk tidak memperoleh keuntungan secara
ilegal.
2) Seharusnya akuntan internal perusahaan maupun akuntan publik tetap
bersikap objektif dan independen serta tidak terpengaruh oleh
manajemen. Akuntan internal sebaiknya bertanggung jawab secara
langsung kepada pemilik dan bukan pada manajemen perusahaan,
karena hal ini dapat mengurangi tekanan yang dihadapi oleh akuntan
internal.
3) Pengembangan tanggung jawab sosial.
4) Pentingnya pendidikan etika bagi para akuntan sebagai bekal dalam
menghadapi potensi kecurangan. Misalnya, secara rutin IAI sebagai
lembaga akuntan terbesar di Indonesia menyelenggarakan pelatihan
dan seminar untuk meningkatkan kompetensi dan kesadaran terhadap
kode etik profesi kepada anggotanya.
5) Sebaiknya pemerintah lebih mengetatkan pengawasan pajak kepada
perusahaan-perusahaan besar dan tidak tebang pilih dalam
menyelesaikan penggelapan pajak.

 Kasus Kedua (Esensi dan Urgensi Integrasi Nasional)


Kasus kedua yang saya angkat adalah kasus pelanggaran konstitusi juga
ideologi Pancasila sila pertama yaitu perusakan tempat ibadah.
Rumah Ibadah di Minsel Dirusak Oknum Pemdes, Polisi: Jangan
Terprovokasi!
Minahasa Selatan - Tempat ibadah umat Kristen di Desa Tumaluntung,
Tareran, Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara (Sulut), dirusak oleh
oknum pemerintah desa (pemdes). Polisi menghimbau masyarakat agar tidak
terprovokasi kejadian tersebut.
Bangunan rumah tersebut dijadikan sebagai tempat ibadah Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh (GMAHK), Jemaat Tumaluntung. Peristiwa perusakan
pun viral di media sosial (medsos). "Proses mediasi kemarin itu sebagai
upaya tindakan rekonsiliasi. Juga pencegahan supaya masyarakat dan jemaat
Advent itu ada bentuk perhatian pemerintah," kata Kapolres Minsel AKBP S
Norman Sitindaon kepada wartawan, Selasa, (21/10/2021). "Serta kepolisian
bahwa masalah ini tidak perlu ditambah lagi, serta dicampur oleh pihak
ketiga," sambung dia. Menurut Norman, semua tindakan kekerasan yang
melanggar hukum akan diproses dengan tegas. Begitu juga kerukunan
antarumat beragama wajib dijaga."Masyarakat wajib menjaga kerukunan
antar umat beragama, toleransi saling menghargai. Karena kebebasan
beragama dijamin
undang-undang. Masyarakat jangan terprovokasi," imbau Norman. Norman
mengatakan setelah peristiwa tersebut pihaknya dan pemerintah daerah
(Minsel) melakukan upaya mediasi. Jika ada pihak yang merasa keberatan
terkait proses mediasi tersebut, lanjut Norman, silakan melapor ke polisi.
"Jadi upaya mediasi sudah dilakukan. Hadir waktu itu Polsek, hukum tua
(kepala desa) serta Bupati. Sudah dimediasi. Kalau misalnya masih
keberatan itu kan hak sebagai korban mungkin," cetusnya. Norman
mengungkapkan polisi baru akan menindaklanjuti masalah tersebut jika
pihak korban telah melapor secara resmi ke polisi. "Untuk proses hukum
kalau ada laporan. Dari Polres akan tindak lanjut, harus ada laporan, kalau
tidak ada laporan bagaimana polisi mau tindak lanjut," sebut dia.
Sebelumnya, Kepala Desa Tumaluntung, Jener Mandey, merespons dan
memberikan penjelasan terkait duduk perkara peristiwa yang viral di media
sosial. Menurutnya, narasi yang menyebut bahwa yang dirusak
adalah gereja ternyata tidak benar. "Mengklarifikasi isu
yang beredar, saya sebagai hukum tua (kepala desa) sesuai informasi dari
keluarga, itu adalah bangunan rumah tempat tinggal. Jadi kalau ada yang di
media yang memuat itu adalah gereja saya mau luruskan. Agar supaya di
antara kita tidak terjadi pemahaman pemikiran," kata Mandey saat dimintai
konfirmasi wartawan, Senin (25/10).
Solusi yang bisa dilakukan adalah:
1) Saling menghargai keberagaman agama dan tidak menganggap bahwa
kelompok mereka yang paling benar di antara yang lain.
2) Toleransi kepada sesama.
3) Pemerintah menjaga kerukunan umat beragama yang notabennya
Indonesia terdiri dari beragam agama
4) Menghindari Tindakan provokasi terhadap kerukunan umat beragama.

Anda mungkin juga menyukai