Anda di halaman 1dari 8

Direktur Kriminal Khusus (Direskrimsus) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Adi Deriyan mengaku,

pihaknya telah menerima laporan dari polisi yang disebut komedian Augie menjadi calo tiket
Asian Para Games 2018 di SUGBK. Adapun korban merasa harga dirinya dicemarkan melalui
video viral yang diposting Augie di instagramnya.

"Korban melapor atas dugaan tindak pidana berkaitan dengan UU ITE dan atau pencemaran
nama baik, yang mana dia (Augie) telah memviralkan satu peristiwa yang sejatinya tak seperti
apa yang disampaikan di dalam video viral tersebut," ujarnya di Jakarta, Jumat (12/10/2018).

Maka itu, tambahnya, saat ini polisi tengah memeriksa Augie di Mapolda Metro Jaya untuk
ditanyai tentang video viral yang dipostingnya itu. Namun, dia tak membeberkan secara rinci
poin apa saja yang ditanyakan polisi pada Augie.
Pada satu sisi, penahanan dinilai tepat karena aparat bertindak cepat mengusut kasus hoaks,
namun pada sisi lain justru dianggap dapat mengancam hilangnya pengawasan publik terhadap
kerja-kerja kepolisian.

Tuding Polisi Calo Tiket,


Komedian Augie Dijadikan
Tersangka
Ari Sandita Murti
Jum'at, 12 Oktober 2018 - 20:38 WIB
views: 5.847
omedian Augie Fantinus. Foto/Dok/Okezone
A+ A-
JAKARTA - Komedian Augie Fantinus telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
dugaan pencemaran nama baik. Pria kelahiran 6 Agustus 1979 ini dijadikan tersangka
karena menuding anggota polisi menjadi calo tiket Asian Para Games 2018 di Gelora
Bung Karno, Jakarta, lewat akun instagramnya @augiefantinus.

"Iya (Augie) sudah tersangka," ujar Direktur Kriminal Khusus (Direskrimsus) Polda
Metro Jaya, Kombes Pol Adi Deriyan di Jakarta, Jumat (12/10/2018). (Baca
juga: Komedian Augie Dilaporkan Terkait Pelanggaran UU ITE)

Menurut Adi, Augie ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pencemaran
nama baik dan UU ITE, Pasal 28 Ayat 2 jo Pasal 27 Ayat 3 UU ITE dan Pasal 310 Ayat
(1) jo 311 KUHP. Pasalnya, Augie telah memposting, menyebarkan, dan menyebut
polisi menjadi calo tiket Asian Para Games 2018 di SUGBK, Jakarta Pusat.

"Dia (Augie) kan menyebarkan berita adanya calo tiket itu yang ternyata pada
kenyataanya tidak seperti itu," tuturnya.

Meski sudah dijadikan tersangka, kata dia, polisi belum melakukan penahanan pada
Augie lantaran masih dilakukan pemeriksaan lanjutan. Polisi juga sudah memeriksa
saksi-saksi dalam kasus tersebut, termasuk dari pihak SD Tarakanita yang meminta
tolong pada polisi untuk membelikan tiket dimaksud.

Kasus Haikal
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Unit III Subdirektorat I Direktorat Cyber Crime Ajun
Komisaris Besar Idam Wasiadi mengatakan tersangka pembobol situs tiket.com,
ternyata juga pernah meretas situs milik Go-Jek Indonesia.

Menurut Idam, masih banyak situs yang pernah diretas Haikal. “Dengan teknik belajar
otodidak, tersangka telah meretas situs atau website sejak tahun 2013,” katanya
dalam keterangan tertulis, Jumat, 7 April 2017.

Baca: Begini Ulah Kawanan Haikal Meretas Ribuan Situs

Haikal juga diketahui telah melakukan deface atau teknik mengganti atau menyisipkan
file pada server terhadap kurang lebih 4.239 situs website. Dalam aksinya, Haikal
menggunakan inisial sultanhaikal. Beberapa kali, ia juga pernah
melakukan deface terhadap 12 situs dengan menggunakan inisial h3ll_id dan
sebanyak 259 situs dengan inisial GantengersCrew.

Idam mengatakan berdasarkan pengakuan dan alat bukti, Haikal juga pernah meretas
situs yang dimiliki oleh Kepolisian dan pernah diarsipkan dalam situs mirror zone-h
oleh tersangka. Haikal mengubah tampilan situs dengan gambar tertentu pada
situs tersebut. Namun menurut Idam, peretasan terhadap situs Kepolisian belum
menimbulkan kerugian yang signifikan.

“Selain Sultan Haikal M Aziansyah Alias Emre alias Sultan Haikal alias Sultan Ekel
tentunya banyak hacker-hacker lain di Indonesia, dan Polri akan merlakukan
investigasi kasus hacking dan pelakunya,” ujar Idam.

Baca: Haikal Tersangka Hacker Ribuan Situs, Polisi: Dia ...

Idam menambahkan Kepolisian pernah berencana untuk merekrut Haikal dan peretas
lain untuk membantu tugas Kepolisian sebagai team cyber. Tapi, khusus untuk kasus
ini, karena Haikal telah melakukan pelanggaran hukum atau kejahatan, polisi
mengedepankan hukuman agar dia mempertanggungjawabkan perbuatannya.
ADVERTISEMENT

Polisi menyita sejumlah barang bukti dari penangkapan Haikal dan tiga kawannya.
Idam mengimbau apabila ada pihak merasa dirugikan karena situsnya pernah diretas
untuk segara melapor kepada Kepolisian.

Haikal dan tiga tersangka lainnya diduga memenuhi unsur Pasal 46 ayat 1, 2, dan 3
juncto Pasal 30 ayat 1, 2, dan 3, dan/atau Pasal 51 ayat 1 dan 2 juncto Pasal 35
dan/atau Pasal 36 Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan/atau Pasal 363 KUHP dan/atau Pasal 3, Pasal 5, serta Pasal 10
tentang Undang-Undang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang.

LARISSA HUDA

"Bagi kami tentu merangkul mereka penting dalam upaya untuk mencegah kerusakan-
kerusakan dan kerugian," kata Kabagpenum Divhumas Polri, Kombes (Pol) Martinus Sitompul
di Mabes Polri, Jumat (7/4).

Menurutnya, setelah menjalani proses hukum Haikal bakal diperbantukan untuk membantu
menangani kejahatan siber. Namun perekrutan itu tidak berlaku terhadap tiga rekannya.

"Khusus kasus ini (Haikal), karena dia telah melakukan pelanggaran hukum, kejahatan, tentu
kita harus kedepankan, dia harus dihukum dulu untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya," katanya.

Martinus mengatakan, rencana merekrut hacker untuk dijadikan rekan polisi mengungkap
kejahatan cyber nantinya bukan hanya berlaku terhadap Haikal. Ke depan, Polri juga akan
mencari hacker remaja lainnya untuk direkrut sebagai mitra kepolisian dengan catatan proses
hukum terhadap hacker tersebut dituntaskan terlebih dulu.

"Baru setelah itu, kami pihak kepolisian bisa melakukan komunikasi katakanlah untuk merekrut
sebagai ahli dalam membantu penegakan hukum. Tapi setelah dia menjalani hukuman,"
katanya.

Polisi meringkus pembobol situs jual beli tiket online www.tiket.com, seorang
remaja 19 tahun bernama Haikal.
Haikal diburu pihak kepolisian setelah mendapatkan keuntungan hingga Rp4,1
miliar dari situs yang dibobolnya.
Pihak tiket.com mengalami kerugian sebesar Rp4.124.000.982 karena pelaku
meretas, mengambil serta menjual jatah deposito tiket pesawat pada
server Citilink Indonesia.
Pihak Citilink juga mengalami kerugian sebesar Rp1.973.784.434 karena ada
sejumlah orang yang membeli tiket dari sindikat peretas tersebut melakukan
pembatalan dan refund.
Bagaimana bisa Haikal meretas situs jual beli tiket itu hingga mengeruk
keuntungan?
Menurut ahli keamanan siber, Taufik Yahya, ada banyak kemungkinan cara yang
digunakan Haikal untuk membobol situs www.tiket.com.
"Saya belum mengetahui pasti mengenai metode yang dipakai karena cukup
banyak kemungkinan yang dapat dilihat dari suatu aktivitas peretesan," ujar
Taufik kepada Tribun.
Taufik mencontohkan bahwa bisa saja Haikal memanfaatkan kerentanan atau
vulnerability pada framework atau 3rd party modul component yang digunakan
oleh situs tiket.com.
Ada kemungkinan dari sisi tiket.com sendiri yang rentan seperti belum
membatasi penyaringan terhadap special character yang memungkinkan
seorang penyerang untuk menarik konten di database dari halaman front end
aplikasi (dikenal SQL Injection).
Umumnya dari hasil ini, seseorang dapat mempergunakan data untuk login ke
halaman yang lebih tertentu (seperti halaman admin) atau dapat juga untuk
mengambil data sensitif pengguna lain.
Namun Taufik menambahkan, bila ditarik dari kesimpulan tersebut, masih terlalu
banyak hal yang dapat dijadikan dugaan karena tidak hanya SQL Injection yang
dapat membuat seseorang berhasil memperoleh akses masuk.
"Masih cukup banyak model serangan lain," jelas Taufik.
Taufik juga mencontohkan kasus Yahoo, yaitu dengan mengirimkan sesuatu
yang malicious (malware / halaman palsu dengan keylogger / lainnya) ke individu
yang memiliki peranan di dalam sistem.
Yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan pencurian data setelah
penyerang berhasil mengambil akun untuk mengambil alih komputer yang
dipakai individu terkait atau sistem yang dikelola.

Kasus Pemerasan Bermotif Penyebaran


Foto Bugil Korban Terbongkar

tEMPO.CO, Bandung - Kepolisian Resor Kota Besar Bandung mengungkap


jaringan pelaku pemerasan yang melibatkan narapidana penghuni Lembaga
Pemasyarakatan Jelekong, Kabupaten Bandung, bermotif foto dan video
bugil korban. “Awalnya laporan masyarakat, dia diperas. Senjata
pemerasannya adalah pelaku memiliki foto dan video korban pada saat tidak
berbusana,” kata Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Bandung Komisaris
Hendro Pandowo di Bandung, Kamis, 12 April 2018.

Awalnya, polisi menerima laporan korban pemerasan pada 6 Maret 2018.


Korban diminta mengirimkan uang. Jika menolaknya, pelaku mengancam
akan menyebarkan video korban saat tanpa busana. “Kita melakukan
penyelidikan, pemeriksaan saksi-saksi, sehingga bisa mengidentifikasi
pelaku. Berturut-turut pelakunya tertangkap,” ujar Hendro.

Polisi selanjutnya mencokok empat pelaku pemerasan yang semuanya


penghuni Lapas Jelekong, Kabupaten Bandung. “Dia penghuni, warga
binaan LP di situ. Ada napi kasus narkoba, kasus kejahatan perlindungan
anak, serta napi kasus pencurian dengan pemberatan,” ucap Hendro.

Pelaku berinisial I, 25 tahun, napi kasus perlindungan anak, misalnya,


mengincar korban secara acak lewat media sosial Facebook, Meet Me,
WhatsApp, Grindr, Friend Club, hingga Instagram. Pelaku menggunakan
identitas palsu merayu korban melakukan video sex via media sosial, yang
selanjutnya direkam rekannya sesama penghuni lapas. Foto dan video
korban tersebut yang dijadikan modal memeras korban dengan ancaman
akan menyebarkannya via Internet.
Baca juga: Aspekam Laporkan Pemerasan Polisi
Dalam penelusuran tersebut, polisi menyita enam telepon seluler pelaku
serta sejumlah kartu anjungan tunai mandiri, yang digunakan untuk
menampung duit transfer dari korban. “Dari hasil barang bukti yang kita sita,
ada enam handphone. Di situ ada foto dan video perempuan tidak
menggunakan busana. Kurang-lebih 89 orang,” tutur Hendro.

Hendro mengatakan puluhan korban itu diduga berasal dari sejumlah daerah
yang tersebar di Indonesia. Praktik pemerasan pelaku diduga sudah
dilakukan sejak 2016. Polrestabes Bandung, kata dia, masih menerima
laporan pengaduan korban pemerasan yang dilakukan jaringan pelaku
pasca-kasus itu diungkap polisi. “Jika ada korban yang merasa pernah
menjadi korban pemerasan ini, silakan datang ke SPT Polrestabes
Bandung,” katanya.

ADVERTISEMENT
Hendro menuturkan polisi masih mengumpulkan keterangan saksi. Saksi
yang ditanyai polisi tidak sebatas napi, tapi juga petugas Lapas Jelekong.
“Saksi sudah 14 orang diperiksa, termasuk petugas, warga binaan, dan
korban,” ujarnya.

Menurut Hendro, dari penelusuran sementara, jaringan napi Lapas Jelekong


ini sudah mengumpulkan ratusan juta rupiah dari praktik pemerasan ini.
“Nominalnya sampai Rp 500 juta dari total semuanya. Masih dikalkulasi,”
ucapnya.

Hendro berujar polisi sementara menerapkan Pasal 369 Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 48 Undang-Undang 19 Tahun
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) untuk menjerat
pelaku. “Kita lakukan proses penyelidikan, melanggar Pasal 369 KUHP
pasal pemerasan, dan Undang-Undang ITE,” kata dia.

Bandar Judi Online di Surabaya


Dijerat UU ITE
Rabu, 14 Februari 2018 | 22:42 WIB
BERITA TERKAIT

Kapolres Jadi Korban Penyerangan Polsek Ciracas

Menanamkan Nilai 4 Pilar Lewat Kolaborasi Wayang

Jokowi Sebut Satpam Diperlukan Bantu Polisi


Jokowi: Pekerjaan Satpam Mulia Jaga Kamtibmas

Polri Serahkan ke TNI Jika Anggotanya Terlibat

Bandar judi online yakni Agus Twindi alias Agus Fendi - (Foto: Beritajatim)

INILAHCOM, Surabaya - Bandar judi online yakni Agus Twindi alias Agus
Fendi menjalani sidang perdana di PN Surabaya. Oleh Jaksa Penuntut
Umum (JPU) Rista Erna, terdakwa dijerat Undang-undang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE).
Dalam dakwaanya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Rista Erna menjelaskan, kasus
yang menjerat terdakwa berawal dari penangkapan pengepul judi togel bernama
Lusiana (berkas terpisah) di Jember.

Dari keterangan Lusiana inilah, polisi akhirnya menangkap terdakwa yang


merupakan bandar judi togel online. "Lusiana merupakan pengepul yang
menyetorkan nomor judi togel dan uang tombokan dari para pengecer ke bandar
yang bernama Agus Fendi (terdakwa)," terangnya, Rabu (14/2/2018)

Dari penangkapan terdakwa, polisi menyita barang bukti diantaranya,


handphone, kartu debet paspor BCA platinum, laptop, buku catatan, kalkulator,
modem, Ipad merk Apple.

"Terdakwa melakukan perjudian sebagai bandar dengan menggunakan sarana


handphone untuk menerima nomor tombokan dari pengepul dalam bentuk SMS.
Setelah menerima nomor tombokan dari pengepul, kemudian nomor tombokan
tersebut dimainkan terdakwa di website judi online www.togel4d.com yang
diakses dengan laptop," ungkap Jaksa Rista.

Menurut jaksa Rista, perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam


pidana dalam Pasal 45 ayat 2. "Jo Pasal 27 ayat 2 UU RI Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan Atas UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE)," katanya.

Usai berkas dakwaan dibacakan, jaksa Rista langsung menggelar sidang dengan
agenda pemeriksaan saksi dan terdakwa. Dua saksi yang dihadirkan di
persidangan yaitu Lusiana, pengepul togel dan Agung Kriswantoro, anggota
polisi.

Pada keterangannya, Agung membenarkan bahwa dirinya yang melakukan


penggerebekan bisnis togel online yang dijalankan terdakwa. "Benar saat itu
saya dan rekan saya yang menangkap terdakwa. Terdakwa ini bandar togel,"
kata Agus.

Di tempat yang sama, Lusiana juga membenarkan bahwa terdakwa merupakan


bandar judi togel online. "Bener saya yang setorkan uang judi ke terdakwa
melalui rekening BCA. Saya belum lama kenal terdakwa," ungkapnya.

Sementara itu, terdakwa membenarkan bahwa dirinya merupakan bandar judi


togel online di daerah Wonorejo, Rungkut, Surabaya. "Setahun saya kerja ini
(bandar togel). Sebelumnya saya kerja jual telur. Keuntungan yang saya dapat Rp
150 ribu perhari," kata terdakwa. [beritajatim]

Anda mungkin juga menyukai