Anda di halaman 1dari 8

EPIDEMIOLOGI KLINIK

(SKRINING KESEHATAN)

Nama: Andrisa Kurnia Dwiananta

Nim : 201612006 / 3A

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT


DR.SOETOMO SURABAYA

TAHUN 2017
A.Definisi Skrining

Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada


populasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan
dideteksi dini dengan upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini
bagi kelompok yang termasuk resiko tinggi.
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A
Dictionary of Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi
dugaan penyakit atau kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian,
pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes
skrining/penapisan memilah/memisahkan orang-orang yang terlihat sehat untuk
dikelompokkan menjadi kelompok orang yang mungkin memiliki penyakit dan
kelompok orang yang mungkin sehat. Sebuah tes skrining/penapisan ini tidak
dimaksudkan untuk menjadi upaya diagnosa. Orang dengan temuan positif menurut
hasil skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke dokter untuk
diagnosis dan menjalani pengobatan yang diperlukan.

B.Tujuan Kegiatan Skrining

Menurut Morton (2009), tujuan skrining adalah mencegah penyakit atau akibat
penyakit dengan mengidentifikasi individu-individu pada suatu titik dalam riwayat
alamiah ketika proses penyakit dapat diubah melalui
intervensi. Bustan(2006) memiliki pendapat yang berbeda mengenai tujuan
dilakukannya skriningyaitu :
1. Mendapatkan mereka yang menderita sedini mungkin sehingga dapat dengan
segera memperoleh pengobatan,
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat,
3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin,
4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat
penyakit dan selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini,
5. Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinisi dan peneliti.
C.Kegunaan Program Skrining

 Menurunkan angka kematian dari populasi


 Menurunkan fatalitas dari kasus pada indivdu
 Meningkatkan persentase kasus yang dapat dideteksi pada stadium awal
 Menurunkan kejadaian komplikasi penyakit
 Mencegah atau mengurangi penyebaran penyakit
 Meningkatkan kualitas hidup individu

D.Macam-Macam Skrining

Macam skrining dibagi berdasarkan sasaran atau populasi yang akan di skrining yaitu
sebagai berikut :

 Mass Screening (penyaringan masal)


Skrining yang dilakukan pada seluruh populasi. Misalnya, mass X-ray
surveyatau blood pressure skrining pada seluruh masyarakat yang berkunjung pada
pelayanan kesehatan.

 Selective screening

Populasi tertentu menjadi sasaran dari jenis skrining ini, dengan target populasi
berdasarkan pada risiko tertentu. Tujuan selective screening pada kelompok risiko
tinggi untuk mengurangi dampak negatif dari skrining. Contohnya, Pap’s smear
skrining pada wanita usia > 40 tahun untuk mendeteksi Ca Cervix, atau
mammography skrining untuk wanita yang punya riwayat keluarga menderita Ca.

 Single disease screening

Jenis skrining yang hanya dilakukan untuk satu penyakit. Misalnya, skrining terhadap
penderita penyakit TBC, jadi lebih tertuju pada satu jenis penyakit.

 Case finding screening


Case finding adalah upaya dokter atau tenagga kesehatan untuk menyelidiki suatu
kelainan yang tidak berhubungan dengan kelompok pasien yang datang untuk
kepentingan pemeriksaan kesehatan. Penderita yang datang dengan keluhan diare
kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap mamografi atau rongen torax,

 Multiphasic screening

Pemeriksaan skrining untuk beberapa penyakit pada satu kunjungan waktu tertentu.
Jenis skrining ini sangat sederhana, mudah dan murah serta diterima secara luas
dengan berbagai tujuan seperti pada evaluasi kesehatan dan asuransi. Sebagai contoh
adalah pemeriksaan kanker disertai dengan pemeriksaan tekanan darah, gula darah
dan kolesterol.

E. Perbedaan Skrining dan General Check Up

Screening adalah cara mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes
atau pemeriksaan yang dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin
menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita penyakit. Sedangkan
general check up adalah hasil tes uji screening positif. Tetapi apabila tes tersebut
menunjukkan hasil negatif maka tidak perlu dilakukan general check up.

F. Kriteria Untuk Evaluasi Skrining

 Penyakit yang dipilih merupakan masalah kesehatan prioritas


 Tersedia obat potensial untuk terapinya
 Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis dan terapinya
 Penyakit lama dan dapat di deteksi dengan test khusus
 Screeningnya memenuhi syarat sensitivitas dan spesivisitas
 Teknik dan cara screening harus dapat diterima oleh masyarakat
 Sifat perjalanan penyakit dapat diketahui dengan pasti
 Penemuan kasus terus menerus
G. Evaluasi Uji Skrining

Suatu alat (test) skrining yang baik adalah mempunyai tingkat validitas dan
reliabilitas yang tinggi, yaitu mendekati 100%. Selain kedua nilai tersebut, dalam
memilih tes untuk skrining dibutuhkan juga nilai prediktif (Predictive Values).

 Validitas

Validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang
hendak diukur (Sukardi, 2013). Sedangkan menurut Saifuddin Azwar (2014) bahwa
validitas mengacu sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan
fungsi pengukurannya. Sedangkan validitas dalam skrining adalah kemampuan dari
suatu alat untuk membedakan antara orang yang sakit dan orang yang tidak
sakit. Validitas mempunyai dua komponen yaitu:

1) Sensitivitas
Sensitivitas adalah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan
tepat,dengan hasil tes positif dan benar-benar sakit. Dengan rumus :

𝑇𝑃
𝑇𝑃 + 𝐹𝑁

2) Spesifitas
Spesifitas adalah kemampuan suatu tes untuk mengidentifikasi individu dengan
tepat,dengan hasl negative dan benar tidak sakit. Dengan rumus :

𝑇𝑁
𝑇𝑁 + 𝐹𝑃

Predictive Value (besarnya kemungkinan sakit terhadap suatu hasil tes)


 Nilai prediktif positive adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes
positive yang benar benar sakit
𝑇𝑃
𝑥100%
𝑇𝑃 + 𝐹𝑃

 Nilai prediktif negative adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes
negative yang benar benar tidak sakit
𝑇𝑁
𝑥100%
𝑇𝑁 + 𝐹𝑁
Sensitivitas dan spesifisitas merupakan komponen ukuran dalam validitas, selain
itu terdapat pula ukuran-ukuran lain dalam validitas yaitu :

a. True positive, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang benar-


benarmenderita penyakit dengan hasil tes positif pula.
b. False positive, yang menunjukkan pada banyaknya kasus yang
sebenarnya tidak sakit tetapi test menunjukkan hasil yang positif.
c. True negative, menunjukkan pada banyaknya kasus yang tidak sakitdengan hasil
test yang negatif pula.
d. False negative, yang menunjuk pada banyaknya kasus yang
sebenarnyamenderita penyakit tetapi hasil test negatif.

 Reliabilitas

Reliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/ konsisten
bila test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang
sama.
Ada 2 faktor yg mempengaruhi:
1.Variasi cara screening: stabilitas alat; fluktuasi keadaan (demam)
2.Kesalahan/perbedaan pengamat: pengamat beda/ pengamat sama dengan hasil
beda

Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan


mengadakan:
1. Standarisasi reagen dan alat ukur.
2. Latihan intensif pemeriksa.
3. Penentuan kriteria yang jelas.
4. Penerangan kepada orang yang diperiksa.
5. Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.

 Yieled
Yied adalah kemungkinan menjaring mereka yang sakit tanpa gejala melalui
screening, sehingga dapat ditegakan diagnosis pasti serta pengobatan dini. Faktor yg
mempengaruhi:

1. Derajat sensitivitas tes


2. Prevalensi penyakit
3. Frekuensi penyaringan
4. Konsep sehat masyarakat sehari-hari

Bila alat yang digunakan untuk uji tapis mempunyai sensitivitas yang rendah, akan
dihasilkan sedikit negatif semu yang berarti sedikit pula penderita yang tidak
terdiagnosis. Hal ini dikatakan bahwa uji tapis dengan yield yang rendah.
Sebaliknya, bila alat yang digunakan mempunyai sensitivitas yang tinggi, akan
menghasilkan yield yang tinggi. Jadi, sensitivitas alat dan yield mempunyai korelasi
yang positif.

H. Contoh Kasus
1. Bila skrining gula darah 10000 populasi adalah sebagai berikut :
Sensitivitas 75%
Spesivisitas 80%
Bila prevalen kejadian 50%> maka hitunglah sensitivitas,spesivisitas,nilai
produksi positif,nilai produksi negatif ?

Jawaban :
Hasil Test Sakit Tidak Sakit Total
Positif (+) 3750 1000 4750
Negatif (-) 1250 4000 5250
Total 5000 5000 10000

75
Sensitivitas 75% = TP 100 x 5000 = 3750
80
Spesivisitas 80% = TN 100 x 5000 = 4000
𝑇𝑃
PPV = 𝑇𝑃+𝐹𝑃 x 100%

3750
=4750 x 100% = 78,9%
𝑇𝑁
NPV = 𝑇𝑁+𝐹𝑁 x 100%
4000
= 5250 x 100% = 76,1%
Daftar Pustaka

Malasari, K. (2014, 11 26). Kriteria Evaluasi Screening. Retrieved 12 7, 2017, from


http://kurniamalasari.blogspot.co.id/2014/12/bab-ipendahuluan-latar-belakang-dalam.html

Syarifudin, S. M. (2015). Epidemiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: In Media.

Wulandari, D. (2016, 11). macam-macam screening dan penjelasannya. Retrieved 12 1, 2017, from
http://dwwlndr.blogspot.co.id/2016/11/skrining-epidemiologi.html

Anda mungkin juga menyukai